Ammar pun bersembunyi dengan patuh karena dilarang istrinya untuk maju. Dalam hatinya, dia mendoakan keselamatan adiknya.Di sisi lain, Dafin yang bersikap keras kepala telah ditampar 2 kali oleh Berma. "Kamu menghancurkan telur ularku, tapi masih menolak untuk bersujud?"Dafin menyahut, "Aku bisa minta maaf, tapi aku nggak bakal bersujud ataupun mati!""Ka ... kamu ini! Kamu benar-benar nggak masuk akal! Pantas saja, kakekku bilang semua pria di Gunung Hulam biadab!" bentak Berma."Kamu yang nggak masuk akal! Pantas saja, orang-orang bilang wanita sulit diatur!" timpal Dafin."Kalau kamu menolak bersujud lagi, aku akan menyuruh Merah membuangmu ke jurang!" ancam Berma."Silakan! Kalau kakak-kakakku menemukan jenazahku nanti, mereka pasti akan membalas dendam!" balas Dafin.Keduanya terus berdebat. Maudy menonton dengan seru. Tiba-tiba, dia merasakan ada sesuatu yang bergerak di tanah.Maudy termangu sesaat. Sebuah firasat buruk tiba-tiba muncul. "Apa kamu merasakan sesuatu tadi? Seper
"Ibu, awas!" seru Amar dengan tatapan dipenuhi kecemasan.Detik berikutnya, Maudy berkelebat dan menarik Laksmi. Bam! Batu besar itu mendarat dan memunculkan lubang besar di tanah.Laksmi menoleh dan melihat lubang besar itu. Dia sontak ketakutan hingga terduduk lemas di tanah. Setelah lebih tenang, Laksmi meraih tangan Maudy dan Ammar sambil bertanya, "Kalian sudah kembali? Kalian baik-baik saja?""Kamu baik-baik saja. Di mana Nirina?" tanya Maudy sambil menyerahkan caping kepada Laksmi. Kemudian, dia mengamati ke sekeliling dan menemukan Nirina di tumpukan batu kerikil. Untungnya, Nirina hanya terjatuh dan kakinya tergores sedikit.Maudy segera menghampiri untuk memapah Nirina. Nirina langsung melemparkan diri ke pelukan Maudy dan menangis tersedu-sedu. "Kak, akhirnya kalian kembali! Aku kira kita nggak bakal ketemu lagi! Huhuhu ....""Jangan nangis lagi. Ini bukan saatnya mengobrol dan menangis. Gunung berapi meletus. Kita harus segera cari tempat sembunyi," hibur Maudy. Kemudian, d
Di belakang, letusan gunung berapi makin kuat. Maudy langsung membawa sekelompok orang masuk tanpa ragu sedikit pun.Setelah masuk, mereka baru mendapati gua yang terlihat kecil ini ternyata sangat luas dan dalam. Ujungnya sampai tidak terlihat. Selain itu, masih terdapat sungai di sini.Maudy awalnya masih memikirkan cara untuk membersihkan abu vulkanik dari tubuh mereka. Sekarang, dia tidak perlu mencemaskan apa pun lagi. Dengan sumber air ini, mereka tidak akan kelaparan ataupun kehausan di sini."Ibu, Nirina, cepat bersihkan abu vulkanik di tubuh kalian dulu. Cuci wajah kalian juga," ujar Maudy.Penglihatan Nirina memang menjadi agak kabur dan matanya terasa perih karena abu vulkanik. Dia segera mencuci wajahnya dengan air. Orang lainnya juga menuju ke sungai untuk membersihkan diri.Saat ini, Petra menghampiri Maudy dan Ammar. "Kalian nggak terluka, 'kan?"Maudy tahu Petra mencemaskan mereka. Dia menggeleng. "Kami baik-baik saja. Terima kasih sudah menunggu kami.""Sudah seharusny
Entah sejak kapan, Sandra dan Abbas punya hubungan."Ibu, tubuh Mail menjadi lemah sejak keracunan waktu itu. Wajar kalau dia mati. Ini bukan salah Sandra," bela Abbas.Wulan sungguh murka. "Mail keracunan juga karena jamur beracun yang dipetiknya. Dia memang pembawa sial! Hari ini, dia harus mati untuk menemani Mail ke alam baka!"Usai berbicara, Wulan maju untuk menyerang Sandra. Sandra pun bersembunyi di belakang Abbas dengan manja."Paman, aku ....""Jangan takut. Aku akan melindungimu."Di kejauhan, Nirina bertanya kepada Maudy, "Kak, kenapa Paman Abbas melindungi Sandra ...."Maudy tidak tahu harus bagaimana menjelaskan. Dulu Sandra hanya sedikit murahan. Akan tetapi, sekarang dia menjadi makin kejam dan tidak tahu malu."Biarkan saja mereka. Nggak usah diladeni," sahut Maudy."Hm, baiklah." Nirina tampak keheranan, tetapi dia tidak ingin ikut campur. Dia hanya merasa tidak masuk akal. Bagaimanapun, Abbas dan Sandra adalah paman dan keponakan. Hubungan ini benar-benar kacau.Sebe
Maudy telah bertanya kepada sistem, tetapi sistem tidak bisa memberi jawaban yang pasti. Yang jelas, kuantitasnya tidak sedikit."Lokasinya di pedalaman gua. Aku nggak tahu sebanyak apa, tapi aku ingin masuk untuk melihat," timpal Maudy."Aku ikut," ucap Ammar setelah merenung sejenak. Dia bukan mengincar minyak bumi, melainkan mencemaskan Maudy. Dengan mengikuti Maudy, dia baru bisa merasa tenang."Oke, aku beri tahu Kak Petra dulu," ujar Maudy. Kemudian, dia menghampiri Petra dan minta izin untuk memasuki pedalaman gua.Maudy tentu tidak memberi tahu Petra tentang minyak bumi. Dia hanya bilang ingin memastikan semuanya aman supaya mereka bisa berjaga-jaga.Petra melirik ke kegelapan. Dia tahu dirinya tidak berani masuk, jadi langsung mengangguk. "Kalian hati-hati ya. Tapi, kaki Ammar belum sembuh. Apa aku suruh petugas menemanimu saja?""Nggak perlu. Aku akan menemani istriku." Ammar tampak bersikeras.Maudy tidak percaya pada orang lain. Selain itu, dia membutuhkan ruang ajaibnya. D
"Percaya padaku." Ammar memberi Maudy tatapan penuh keyakinan. Saat berikutnya, dia berkelebat dan berhasil menusuk salah satu pria berpakaian hitam itu."Tuan Ammar!" Yabil tampak terkejut. Dia tidak menyangka Ammar akan muncul di sini. Selain itu, sejak kapan kaki Ammar sembuh?Namun, di situasi genting seperti ini, Yabil tidak sempat berpikir terlalu banyak. Dia langsung menggendong Galeo dan bersembunyi di balik pilar.Di sisi lain, Maudy yang bersembunyi di balik batu sedang memegang pistol. Dia bersiap untuk menembak jika Ammar dalam bahaya.Saat ini, Maudy baru tahu sehebat apa kemampuan bela diri Ammar. Pria ini sama sekali tidak butuh bantuannya. Dalam sekejap, para pria berpakaian hitam itu tergeletak di tanah dan menyisakan pemimpin mereka.Ammar menendang pemimpin itu, lalu menarik penutup wajahnya dan melihat wajah seorang pria paruh baya. Dia berseru dengan dingin, "Rupanya kamu, Okan!"Maudy tidak pernah melihat Ammar semarah ini. Dia buru-buru menghampiri dan bertanya,
"Ini nggak mungkin!" Ammar mengepalkan tangannya. Dia punya orang tua. Selama lebih dari 20 tahun, dia menganggap diri sendiri sebagai putra Keluarga Lesmana. Bagaimana bisa dia tiba-tiba menjadi anak mendiang Putra Mahkota?Okan tersenyum getir. Dia awalnya juga tidak percaya, tetapi menjadi yakin setelah mendengarnya. Okan bertanya, "Pangeran, kamu punya bekas gigitan seperti bulan sabit di bahumu, 'kan?"Jika itu sebelumnya, Ammar tidak akan percaya. Namun, sekarang Okan menyebut bekas gigitan di tubuhnya.Okan melanjutkan, "Kalau kamu nggak percaya, cari saja Tuan Slamet. Dia bisa menjawab semua keraguanmu.""Slamet, lagi-lagi dia ...." Maudy ingat Ade pernah menyebut tentang Slamet. Herannya, bagaimana Ade bisa tahu identitas Ammar?Meskipun di akhir cerita Ade menjadi pejabat hebat dan menemukan petunjuk, sekarang dia masih pelajar biasa. Bagaimana bisa dia mengetahui hal semacam itu? Apa mungkin ini hanya kebetulan? Sepertinya, mereka memang harus menemui pria bernama Slamet itu
Setelah melihat Yabil, tebersit niat membunuh pada tatapan Ammar. Ini bukan masalah sepele. Karena Yabil mendengar semuanya, dia tidak seharusnya hidup.Ketika melihat suami istri itu menatap dirinya, Yabil menggeleng sambil tersenyum getir. Dia sendiri tidak menduga akan mendengar rahasia sebesar itu. Dia juga terkesiap mengetahui Ammar adalah anak mendiang Putra Mahkota.Namun, karena sudah mendengar semuanya, Yabil hanya bisa mencoba mempertahankan nyawanya. Dia melempar senjatanya, lalu berujar dengan tulus, "Jangan khawatir. Aku pasti akan merahasiakan semua yang terjadi hari ini. Aku nggak akan membocorkan apa pun.""Atas dasar apa kami percaya padamu?" tanya Maudy sambil mencebik."Kamu benar." Yabil terkekeh-kekeh. Demi mempertahankan nyawanya, dia tentu harus memberi jaminan. Yabil mengeluarkan token dan menyodorkannya kepada Maudy. "Coba kamu lihat ini."Yabil berdiri di hadapan keduanya sambil menjelaskan, "Ini adalah token yang dipegang oleh Kepala Keluarga Dasala. Hari ini