Share

5. Merubah Identitas

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2024-07-19 21:46:29

Sarah menggeleng tak mengerti. Beberapa kali ia berusaha mencoba menghubungi Marc, namun teleponnya selalu dialihkan. Satu bulan telah berlalu dan ia benar-benar putus hubungan dengan suami dan keluarganya.

Hal ini membuat Sarah bertekad bangkit dan kembali dengan pribadi yang lebih kokoh.

Ia harus pulang ke kota dan melihat dengan mata kepala sendiri tentang apa yang terjadi pasca operasi.

“Lelaki itu pantas hidup lebih lama.” Ibu Irma berceloteh di samping Sarah sambil melirik ponsel Sarah.

Layar kecil itu memang sedang menampilkan berita tentang Frank Carrington. Setelah dinyatakan sembuh, lelaki itu semakin melebarkan sayapnya ke berbagai yayasan sosial. Bersama Marc, putra satu-satunya, mereka kerap kali berdonasi besar-besaran untuk membantu orang-orang yang kekurangan.

“Eh, siapa, Bu?” Sarah menoleh dan menatap Ibu Irma dengan raut bingung.

“Itu.” Ibu Irma mengendikkan dagu pada layar ponsel Sarah. “Tuan Carrington sangat bermanfaat hidupnya untuk orang banyak, ia pantas mendapatkan kesempatan hidup lebih lama.”

Kini Sarah menatap ponselnya di mana foto Frank dan Marc terpampang di sana. Ia hanya bisa mengangguk pelan menyetujui pendapat Ibu Irma.

“Dia beruntung ada wanita yang sangat baik hati mendonorkan ginjalnya.” Ibu Irma melirik Sarah dengan penuh arti.

“Iya.” Sarah menjawab singkat.

“Tuan Marc – putra Tuan Frank kemarin datang ke rumah sakit.”

Spontan, Sarah menoleh cepat dengan mata membulat. “Marc ke rumah sakit, eh, maksudku Tuan Marc? Ada apa?”

Melihat reaksi Sarah, Ibu Irma tersenyum sedikit. “Ingin memberikan donasi khusus untuk penderita gagal ginjal.”

Sebagai seorang staff yang sering berkeliling di rumah sakit, tentu saja Ibu Irma mendengar berbagai macam informasi. Dengan santai Ibu Irma bercerita bahwa keluarga Carrington memang mendata berbagai rumah sakit yang memiliki pasien penderita sakit ginjal.

“Jujur saja pada Ibu, kamu ‘kan yang mendonasikan ginjal untuk Tuan Frank?” Ibu Irma menebak.

Selama tinggal bersama, Ibu Irma kerap mengamati Sarah. Wanita muda itu sering mencari informasi tentang keluarga Carrington. Bahkan Ibu Irma pernah memergoki Sarah tampak kesal saat menelepon Marc dan tidak berbalas.

Tidak ada yang bisa ditutupi. Mendengar alasan kecurigaan Ibu Irma yang memang tepat sasaran, Sarah mengangguk pelan. Wanita setengah baya itu langsung memeluk Sarah dengan terharu.

“Ibu sudah curiga saat dokter berkata luka sayatanmu merupakan sayatan dokter ahli terbaik. Dokter itu heran melihat ada pasien yang habis donor ginjal dipindahkan ke rumah sakit kecil.”

Sambil menahan air matanya, Sarah bercerita. Sesekali, kepalanya menggeleng dan menarik napas dalam-dalam. Ibu Irma malah terlihat lebih emosional.

“Kita ke kota sekarang!” Ibu Irma bangkit dan menarik tangan Sarah.

“Eh?” Sarah tampak bingung dengan sikap tiba-tiba Ibu Sarah.

“Ibu memiliki tabungan. Kita bisa sewa apartemen kecil di kota. Lagipula, penghasilanmu sudah cukup lumayan.”

Sarah mengedipkan mata berkali-kali. Ia memang berencana akan pulang sesuai janjinya pada Marc. Tetapi, ia sangat tidak menyangka akan reaksi Ibu Irma.

“Kamu pasti memiliki rencana, bukan? Ceritakan pada Ibu!” Sambil membereskan barang-barangnya, Ibu Irma memerintah Sarah.

Setelah akhirnya bisa menguasai diri, Sarah menceritakan apa yang akan ia lakukan ketika kembali ke kota. Ibu Irma mengangguk setuju. Sarah tersenyum bahagia karena mendapat perhatian yang begitu besar dari wanita yang bahkan tidak memiliki hubungan darah dengannya.

Tekad Sarah bulat. Ia akan mencari tau pengkhianatan dan kebohongan apa saja yang ia alami. Begitu tiba di kota, Sarah mengawali penyelidikannya dari rumah sakit. Sarah berpura-pura memeriksa kesehatan. Selama menunggu, Sarah mendapat informasi dari seorang suster ramah bahwa Frank Carrington juga masih memeriksakan kesehatannya secara rutin.

“Syukurlah kalau beliau baik-baik saja.” Sarah tersenyum senang.

“Apa pendonornya juga memeriksa kesehatan di sini?”

Suster tersebut berpikir sejenak, lalu menggeleng. “Tidak. Menurut keluarga Carrington, gadis itu memilih rumah sakit di luar negeri untuk memulihkan diri. Keluarga Carrington yang membiayai semua.”

Tanpa bisa menahan diri, Sarah membelalakkan matanya pada sang suster. Kebohongan macam apa lagi itu?

Setelah berhasil menguasai diri, Sarah kembali mengobrol santai.

“Beruntung, ya, gadis itu. Pasti hidupnya jadi lebih terjamin.”

“Tidak ada yang tau pasti. Setelah dua hari dioperasi gadis itu telah pergi karena memang identitasnya disembunyikan.”

Sarah memutuskan menghubungi asisten Frank melalui email perusahaan. Asisten tersebut membalas melalui email pribadi dan memberikan nomer kontaknya. Sarah segera menelepon dan meminta waktu untuk bertemu dengan Frank, orang yang saat ini menurutnya paling tepat ia temui untuk memperoleh keterangan.

Tak lama kemudian, Sarah mendapat balasan. Frank bersedia bertemu dengannya. Sarah tersenyum penuh haru. Ia bergegas pergi untuk menemui mertuanya.

Tempat yang dipilih Frank sangat private. Sebuah restoran mahal dengan ruangan khusus.

“Sarah? Ya ampun, Nak. Ke mana saja kamu?” Frank terkesima melihat penampilan Sarah yang tampil elegan dengan make up natural.

“Maaf, Pa. Sarah harus memulihkan diri di tempat terpencil.”

“Akh, kamu pasti masih sedih karena kepergian Ayahmu, ya. Tetapi, kamu  telah menikah dengan Marc. Tidak baik meninggalkan suamimu sendirian.”

Frank tidak sepenuhnya salah. Hanya saja, sesungguhnya yang sering meninggalkan dirinya justru adalah Marc. Ia hanya dibuang keluarga tirinya.

“Sarah tidak bisa menghubungi Marc, Pa.”

“Lho? Kok bisa?”

Sarah menjelaskan telepon dan email Marc tidak pernah dibalas.

Marc juga tidak sekali pun mencarinya.

Kerutan dalam terlihat di dahi Frank. Lelaki itu memanggil asistennya dan menceritakan masalah yang dihadapi Sarah.

“Mungkin bisa kita tanyakan pada Marsha.” Asisten Frank membalas.

“Ke—Kenapa bertanya dengan Marsha?”

“Marsha sudah diangkat menjadi sekretaris pribadi Marc. Ia yang mengurus semua telepon dan email yang masuk.”

“Marsha menjadi sekretaris pribadi Marc?” ulang Sarah tak percaya. Pasalnya, ia tau, Marsha sama sekali tidak memiliki keahlian pada bidang tersebut.

“Yaah ... hitung-hitung balas budi kami pada Marsha karena telah mendonorkan ginjalnya pada Papa.”

Seketika Sarah membatin. Tatapan wanita itu menggelap, dengan tangan yang mengepal di bawah meja. Ia membatin, ‘Jadi, benar mereka mengubah identitasku sebagai pendonor?’

Related chapters

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   6. Shock

    “Kamu baik-baik saja?” Frank menatap Sarah yang terdiam dan tampak tegang.Sarah mengangkat sedikit kepala dan menatap Papa mertua-nya. “I – Iya, Pa. Maaf, Sarah hanya kaget saja bahwa ternyata Marsha yang mendonorkan ginjalnya untuk Papa.”“Kamu tidak tau? Apa saat itu kamu sudah pergi?”Kepala Sarah hanya menggeleng menanggapi pertanyaan Frank. Sungguh ia masih shock. Lalu, tiba-tiba ia ingat sesuatu.“Pa, boleh Sarah tau berapa hutang Ayah?”Frank yang sedang minum air putih hampir tersedak. Ia berdehem sedikit lalu menatap Sarah dengan pandangan bingung.“Hutang apa, Nak?”“Bukannya Ayah berhutang pada Papa? Biaya rumah sakit, sekolah aku dan Marsha dan cicilan rumah. Papa tidak tau?”Kepala Frank menggeleng-geleng. “Dari mana kamu dapat informasi itu? Tidak. Thomas, ayahmu tidak berhutang pada siapa pun. Papa tau pasti tentang itu.”Apa Ayah berhutang pada bank? Atau jangan-jangan hutang Ayah dianggap lunas oleh Papa karena ia mau menikah dengan Marc? Sarah bertanya-tanya di dala

    Last Updated : 2024-08-09
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   7. Istri Sahmu Telah Kembali

    “Nyo-Nyonya Sarah?” Menjelang jam kantor usai, Sarah tiba di kantor suaminya. Ia sengaja memilih jam tersebut, karena ingin membuat efek kejut yang luar biasa.Upayanya juga tidak main-main. Sebelum ke sini ... Ia menyempatkan diri ke salon dan butik langganan. Wajahnya yang semula polos tanpa riasan, kini terlihat bersinar. Belum lagi rambutnya yang biasa dikuncir, kini digerai dengan bagian bawah yang dibuat bergelombang, indah. Lenggak-lenggok Sarah yang melangkah dalam balutan heels itu membuat mata-mata para karyawan tertuju padanya. Nyonya yang sebelumnya terlihat begitu apa adanya ... Kini terlihat begitu berbeda.Sengaja melangkah anggun dan pelan, Sarah membiarkan semua pegawai Marc melihat kedatangannya dan menatapnya kagum. Tentu saja mereka berbisik-bisik melihat penampilan baru istri presiden direktur mereka.“Bukankah itu Nyonya Sarah, istri Presdir kita?”“Dia sangat cantik sekarang.”“Tuan Marc pasti menyesal karena berniat menceraikan istrinya.”Dahi Sarah kini berkerut

    Last Updated : 2024-08-10
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   8. Apa Rumor itu Benar?

    Usai berkata demikian, Sarah langsung masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh supir pribadi Marc.“Antarkan Marsha lebih dulu,” pesan Marc pada sopirnya yang kemudian diangguki.Begitu mobil berjalan, Sarah tiba-tiba merasa lebih emosional. Meski saat ini Marsha duduk di depan, di samping supir ... Tapi tidak menutup kemungkinan mereka pernah atau bahkan sering duduk bersisian seperti ia dan Marc saat ini.Pikiran Sarah yang semrawut itu baru terdistraksi saat mobil berhenti di sebuah lingkungan apartemen mewah.Marsha menoleh ke belakang, “Terima kasih sudah mengantarku, Marc.” Gadis itu menatap Marc dengan senyumnya, lalu menatap Sarah dengan tatapan dingin. “Sampai jumpa lagi, Sarah.”Sarah tidak menjawab selain mengangguk heran. Ia mengamati sekeliling dan merasa asing. “Apa yang Marsha lakukan di gedung itu? Bukannya tadi ia mau pulang?”Dahi Marc berkerut mendapat pertanyaan Marsha. “Apa kalian benar-benar tidak saling menghubungi? Kamu tidak tau ibu dan kakakmu t

    Last Updated : 2024-08-11
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   9. Ancaman

    “Kamu setuju kita bercerai? Marc menatap heran pada Sarah.“Kenapa bingung? Bukannya kamu yang menyarankan begitu?” Sarah seolah menantang suaminya.“Apa syaratnya?” Marc duduk tegak dan siap mendengarkan.Sarah mengatakan bahwa ia memikirkan nama baik keluarga. Baginya, keluarga Carrington akan mendapat cibiran saat mereka bercerai padahal baru sebulan menikah. Belum lagi, Frank yang palling mendukung mereka akan sangat terkejut mendapat berita ini.“Kita harus bertahan dalam pernikahan ini setidaknya tiga bulan.”Marc berpikir sejenak. Lalu, lelaki itu mengangguk. “Demi nama baik keluarga dan pemulihan Papa, aku setuju.”“Kita harus menjadi suami-istri yang baik di depan semua orang terutama Papa dan Mama.”“Berarti kamu juga harus menjalankan peran sebagai istri, termasuk melayaniku di ranjang.”“Dan kamu sebagai suami yang perhatian dan melindungi istri.” Sarah tak mau kalah.Syarat-syarat itu akhirnya disepakati bersama. Bahkan mereka berjabatan tangan meresmikan perjanjian terse

    Last Updated : 2024-08-12
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   10. Makan Malam

    “Ya Tuhan, Nak. Kenapa tidak kamu langsung beritahu Tuan Frank saja atau pada Tuan Marc, suamimu?” Ibu Tinna menggeleng mendengar cerita Sarah.Setelah bertemu dengan ibu dan kakak tirinya, Sarah menyempatkan datang ke apartemen yang disewanya bersama Ibu Irma. Begitu bertemu, Sarah langsung menceritakan semua. Ibu Irma menggeleng-geleng mendengar cerita tersebut.“Kalau Sarah yang memberitahu, mereka masih bisa mengelak, Bu. Semua data mereka palsukan. Sarah ingin kebohongan mereka terbongkar dengan sendirinya.”“Kelamaan! Jangan membiarkan kebusukan berlangsung lama.” Ibu Irma memberengut kesal.“Justru nantinya, kebusukan itu baunya akan menyebar ke mana-mana. Lagipula, Sarah takut ancaman Ibu Tinna pada keluarga Carrington benar-benar dilakukan.”Embusan napas kasar dikeluarkan Ibu Irma. Meski tidak setuju, ia tidak bisa berbuat apa pun.Sarah mengamati sekeliling apartemen. Tempat sederhana itu sangat rapi dan bersih. Ibu Irma memang wanita yang sangat rajin.“Sepertinya Ibu mau

    Last Updated : 2024-08-13
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   11. Menunda Perceraian

    Bagaimana Sarah bisa keberatan? Rasanya ia tidak memiliki kuasa untuk menolak, bukan? Akhirnya Sarah hanya memberikan senyum pada Papa mertuanya sebagai jawaban.Sarah kembali harus bersabar. Lucy memberikan tempat untuk Marsha di samping kiri Marc sedangkan ia di sisi kanan. Sementara di hadapannya Frank, Lucy dan Tinna.“Semenjak Papa dioperasi, hidangannya jadi seperti ini. Dan semua akhirnya ikut makan makanan yang sama.” Frank bicara sambil memperlihatkan hidangan makanan sehat di meja makan. “Semoga kamu tidak keberatan. Kalau Tinna dan Marsha sudah beberapa kali makan bersama kami, jadi sudah terbiasa.”Respons yang diberikan Sarah hanya mengangguk dan lagi-lagi tersenyum. Ia merasa seperti wanita yang tidak diinginkan kehadirannya di tempat ini. Bahkan terlihat Marsha sudah siap menggantikan posisinya.“Marsha, bagaimana pekerjaanmu, Sayang? Baik-baik saja, kan?” Lucy bertanya dengan nada manis pada Marsha.“Baik, Ma. Terima kasih.” Marsha pun membalas santun.“Jangan terlalu

    Last Updated : 2024-08-13
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   12. Suasana yang Tegang

    Acara makan malam yang semula canggung menjadi lebih tegang. Frank kembali membentak pelan istrinya. Meminta Lucy untuk bersikap sopan sebagai nyonya rumah.Sementara Lucy tampak tidak mengindahkan ucapan suaminya. Ia terus saja mendesak putranya untuk segera menikahi Marsha.“Tidak!” Marc menggeleng dan berkata tegas. “Aku justru mempertahankan pernikahan ini demi nama baik keluarga kita.”Semua terdiam mendengar pernyataan Marc. Frank menatap putra dan menantunya bergantian seolah ingin meminta penjelasan.“Kami baru menikah satu bulan. Media berita pasti akan berkicau negatif tentang keluarga Carrington secara keluarga kita selalu dianggap keluarga ideal.” Marc mengungkapkan alasanya pada semua orang di ruangan.Frank mengangguk keras tanda setuju. “Betul.” Lalu menoleh pada Lucy. “Kamu harusnya juga mempertimbangkan nama baik kita.”Namun Lucy mendengus kasar dan membalas ucapan Frank. “Perduli apa kata orang. Bukankah kamu dan Marc biasanya tidak mau tau apa pendapat orang?”“Ka

    Last Updated : 2024-08-14
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   13. Sayatan yang Berbeda

    Setelah mengeluh nyeri. Tinna membuka atasan Marsha. Marc ikut membungkuk dan menenangkan Marsha membuat Sarah penasaran dan mendekati Marsha.Dan sekarang, ia melihat sayatan panjang di samping perut Marsha. Sayatan itu bahkan masih merah dan basah. Sarah menggeleng tak mengerti.“A – Apa itu?” Sarah terbata bertanya.“Jangan berlagak bodoh!” hardik Lucy pada Sarah. “Kamu lihat sendiri, itu adalah bekas luka sayatan pendonor ginjal.”“Hah?” Sarah luar biasa terkejut. Ia mundur beberapa langkah saat semua orang kini memberi perhatian pada Marsha.Tinna berjongkok di depan Marsha dan membersihkan luka berair itu. Lucy mengelus-elus sayang kepala Marsha. Frank berdiri sambil menenangkan Marsha.Yang paling membuat Sarah tak bisa berkata-kata lagi adalah suaminya yang datar itu membantu mengoleskan salep pada luka dan membalutnya. Seketika Sarah terhuyung, namun tak ada yang melihatnya.Sarah berpegangan pada kursi. Bertanya-tanya bagaimana Marsha mendapat luka sayatan tersebut. Dan kena

    Last Updated : 2024-08-14

Latest chapter

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   205. Keluarga Besar

    Tiga tahun berlalu dengan cepat. Keluarga Carrington sedang berlibur di sebuah perkemahan mewah. Mereka juga mengajak keluarga Ibu Irma.Irwan dan Vania telah menikah dan memiliki satu orang anak perempuan yang dinamai Nirvana."Kenapa Kak Arzan jagain Vana terus?" Vivi memberengut kesal saat ia minta Arzan menemaninya main tetapi anak lelaki itu sedang sibuk menjaga adiknya."Vana masih kecil, Vivi. Sini, kita main sama-sama." Arzan menepuk sisinya yang kosong. Namun, Vivi malah melengos dan memilih bergelayut manja di kaki Papanya."Aku panggil Irwan dulu biar ia menjaga Vana." Vania yang sedang memasak dapur merasa tak enak hati mendengar pembicaraan Arzan dan Vivi."Sudah, biarkan saja. Gak papa, kok." Sarah yang sedang hamil besar menenangkan Vania."Aku gak enak, Sarah. Sepertinya Vivi cemburu karena Arzan menjaga Vana terus.""Lihat itu." Sarah mengendik pada Vivi yang kini asyik bermain bersama Marc. "Dia kesal cuma sebentar, kok."Vania tersenyum simpul dan mengangguk. Apalagi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   204. Peringatan Dini

    Ulang tahun pertama Vivi sangat meriah. Meski anak perempuan itu belum memiliki banyak teman, tetapi tamu-tamu undangan mulai dari balita hingga kakek nenek banyak yang hadir.Marc menyulap taman belakang menjadi taman bermain yang nyaman dengan tenda dan AC portable di mana-mana. Berbagai makanan sehat tersebar di penjuru taman.Sebagian tamu adalah teman-teman Arzan yang membawa adik-adik mereka. Vivi jadi memiliki teman sebaya."Sepertinya, prediksi Arzan tepat. Akhir-akhir ini mereka jadi dekat, bukan?" Sarah melirik pada Irwan dan Vania yang tampak asyik berbincang dengan ibu Irma.Tanpa melihat objek pembicaraan mereka, Marc mengangguk. Lelaki itu melingkari tangan di pinggang sang istri dan membawanya ke meja makan."Masih lapar?" Sarah mengamati suaminya yang mengambil makanan cukup banyak."Apa kamu tidak lihat? Aku tadi lari-larian mengikuti Vivi?" Marc memotong steak ayam lalu menyuapi dirinya. "Lagipula, steak ini lezat sekali."Bahkan Sarah akhirnya ikut makan karena Mrac

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   203. Bisa Berjalan

    Sesuai rencana, berita tentang Marc dan Vania menghilang. Tentu saja itu tidak lepas dari tim yang dibuat Adrian untuk menghapus semua postingan tersebut.“Sayang.” Marc menyapa istrinya yang sedang menyusui Vivi.“Ya?”“Jam berapa Arzan datang?”“Vania bilang, mereka sudah dalam perjalanan.”“Hmm ... aku ada rapat. Sengaja kubuat online. Tapi kalau Arzan datang dan aku belum selesai, minta ia ke ruang kerjaku saja, ya.”“Oke. Selamat rapat.”Marc mengangguk. Lalu, membungkuk sedikit untuk mencium pipi istri dan putrinya. Setelah itu, ia keluar dari ruang bayi.Setelah Marc keluar, seorang pelayan masuk membawa paket untuk Sarah.“Tolong dibuka,” pinta Sarah pada pelayan yang langsung mengangguk.Sarah tau isi paket itu adalah buku-buku Vania yang ia pesan secara online. Pelayan memberikan buku -buku yang masih berplastik itu pada Sarah lalu keluar.Vivi melepas puncak dada Mamanya karena tertarik dengan buku yang dipegang Sarah. Ia merebut buku tersebut lalu ikut membolak-balik halam

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   202. Mengaku Salah

    “Maafkan aku. Aku mengaku salah.” Khanza menunduk dalam-dalam.Adrian dan pengacara mendatangi kantor penerbit buku Vania. Mereka memberikan data bahwa Khanza membuat berita kebohongan agar publik tertarik pada cerita Vania dan membeli buku terbarunya.Direktur penerbitan menggeleng samar melihat data-data tersebut. Ia tidak menyangka Khanza berbuat seperti itu.“Aku melakukannya untuk Vania.” Khanza berkilah, membela diri.“Aku yakin Vania pun tak setuju kamu membantu dengan cara ini.” Adrian mengecam.“Vania sedang tidak fokus. Banyak pikiran. Jadi, aku pikir, aku perlu membantunya sedikit.”Direktur menggeleng. Ia juga tampak tidak setuju. Apalagi sampai ada pengacara yang menuntut mereka.“Masalahnya, Nona.” Pengacara menatap wajah Khanza dengan pandangan tajam. “Yang anda cemarkan adalah keluarga Carrington, terutama Tuan Marc.”“Lelaki yang selama ini terkenal dingin dan tidak bersosialisasi dengan media.” Adrian menambahkan.Direktur menengahi. Mereka akan membuat pengumuman pe

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   201. Terima Kasih

    Pagi di bumi perkemahan cukup cerah setelah semalaman hujan. Pengelola bahkan tidak mengizinkan peserta kemping untuk melakukan trekking.“Terus kita ngapain, Om?” Arzan mengguncang-guncang tangan Irwan.“Masih ada pilihan untuk memancing. Kamu mau?”“Om bisa memancing?”“Bisa, dong.”“Mauuu.” Arzan menjerit senang.Vania menatap kebersamaan Irwan dan Arzan. Seandainya Bryan masih hidup, mungkin yang berdiri di depannya sekarang ada sosok Bryan dan Arzan. Vania menggeleng membuyarkan lamunannya.Telah lima tahun berlalu, tetapi rasanya masih sama. Kehilangan dan kedukaan itu masih sangat jelas di mata Vania.“Ibu, ayo ikut memancing,” ajak Arzan.Vania tau, Arzan pasti disuruh Irwan. Ia sebenarnya tidak tau apa-apa tentang memancing, tetapi demi menemani Arzan, Vania mengangguk.Perahu disiapkan pengelola perkemahan. Vania melihat Irwan berbincang dengan penjaga Arzan. Seperti setiap kegiatan Arzan, harus dilaporkan pada keluarga Carrington.Akhirnya mereka bertiga di atas perahu. Mer

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   200. Pendengar yang Baik

    Irwan menunggu. Vania mungkin sedang mengumpulkan kekuatan untuk memceritakan kisah kelamnya pada seseorang. Apalagi ia adalah orang baru yang pertama kali ditemui."Aku dan Bryan, ayah Arzan menikah tanpa restu. Kami lari dari keluarga karena memilih mempertahankan cinta."Vania mengembuskan napas kasar. Ia menyandarkan punggung pada dinding. Jari-jari tangannya saling bertautan."Di perkemahan seperti ini lah kami berbulan madu. Tiga bulan kemudian, aku hamil. Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, beberapa bulan berikutnya, Bryan didiagnosis menderita kanker usus."Isakan Vania membuat Irwan memeluk erat Arzan. Ia tak ingin Arzan terbangun. Vania lalu sadar untuk segera menguasai diri.Sembari mengatur napas, Vania mengusap air matanya. Kini ia duduk sambil memeluk kaki-kakinya yang ditekuk.Dalam keadaan hamil, Vania merawat Bryan. Bryan cukup tegar dan berusaha menjalani pengobatan didampingi Vania.Pilihan itu datang saat Vania melahirkan. Kondisi Bryan bertambah lemah. Keuanga

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   199. Sudah Siap, Bukan?

    Alrzan langsung bersembunyi di balik tubuh Vania. Wanita itu menyorotkan lampu senter pada lelaki yang berdiri di kegelapan. Arzan mengintip lalu bersorak.“Om Irwan.” Arzan langsung berlari menghampiri dan memeluk Irwan. “Lampu kabin kami mati, Om.”Irwan mengusap kepala Arzan. “Iya, kabin Om juga. Tadinya Om mau mencari bantuan tapi mendengar teriakan. Kebetulan sekali kita ada di sini, ya."“Aku bersama Ibu Vania. Cuma berdua.” Arzan menunjuk Vania yang terpaku di tempat melihat kedekatan putranya dengan lelaki yang dipanggil Om Irwan tersebut.Irwan mengangguk. Setelah berada pada jarak cukup dekat, Irwan menjulurkan tangan. Vania menyambutnya dan tersenyum penuh kelegaan.“Irwan. Aku putra Ibu Irma.”Sejenak setelah balas menyebut namanya, Vania mengamati Irwan. Rasanya ia pernah bertemu dengan lelaki ini. Tetapi, ia tidak ingat meskipun ia sering berada di kafe.“Kita memang belum pernah bertemu sebelum ini.” Irwan menjawab pengamatan Vania pada dirinya. “Oh, mungkin sekali. Saa

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   198. Orang Terdekat

    “Jadi Khanza, editor Vania yang menjadi otak gosip antara kamu dan Vania?” Sarah mengangkat alisnya. Tak menyangka bahwa ternyata orang terdekat Vania lah yang membuat kebohongan tersebut.“Iya. Itu dilakukan untuk mendongkrak penjualan buku Vania. Kamu ingat? Gosip itu beredar tak lama novel baru Vania terbit di pasaran.”Sarah mengangguk mengerti. “Vania tau?”“Itu sedang diselidiki Om Adrian.”“Perasaanku mengatakan Vania tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua.”Pernyataan Sarah dikuatkan oleh dugaan bahwa Vania tidak mungkin mempertaruhkan nama baiknya. Jika ia memang terlibat dan keluarga Carrington tau, ia pasti tidak akan bertemu lagi dengan Arzan. Bahkan Sarah sendiri pun akan melarangnya.Marc mengangguk setuju. Ia berharap hari ini juga sudah mendapat kabar dari orang-orang Adrian yang bekerja untuk mengusut kasus pencemaran nama baik ini.“Jika Arzan sudah pulang, kemungkinan ia menemukan berita tersebut akan besar. Aku tidak ingin itu terjadi.”“Aku tau.” Sarah mencebi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   197. Tidak Mampu Bersaing

    Dua hari kemudian, Vania menjemput Arzan. Selama akhir minggu, ia akhirnya memperoleh izin membawa Arzan hanya berdua saja. Vania menjemput Arzan di rumah keluarga Carrington.Sarah menyambut Vania sambil menggandeng Arzan. Ia menyerahkan tangan Arzan pada Vania dan hanya berpesan untuk bersenang-senang.“Ingat pesan Mama ya, Sayang.” Sarah mengelus kepala Arzan sebelum putra angkatnya itu masuk ke dalam mobil.Arzan mengangguk lalu memeluk Sarah erat-erat. Ia juga mencium pipi Sarah dan berkata akan menurut pada pesan sang Mama. Vania memperhatikan inetraksi tersebut dengan rasa haru.Selalu saja ada rasa iri di hati Vania. Tapi, ia merasa itu hal yang wajar. Ia bertanya dalam hati kapan Arzan akan sehangat itu pada dirinya.Dalam perjalanan, Arzan lebih banyak mengamati jalanan. Sesekali ia menengok ke belakang. Sebuah mobil van mengikuti kendaraan Vania.“Ada mobil penjagamu, ya?” Vania tersenyum pada Arzan.Anak lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ibu kandu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status