Share

Saat Putri Konglomerat Menyamar
Saat Putri Konglomerat Menyamar
Author: Hanna Zuel

1. Bukan Zaman Siti Nurbaya

"Yang benar saja? Menikah?!" pekik Lail di ruang keluarga. Suaranya yang setengah berteriak bahkan membuat para pelayan yang berdiri sejauh sepuluh meter darinya ikut terkejut.

Ayah Lail memberi intruksi pada seluruh pelayan untuk keluar dari ruangan besar itu. Para pelayan dan bodyguard yang biasanya berdiri di samping lorong dan dinding ruangan kini perlahan menarik diri. Menyisakan Lail dan Ayahnya di ruang keluarga.

"Bukan menikah, tapi tunangan saja,"

"Tunangan? Apa bedanya dengan menikah? Toh ujungnya menikah juga kan?" suara Lail tidak menurun satu oktaf pun.

"Sayang, Ayah cuman mau kamu ada yang jaga. Lagipula Kenzo itu anak Pak Harto, dia orang baik-baik. Kamu sudah setua ini dan tidak pernah pacaran satu kalipun." ucap Salim pada anak satu-satunya.

"Ayah, ini bukan zaman Siti Nurbaya, ini zaman modern. Orangtua mana yang masih menjodohkan anaknya seperti ini?" Lail benar-benar tak habis pikir dengan pikiran kolot Ayahnya. Padahal Ayahnya merupakan seorang tirani dan raksasa bisnis di bidangnya. Bagaimana bisa Ayahnya berpikir untuk menjodohkan anaknya.

"Ayah hanya ingin kamu aman. Ayah dan Mama tidak bisa sepanjang hidup menjagamu."

Aliffia Renaya Salim Prakusya atau yang kerap kali dipanggil Lail merupakan anak tunggal dari CEO perusahaan IT yang terkemuka sekaligus pembisnis nomer satu di Asia. Demi keamanan keluarganya, Salim tidak pernah mempublikasikan anaknya. Sampai detik ini, tidak ada satupun media yang mengetahui keberadaan Lail sebagai putri tunggalnya.

Selama 24 tahun tumbuh kembang anaknya, Salim tidak pernah melihat Lail memiliki seorang pacar. Kekhawatiran Salim semakin menjadi-jadi saat mengetahui bagaimana perkembangan menyimpang yang terjadi di dunia saat ini. Bagaimana jika anaknya memiliki ketertarikan yang aneh dalam hal romansa. Apalagi anaknya yang lebih banyak tinggal di luar negeri membuat isi kepala Salim semakin tak terkendali dalam menerka-nerka kondisi anaknya.

"Ayah ingin aku menikah agar ada yang menjagaku? Begitu?" tanya Lail memastikan. Ayahnya mengangguk mengiyakan.

"Ayah! Kan ada bodyguard yang menjagaku, untuk apa menikah. Aku tidak butuh!" tandas Lail.

Salim menepuk jidatnya, karena dibesarkan dengan banyak cinta dan harta yang melimpah ruah membuat Lail tidak pernah membutuhkan apapun dan siapapun.

"Kamu seperti itu karena terbiasa memiliki banyak penjaga. Jika kita dalam posisi ekonomi yang sulit bagaimana kamu bisa bertahan hidup. Kamu butuh pasangan hidup yang bisa kamu andalan." jelas Salim pada anaknya.

"Kenapa Ayah bilang begitu? Kenapa, memangnya bisnis Ayah bangkrut?" tanya Lail. Gadis itu berpikir lagi, bahkan jika bisnis keluarganya bangkrut tidak mungkin mereka akan hidup melarat. Kekayaan keluarganya sekarang bahkan tidak akan habis tujuh turunan. Jadi tidak ada kondisi ekonomi yang sulit baginya.

"Ayah bilang jika, andai," sela Salim.

"Bahkan jika aku miskin sekalipun aku tidak butuh pasangan. Aku bisa menghidupi diriku sendiri."

Salim terkekeh mendengar kalimat percaya diri dari anaknya, "Kamu berani berkata begitu karena tidak pernah merasa takut tidak punya uang. Apa kamu berani hidup tanpa bantuan uang dari Ayah? Hidup sendiri, cari uang sendiri, dan makan dari hasil jerih payahmu sendiri?"

"Siapa takut! Ayo! Asalkan Ayah membatalkan perjodohanku dengan anak teman Ayah, akan aku lakukan."

Salim mengepalkan tangan saking kesalnya. Anaknya memilih hidup susah daripada harus mengikuti arahan perjodohannya.

"Jangan menyesalinya ya, kamu yang memilih hidup susah. Mulai besok keluarlah dari rumah ini. Cari kerja sendiri, dan makan dari uang sendiri. Ayah mau lihat sampai sejauh mana kamu bertahan!"

"Tidak setuju! Siapa yang mengizinkanmu mengirim keluar anakku!" suara nyaring Merissa Prakusya menggelegar di setiap sudut ruangan. Istri Salim yang baru kembali dari perkumpulan ibu sosialita itu langsung berkomentar saat mendengar percakapan suami dan anaknya.

"Mah, Lail tidak mau dijodohkan dengan Kenzo," jelas Salim singkat.

"Anakku sayang, kenapa? Kenzo anaknya baik loh. Kami sudah menyeleksi banyak kandidat sampai memilih dia." Merissa duduk di samping suaminya, Ibu beranak satu itu kini ikut membujuk anaknya untuk dijodohkan. Merissa merupakan satu-satunya putri dari keluarga terpandang Prakusya. Meski pernikahannya dengan salim diawali karena niat perjodohan bisnis antara Salim Group dan keluarga Prakusya, tapi mereka hidup bahagia dengan penuh cinta dan kasih sayang sampai saat ini.

"Mama tidak usah membujukku. Aku sudah sebesar ini, tidak perlu dibujuk seperti itu. Aku tahu mana yang terbaik untukku," bela Lail.

"Benar kamu sudah setua ini, tapi kenapa kamu belum pernah tertarik pada pria?" tanya Merissa geram.

"Hanya saja, memang tidak ada pria yang menarik!" jawab Lail sekenanya.

Salim menarik tangan istrinya. Kemudian membisikkan beberapa hal pada istrinya. Mereka berdiskusi sejenak sampai akhirnya setuju untuk satu keputusan.

"Baiklah, mari kita buat kesepakatan. Jika kamu bisa mengumpulkan uang 500 juta dari pekerjaanmu selama satu tahun, maka Ayah tidak akan memaksamu bertunangan dengan Kenzo. Tapi jika gagal, kamu harus menuruti keinginan Ayah dan Mamamu." kata Salim menantang putrinya.

"500 juta? apa Ayah tidak salah bicara, itu terlalu sedikit." tanya Lail meremehkan.

"Benar, kenapa 500 juta, itu terlalu mudah," bisik Merissa pada suaminya.

Salim menyilangkan kedua tangannya, "Kamu harus bekerja dari bawah. Ayah tidak akan membantumu barang sepeser pun selama masa tantangan."

Lail berpikir sejenak, "Baiklah!" ujarnya mantap setelah berpikir cukup matang. Lail angsung berjabat tangan dengan Salim sebagai tanda dimulainya tantangan.

***

"Huh, gila, aku tinggal di tempat seperti ini?" Lail mengerjap tak percaya saat melihat tempat tinggal yang Ayahnya siapkan. Bukan apartemen tapi sebuah kos-kosan. Lail bahkan mual dan pusing hingga rasanya mau muntah saat menaiki tangga ke tempat tinggalnya yang baru.

Terbiasa hidup dengan rumah yang bersih dan higenis tanpa sebutir debu, kini dihadapkan pada tempat tinggal yang kumuh dan biasa saja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status