Cinta Dua Kasta

Cinta Dua Kasta

Oleh:  RinRin  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
6Bab
1.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Vika tak pernah menyangka bila dirinya dicintai oleh Xavier, pria kaya yang berhati lembut. Akan tetapi, perbedaan status membuat mereka terpisah jauh. Tak adanya restu orang tua hingga permasalahan intrinsik yang terjadi dalam diri Vika membuatnya nyaris kehilangan akal sehat. Di tengah itu semua, Xavier terus berusaha untuk memperbaiki keadaan dan melawan opini masyarakat mengenai hubungan beda kasta.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
6 Bab

Penghujung Nyawa

Vika berjalan lunglai menuju hamparan pasir putih. Ia dapat merasakan debur ombak yang menerpa kaki tanpa alas, seolah menarik sesuatu dari dalam dirinya. Gadis cantik itu kian kurus, kehilangan selera untuk makan. Apalagi menjalani hidup yang tak ada bedanya dengan neraka. Ditinggal pergi ibu sejak masih kecil, berusaha keras untuk bertahan dengan bekerja bak robot, kini kekasihnya bahkan turut direnggut.   Akan tetapi, bukan oleh gadis lain. Cinta Vika dan Xavier, mantan kekasihnya, cukup kuat untuk melawan semua godaan. Tak pernah meskipun hanya sekali, terbesit keinginan mendua. Sayangnya, Xavier merupakan putra tunggal dari pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Menjadi sekertaris biasa membuat hubungan itu diragukan dunia. Tak ada satu pun pegawai lain yang percaya bila si bos benar-benar menaruh hati padanya. Mereka sibuk bergunjing, mengaku kalau Vika menggunakan ilmu pengasihan.   Vika juga tak per
Baca selengkapnya

Ibu Gosip

Masih dalam duka, Vika menapaki jalan beraspal hingga sampai di penatu langganan. Senyum dipaksa terbit, sekalipun enggan menipu diri sendiri. Sesak masih dirasakan. Namun, bukan berarti harus ditunjukkan pada dunia.  Ruang seluas sepuluh meter dimasuki. Beberapa mesin cuci berbaris rapi, keranjang biru berisi tumpukan baju terlihat di mana-mana, juga setrika yang bertengger di atas meja. Maklumlah, ini adalah tempat paling diminati daripada yang lain. Pemandangan ini akan selalu dijumpainya dua kali dalam seminggu. "Kak." Diulurkannya plastik ungu yang langsung disambut oleh pemilik penatu.  "Laundry lagi? Yang kemarin aja belum bayar loh." Ketus jawaban wanita perempat abad itu.  "Iya, nanti aku bayar semua." Tampak wanita tersebut manyun, tetapi Vika bersikap seolah tak melihat apa pun. Sebenarnya, ia memang tak bisa berbuat banyak. Sejak usaha kuningan Aris ban
Baca selengkapnya

Emas Kesayangan

💓Sudah sampai bab 3!? tambahkan ke pustaka. Terima kasih dan selamat Membaca💓 "Tolong!" teriak Vikka. Dirinya tengah berlari menyusuri jalanan  yang asing. Mendadak nabastala berubah segelap arang, kilat beradu  hingga membuat dunia berkedip. Malam itu, ia tersesat di antara beberapa pohon besar yang daunnya melambai dihempas angin. Gemuruh petir kembali, kali ini memercikkan api yang menyambar salah satu pohon hingga tumbang.  Vika kembali berlari. Pikirnya bimbang, ke mana jalan yang harus ditempuh? Dirinya teramat takut. Bagaimana jika nasibnya senaas pohon tadi?  Mendadak kabut memunuhi ruang penglihatan. Terkepung sudah. Berjongkok pun menjadi pilihan. Tangis mulai pecah, isakan beradu dengan guntur yang kunjung berhenti. Saat itulah, hangat sentuhan merangkulnya. Gadis itu menoleh, terlihat sosok pria berdiri di belakang.  Vika langsung bang
Baca selengkapnya

Penjara Perpisahan

Masih di hari yang sama, Vika dan Risa beranjak dari tempat tingga untuk menemui sang tahanan. Selama di taksi, gadis yang rambutnya dikepang itu gundah. Kekhawatiran muncul tanpa ada alasan yang jelas. Berulang kali ia menyelentik kuku sendiri hingga ujung jarinya terasa perih. “Udah … santai aja, Vi,” tukas Risa yang memperhatikan. “Kalau Ayah tidak suka, bagaimana?” “Kenapa mesti tidak suka? Aku berani jamin jika Kakak akan merasa takjub dan puas ketika mencicipi masakanmu itu.” Setiap pikiran berkecambuk, Risa selalu dapat mengusirnya dan membawa ketenangan buat Vika. Terkadang beberapa orang menyayangkan keputusan Risa yang tidak kunjung berkeluarga. Padahal, figure keibuan telah melekat kuat. Kendaraan beroda empat berhenti di depan lapas. Suasana mencekam terasa lagi sekalipun adik Aris pernah datang ke san
Baca selengkapnya

Isak yang Tertahan

Butuh waktu lama untuk menawarkan rumah yang terkesan biasa juga tanpa keunikan. Kondisi ini membuat gelisah makin menyelimuti perasaan wanita itu, belum lagi bicara pada anggota keluarga, entah bagaimana cara menjelaskan situasi saat ini?   Diam-diam Vika mengamati. Bukannya tidak curiga dengan gerik sang tante yang selalu bepergian hingga larut malam dan menggenggam gawai tiap saat, banyak pertanyaan yang mengganjal benak gadis yang akan berulang tahun dua bulan lagi itu. Namun, ia memilih diam, berharap Risa angkat suara secara sukarela. Hari terus berganti, rembulan yang pemalu kembali menyembunyikan diri, sayang mereka masih saling menutupi gundah. Hingga sampai pada suatu titik, anak sulung Aris tidak lagi kuasa memendam penasaran. Dihentikannya Risa tepat ketika hendak melangkah ke luar. "Sepagi ini Tante mau ke mana?" "Ka--kamu udah bangun?" Terkejut mendengar suara, sontak berba
Baca selengkapnya

Ditikam Rindu

Risa akhirnya bertemu dengan calon pembeli. Pria berambut putih di hadapannya telah menyetujui tawaran. Sebuah tanda tangan dicoretkan pada materai surat jual-beli. Cek bernominal ratusan juta juga disodorkan. Sontak tangan riang wanita berambut hitam pun meraih lalu menjabat pemilik baru dari hunian Aris. "Berarti sudah deal?" tanya pria berjas silver. Ia memastikan tidak ada kekurangan sebelum meninggalkan tempat.  "Tentu, Pak. Rumah itu milik Anda sekarang, tapi tolong berikan kami sedikit waktu untuk mengemasi barang." "Tentu saja. Tidak perlu buru-buru, silakan pindah kapan pun." Ramah ia menjawab.Senyum mengakhiri pertemuan singkat di salah satu restoran ternama yang menyajikan masakan khas negeri tirai bambu. Pria itu mengambil tas yang diletakkan pada kursi lalu beranjak, diikuti sekertaris yang sedari tadi sibuk membaca jadwal atasannya.  Usai menunggu rekan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status