Elina memiliki kelebihan untuk bisa melihat benang takdir seseorang. Hal ini membuatnya bisa mengetahui siapa jodoh atau kapan seseorang akan meninggal. Namun, dengan kelebihannya, dia tidak bisa melihat takdirnya sendiri. Sampai kemudian semuanya berubah setelah Elina terbagun di ranjang dengan seorang lelaki yang benang takdirnya terhubung dengan takdirnya. "I Can See Your Destiny: Benang Pengikat Takdir." Story & Illustration by: Bintang Hamal Follow author on Instagram @hamalbinbin
Lihat lebih banyakâArgghhâŚâ Anak perempuan itu membuka kedua matanya perlahan. Hal pertama yang dilihatnya saat membuka mata adalah sebuah cahaya terang berasal dari lampu yang posisinya tepat di atas kepalanya. Cahaya itu begitu menyilaukan hingga membuatnya kesulitan untuk melihat. Pandangannya kabur, dan untuk sesaat dia kebingungan dengan apa yang terjadi. Aku dimana? Apa yang telah terjadi? Tu-tubuhkuâŚ, aku tidak bisa merasakan tubuhkuâŚ, kenapa ini? Kenapa tubuhku tidak bisa digerakkan sama sekali?
Berbagai pertanyaan mulai menghampiri pikirannya. Sementara otaknya masih mencoba mencerna apa yang dia alami. Namun tak lama, dia mulai menyadari sesuatu. Tepat ketika pandangannya mulai terlihat jelas, dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dan mendapati dirinya terbaring di atas sebuah ranjang operasi.
Panik mulai menghampirinya. Jantungnya mulai berpacu dengan begitu cepat, keringat mengucur keluar, dan wajahnya mulai pucat. Apa yang terjadi? Kenapa aku ada disini? Mama? Papa? Dimana kalian?
Perhatian anak itu seketika beralih pada sosok lelaki yang berdiri membelakanginya di tepi ranjang. Lelaki itu mengenakan jubah operasi lengkap dengan penutup kepalanya. Melihat sosoknya entah kenapa semakin membuatnya merasa tidak tenang. Terlebih dia merasakan aura mencekam mengelilingi lelaki itu.
Rasa takut menyeruak ke dalam dirinya dan panik benar-benar sudah menguasai anak itu hingga membuat alat pendeteksi detak jantung yang terpasang pada tubuhnya berbunyi dengan suara yang begitu nyaring. Hal itu membuat perhatian lelaki tadi beralih padanya.
âKYAAAA!!!â Anak perempuan itu berteriak kencang ketika pria itu menoleh dengan tatapan yang begitu menakutkan. Dengan sekuat tenaga, dia berusaha keras menggerakkan anggota tubuhnya sampai akhirnya dia terjatuh dari ranjang.
Anak perempuan itu bergerak merangkak dengan panik, menyeret tubuhnya, menjauh dari lelaki itu. Sialnya sama sekali tidak ada jalan, posisi jatuhnya berada di pojok ruangan, sementara pintu ada di sisi lain ruangan.
Melihatnya yang jatuh, lelaki itu beranjak menghampirinya. Membuat anak perempuan itu semakin panik sampai tubuhnya gemetar hebat. âTi-tidak! Ja-jangan mendekatâŚâ
Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Anak itu bergerak mundur hingga punggungnya menabrak meja. âA-aku mohonâŚ, jangan mendekat!â
âKau tidak akan bisa melarikan diriââ
âKYAAA!â Elina membuka kedua matanya. Dia bangun, dan terduduk dengan wajah pucat. Keringat membasahi seluruh tubuh, jantungnya menderu, dan jalan napasnya tidak karuan. Sejenak, Elina terdiam sambil berusaha mengatur napas serta mengumpulkan seluruh kesadarannya.
âI-itu hanya mimpiâŚ,â gumam Elina setelah berhasil mengatur napasnya. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berusaha meyakinkan sekali lagi bahwa apa yang dilihatnya memanglah hanya sebuah mimpi.
Elina baru bisa menghela napas lega begitu dia sadar bahwa dia memang masih berada di dalam kamarnya. Di ruangan yang sama, ranjang yang sama, dan masih tempat yang sama. Tidak ada alat apapun yang berhubungan dengan ruang operasi, dan yang ada hanyalah perabotan rumah miliknya yang tersusun dengan rapi.
âHuft~â Elina menghela napas panjang. Dia terdiam dalam keheningan yang menyelimuti malam. Akhirnya dia bisa benar-benar merasa tenang sekarang.
âMimpi itu lagiâŚ. Kenapa aku terus mengalami mimpi buruk itu? Kenapa mimpi itu selalu datang dan menghantui tidurku? Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa anak perempuan yang aku lihat dalam mimpiku itu? Kenapa aku terus memimpikannya? Apakah dia ada hubungannya denganku?â Elina bergumam kebingungan.
Sudah beberapa bulan berlalu, dan entah kenapa sejak memutuskan pindah ke apartemennya saat ini, Elina terus mengalami mimpi buruk. Setiap kali dia tertidur, Elina selalu dihampiri mimpi yang membuatnya terbangun tengah malam dengan perasaan tidak karuan. Lalu ketika dia tersadar dari mimpinya, dia akan terdiam dengan berbagai pertanyaan yang bermunculan dibenaknya mengenai isi mimpi itu.
Elina masih tidak mengerti kapan mimpi itu dimulai, dan apa penyebab dia bisa mengalami mimpi itu secara berulang. Padahal ketika dia masih tinggal dengan kedua orangtuanya, Elina sama sekali tidak pernah mengalami mimpi buruk.
âSshhhâŚ, memikirkan mengenai mimpi itu membuat kepalaku rasanya sakitâŚâ
*
âKita harus bicara mengenai kesalahan pada pengaturan jadwal perilisan album grup music ini!â
âMaaf? Kesalahan? Memangnya apa yang salah dengan jadwal yang dibuat tim saya, pak?â Elina meraih berkas tersebut lalu mengecek isinya. Dia sungguh merasa kalau timnya sudah bekerja dengan sempurna dan tidak ada kesalahan sama sekali. Tapi mendengar ucapan Bastian sungguh membuatnya terkejut bercampur bingung.
âKau masih belum sadar juga? Bahkan anggota tim mu yang lain sudah sadar dan mengakui adanya kesalahan pada jadwal yang kalian buat!â tukas Bastian dengan wajah kesal. Elina masih mencoba tenang sambil kembali mengecek berkasnya dengan teliti, dan setelah dia cek lagi, ternyata memang ada beberapa kesalahan pada jadwal yang telah mereka susun.
âSetelah saya cek kembali, ternyata memang ada beberapa kesalahan pada jadwal yang tim saya buat, pak. Saya tidak menyadari hal ini sebelumnya karena saya pikir kami sudah mempertimbangkan semuanya dengan matang. Tapi ternyata saya salah, dan saya sungguh minta maaf atas kesalahan yang terjadi, pakâŚ. Saya akan perbaiki jadwal ini secepatnya, dan saya juga akan melakukan pengecekan berulang sebelum saya menyerahkan kembali hasil revisi dari jadwal yang tim kami buat,â ujar Elina dengan wajah tenang. Dia tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi, padahal pada saat diskusi bersama timnya, dia merasa sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Tapi tanpa diduga ternyata kesalahan ini akan terjadi.
âKesalahan ini jangan sampai terjadi lagi, terutama dalam proyek sebesar ini. Karena kalau sampai ini terjadi lagi, maka ini akan sangat berpengaruh pada reputasi departemen pemasaran kita dan citra group music ini!â
âSaya paham, pak. Ini adalah kesalahan yang sangat besar dan saya sangat menyesal atas ketidaknyamanan yang terjadi.â
âKita kehilangan kesempatan berharga untuk memaksimalkan potensi peluncuran album ini. Kita seharusnya memiliki rencana promosi yang matang, dan jadwal yang ketat. Tapi dengan adanya kesalahan ini membuat semua itu berantakan. Saya ingin kau segera mengambil tindakan perbaikan. Kita perlu menyesuaikan kembali jadwal promosi dan saya ingin lebih memfokuskan pada promosi online.â
âBaik, pak. Saya akan segera koordinasikan hal ini dengan tim saya untuk mengatur ulang kembali jadwal dan mengejar promosi online yang lebih intensif seperti yang anda minta. Kami akan bekerja keras untuk meminimalkan dampaknya.â
âBagus, memang itu yang saya inginkan. Dan tolong pastikan hal ini tidak akan terjadi lagi di masa depan, Elina. Kualitas pekerjaan kita mencerminkan departemen ini dan perusahaan secara keseluruhan. Saya harap kau belajar dari kesalahan ini, dan memastikan proyek-proyek mendatang berjalan lancar!â
*
Waktu berlalu, dan malam semakin larut. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Itu artinya sudah hampir berjam-jam lamanya Elina berada di dalam sana.
Jc bar selalu menjadi pelariannya ketika Elina mengalami stress dengan pekerjaan yang dikerjakannya. Hari ini sepulang kerja, dia langsung pergi ke sana untuk menghilangkan penat. Bersenang-senang ditemani minuman hingga benar-benar mabuk.
Kesalahan yang dibuat timnya sungguh membuat Elina harus bekerja ekstra agar kesalahan itu bisa dituntaskan sebelum waktu perilisannya dimulai, dan itu sungguh membuatnya tertekan karena waktu perilisan album baru dari grup music yang ditanganinya benar-benar sudah mepet.
Elina menyodorkan shot glass dalam genggamannya ke hadapan Jeremy si barista. Meminta lelaki itu untuk memberikannya minuman lagi. Jeremy berdecak dengan wajah gusar, dia paling benci kalau melihat sahabatnya itu sudah mengalami stress dan melampiaskannya dengan mabuk-mabukan seperti saat ini.
âSudah cukup, Na! Kau sudah mabuk, dan aku tidak akan memberikanmu minuman lagi,â tegasnya yang segera menjauhkan gelas itu dari hadapan Elina.
âTutup mulutmu, Jer! Jangan banyak bicara, dan berikan aku satu gelas lagi. Aku masih kuat untuk minum. Aku belum mabuk,â balas Elina dengan keadaan setengah sadar. Wanita itu tidak sadar kalau dia benar-benar sudah mabuk.
Brukk!
Elina meringis kesakitan ketika kepalanya tidak sengaja menabrak meja bar dengan cukup keras. Akibat pengaruh alkohol, dia bahkan tidak bisa menegakkan kepalanya dengan benar.
âKau benar-benar membuatku cemas. Memang sepertinya lebih baik kau pulang!â Jeremy menghela napas panjang. Tak lama kemudian perhatiannya beralih pada sosok lelaki tampan yang tidak sengaja dilihatnya. Jeremy tersenyum simpul saat sebuah ide mendadak muncul di kepalanya.
âAlvin!â Jeremy berteriak menyerukan namanya. Atensi Alvin seketika beralih padanya. Dengan segera Alvin beranjak menghampiri Jeremy ketika lelaki itu melambaikan tangan padanya. Kepergian Alvin membuat beberapa wanita yang duduk bersamanya itu murung.
âUntungnya kau ada di sini. Aku sungguh membutuhkan bantuanmu saat ini, Al. Tolong antarkan dia pulang.â Jeremy melirik Elina yang sudah tidak sadar dengan sekeliling.
âElina? Dia mabuk?â
âLebih parah dari itu, dia sudah hampir tidak sadarkan diri karena terlalu banyak minum. Aku cemas karena ini sudah larut, jadi tolong antarkan dia pulang. Lagipula kalian tetangga, kan?â
Alvin menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak habis pikir dengan Elina yang bisa-bisanya minum hingga tidak sadarkan diri seperti ini. Alvin kenal betul dengan Elina. Mereka tinggal di apartemen yang sama, dan bahkan unit mereka saling berhadapan satu sama lain. Jadi tidak heran kalau Jeremy mempercayakan Elina untuk pulang bersamanya.
âBaiklah, akan aku antarkan dia pulang.â
*
Alvin menjatuhkan tubuh Elina di trotoar ketika wanita itu terus saja berteriak sambil meronta meminta untuk diturunkan. Elina meringis kesakitan sembari terus meracau tidak jelas memarahi Alvin yang menjatuhkan tubuhnya begitu saja di sana.
Beberapa orang yang melintas keluar masuk dari bar itu seketika menatap ke arah mereka saat Elina terus berteriak pada Alvin. Apa yang dilakukannya membuat Alvin sungguh merasa malu dengan tingkah Elina.
Setelah teriak-teriak tidak jelas, Elina tiba-tiba saja diam sesaat ketika dia tidak sengaja melihat seorang lelaki berkemeja hitam melewati mereka. Perhatian Elina tertuju pada jari tangan lelaki itu. Elina melihat sebuah benang merah pada jari lelaki itu yang nyaris putus.
âPak, anda harus berhati-hati atau anda akan mati!â teriaknya pada lelaki itu dengan suara nyaring. Pria yang diteriakinya itu melirik pada Elina sekilas sambil menggelengkan kepalanya, mencoba tidak memperdulikan teriakannya.
âHey! Kau sudah gila? Kenapa kau bicara seperti itu padanya? Kau menyumpahinya mati?â kesal Alvin yang sungguh tidak bisa mentoleransi sikap Elina dalam keadaan mabuk begini. Alvin segera mengangkat tubuh Elina. Dia harus segera membawanya pergi dari sana sebelum wanita itu membuat masalah yang lebih parah.
âDia akan matiâŚ,â gumam Elina dengan suara pelan.
âDiam! Berhenti bicara seperti itu.â
***
Dariel menghampiri mayat tersebut, dan setelah di cek, ternyata mayat lelaki yang mereka temukan benar-benar Jax yang selama ini di carinya. âIniâŚâ Tubuh Dariel langsung mambatu setelah melihat sosok lelaki yang ada di hadapannya. âDari yang aku periksa, dia bukanlah korban dari kejahatan mister predator. Tidak ada simbol di tubuhnya. Biasanya kalau mister predator yang melakukannya, dia akan meninggalkan jejak di tubuh korban,â jelas Zane. Mister predator adalah salah satu penjahat yang kasusnya saat ini dipegang oleh Zane dan Taylor. Dia adalah sosok seorang pembunuh bayaran yang akhir-akhir ini membuat keresahan di Future City. Selain membunuh, mister predator juga dikenal sebagai seorang maniak seksual. Sejak tiga tahun terakhir, sudah ada ratusan mayat yang ditemukan, dan diidentifikasi sebagai korban dari mister predator. Kasus ini sudah berjalan tiga tahun lamanya. Namun baik Zane maupun anggota polisi lain sampai sekarang masih kesulitan untuk menemukan tersangka utamanya kar
Dariel terdiam sambil terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Dia masih tidak mengerti kenapa semua realitas di dunia nyata bisa tiba-tiba berubah dan tidak sama dengan yang tertulis di buku. Padahal, sebelumnya segala yang tertulis di buku sungguh menjadi nyata. Ini adalah pertama kalinya ramalan di buku itu berubah. Aku masih tidak mengerti kenapa semua ini bisa terjadi lebih cepat. Kenapa Marcus tiba-tiba pindah lebih awal? Dariel terus memandangi buku catatan dalam genggamannya. Sekarang yang menjadi misteri bukan hanya kepindahan Marcus yang mendadak, tapi juga hilangnya Jax secara misterius. Dariel sekarang ini sibuk menyelidiki kedua hal itu. Sejak terakhir kali Dariel menanyakan mengenai Jax dan Marcus ke kantor E-Tech, pada awalnya yang membuat Dariel kebingungan hanyalah kepindahan Marcus yang lebih awal. Namun beberapa hari setelah itu, ada orang yang melaporkan bahwa Jax menghilang dan tidak pulang sama sekali sejak terakhir kali pergi ke kantor. Bukan hanya itu, le
Waktu berlalu, dan sudah beberapa hari Alvin dirawat di rumah sakit. Sejak lelaki itu di rawat, Elina terus datang dan pergi ke rumah sakit untuk membantu merawatnya. Saat ini, Elina terus berjalan menyusuri koridor menuju ruang rawat Alvin. Sesampainya di ruang rawat Alvin, Elina melihat pria itu sedang bersama dengan dokter. Elina yang menyadari hal itu lantas segera masuk. Dia ingin tahu bagaimana hasil pemeriksaan Alvin secara langsung dari dokter. Begitu dia masuk, fokus semua orang langsung tertuju padanya yang baru saja tiba. âKebetulan sekali anda datang di saat yang tepat.â Dokter tersenyum ke arahnya begitu sadar Elina datang di saat yang tepat. âAda apa, dok?â âSaya ingin memberi kabar bahwa suami anda sudah bisa keluar dari rumah sakit,â ujar dokter. Untuk sesaat Elina merasa tidak nyaman dengan panggilan dokter padanya yang masih mengira dia adalah istrinya Alvin. Namun mendengar bahwa Alvin sudah bisa keluar dari rumah sakit sudah cukup untuk mengubah moodnya. Elina be
âKau tidak perlu tahu siapa orang yang sudah meminta kami untuk membantumu, yang jelas apakah kau ingin membalas dendam atau tidak?â tanya Erick. Marcus terdiam sambil merenungkan kalimatnya barusan. Entah kenapa, tapi dia merasa bahwa Erick dan Calvert memang berniat untuk membantunya. âAku menerima tawaran kalian!â Marcus bisa melihat senyuman terbit di wajah Erick yang kini duduk di samping kemudi. Wajahnya terlihat dengan jelas karena Marcus bisa melihat refleksi wajahnya di kaca spion. Setelah mendengar ucapannya barusan. Perjalanan terus berlanjut tanpa kalimat apa-apa sampai kemudian mereka berhenti di sebuah bangunan tua kosong yang letaknya di pinggiran Future City. âKau bisa menentukan hukuman yang pantas untuknya.â Erick menyodorkan sebuah amplop baru pada Marcus. Lelaki itu terdiam dengan wajah kebingungan. Dia sama sekali tidak mengerti dengan apa maksud ucapannya barusan, dan Marcus juga tidak mengerti kenapa mereka menurunkannya di tempat seperti ini. Erick mengambil
âMarcus Waverly yang pindah?â tanya Dariel, memastikan bahwa dia tidak salah dengar. Elina menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. âApakah kau tahu kemana dia akan pindah?â Elina terdiam sejenak, mencoba untuk mengingat-ingat lagi. âTadi aku tidak sengaja mendengar pembicaraan orang-orang yang membantu mereka pindah. Katanya mereka akan pindah ke apartemen Bakerâs Grove Apartments, di jalan 45 Riverside di Meadowside City.â Tubuh Dariel membatu seketika begitu mendengar ucapan dari Elina barusan. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana bisa? Ini⌠berubah? Dariel mencoba untuk tetap tenang. Perhatiannya langsung kembali beralih pada Elina begitu wanita itu berpamitan untuk pergi karena dia sudah hampir terlambat untuk pergi ke kantor. Setelah berpisah dengan Elina, Dariel segera membuka buku catatannya, mengecek kembali alamat yang tertera di sana. âBakerâs Grove Apartments Jl. 45 Riverside, unit Apt 202 Meadowside City MD1AA 2AA Sciencetopia.
âIni masih sangat pagi, dan kita harus patroli. Bukankah ini menyebalkan?â gerutu Greg pada lelaki yang kini duduk di samping kemudi. Dariel terlalu sibuk memperhatikan buku yang ada di dalam genggamannya. Membaca beberapa lembar catatan lain yang tertulis di sana. âJangan menggerutu dan lebih baik kau fokus pada jalanan yang ada di depan. Kalau kau menabrak akan sangat berbahaya,â jawabnya sambil membuka lembaran lain bukunya. âAku lapar, dan tadi aku belum sempat sarapan apa-apa. Bagaimana kalau kita mampir ke restoran atau minimarket dulu?â âBagus, kalau begitu sekalian saja kita mampir ke minimarket di dekat jalan 915 Willow Lane. Kita sekalian mengintai Marcus.â âOkay! Kita berangkat!â Greg melajukan mobilnya menuju tempat yang dimaksud. Mereka pergi ke jalan 915 Willow Lane untuk mampir ke minimarket terdekat, sekaligus mengintai Marcus. Dariel harus tetap memastikan bagaimana kondisinya. Karena jujur saja sampai sekarang baik Dariel maupun polisi lain yang memiliki tugas yan
Barbara duduk di bangku yang ada di halte bus. Rasa lelah menggelayut di tubuhnya. Barbara sungguh merasa usahanya pergi keluar seperti ini sama sekali sia-sia, karena dia bahkan tidak bisa mencapai apa yang dia perjuangkan. Wanita itu merenung sambil memikirkan ucapan lelaki misterius yang sebelumnya dia temui. âMungkin ucapan pria itu ada benarnya. Pada akhirnya aku tidak akan bisa mengubah apapun. Sepertinya aku memang harus fokus untuk menyelamatkan orang yang paling penting dalam hidupku.â Barbara menghela napas. Dia sungguh frustasi dengan apa yang dialaminya semalaman ini. Setelah merasa malam semakin larut, Barbara memutuskan untuk segera mencari taksi agar dia bisa pulang sebelum jam operasi taksinya berakhir. Beruntung dia menemukan satu taksi kosong, dan dengan segera, Barbara meminta si supir untuk mengantarkannya pulang. * Elina melangkah keluar dari apartemennya, dan mengunci pintu dengan benar sebelum akhirnya berangkat ke kantor. Tapi baru saja Elina hendak pergi me
âKenapa kau menolongku?â âSaya hanya merasa anda membutuhkan bantuan. Maka dari itu saya membantu anda.â Barbara tersenyum simpul ke arahnya. Lelaki itu hanya diam sambil mencoba mencerna kalimatnya. Namun karena tidak ingin membuatnya terlalu memikirkan ucapannya, Barbara meminta Marcus untuk tidak memikirkan itu dan memintanya untuk fokus pulang ke rumahnya. Barbara akhirnya berpisah dengan Marcus, dan taksi yang ditumpangi lelaki itu perlahan beranjak meninggalkan Barbara yang kini terdiam seorang diri di tempatnya sambil menatap taksi yang terus bergerak menjauh itu. Sepeninggalan Marcus, Barbara kembali melanjutkan perjalanannya. * Marcus terdiam sembari memikirkan ucapan Barbara tadi. Dia masih terus saja kepikiran dengan kalimatnya, dan dia sungguh tidak menyangka Barbara akan mengatakan hal seperti itu. Sepanjang perjalanan, lelaki itu terus memikirkan kebaikan Barbara. Berkatnya, sekarang dia bisa pergi. Marcus tersadar dari lamunannya begitu dia menyadari taksi yang dit
Barbara melangkah keluar dari dalam taksi. Namun baru saja dia keluar, seorang pria mendadak muncul di hadapannya dan membuat Barbara terkejut. Barbara nyaris berteriak saking kagetnya. âKau tidak akan bisa mengubah apa-apa, Barbara!â ujar pria itu dengan wajah serius. Barbara termangu di tempatnya begitu mendengar kalimatnya. Dia sungguh bingung dengan apa yang dia katakan, selain itu Barbara juga terkejut karena ternyata lelaki itu tahu namanya. âK-kau siapa? Bagaimana kau tahu namaku?â Alih-alih menjawab, lelaki itu malah mendekat lalu memegangi pundak Barbara. Begitu pundaknya dipegang, Barbara langsung meringis kesakitan. âArghhâŚâ Barbara memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit, dan bersamaan dengan begitu, berbagai adegan tiba-tiba saja bermunculan di benaknya; membuat kepala Barbara terasa semakin sakit. Namun rasa sakitnya berhenti begitu lelaki itu menjauhkan tangannya dari Barbara. Barbara beradu tatap dengan lelaki di hadapannya dengan mata yang berkaca-kaca. Dia s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen