Share

5. Merubah Identitas

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sarah menggeleng tak mengerti. Beberapa kali ia berusaha mencoba menghubungi Marc, namun teleponnya selalu dialihkan. Satu bulan telah berlalu dan ia benar-benar putus hubungan dengan suami dan keluarganya.

Hal ini membuat Sarah bertekad bangkit dan kembali dengan pribadi yang lebih kokoh.

Ia harus pulang ke kota dan melihat dengan mata kepala sendiri tentang apa yang terjadi pasca operasi.

“Lelaki itu pantas hidup lebih lama.” Ibu Irma berceloteh di samping Sarah sambil melirik ponsel Sarah.

Layar kecil itu memang sedang menampilkan berita tentang Frank Carrington. Setelah dinyatakan sembuh, lelaki itu semakin melebarkan sayapnya ke berbagai yayasan sosial. Bersama Marc, putra satu-satunya, mereka kerap kali berdonasi besar-besaran untuk membantu orang-orang yang kekurangan.

“Eh, siapa, Bu?” Sarah menoleh dan menatap Ibu Irma dengan raut bingung.

“Itu.” Ibu Irma mengendikkan dagu pada layar ponsel Sarah. “Tuan Carrington sangat bermanfaat hidupnya untuk orang banyak, ia pantas mendapatkan kesempatan hidup lebih lama.”

Kini Sarah menatap ponselnya di mana foto Frank dan Marc terpampang di sana. Ia hanya bisa mengangguk pelan menyetujui pendapat Ibu Irma.

“Dia beruntung ada wanita yang sangat baik hati mendonorkan ginjalnya.” Ibu Irma melirik Sarah dengan penuh arti.

“Iya.” Sarah menjawab singkat.

“Tuan Marc – putra Tuan Frank kemarin datang ke rumah sakit.”

Spontan, Sarah menoleh cepat dengan mata membulat. “Marc ke rumah sakit, eh, maksudku Tuan Marc? Ada apa?”

Melihat reaksi Sarah, Ibu Irma tersenyum sedikit. “Ingin memberikan donasi khusus untuk penderita gagal ginjal.”

Sebagai seorang staff yang sering berkeliling di rumah sakit, tentu saja Ibu Irma mendengar berbagai macam informasi. Dengan santai Ibu Irma bercerita bahwa keluarga Carrington memang mendata berbagai rumah sakit yang memiliki pasien penderita sakit ginjal.

“Jujur saja pada Ibu, kamu ‘kan yang mendonasikan ginjal untuk Tuan Frank?” Ibu Irma menebak.

Selama tinggal bersama, Ibu Irma kerap mengamati Sarah. Wanita muda itu sering mencari informasi tentang keluarga Carrington. Bahkan Ibu Irma pernah memergoki Sarah tampak kesal saat menelepon Marc dan tidak berbalas.

Tidak ada yang bisa ditutupi. Mendengar alasan kecurigaan Ibu Irma yang memang tepat sasaran, Sarah mengangguk pelan. Wanita setengah baya itu langsung memeluk Sarah dengan terharu.

“Ibu sudah curiga saat dokter berkata luka sayatanmu merupakan sayatan dokter ahli terbaik. Dokter itu heran melihat ada pasien yang habis donor ginjal dipindahkan ke rumah sakit kecil.”

Sambil menahan air matanya, Sarah bercerita. Sesekali, kepalanya menggeleng dan menarik napas dalam-dalam. Ibu Irma malah terlihat lebih emosional.

“Kita ke kota sekarang!” Ibu Irma bangkit dan menarik tangan Sarah.

“Eh?” Sarah tampak bingung dengan sikap tiba-tiba Ibu Sarah.

“Ibu memiliki tabungan. Kita bisa sewa apartemen kecil di kota. Lagipula, penghasilanmu sudah cukup lumayan.”

Sarah mengedipkan mata berkali-kali. Ia memang berencana akan pulang sesuai janjinya pada Marc. Tetapi, ia sangat tidak menyangka akan reaksi Ibu Irma.

“Kamu pasti memiliki rencana, bukan? Ceritakan pada Ibu!” Sambil membereskan barang-barangnya, Ibu Irma memerintah Sarah.

Setelah akhirnya bisa menguasai diri, Sarah menceritakan apa yang akan ia lakukan ketika kembali ke kota. Ibu Irma mengangguk setuju. Sarah tersenyum bahagia karena mendapat perhatian yang begitu besar dari wanita yang bahkan tidak memiliki hubungan darah dengannya.

Tekad Sarah bulat. Ia akan mencari tau pengkhianatan dan kebohongan apa saja yang ia alami. Begitu tiba di kota, Sarah mengawali penyelidikannya dari rumah sakit. Sarah berpura-pura memeriksa kesehatan. Selama menunggu, Sarah mendapat informasi dari seorang suster ramah bahwa Frank Carrington juga masih memeriksakan kesehatannya secara rutin.

“Syukurlah kalau beliau baik-baik saja.” Sarah tersenyum senang.

“Apa pendonornya juga memeriksa kesehatan di sini?”

Suster tersebut berpikir sejenak, lalu menggeleng. “Tidak. Menurut keluarga Carrington, gadis itu memilih rumah sakit di luar negeri untuk memulihkan diri. Keluarga Carrington yang membiayai semua.”

Tanpa bisa menahan diri, Sarah membelalakkan matanya pada sang suster. Kebohongan macam apa lagi itu?

Setelah berhasil menguasai diri, Sarah kembali mengobrol santai.

“Beruntung, ya, gadis itu. Pasti hidupnya jadi lebih terjamin.”

“Tidak ada yang tau pasti. Setelah dua hari dioperasi gadis itu telah pergi karena memang identitasnya disembunyikan.”

Sarah memutuskan menghubungi asisten Frank melalui email perusahaan. Asisten tersebut membalas melalui email pribadi dan memberikan nomer kontaknya. Sarah segera menelepon dan meminta waktu untuk bertemu dengan Frank, orang yang saat ini menurutnya paling tepat ia temui untuk memperoleh keterangan.

Tak lama kemudian, Sarah mendapat balasan. Frank bersedia bertemu dengannya. Sarah tersenyum penuh haru. Ia bergegas pergi untuk menemui mertuanya.

Tempat yang dipilih Frank sangat private. Sebuah restoran mahal dengan ruangan khusus.

“Sarah? Ya ampun, Nak. Ke mana saja kamu?” Frank terkesima melihat penampilan Sarah yang tampil elegan dengan make up natural.

“Maaf, Pa. Sarah harus memulihkan diri di tempat terpencil.”

“Akh, kamu pasti masih sedih karena kepergian Ayahmu, ya. Tetapi, kamu  telah menikah dengan Marc. Tidak baik meninggalkan suamimu sendirian.”

Frank tidak sepenuhnya salah. Hanya saja, sesungguhnya yang sering meninggalkan dirinya justru adalah Marc. Ia hanya dibuang keluarga tirinya.

“Sarah tidak bisa menghubungi Marc, Pa.”

“Lho? Kok bisa?”

Sarah menjelaskan telepon dan email Marc tidak pernah dibalas.

Marc juga tidak sekali pun mencarinya.

Kerutan dalam terlihat di dahi Frank. Lelaki itu memanggil asistennya dan menceritakan masalah yang dihadapi Sarah.

“Mungkin bisa kita tanyakan pada Marsha.” Asisten Frank membalas.

“Ke—Kenapa bertanya dengan Marsha?”

“Marsha sudah diangkat menjadi sekretaris pribadi Marc. Ia yang mengurus semua telepon dan email yang masuk.”

“Marsha menjadi sekretaris pribadi Marc?” ulang Sarah tak percaya. Pasalnya, ia tau, Marsha sama sekali tidak memiliki keahlian pada bidang tersebut.

“Yaah ... hitung-hitung balas budi kami pada Marsha karena telah mendonorkan ginjalnya pada Papa.”

Seketika Sarah membatin. Tatapan wanita itu menggelap, dengan tangan yang mengepal di bawah meja. Ia membatin, ‘Jadi, benar mereka mengubah identitasku sebagai pendonor?’

Related chapters

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   6. Shock

    “Kamu baik-baik saja?” Frank menatap Sarah yang terdiam dan tampak tegang.Sarah mengangkat sedikit kepala dan menatap Papa mertua-nya. “I – Iya, Pa. Maaf, Sarah hanya kaget saja bahwa ternyata Marsha yang mendonorkan ginjalnya untuk Papa.”“Kamu tidak tau? Apa saat itu kamu sudah pergi?”Kepala Sarah hanya menggeleng menanggapi pertanyaan Frank. Sungguh ia masih shock. Lalu, tiba-tiba ia ingat sesuatu.“Pa, boleh Sarah tau berapa hutang Ayah?”Frank yang sedang minum air putih hampir tersedak. Ia berdehem sedikit lalu menatap Sarah dengan pandangan bingung.“Hutang apa, Nak?”“Bukannya Ayah berhutang pada Papa? Biaya rumah sakit, sekolah aku dan Marsha dan cicilan rumah. Papa tidak tau?”Kepala Frank menggeleng-geleng. “Dari mana kamu dapat informasi itu? Tidak. Thomas, ayahmu tidak berhutang pada siapa pun. Papa tau pasti tentang itu.”Apa Ayah berhutang pada bank? Atau jangan-jangan hutang Ayah dianggap lunas oleh Papa karena ia mau menikah dengan Marc? Sarah bertanya-tanya di dala

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   7. Istri Sahmu Telah Kembali

    “Nyo-Nyonya Sarah?” Menjelang jam kantor usai, Sarah tiba di kantor suaminya. Ia sengaja memilih jam tersebut, karena ingin membuat efek kejut yang luar biasa.Upayanya juga tidak main-main. Sebelum ke sini ... Ia menyempatkan diri ke salon dan butik langganan. Wajahnya yang semula polos tanpa riasan, kini terlihat bersinar. Belum lagi rambutnya yang biasa dikuncir, kini digerai dengan bagian bawah yang dibuat bergelombang, indah. Lenggak-lenggok Sarah yang melangkah dalam balutan heels itu membuat mata-mata para karyawan tertuju padanya. Nyonya yang sebelumnya terlihat begitu apa adanya ... Kini terlihat begitu berbeda.Sengaja melangkah anggun dan pelan, Sarah membiarkan semua pegawai Marc melihat kedatangannya dan menatapnya kagum. Tentu saja mereka berbisik-bisik melihat penampilan baru istri presiden direktur mereka.“Bukankah itu Nyonya Sarah, istri Presdir kita?”“Dia sangat cantik sekarang.”“Tuan Marc pasti menyesal karena berniat menceraikan istrinya.”Dahi Sarah kini berkerut

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   8. Apa Rumor itu Benar?

    Usai berkata demikian, Sarah langsung masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh supir pribadi Marc.“Antarkan Marsha lebih dulu,” pesan Marc pada sopirnya yang kemudian diangguki.Begitu mobil berjalan, Sarah tiba-tiba merasa lebih emosional. Meski saat ini Marsha duduk di depan, di samping supir ... Tapi tidak menutup kemungkinan mereka pernah atau bahkan sering duduk bersisian seperti ia dan Marc saat ini.Pikiran Sarah yang semrawut itu baru terdistraksi saat mobil berhenti di sebuah lingkungan apartemen mewah.Marsha menoleh ke belakang, “Terima kasih sudah mengantarku, Marc.” Gadis itu menatap Marc dengan senyumnya, lalu menatap Sarah dengan tatapan dingin. “Sampai jumpa lagi, Sarah.”Sarah tidak menjawab selain mengangguk heran. Ia mengamati sekeliling dan merasa asing. “Apa yang Marsha lakukan di gedung itu? Bukannya tadi ia mau pulang?”Dahi Marc berkerut mendapat pertanyaan Marsha. “Apa kalian benar-benar tidak saling menghubungi? Kamu tidak tau ibu dan kakakmu t

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   9. Ancaman

    “Kamu setuju kita bercerai? Marc menatap heran pada Sarah.“Kenapa bingung? Bukannya kamu yang menyarankan begitu?” Sarah seolah menantang suaminya.“Apa syaratnya?” Marc duduk tegak dan siap mendengarkan.Sarah mengatakan bahwa ia memikirkan nama baik keluarga. Baginya, keluarga Carrington akan mendapat cibiran saat mereka bercerai padahal baru sebulan menikah. Belum lagi, Frank yang palling mendukung mereka akan sangat terkejut mendapat berita ini.“Kita harus bertahan dalam pernikahan ini setidaknya tiga bulan.”Marc berpikir sejenak. Lalu, lelaki itu mengangguk. “Demi nama baik keluarga dan pemulihan Papa, aku setuju.”“Kita harus menjadi suami-istri yang baik di depan semua orang terutama Papa dan Mama.”“Berarti kamu juga harus menjalankan peran sebagai istri, termasuk melayaniku di ranjang.”“Dan kamu sebagai suami yang perhatian dan melindungi istri.” Sarah tak mau kalah.Syarat-syarat itu akhirnya disepakati bersama. Bahkan mereka berjabatan tangan meresmikan perjanjian terse

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   10. Makan Malam

    “Ya Tuhan, Nak. Kenapa tidak kamu langsung beritahu Tuan Frank saja atau pada Tuan Marc, suamimu?” Ibu Tinna menggeleng mendengar cerita Sarah.Setelah bertemu dengan ibu dan kakak tirinya, Sarah menyempatkan datang ke apartemen yang disewanya bersama Ibu Irma. Begitu bertemu, Sarah langsung menceritakan semua. Ibu Irma menggeleng-geleng mendengar cerita tersebut.“Kalau Sarah yang memberitahu, mereka masih bisa mengelak, Bu. Semua data mereka palsukan. Sarah ingin kebohongan mereka terbongkar dengan sendirinya.”“Kelamaan! Jangan membiarkan kebusukan berlangsung lama.” Ibu Irma memberengut kesal.“Justru nantinya, kebusukan itu baunya akan menyebar ke mana-mana. Lagipula, Sarah takut ancaman Ibu Tinna pada keluarga Carrington benar-benar dilakukan.”Embusan napas kasar dikeluarkan Ibu Irma. Meski tidak setuju, ia tidak bisa berbuat apa pun.Sarah mengamati sekeliling apartemen. Tempat sederhana itu sangat rapi dan bersih. Ibu Irma memang wanita yang sangat rajin.“Sepertinya Ibu mau

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   11. Menunda Perceraian

    Bagaimana Sarah bisa keberatan? Rasanya ia tidak memiliki kuasa untuk menolak, bukan? Akhirnya Sarah hanya memberikan senyum pada Papa mertuanya sebagai jawaban.Sarah kembali harus bersabar. Lucy memberikan tempat untuk Marsha di samping kiri Marc sedangkan ia di sisi kanan. Sementara di hadapannya Frank, Lucy dan Tinna.“Semenjak Papa dioperasi, hidangannya jadi seperti ini. Dan semua akhirnya ikut makan makanan yang sama.” Frank bicara sambil memperlihatkan hidangan makanan sehat di meja makan. “Semoga kamu tidak keberatan. Kalau Tinna dan Marsha sudah beberapa kali makan bersama kami, jadi sudah terbiasa.”Respons yang diberikan Sarah hanya mengangguk dan lagi-lagi tersenyum. Ia merasa seperti wanita yang tidak diinginkan kehadirannya di tempat ini. Bahkan terlihat Marsha sudah siap menggantikan posisinya.“Marsha, bagaimana pekerjaanmu, Sayang? Baik-baik saja, kan?” Lucy bertanya dengan nada manis pada Marsha.“Baik, Ma. Terima kasih.” Marsha pun membalas santun.“Jangan terlalu

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   12. Suasana yang Tegang

    Acara makan malam yang semula canggung menjadi lebih tegang. Frank kembali membentak pelan istrinya. Meminta Lucy untuk bersikap sopan sebagai nyonya rumah.Sementara Lucy tampak tidak mengindahkan ucapan suaminya. Ia terus saja mendesak putranya untuk segera menikahi Marsha.“Tidak!” Marc menggeleng dan berkata tegas. “Aku justru mempertahankan pernikahan ini demi nama baik keluarga kita.”Semua terdiam mendengar pernyataan Marc. Frank menatap putra dan menantunya bergantian seolah ingin meminta penjelasan.“Kami baru menikah satu bulan. Media berita pasti akan berkicau negatif tentang keluarga Carrington secara keluarga kita selalu dianggap keluarga ideal.” Marc mengungkapkan alasanya pada semua orang di ruangan.Frank mengangguk keras tanda setuju. “Betul.” Lalu menoleh pada Lucy. “Kamu harusnya juga mempertimbangkan nama baik kita.”Namun Lucy mendengus kasar dan membalas ucapan Frank. “Perduli apa kata orang. Bukankah kamu dan Marc biasanya tidak mau tau apa pendapat orang?”“Ka

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   13. Sayatan yang Berbeda

    Setelah mengeluh nyeri. Tinna membuka atasan Marsha. Marc ikut membungkuk dan menenangkan Marsha membuat Sarah penasaran dan mendekati Marsha.Dan sekarang, ia melihat sayatan panjang di samping perut Marsha. Sayatan itu bahkan masih merah dan basah. Sarah menggeleng tak mengerti.“A – Apa itu?” Sarah terbata bertanya.“Jangan berlagak bodoh!” hardik Lucy pada Sarah. “Kamu lihat sendiri, itu adalah bekas luka sayatan pendonor ginjal.”“Hah?” Sarah luar biasa terkejut. Ia mundur beberapa langkah saat semua orang kini memberi perhatian pada Marsha.Tinna berjongkok di depan Marsha dan membersihkan luka berair itu. Lucy mengelus-elus sayang kepala Marsha. Frank berdiri sambil menenangkan Marsha.Yang paling membuat Sarah tak bisa berkata-kata lagi adalah suaminya yang datar itu membantu mengoleskan salep pada luka dan membalutnya. Seketika Sarah terhuyung, namun tak ada yang melihatnya.Sarah berpegangan pada kursi. Bertanya-tanya bagaimana Marsha mendapat luka sayatan tersebut. Dan kena

Latest chapter

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   197. Tidak Mampu Bersaing

    Dua hari kemudian, Vania menjemput Arzan. Selama akhir minggu, ia akhirnya memperoleh izin membawa Arzan hanya berdua saja. Vania menjemput Arzan di rumah keluarga Carrington.Sarah menyambut Vania sambil menggandeng Arzan. Ia menyerahkan tangan Arzan pada Vania dan hanya berpesan untuk bersenang-senang.“Ingat pesan Mama ya, Sayang.” Sarah mengelus kepala Arzan sebelum putra angkatnya itu masuk ke dalam mobil.Arzan mengangguk lalu memeluk Sarah erat-erat. Ia juga mencium pipi Sarah dan berkata akan menurut pada pesan sang Mama. Vania memperhatikan inetraksi tersebut dengan rasa haru.Selalu saja ada rasa iri di hati Vania. Tapi, ia merasa itu hal yang wajar. Ia bertanya dalam hati kapan Arzan akan sehangat itu pada dirinya.Dalam perjalanan, Arzan lebih banyak mengamati jalanan. Sesekali ia menengok ke belakang. Sebuah mobil van mengikuti kendaraan Vania.“Ada mobil penjagamu, ya?” Vania tersenyum pada Arzan.Anak lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ibu kandu

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   196. Jangan Mencegahku

    "Mana? Aku mau lihat." Sarah mencondongkan tubuhnya ke arah ponsel Marc.Pasangan suami istri itu sama-sama memperhatikan layar kecil ponsel Marc. Dengan kesal, Marc menyerahkan ponselnya pada sang istri. Ia malas membaca lanjutan berita tersebut."Pasti sebentar lagi Papa atau Mama akan menelepon dan marah-marah padaku." Marc kemudian bersungut. "Tadi saat kamu bilang tidak bisa ikut, aku sudah memiliki perasaan tak enak.""Nanti kalau Mama atau Papa menelepon, biar aku saja yang bicara pada mereka." Sarah menenangkan suaminya.Namun kali ini Marc tidak dapat mentoleransi berita tersebut. Portal gosip itu mengatakan ia mengadakan pertemuan rahasia dengan Vania untuk membahas putra mereka."Kamu jangan mencegahku lagi. Aku akan meminta pengacara menuntut pasal pencemaran nama baik."Tidak ada balasan dari Sarah. Ia sedang sibuk mengamati berita tersebut."Memangnya kamu sempat ngobrol berduaan dengan Vania, ya?""Tadinya aku sudah cerita ia minta maaf atas beredarnya gosip dan mengaku

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   195. Selalu Begitu

    Vania merasa bertambah senang karena setelah beberapa kali bertemu, akhirnya Arzan mulai banyak terbuka padanya. Meski anak itu masih kaku jika bersentuhan, Vania tetap memberikan perhatian melalui kontak fisik seperti mengelus, mengusap, memeluk dan mencium putranya.“Ok, nanti jangan lupa tanyakan pada Mama dan Papa kapan kita bisa kemping berdua, ya.” Vania berkata dengan penuh harap pada Arzan.Arzan mengangguk. Pada pertemuan itu, Arzan juga menunjukkan hasil tulisannya. Dengan bersemangat, Vania membaca dan mengangguk-angguk.“Sepertinya kamu memang berbakat.”“Apa aku bisa menjual buku dan mendapatkan uang seperti Ibu?”Kekehan kecil terdengar dari hidung Vania. “Tentu saja bisa. Tetapi, masih banyak yang mesti kamu pelajari karena menulis bukan hanya tentang menceritakan apa yang ada di kepalamu.”Vania berpesan bahwa Arzan harus banyak belajar tentang teori kepenulisan. Menurutnya, cerita Arzan menarik namun dari segi alur masih perlu diperbaiki. Arzan tampak serius melihat b

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   194. Tidak Mau Membahas

    “Semua gagal.” Irwan berkata datar saat Marc bertanya tentang kencannya.Pagi ini, kantor Irwan kedatangan Marc. Lelaki itu mendapat laporan bahwa Irwan telah beberapa kali melakukan kencan buta dengan bantuan aplikasi jodoh.“Memang berapa kali sih kamu berkencan?”“Tiga kali.”“Artinya aplikasi itu tidak bagus. Mungkin kamu bisa coba cara konvesional saja.”“Maksudmu, amati sekeliling, jika ada yang menarik langsung ajak kencan?”“Iya seperti itu.”Dengan cepat, kepala Irwan menggeleng. Menurutnya kehidupannya sekarang hanya kantor dan rumah. Sementara ia tidak ingin berkencan dengan teman atau pegawai kantor.Marc menawarkan bantuan. Ia berkata Larry mungkin memiliki teman wanita yang juga sedang mencari jodoh. Mereka sama-sama tau, Larry memiliki pergaulan yang luas.Pasrah, Irwan mengangguk. Mereka melanjutkan membahas pekerjaan. Hingga akhirnya diskusi itu selesai.“Sepertinya hari ini kamu dan timmu harus lembut.” Marc berkata seraya bersiap akn pergi.“Iya. Aku juga berpikiran

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   193. Capek Marah-Marah

    “Jadi, kamu tidak berfoto sama Vania?” Sarah mengulangi pernyataan Marc yang menyangkal ia berada satu frane bersama Arzan dan Vania.“Tidak.” Marc menggeleng tegas. “Aku lebih dulu yang berfoto berdua dengan Arzan. Setelah itu Vania dan Arzan.”Tetapi, Marc berkata saat itu memang banyak kamera yang mengarah pada mereka. Marc tidak menaruh curiga karena mereka sedang berada di sekolah.“Jadi, kamu jangan berprasangka buruk padaku.”“Siapa yang berprasangka buruk?”“Aku takut kamu cemburu.”Sarah mencebik. “Tidak. Lagipula kalau kamu mau sama Vania, ya silahkan saja.”Marc terperanjat mendengar pernyataan istrinya. “Kok gitu?”“Yaa ... kamu suka nggak sama Vania?”“Enggak lah. Pertanyaanmu aneh sekali, Sayang.”“Ya, sudah. Kalau begitu, aku tidak curiga, cemburu, kesal atau marah padamu.”Marc mengembuskan napas lega. Meski ia jadi merasa aneh karena Sarah seperti cuek saja. Rasanya ia lebih suka Sarah cemburu.Bukankah cemburu tanda cinta? Tanda bahwa seorang istri tidak ingin suamin

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   192. Foto Editan

    Berita peluncuran buku Vania diiringi pemberitaan yang cukup menghebohkan. Beredar gosip bahwa Marc adalah ayah kandung dari anak Vania. Berita mengguncang itu dilengkapi foto Arzan saat kemping di mana anak itu berdiri di antara Marc dan Vania.Mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia.“Kenapa kamu tidak ikut berfoto, Sarah?” Frank terlihat protes pada menantunya.“Saat akan foto, Vivi rewel, Pa. Jadi aku membawa Vivi ke suster dulu.” Sarah mengembuskan napas berat mendapat berita tersebut. Ia juga tidak tau ternyata Marc berfoto bertiga dengan Arzan dan Vania.“Mama akan marahi suster. Sudah tau Vivi sakit, kenapa ia tidak siaga di dekatmu.” Lucy dengan kesal juga ikut protes.“Aku yang suruh suster menunggu di luar, Ma. Itu kan area khusus pengantar anak-anak yang kemping.”“Lalu, kenapa Vania ikut-ikutan?” Lucy masih tidak terima.Sarah mengaku bahwa ia mengizinkan Vania ikut. Bahkan ia sendiri yang meminta izin pada sekolah agar ibu kandung Arzan itu bisa mengikuti upaca

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   191. Rujuk?

    “Wah sepertinya acara peluncuran buku Vania cukup besar, ya. Itu ada bannernya di depan mall.” Ibu Irma menunjuk promosi yang ia maksud.“Semua event di mall pasti akan diletakkan di depan, Bu. Agar banyak orang yang tertarik.” Irwan menanggapi.Siang ini, Irwan mengantar Ibu Irma ke mall. Vania mengundangnya dalam peluncuran novel terbaru di toko buku terbesar di kota mereka yang berada di lantai dasar mall tersebut.Setelah memarkir kendaraannya, Irwan berjalan di sisi sang Ibu. Tangan Irma memegang undangan dari Vania serta membaca lokasi acara. Seorang sekuriti menunjuk bagian tengah mall yang terlihat ramai.“Kamu yakin tidak mau ikut?” Irma bertanya pada putranya.“Aku kan bukan penggemar novel, Bu. Males, ah.”“Sayang, lho. Undangan ini harusnya untuk dua orang. Sarah juga diundang, tetapi kebetulan Vivi sedang sakit jadi Sarah batal datang.”“Vivi sakit? Sakit apa?”“Badannya anget karena mau tumbuh gigi. Kata Sarah, Vivi jadi rewel banget.”“Oh, kasihan.”Ibu Irma lalu masuk

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   190. Mengantar Arzan

    “Vivi sudah tidur, Sayang.” Marc membela diri. “Tapi, kami takut kamu marah.”Sarah mendengus pelan. Ia lalu pindah ke sisi Vivi dan mengamati putrinya. “Bisa-bisanya anak bayi ini berakting.”“Vivi sudah bisa pura-pura nangis, tertawa dan tidur lho, Sayang.” Marc dengan bangga berkata pada istrinya.“Iya, aku sudah tau. Tetapi, tidak menyangka ia menuruti permintaanmu untuk pura-pura tidur saat aku masuk dan ia berhasil.”Ternyata Vivi memang sedang rewel. Setelah diajak bermain sebentar lalu menyusu, Vivi baru tertidur. Perlahan, Sarah dan Marc pindah ke kamar mereka.Sarah dan Marc kini sudah berbaring di ranjang dengan piyama yang senada. Sarah meletakkan kepalanya di dada Marc hingga ia bisa mendengar detak jantung sang suami. Ia menceritakan percakapannya dengan Arzan barusan.“Anak itu tau mana yang paling menyayanginya.”Tangan Sarah memukul dada Marc. “Jangan begitu. Sudah kubilang kita tidak tau apa yang terjadi hingga Vania meninggalkan bayinya. Jangan selalu berpikiran neg

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   189. Lebih Suka Mama

    Makanan sisa dari restoran akhirnya dibawa Vania pulang. Vania membelikan pizza utuh sebagai oleh-oleh untuk keluarga Carrington. Mereka kini dalam perjalanan pulang.“Nanti cerita sama Ibu pengalaman kempingnya, ya.”“Iya.”“Minggu depan, kita ketemu di kafe Ibu Irma. Kata Ibu Irma, kamu suka di sana.”Arzan mengangguk. “Iya. Soalnya, aku suka sama Nenek Irma.”Vania tersenyum. Putranya dikelilingi orang-orang baik. Ia merasa malu karena masa lalunya.Begitu sampain di depan rumah, Vania juga mengantar Arzan. Pelayan meminta Vania menunggu di foyer. Wanita itu menunduk menatap putranya.“Apa Mama sudah tidur jam segini?”Arzan menggeleng. “Biasanya Mama Papa tidur malam sekali.”Tak lama berselang, mereka mendengar suara ketukan heels. Vania menoleh ke asal suara sementara Arzan berjalan mendekati Sarah yang telah terlihat sosoknya di kejauhan.“Mama. Arzan pulang.” Arzan segera memeluk Sarah yang membalasnya.“Hai, anak pintar.” Sarah mencium pipi Arzan, lalu menoleh pada Vania. “Te

DMCA.com Protection Status