Berawal dengan kepindahannya dari Perth-Australia menuju ke kota yang lebih kecil yaitu Geraldton. Sebuah kota pinggiran yang mempertemukan Aleandra Beverly (25th) dengan seorang pria berusia matang bernama Marvin Williams(45th). Pertemuan pertama mereka di sebuah kedai ice tempat Aleandra bekerja, menjadi awal dari kisah mereka. Marvin tertarik dengan Aleandra yang sangat berbeda dari gadis lainnya. Di saat Marvin yang menyandang predikat seorang duda kaya, digandrungi banyak wanita bahkan kebanyakan adalah gadis seusia Aleandra. Namun, Marvin malah tertarik dengan Aleandra yang terlihat memiliki daya tarik tersendiri dimata Marvin. Seiring kebersamaan mereka membuat Aleandra jatuh hati pada Marvin. Aleandra bersikap seolah mereka memang telah menjalin sebuah hubungan. Berbeda dengan Aleandra, Marvin semakin menyadari bahwa dirinya tak bisa menjadi egois dengan membiarkan Aleandra bersanding dengannya. Marvin cukup tahu diri bahwa dirinya terlalu tua untuk seorang gadis secantik dan sepintar Aleandra, walau Marvin sangat menyadari perasaannya terhadap Aleandra adalah sebuah perasaan cinta. “Usiaku hampir duakali lipat usiamu, Al. Aku takut tak bisa menyaingi hasrat jiwa mudamu.” Marvin Williams. Aleandra menatap tajam mata Marvin dan berkata, “Kalau begitu, bagaimana jika aku mengujinya?” Seketika Marvin melepaskan tangannya dari bahu Aleandra. Berniat berbalik, tetapi pergerakannya didahului Aleandra yang meraih pundak dan menciumnya. **
Lihat lebih banyakRuangan maskulin yang didominasi dengan warna hitam dan putih. Menjadi ciri khas tersendiri bagi seorang pria duda yang telah berpisah dengan istrinya.
Usianya yang sudah tak lagi muda membuat seorang Marvin Williams, tak ingin bermain-main dengan seorang wanita yang berusia sepuluh tahun lebih muda darinya. Maka dari itu, Marvin berusaha menolak perasaan wanita bernama Aleandra Beverly yang saat ini sedang menatap tajam. Menunggu sebuah jawaban dari perasaannya, yang tak berubah sedikitpun. Walau dia tetap akan memberikan penolakkan. "Aku terlalu tua untukmu, Al. Kita hentikan sampai di sini, sebelum perasaanmu terlarut terlalu dalam." "Aku tak bisa, Marvin. Karena perasaan ini sudah terlalu dalam padamu."Marvin beranjak dari duduknya menatap keluar gedung. Menghindari tatapan manik mata coklat milik Aleandra, wanita yang berdiri di hadapannya. Hanya sebuah meja yang menjadi jarak keduanya.
"Kau bisa, Al. Kau masih muda, dan perasaanmu masih bisa berubah seiring berjalannya waktu. Dan aku yakin, kebersamaanmu dengan Zach mampu merubah semuanya." Marvin sedikit menoleh dan melirik Aleandra yang berdiri kaku. Mata indah itu menatapnya dengan tatapan kesal bercampur kecewa.Namun, Marvin berusaha mengabaikan semua itu. Dia tetap terlihat tenang dengan pembawaannya yang tegas.
"Berikan dia kesempatan untuk merubah perasaanmu padaku, dia—" "Dia hanya terobsesi padaku! Saat dia bosan, dia akan mengejar wanita lain seperti sebelumnya!" tukas Aleandra. Suaranya meninggi karena pria berumur itu tak bisa mengerti keinginannya. Marvin berbalik badan dan mendekati Aleandra. Memegang kedua bahu Aleandra yang bergetar, menahan emosi dalam jiwa mudanya yang meletup-letup. "Usiaku hampir duakali lipat usiamu, Al ... Aku takut tak bisa menyaingi hasrat jiwa mudamu," bujuk Marvin. Aleandra menatap tajam mata Marvin; Pria yang beralasan bahwa ia terlalu muda untuknya. "Kalau begitu, bagaimana jika aku mengujinya?" Seketika Marvin melepaskan tangan yang berada dibahu Aleandra. Berniat berbalik, tetapi pergerakannya didahului Aleandra yang meraih pundak tegap itu untuk mencium bibir Marvin. Mata Marvin membulat sempurna saat sesuatu yang kenyal menyentuh bibirnya. Memaksa Marvin untuk memegang pinggang Aleandra dan memperdalam ciuman tersebut. Hingga sebuah ketukan pintu terdengar dan menghentikan niat Marvin untuk berbuat lebih. Dia menarik diri untuk kembali duduk di balik meja kerjanya. "Lupakan ciuman tadi, Al. Itu yang terakhir," ujar Marvin. Wajah serius itu mengabaikan tatapan kecewa Aleandra. "Tapi—" Suara ketukan pintu kembali menghentikan ucapan Aleandra. "Dad!" panggil Zach dari balik pintu. "Masuklah," kata Marvin. "Maaf,Dad, aku hanya ingin mengajak Aleandra pergi." Zach masuk dengan santai tanpa tau apa yang terjadi. "Silahkan, dia sudah selesai melaporkan pekerjaannya padaku," ujar Marvin menatap Aleandra yang sedang menahan airmata dan menatapnya kecewa. "Ayo, Al," ajak Zach, menatap punggung Aleandra yang berdiri kaku. "Ayo .... Kebetulan aku sudah meminta ijin pada Ayahmu untuk langsung pulang. Bagaimana jika kita bersenang-senang malam ini?!" tanya Aleandra. Menatap sinis Marvin yang kembali menatapnya, setelah sempat mengalihkan tatapan mata itu dari Aleandra. "Oh tentu saja. Dad, malam ini aku mungkin tak jadi pulang. Barusan kau mendengarnya bukan? Aku mendapat ajakkan dari sekretaris cantikku ini," ujar Zach meraih pinggang Aleandra untuk keluar dari ruangan Marvin. Mata mereka —Aleandra dan Marvin— masih saling menatap. Seolah Aleandra berkata, 'Ini yang kau inginkan bukan? Maka akan kulakukan.' Pintu ruangannya tertutup, Marvin mengusap wajah lelahnya. Bersandar di kursinya, menarik mundur dan berputar menghadap keluar gedung. Menatap pemandangan kota Sydney yang mulai gelap seperti hatinya. Dia memegangi bibirnya yang masih terasa manis dari ciumannya dengan Aleandra barusan.Dia memejamkan mata sejenak. Dengan kepala yang ia sandarkan. Sial! Kenapa kau begitu nekat melakukan ciuman itu?! Baiklah ... aku tak ingin kau memberikan ciuman itu pada Zach! batin Marvin seketika membuka matanya karena tak tahan. Dia terus terbayang akan ciuman tadi. Marvin beranjak meraih mantelnya untuk mengikuti Zach dan Aleandra yang pergi entah akan kemana.**Seorang anak perempuan yang saat ini menjadi malaikat di rumah bergaya Eropa itu. Membuat suasana rumah itu menjadi berwarna, senyum dan tawa menjadi keseharian yang tak pernah terlewatkan oleh balita yang saat ini sudah berusia satu tahun. Marveille Beverly Williams… anak perempuan dari hasil pergulatan Marvin Williams dan Aleandra Beverly. Saat ini sedang menjadi pusat perhatian karena tengah berjalan di depan kedua orangtuanya yang sedang menuju kepelaminan di taman bunga rumah mereka. Yang telah disulap menjadi tempat resepsi pernikahan. Bocah perempuan itu berjalan di samping bocah laki-laki yang lebih besar darinya. Sambil menabur kelopak bunga, yang mereka bawa dengan menggunakan keranjang kecil. Lagu instrumen mengalun indah mengiringi langkah mereka
Kelahiran seorang anak perempuan menjadi sebuah kebahagiaan yang indah bagi Marvin dan Aleandra. Anak perempuan yang begitu mirip dengan ayah dari anak itu.Marvin semakin mencintai Aleandra lebih dari sebelumnya. Dirinya tak henti mengecup Aleandra, setelah wanita yang dia cintai itu berhasil melahirkan anak dari hasil buah cintanya. Marvin tampak sangat bahagia saat dirinya menggendong bayi mungil itu ke dalam pelukkannya. Dirinya sampai menangis terharu melihat bayi perempuan mungil yang berada dalam dekapannya. Aleandra tersenyum melihat Marvin yang terlihat sangat bahagia. Memiliki seorang anak dari hasil perbuatan nakal dan mesum keduanya. Aleandra kembali mengingat kejadian yang mengharukan yang sempat membuatnya dan Marvin bers
Pagi harinya... Marvin kembali mendapat kejahilan Aleandra yang menginginkan masakan darinya. Aleandra terlihat duduk dengan manis di depan meja makan. Memperhatikan Marvin yang dengan santainya menggunakan celemek berwarna pink miliknya, sambil membuatkan sepiring nasi goreng. Keinginannya yang aneh dengan meminta Marvin membuatkan sarapan, namun harus menggunakan celemek kesayangannya. Entah bagaimana bisa terpikir oleh dirinya untuk menjahili suaminya. Walau mereka belum secara resmi menikah di gereja. Namun lamaran Marvin kemarin sudah menjadikan dirinya seorang Mrs.Williams. "Jangan menyebarluaskan fotoku Al! Cukup kau yang melihatku semanis ini. Karena ini khusus untukmu, mengerti?" tan
Beberapa bulan kemudian, perut Aleandra sudah semakin membesar dan ini adalah bulannya dia akan melahirkan.Aleandra sangat rajin bergerak demi memperlancar proses persalinannya. Dia berjalan ke sana ke sini. Membuat Marvin yang melihatnya menjadi pusing sendiri."Al bisakah kau duduk?" tanya Marvin."Aku harus bergerak agar nanti saat persalinan lebih mudah," jawab Aleandra."Tapi tidak sampai seperti itu. Kau bisa kelelahan Al," ujar lagi Marvin."Baiklah... Aku akan istirahat sebentar." Lalu Aleandra duduk di samping Marvin.Pria itu memang sudah tak menggunakan kursi roda. Namun dia menggunakan tongkat jika berjalan terlalu lama dan jauh."Apa dia berat? Apa kau tak lelah membawanya kemana-mana?" tanya Marvin, sambil mengelus perut Aleandra."Tenanglah... Dia sama sekali tak menyusahkan. Aku sangat senang saat dia menendang," jawab Aleandra."Bagian mana yang sering dia tendang Al?" tanya lagi Marvin. Membawa Aleandr
Pagi itu, menjadi pagi terpanas yang dialami Aleandra dan Marvin. Mereka... entah menggunakan gaya seperti apa. Hingga keduanya melakukannya sampai dua kali.Dan sekarang... Keduanya kelaparan dan sibuk menyiapkan makanan di dapur. Marvin duduk diam dengan senyum yang membuat Aleandra terus tersipu."Berhenti memandangku seperti itu," ujar Aleandra."Memandangmu seperti apa Al?" tanya Marvin."Seperti srigala yang ingin menerkam domba kecil tak berdaya sepertiku," jawab Aleandra dengan kiasannya yang membuat Marvin tergelak."Kau itu domba yang sedang mengandung Al. Bagaimana bisa kau diumpamakan sebagai domba kecil?" tanya Marvin menggoda wanita yang sedang serius menyelesaikan masakannya itu."Perlu kuingatkan. Bahwa kau yang membuatku seperti ini. Tadinya aku adalah domba kecil yang polos." Aleandra mencebik lalu tertawa menampilkan deret giginya. Dia meletakkan masakannya ke atas meja lalu duduk di samping Marvin."Aku akan membua
Sebuah bunyi terdengar dari perut Aleandra yang baru saja mencoba memejamkan matanya. Marvin tersenyum dan menatap Aleandra yang menyerukkan kepalanya semakin masuk ke dalam pelukkannya."Bangunlah Al... Kau yakin akan membiarkan anak kita kelaparan?" tanya Marvin.Aleandra mendongak dan menggeleng cepat sambil tersenyum menampilkan deret gigi putihnya."Ayo kita keluar. Gadis yang bersama Dave tadi pasti akan kembali dengan makanan.""Hm... Aku tak yakin. Bianca ceroboh. Dia sering melupakan sesuatu. Dan aku rasa..., tadi dia melupakan dompetnya.""Mungkin dia memang ceroboh. Tapi tidak dengan Dave. Barusan aku yang menyuruhnya untuk mengantar Bianca membeli makanan." Aleandra beranjak dari dekapan Marvin dan mengerutkan keningnya bingung."Kapan kau menyuruh Dave?""Gerakan mata dan alis. Maka dia sudah mengerti," jawab Marvin santai."Dia memang lebih bisa diandalkan dibandingkan Zach,” ujar Aleandra. Marvin tergelak m
Aleandra beranjak dari pangkuan Marvin. Walau dirinya sejak tadi tak benar-benar duduk di pangkuan pria itu. Dia menatap Marvin dengan mata yang memicing tajam. Mengingat alasan kepergiannya karena wanita ular tersebut."Tapi... Kenapa Al?" tanya Marvin."Aku tak akan kembali, sebelum wanita tua itu pergi dari rumahmu!" ungkap Aleandra bersedekap dada."Dia sudah pergi Al. Apa Zach tak menceritakannya padamu?""Bagaimana aku bisa berceritadad.Dia tak mengijinkanku bicara," ujar Zach masuk ke dalam pembicaraan antara Marvin dan Aleandra. Dia baru saja tiba setelah menunggu lama di toko bunga Elena. Namun tak ada satupun yang tiba. Hingga dia menghubungi Dave. Dan di sinilah dia sekarang.Merasa sudah cukup memberikan waktu kepada Marvin dan Aleandra untuk pertemuannya kembali. Dave, Elena dan Bianca ikut masuk mengekor dengan Zach."Ayo Al... Kita kembali. Aku akan ceritakan semuanya di rumah," ujar lagi Marvin. Dia masih
Ruangan yang dipesan Marvin memanglah cukup besar jika hanya mereka bertiga yang makan malam.Maka dari itu Marvin yang melihat seorang wanita kenalan Dave. Mengajak wanita itu untuk bergabung. Karena melihat kelakuan anak bungsunya yang terlihat tak bisa bergerak cepat untuk seorang wanita cantik.Elena yang merasa menjadi pusat perhatian kedua pria tersebut, bergerak gelisah. Meruntuki Bianca dan Aleandra yang tak kunjung datang membuatnya semakin serba salah."Well...Mrs.Grimson. Jadi kau memiliki toko bunga di dekat rumah sakit tempatku dulu dirawat karena mengalami kecelakaan?" tanya Marvin mencoba mencairkan suasana canggung yang terjadi. Dave memang payah dalam hal wanita. Anaknya itu malah memainkan ponselnya dengan serius."Elena saja. Aku tak terbiasa dengan panggilan nama belakang almarhum suamiku. Dan ya... Itu usahaku satu-satunya untukku melanjutkan hidup,” ungkap Elena."Oh... Maaf, aku tak bermaksud...."
"Zach?" gumam Aleandra, lalu dia bergegas membawa beberapa tangkai mawarnya dan berjalan memasuki toko."Al! Tunggu!" panggil Zach. Pria itu berusaha mengejar.Elena menoleh saat Aleandra memasuki toko dengan terburu-buru."Ini bunga mawarnya ka. Jika ada yang mencariku jangan katakan aku adalah Aleandra," ujarnya. Lalu Aleandra melanjutkan langkahnya menuju toilet."Hah? Ada apa Al?" tanya Elena bingung."Aleandra!" Panggil lagi Zach memasuki toko bunga. Aleandra terhenti, dirinya tak lagi bisa bersembunyi dari Zach. Sementara pandangan Zach beralih pada Elena."Kau?! Oh ternyata kau memang pembuat onar! Apa yang kau lakukan dengan adikku? Hah?!" tukas Elena."Dia adikmu?" tanya Zach bingung."Ya! Dia adikku!""Tidak! Dia Aleandra, dia hanya mempunyai satu kakak bernama Leanor." kata Zach."Siapa Aleandra? Dia itu Alexandra!"Zach yang menjadi kesal, melangkah maju hendak mendatangi Aleandra. Namun Elena l
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen