Maudy membungkuk, lalu mengusap permukaan tanah dengan jarinya dan mengerutkan alis. "Sepertinya ini gunung berapi," katanya."Apa itu gunung berapi?" tanya orang-orang dengan penasaran.Maudy menjelaskan, "Gunung berapi adalah gunung yang menyemburkan lava dan api dari bawah tanah. Api itu bisa menyembur hingga beberapa kilometer jauhnya, jadi pepohonan dan tanaman di sekitar sini terbakar habis.""Lihatlah, permukaan tanah ini penuh dengan belerang dan batu hitam yang merupakan mineral khas gunung berapi," tambahnya.Penjelasan Maudy penuh dengan istilah yang asing bagi sebagian besar orang sehingga membuat mereka kebingungan. Namun, Yabil tampak sedang memikirkan sesuatu saat mendengarkan penjelasan Maudy."Tempat ini sangat berbahaya, kita harus segera melewati Gunung Hulam ini," ujar salah satu dari mereka dengan ketakutan.Maudy belum sempat menyebutkan bahwa selain gunung berapi, kemungkinan besar ada juga binatang buas di sini. Namun melihat orang-orang mulai cemas, dia memilih
"Mau." Maudy mengangguk dengan antusias. Dia bahkan sudah memikirkan mau bagaimana memanggang seekor serigala utuh."Tunggu." Ammar menarik busurnya dan membidik serigala liar dalam kegelapan."Segelap ini kamu bisa memanahnya?" Baru saja ucapan itu dilontarkan, panah Ammar telah meluncur dari busurnya.Syut! Syut! Syut! Terdengar suara tiga anak panah yang menancap di daging. Maudy bergegas memeriksanya, kemudian menyeret tiga ekor serigala dengan kegirangan."Sayang, kamu hebat sekali! Bukan cuma berhasil memanah tiga ekor serigala, tapi juga menakuti kawanan serigala lainnya."Maudy sengaja memeriksa hasil tembakan Ammar dan dia melihat bahwa anak panahnya berhasil mengenai kepala serigala pemimpi. Hal ini langsung membuat kawanan serigala lainnya melarikan diri. Mendengar pujian dari Maudy, Ammar merasa senang meski wajahnya tetap terlihat tenang."Bukannya kamu mau makan daging serigala? Bawa kemari, biar aku yang mengurusnya," kata Ammar."Oke," jawab Maudy sambil menyisakan seek
"Tuan, aku juga ingin makan," ucap Galeo sambil menatap daging serigala. Air liurnya hampir menetes. "Gimana kalau kita minta sedikit dari Tabib Ajaib? Dia pasti mau kasih.""Nggak boleh!" Yabil mengerlingkan matanya dengan kesal. Serigala itu ditangkap oleh Ammar. Yabil tidak akan memintanya.Galeo menggigit makanan keringnya, lalu berbalik dan kebetulan melihat Ammar menyuapi Maudy daging. Dia bertanya dengan bingung, "Tuan, kamu yakin hubungan Tabib Ajaib dengan suaminya nggak baik? Mereka terlihat serasi dan mesra kok."Entah apa yang merasuki majikannya, Yabil jatuh cinta terhadap Maudy pada pandangan pertama. Maudy memang hebat, tetapi dia sudah punya suami."Tutup mulutmu," tegur Yabil sambil melirik Galeo. Kemudian, ketika menatap Maudy dan Ammar yang tampak mesra, hatinya sungguh sakit.Untungnya, Yabil teringat pada tujuannya memasuki Gunung Hulam. Dia memperingatkan dirinya untuk fokus pada misinya sendiri. Dia harus mencari harta karun untuk membangkitkan Keluarga Dasala!S
Maudy berlari dengan sangat cepat, sedangkan para bandit terus mengejar, bahkan menembak mereka dengan panah.Nahasnya, hutan ini gundul. Tidak ada pohon yang bisa menutupi mereka, membuat mereka seperti kelinci lemah yang diburu.Namun, Maudy bukan kelinci biasa. Dia adalah kelinci ajaib yang ganas. Panah para bandit itu gagal menembaknya karena dia menghindar dengan gesit."Sialan! Wanita ini punya mata di belakang ya? Gimana bisa dia menghindar semudah itu?" Bandit yang memimpin, Jaza, gusar hingga menarik-narik rambut sendiri. Selain itu, bukankah Maudy sangat kuat? Meskipun menggendong Ammar, larinya justru lebih cepat daripada mereka.Para bandit telah mengejar sekitar beberapa kilometer, tetapi mereka masih gagal menghentikan Maudy. Jaza akhirnya menggunakan teknik meringankan tubuh. Dia melompat jauh, lalu sontak menebas dengan golok."Awas!" Ammar membelalakkan matanya dengan terkejut.Maudy pun menoleh, lalu tersenyum nakal. "Kamu berani menyerangku dari belakang ya? Rasakan
Maudy memercayai Ammar. Namun, apa Ammar bisa menggunakannya?Setelah memegang senapan, Ammar meniru Maudy menarik pelatuk. Ammar awalnya terlihat kaku, tetapi setelah 2 tembakan, dia menguasai cara kerja senapan dengan baik.Bahkan, akurasinya jauh lebih tinggi daripada Maudy. Tidak ada tembakannya yang meleset. Bandit awalnya mengejar, tetapi sekarang mereka sibuk kabur.Situasi pun berbalik. Sebelumnya adalah para bandit yang mengejar, tetapi sekarang menjadi mereka yang melarikan diri. Adapun Ammar dan Maudy, keduanya berjalan santai sambil menembak.Saat ini, Maudy menyadari keanehan. Sepertinya ada yang janggal dengan para bandit itu. Mereka tiba-tiba terjatuh dengan lemas."Jangan dibunuh semuanya. Kita harus interogasi mereka," instruksi Maudy.Ketika hanya tersisa beberapa bandit, Ammar mengembalikan senapan kepada Maudy. Sesudah itu, dia berkelebat dan menendang salah satunya hingga terjatuh, lalu menahannya di tanah. "Katakan, siapa yang mengutus kalian kemari!"Bandit itu t
Bandit itu menghantamkan kepalanya ke tanah. Dia tampak sangat kesakitan dan ingin mati. Dia akhirnya menyadari betapa menakutkannya wanita ini. Entah dari mana asal-usul obat yang begitu mengerikan ini."Kumohon ... tolong bunuh aku! Jangan menyiksaku lagi!" pinta bandit itu. Serangan suara memang bisa menghancurkan tekad seseorang. Kini, bandit itu tidak bisa memikirkan hal lain lagi. Dia hanya ingin mati agar terlepas dari penderitaan ini.Ketika melihat bandit itu sudah cukup tersiksa, Maudy bertanya, "Kamu sudah bisa beri tahu kami semuanya, 'kan? Siapa yang mengutus kalian?""Pangeran Selatan! Tuan Ade memberi usul kepada Pangeran Selatan! Mereka yang mengutus kami membunuh Ammar!" jelas bandit itu.Sebenarnya Maudy sudah menebaknya sejak tadi. Bagaimanapun, mereka baru bertemu di Provinsi Troba, lalu tiba-tiba diserang seperti ini. Hanya saja, dia tidak menyangka Ade yang mengusulkan semua ini.Meskipun menurut novel Ade adalah penasihat Pangeran Selatan, menurut karakternya, Ad
Maudy mencebik dan mendengus, lalu melepaskan tangannya. "Entah wanita mana yang gigit bahumu."Ketika melihat Ammar malu-malu pada malam pertama, Maudy mengira itu pertama kalinya Ammar berhubungan intim. Ternyata dia sudah ditipu!Maudy merasa kesal sekaligus cemburu. Ammar menoleh dan menunduk untuk melihat bahunya. Ketika melihat bekas gigitan itu, dia buru-buru menjelaskan, "Kamu sudah salah paham. Ini bukan digigit wanita.""Kamu mau bilang kamu digigit nyamuk?" timpal Maudy.Ammar merasa lucu. Maudy benar-benar menggemaskan. "Tentu saja bukan. Ini digigit ayahku. Aku lahir di selatan, lalu pergi ke ibu kota bersama ibuku. Ayahku meninggalkan bekas gigitan ini supaya aku nggak hilang. Kamu lihat saja sendiri. Bekas lukanya sudah lama sekali, 'kan?"Maudy mengamati dengan saksama dan mendapati yang dikatakan Ammar memang benar. Dari ukurannya, sepertinya memang bukan gigi wanita."Ya sudah, aku percaya padamu," ujar Maudy."Begitu baru benar." Ammar menghela napas lega. Dia sunggu
Maudy dan Ammar bertatapan. Ekspresi mereka tampak panik."Itu suara Dafin! Dia dalam masalah!""Cepat, kita ke sana!"Keduanya menuju ke arah sumber suara dengan tergesa-gesa. Meskipun telah membuat persiapan mental, mereka tetap terkejut dengan pemandangan di depan.Dafin dililit oleh ular piton merah raksasa di dahan pohon. Yang terlihat hanya kepala dan wajahnya yang panik. Dia bisa mati kapan saja.Yang paling mengejutkan adalah ada seorang wanita berpakaian merah berdiri di depan mereka, menginstruksi ular piton itu dengan bersemangat, "Bagus, Merah. Beri dia pelajaran. Siapa suruh dia mencuri telur ularku! Dasar nggak tahu malu!"Mencuri telur ular? Dafin memang masih muda, tetapi tidak mungkin mencuri. Dia dididik dengan sangat baik. Apa yang sebenarnya terjadi?Maudy dan Ammar sedang bersembunyi di balik batu untuk mengamati. Maudy menemukan 2 butir telur ular di samping kaki wanita itu. Salah satunya pecah dan mengeluarkan cairan berwarna putih. Dafin benar-benar mencuri telu