Awalnya pernikahan Kayla dan Nabil berjalan dengan harmonis. Sampai Kayla tahu ternyata Nabil impoten. Kayla tetap bersabar dan mengajak Nabil berobat ke mana-mana. Namun penyakitnya itu membuat Nabil menjadi rendah diri. Dia merasa tidak berguna. Lama kelamaan hubungan mereka menjadi dingin dan hampa. Sampai pada suatu hari Kayla bertemu dengan Radit, mantan kekasihnya yang ternyata adalah atasan barunya di kantor. Awalnya Kayla tetap setia pada Nabil. Namun, pertemuan dan interaksi yang intens dengan Radit membuat cinta lama bersemi kembali. Akankah Kayla mampu mempertahankan pernikahannya bersama Nabil? Atau ia tetap terjerat dalam cinta terlarang dan kembali pada Radit, mantan terindahnya? IG Author: zizarageoveldy
View MoreBegitu sampai di rumah, Radit langsung memeluk Kayla. Begitu erat, sampai-sampai Kayla menjadi susah bernafas. Tapi dia diam saja. Jujur, kata-kata Radit kemarin masih membekas di benaknya dan melukai hatinya. Kayla bukan pendendam. Hanya saja dia tidak biasa dikasari.Melihat sambutan Kayla yang dingin dan tidak membalasnya, Radit melepaskan dekapannya di tubuh Kayla. Lalu memegang pipi istrinya itu dengan kedua tangan."Yang, kamu kenapa? Nggak senang ya aku pulang?" Kayla melengos, melarikan matanya dari tatapan Radit yang memburunya.Radit segera menyadari, dan berpikir apa kesalahannya. "Yang, kamu masih marah ya soal kemarin?" tebaknya.Kayla menggeleng lemah. Lalu mencoba berdamai dengan suasana hatinya. Dia tidak mungkin terus-terusan mendiamkan Radit. Kondisi itu hanya akan membuatnya tidak nyaman."Mau aku bikinkan kopi atau teh?" Akhirnya Kayla bicara."Air putih dingin aja," jawab Radit menyebutkan pilihannya sendiri.Kayla mengangguk. Sekilas dilihatnya wajah Radit yang
Radit merasa kepalanya kembali berat. Padahal tadi sudah sedikit membaik. Atau dia batalkan saja pertemuan itu dan pulang ke rumah? Tapi rasanya itu tidak mungkin. Andrea pasti tidak akan terima dan terus menerornya.Akhirnya Radit pun memutuskan untuk datang ke Apollo, sebuah restoran mewah yang khusus menyediakan menu chinese food.Nafas Radit tertahan di tenggorokan, saat melihat perempuan yang duduk di sudut bagian dalam restoran. Betapa cantiknya Andrea malam itu. Penampilannya sangat feminim, dalam balutan dress berwarna khaki dan bermodel backless yang memamerkan punggunggnya.Begitu besar dampak pesona Andrea hingga tak hanya dirinya yang terpukau. Beberapa lelaki yang duduk di sekitar mejanya tampak sibuk berbisik-bisik sambil sesekali mencuri pandang ke arahnya.Andrea tampak asyik dengan ponselnya. Radit tertegun. Keningnya berkerut dalam. Kenapa Andrea hanya sendiri?Andrea mendongak saat merasakan seseorang telah berdiri di hadapannya. Senyumnya mengembang saat melihat R
"Kenapa lama sih, Pak?" tanya Andrea saat Radit baru saja masuk ke ruangannya"Kan sudah saya bilang kalo ada urusan," jawab Radit tidak suka pada Andrea yang dirasakannya mulai posesif."Bukannya gitu, Pak, tapi kalo ada apa-apa kan saya juga yang susah," Andrea berdalih. "Oh iya, tadi ada telepon dari XY swalayan, katanya mereka komplain karena produk yang kita supply hampir expired.""Terus?""Kita harus tanggung jawab, Pak.""Kenapa harus kita yang tanggung jawab? Mereka bilang hampir expired kan? Bukannya sudah expired? Itu bukan salah kita, mereka yang tidak pandai strategi marketing. Udah tau barang mau expired harusnya mereka kasih diskon untuk menarik konsumen. Atau bisa juga pake cara buy one get one. Apalagi dengan masyarakat yang kian hari semakin konsumtif, mendengar kata sale saja mereka sudah antusias, walaupun hanya 10%."Andrea terpana mendengarkan Radit yang menerangkan kepadanya tentang strategi marketing. Jujur, Andrea semakin mengagumi Radit dari ke hari ke hari.
Radit mengetuk pintu kamar dan meminta Kayla untuk membukanya. Namun Kayla bergeming. Tidak ada tanda-tanda kalau pintu itu akan terbuka."Yang, aku minta maaf! Aku udah salah. Sekarang tolong buka pintunya dulu!"Radit terus mencari akal agar Kayla membuka pintu."Aku cuma mau kasih obat. Tadi udah aku beliin. Tolong kamu buka pintu, setelah itu kamu bisa tutup lagi."Tak disangka Kayla membuka pintu. Tapi bukannya untuk mengambil obat seperti yang dikatakan Radit. "Kamu mau kemana, yang?" tanya Radit begitu melihat Kayla menyeret sebuah travel bag berukuran sedang dan menyandang ransel di punggungnya."Aku mau pergi. Ini bukan rumahku. Ini rumah kamu. Sepeser pun tidak ada uangku membeli rumah ini. Jadi aku tidak berhak tinggal disini," ujar Kayla dengan suara serak."Yang, kamu jangan anak kecil. Semua bisa kita bicarakan baik-baik," Radit mencoba merangkul Kayla, tapi Kayla segera menepis tangannya dengan keras."Tolong izinkan aku pergi," kata Kayla pada Radit yang mencoba mengh
"Di kamar?" ulang Kayla masih tidak percaya pada apa yang telah didengarnya."Iya, di kamar mandi."Astaga.....Siapa sih yang kurang kerjaan begini? Kayla merasa hampir jantungan tadi."Ini siapa sih?" sergahnya keras."Ini Andrea, sekretaris Pak Radit."Kurang ajar! Kayla mengumpat dalam hati. Sekretaris Radit benar-benar tidak punya etika. Apa perlu Kayla mengajarinya tentang sopan santun? Kenapa bicara harus sepotong-potong seperti itu? Kenapa tidak bilang langsung kalau Radit sedang di kamar mandi? Malahan bilang di kamar, sampai-sampai Kayla berpikiran negatif tentang Radit."Tolong bilang sama Radit suruh telepon balik!""Oke, tapi ini siapa?""Saya Kayla, istrinya!" jawab Kayla keras dengan memberi penekanan pada kata 'istri'."Ooo... jadi ini Kayla istri Pak Radit yang ..." Lagi-lagi Andrea menggantung kalimatnya yang membuat Kayla semakin geram."Yang apa?" kejar Kayla cepat. Dari cara bicaranya, Andrea seakan mengatakan sesuatu yang negatif tentangnya."Yang cantik seperti
Setelah pulang dari rumah sakit, Radit langsung menuju apotik yang direkomendasikan dokter Sandra padanya.Tapi sayangnya, apotik itu sudah tutup. Padahal itu adalah salah satu apotik besar di kota ini.Radit berkeliling mencari obat untuk Kayla dari satu apotik ke apotik lainnya. Tapi percuma, dia tidak berhasil menemukannya. Radit akhirnya pulang dengan wajah lesu."Duh, suamiku baru pulang... Capek ya sayang?" Kayla menyambut dengan riang begitu Radit pulang. Tangannya sigap mengambil alih tas laptop yang dibawa Radit. "Eh, obat aku ada kan, beb?" tanya Kayla sambil mengaitkan tangannya di lengan Radit."Yang, maaf, tapi apotiknya sudah tutup."Kayla terlihat kecewa mendengar jawaban Radit. "Kenapa belinya nggak dari tadi siang? Kalo udah malam gini pasti udah tutup.""Iya, yang. Tapi kamu tau sendiri kan gimana sibuknya aku?"Kayla diam saja. Ternyata pekerjaan adalah prioritas utama dalam hidup Radit, dan bukan dirinya lagi. Kayla sangat kecewa, juga sedih."Nggak makan dulu
Dengan langkah berat Radit menaiki tangga menuju kantornya di lantai dua. Begitu sampai, ia melihat ruangannya setengah terbuka. Mungkin Andrea sudah sampai, pikirnya.Ternyata dugaannya tidak salah. Andrea sudah duduk manis di kursi kerjanya. Tumpukan berkas-berkas tampak menggunung diatas mejanya.Dia tersenyum hangat menyambut kedatangan Radit."Pak, saya sudah bikinkan kopi untuk Bapak."Radit mengalihkan pandangan ke atas mejanya. Disana, sudah tersedia secangkir kopi yang masih mengeluarkan uap panas. "Saya lagi malas ngopi hari ini," kata Radit, menolak untuk meminum kopi buatan Andrea."Ih, Bapak kenapa sentimen gitu sama saya? Giliran saya yang buatin Bapak nggak mau minum," tukas Andrea tidak terima."Bukan gitu, Andrea. Ini bukan masalah siapa yang membuatkan, tapi saya lagi malas aja. Tadi di rumah saya juga nggak ngopi," kata Radit menjelaskan dan berharap Andrea tidak memaksanya lagi."Diminum aja kenapa sih, Pak! Nyenengin hati orang tu pahala lho!" Andrea masih bersik
Tengah malam Kayla terbangun. Dilihatnya Radit sudah tidur disebelahnya. Kayla melihat jam yang menempel dinding. Masih pukul tiga dini hari. Kayla mencoba mengingat-ingat. Perasaan, tadi dia tidak di kamar, tapi kenapa sekarang sudah berada di tempat tidur?Ingatannya kembali membaik, setelah menyingkirkan rasa kantuk yang masih tersisa. Semalam, Kayla menunggu Radit pulang untuk makan malam bersama. Tapi sampai lelah ia menunggu, Radit tak kunjung datang. Bahkan dirinya sampai tertidur di meja makan. Mengingat itu semua, Kayla menjadi sedih. Radit terlalu sibuk hingga tidak menyisakan waktu untuk mereka berdua, bahkan untuk sekedar makan bersama.Kayla meletakkan tangannya diatas tangan Radit yang berada di atas perutnya. Lalu dipandanginya wajah Radit yang tidur dengan pulas.Wajah itu tampak begitu lelah. Kayla menjadi kasihan pada Radit yang sudah bekerja keras untuk kehidupan mereka berdua. Radit memang pekerja keras. Kayla tahu itu sejak dulu. Tapi belakangan, semua dirasaka
Akhirnya Radit mengantar Andrea sampai ke rumahnya. Sumpah, dia tidak ingin berlama-lama dengan gadis itu. Sikap Andrea yang mulai berani dan terlalu agresif membuatnya gerah. Radit paling tidak suka cewek agresif. Tapi mau bagaimana lagi, namanya juga butuh. Mereka terikat hubungan simbiosis mutualisme yang entah kapan akan berakhir."Mampir dulu yuk, Pak," kata Andrea sebelum turun dari mobil."Lain kali aja ya, udah malam," Radit menolak secara halus."Sekarang aja, Pak, ntar saya kenalin sama kakak saya. Tadi sebelum pergi, saya lihat ada temannya juga," ujar Andrea sambil melihat ke halaman rumahnya. "Itu Pak, masih ada mobilnya. Ayolah Pak, siapa tau kita bisa double date," canda Andrea lalu tertawa.Ini cewek mulai lagi. Radit menggerutu di dalam hati.Radit ikut melihat ke halaman rumah Andrea yang luas. Banyak mobil terparkir disana. Namun dia terfokus pada sebuah city car berwarna putih. Apalagi setelah melihat nomor polisi mobil itu. Dia tahu persis siapa pemiliknya. Itu
Kayla baru saja akan mengetuk pintu, namun pintu berwarna coklat tua itu keburu dibuka dari dalam. Seraut wajah dengan sepasang mata teduh menyembul keluar."Kenapa baru pulang?" tanyanya. Raut wajahnya yang mulai keriput tidak bisa menyembunyikan rasa cemas."Aku lembur, Yah," jawab Kayla sembari melirik jam dinding. Sudah hampir jam 11 malam, wajar jika Ayah mengkhawatirkannya."Diantar laki-laki itu lagi?"Langkah Kayla menuju kamar terhenti mendengar pertanyaan Ayah."Namanya Radit, Yah," jawab Kayla kurang senang.Ayah memang tidak menyukai Radit. Dan selalu menyebutnya dengan sebutan 'laki-laki itu'. Radit, laki-laki berkulit terang itu adalah kekasih Kayla. Dia berperawakan tinggi, berbadan tegap dan berwajah tampan sedikit kebulean. Radit juga lulusan universitas ternama di luar negeri. Namun entah apa kurangnya Radit di mata Ayah."Nanti kamu bisa cepat pulang kan?" tanya Ayah ketika keesokan paginya mereka sarapan bersama."Hmmm... kayaknya aku nggak bisa, Yah," jawab Kayla
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments