Menikah karena perjodohan yang dilakukan antara ayahnya dan papa Marc--sang suami, membuat pernikahannya tidak semulus pernikahan pasangan yang penuh cinta. Marc memang hangat, tetapi sejak ayahnya meninggal dan papanya sakit parah, pria itu berubah jadi dingin. Belum lagi, mertuanya yang tidak menyukai Sarah, karena dianggap pembawa sial, dan wanita dari kasta yang berbeda. Suatu hari, ketika papa mertuanya membutuhkan donor ginjal segera, Sarah berpikir tidak ada salahnya membalas kebaikan sang mertua. Namun, tentu saja ia melakukannya secara diam-diam karena khawatir dilarang oleh suami, ataupun mama mertuanya. Sarah meminta agar identitasnya dirahasiakan. Namun, hal itu ternyata dimanfaatkan oleh seseorang untuk mengeruk keuntungan. Bagaimanakah nasib Sarah? Mampukan ia mengungkap kebenaran yang sebenarnya?
View MoreDua hari kemudian, Vania menjemput Arzan. Selama akhir minggu, ia akhirnya memperoleh izin membawa Arzan hanya berdua saja. Vania menjemput Arzan di rumah keluarga Carrington.Sarah menyambut Vania sambil menggandeng Arzan. Ia menyerahkan tangan Arzan pada Vania dan hanya berpesan untuk bersenang-senang.“Ingat pesan Mama ya, Sayang.” Sarah mengelus kepala Arzan sebelum putra angkatnya itu masuk ke dalam mobil.Arzan mengangguk lalu memeluk Sarah erat-erat. Ia juga mencium pipi Sarah dan berkata akan menurut pada pesan sang Mama. Vania memperhatikan inetraksi tersebut dengan rasa haru.Selalu saja ada rasa iri di hati Vania. Tapi, ia merasa itu hal yang wajar. Ia bertanya dalam hati kapan Arzan akan sehangat itu pada dirinya.Dalam perjalanan, Arzan lebih banyak mengamati jalanan. Sesekali ia menengok ke belakang. Sebuah mobil van mengikuti kendaraan Vania.“Ada mobil penjagamu, ya?” Vania tersenyum pada Arzan.Anak lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ibu kandu
"Mana? Aku mau lihat." Sarah mencondongkan tubuhnya ke arah ponsel Marc.Pasangan suami istri itu sama-sama memperhatikan layar kecil ponsel Marc. Dengan kesal, Marc menyerahkan ponselnya pada sang istri. Ia malas membaca lanjutan berita tersebut."Pasti sebentar lagi Papa atau Mama akan menelepon dan marah-marah padaku." Marc kemudian bersungut. "Tadi saat kamu bilang tidak bisa ikut, aku sudah memiliki perasaan tak enak.""Nanti kalau Mama atau Papa menelepon, biar aku saja yang bicara pada mereka." Sarah menenangkan suaminya.Namun kali ini Marc tidak dapat mentoleransi berita tersebut. Portal gosip itu mengatakan ia mengadakan pertemuan rahasia dengan Vania untuk membahas putra mereka."Kamu jangan mencegahku lagi. Aku akan meminta pengacara menuntut pasal pencemaran nama baik."Tidak ada balasan dari Sarah. Ia sedang sibuk mengamati berita tersebut."Memangnya kamu sempat ngobrol berduaan dengan Vania, ya?""Tadinya aku sudah cerita ia minta maaf atas beredarnya gosip dan mengaku
Vania merasa bertambah senang karena setelah beberapa kali bertemu, akhirnya Arzan mulai banyak terbuka padanya. Meski anak itu masih kaku jika bersentuhan, Vania tetap memberikan perhatian melalui kontak fisik seperti mengelus, mengusap, memeluk dan mencium putranya.“Ok, nanti jangan lupa tanyakan pada Mama dan Papa kapan kita bisa kemping berdua, ya.” Vania berkata dengan penuh harap pada Arzan.Arzan mengangguk. Pada pertemuan itu, Arzan juga menunjukkan hasil tulisannya. Dengan bersemangat, Vania membaca dan mengangguk-angguk.“Sepertinya kamu memang berbakat.”“Apa aku bisa menjual buku dan mendapatkan uang seperti Ibu?”Kekehan kecil terdengar dari hidung Vania. “Tentu saja bisa. Tetapi, masih banyak yang mesti kamu pelajari karena menulis bukan hanya tentang menceritakan apa yang ada di kepalamu.”Vania berpesan bahwa Arzan harus banyak belajar tentang teori kepenulisan. Menurutnya, cerita Arzan menarik namun dari segi alur masih perlu diperbaiki. Arzan tampak serius melihat b
“Semua gagal.” Irwan berkata datar saat Marc bertanya tentang kencannya.Pagi ini, kantor Irwan kedatangan Marc. Lelaki itu mendapat laporan bahwa Irwan telah beberapa kali melakukan kencan buta dengan bantuan aplikasi jodoh.“Memang berapa kali sih kamu berkencan?”“Tiga kali.”“Artinya aplikasi itu tidak bagus. Mungkin kamu bisa coba cara konvesional saja.”“Maksudmu, amati sekeliling, jika ada yang menarik langsung ajak kencan?”“Iya seperti itu.”Dengan cepat, kepala Irwan menggeleng. Menurutnya kehidupannya sekarang hanya kantor dan rumah. Sementara ia tidak ingin berkencan dengan teman atau pegawai kantor.Marc menawarkan bantuan. Ia berkata Larry mungkin memiliki teman wanita yang juga sedang mencari jodoh. Mereka sama-sama tau, Larry memiliki pergaulan yang luas.Pasrah, Irwan mengangguk. Mereka melanjutkan membahas pekerjaan. Hingga akhirnya diskusi itu selesai.“Sepertinya hari ini kamu dan timmu harus lembut.” Marc berkata seraya bersiap akn pergi.“Iya. Aku juga berpikiran
“Jadi, kamu tidak berfoto sama Vania?” Sarah mengulangi pernyataan Marc yang menyangkal ia berada satu frane bersama Arzan dan Vania.“Tidak.” Marc menggeleng tegas. “Aku lebih dulu yang berfoto berdua dengan Arzan. Setelah itu Vania dan Arzan.”Tetapi, Marc berkata saat itu memang banyak kamera yang mengarah pada mereka. Marc tidak menaruh curiga karena mereka sedang berada di sekolah.“Jadi, kamu jangan berprasangka buruk padaku.”“Siapa yang berprasangka buruk?”“Aku takut kamu cemburu.”Sarah mencebik. “Tidak. Lagipula kalau kamu mau sama Vania, ya silahkan saja.”Marc terperanjat mendengar pernyataan istrinya. “Kok gitu?”“Yaa ... kamu suka nggak sama Vania?”“Enggak lah. Pertanyaanmu aneh sekali, Sayang.”“Ya, sudah. Kalau begitu, aku tidak curiga, cemburu, kesal atau marah padamu.”Marc mengembuskan napas lega. Meski ia jadi merasa aneh karena Sarah seperti cuek saja. Rasanya ia lebih suka Sarah cemburu.Bukankah cemburu tanda cinta? Tanda bahwa seorang istri tidak ingin suamin
Berita peluncuran buku Vania diiringi pemberitaan yang cukup menghebohkan. Beredar gosip bahwa Marc adalah ayah kandung dari anak Vania. Berita mengguncang itu dilengkapi foto Arzan saat kemping di mana anak itu berdiri di antara Marc dan Vania.Mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia.“Kenapa kamu tidak ikut berfoto, Sarah?” Frank terlihat protes pada menantunya.“Saat akan foto, Vivi rewel, Pa. Jadi aku membawa Vivi ke suster dulu.” Sarah mengembuskan napas berat mendapat berita tersebut. Ia juga tidak tau ternyata Marc berfoto bertiga dengan Arzan dan Vania.“Mama akan marahi suster. Sudah tau Vivi sakit, kenapa ia tidak siaga di dekatmu.” Lucy dengan kesal juga ikut protes.“Aku yang suruh suster menunggu di luar, Ma. Itu kan area khusus pengantar anak-anak yang kemping.”“Lalu, kenapa Vania ikut-ikutan?” Lucy masih tidak terima.Sarah mengaku bahwa ia mengizinkan Vania ikut. Bahkan ia sendiri yang meminta izin pada sekolah agar ibu kandung Arzan itu bisa mengikuti upaca
“Wah sepertinya acara peluncuran buku Vania cukup besar, ya. Itu ada bannernya di depan mall.” Ibu Irma menunjuk promosi yang ia maksud.“Semua event di mall pasti akan diletakkan di depan, Bu. Agar banyak orang yang tertarik.” Irwan menanggapi.Siang ini, Irwan mengantar Ibu Irma ke mall. Vania mengundangnya dalam peluncuran novel terbaru di toko buku terbesar di kota mereka yang berada di lantai dasar mall tersebut.Setelah memarkir kendaraannya, Irwan berjalan di sisi sang Ibu. Tangan Irma memegang undangan dari Vania serta membaca lokasi acara. Seorang sekuriti menunjuk bagian tengah mall yang terlihat ramai.“Kamu yakin tidak mau ikut?” Irma bertanya pada putranya.“Aku kan bukan penggemar novel, Bu. Males, ah.”“Sayang, lho. Undangan ini harusnya untuk dua orang. Sarah juga diundang, tetapi kebetulan Vivi sedang sakit jadi Sarah batal datang.”“Vivi sakit? Sakit apa?”“Badannya anget karena mau tumbuh gigi. Kata Sarah, Vivi jadi rewel banget.”“Oh, kasihan.”Ibu Irma lalu masuk
“Vivi sudah tidur, Sayang.” Marc membela diri. “Tapi, kami takut kamu marah.”Sarah mendengus pelan. Ia lalu pindah ke sisi Vivi dan mengamati putrinya. “Bisa-bisanya anak bayi ini berakting.”“Vivi sudah bisa pura-pura nangis, tertawa dan tidur lho, Sayang.” Marc dengan bangga berkata pada istrinya.“Iya, aku sudah tau. Tetapi, tidak menyangka ia menuruti permintaanmu untuk pura-pura tidur saat aku masuk dan ia berhasil.”Ternyata Vivi memang sedang rewel. Setelah diajak bermain sebentar lalu menyusu, Vivi baru tertidur. Perlahan, Sarah dan Marc pindah ke kamar mereka.Sarah dan Marc kini sudah berbaring di ranjang dengan piyama yang senada. Sarah meletakkan kepalanya di dada Marc hingga ia bisa mendengar detak jantung sang suami. Ia menceritakan percakapannya dengan Arzan barusan.“Anak itu tau mana yang paling menyayanginya.”Tangan Sarah memukul dada Marc. “Jangan begitu. Sudah kubilang kita tidak tau apa yang terjadi hingga Vania meninggalkan bayinya. Jangan selalu berpikiran neg
Makanan sisa dari restoran akhirnya dibawa Vania pulang. Vania membelikan pizza utuh sebagai oleh-oleh untuk keluarga Carrington. Mereka kini dalam perjalanan pulang.“Nanti cerita sama Ibu pengalaman kempingnya, ya.”“Iya.”“Minggu depan, kita ketemu di kafe Ibu Irma. Kata Ibu Irma, kamu suka di sana.”Arzan mengangguk. “Iya. Soalnya, aku suka sama Nenek Irma.”Vania tersenyum. Putranya dikelilingi orang-orang baik. Ia merasa malu karena masa lalunya.Begitu sampain di depan rumah, Vania juga mengantar Arzan. Pelayan meminta Vania menunggu di foyer. Wanita itu menunduk menatap putranya.“Apa Mama sudah tidur jam segini?”Arzan menggeleng. “Biasanya Mama Papa tidur malam sekali.”Tak lama berselang, mereka mendengar suara ketukan heels. Vania menoleh ke asal suara sementara Arzan berjalan mendekati Sarah yang telah terlihat sosoknya di kejauhan.“Mama. Arzan pulang.” Arzan segera memeluk Sarah yang membalasnya.“Hai, anak pintar.” Sarah mencium pipi Arzan, lalu menoleh pada Vania. “Te
“Jadi, malam ini kamu tidak pulang lagi?” Sarah berusaha menahan sesak di dada dan melirik Marc.Lelaki tampan yang berstatus suaminya itu sedang mengepak pakaian ke dalam koper. Pagi tadi, ia baru saja pulang dan membawa satu tas penuh baju kotor.“Kamu tau, aku harus menjaga Papa.”“Bukankah sudah ada tim dokter dan beberapa perawat yang menjaga Papa?” Sarah menyahut dengan nada keberatan.Bagaimana tidak? Mereka baru menikah satu bulan yang lalu. Satu minggu kemudian, Papa mertuanya sakit dan sejak itu kesehatannya terus menurun. Marc yang merupakan anak tunggal kemudian sering meninggalkan Sarah sendirian untuk menjaga Papanya. “Kenapa kamu seperti tidak suka aku menjaga Papaku?” Marc membalas dengan tatapan dinginnya pada Sarah.Sarah tersentak sedikit melihat sikap Marc. “Bukan begitu. Kita baru saja menikah, tetapi sangat jarang bersama.”“Kita menikah karena dijodohkan, apa yang mau kamu harapkan?” Marc telah selesai berkemas. Ia menatap Sarah tanpa senyum.Akhirnya, Sarah tid
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments