Seusai meeting dengan para pemegang saham. Kini Aleandra tengah menemani Zach makan siang, sekalian membicarakan bagaimana membantu Zach untuk berubah demi membuat Marvin bangga.
Sebuah cafe dengan thema cozy menjadi pilihan Aleandra, tentu saja dia sengaja memilih tempat itu untuk menguji kesabaran Zach. Saat berada dalam satu tempat dengan anak muda yang terlihat berisik dengan bahasa gaulnya."Apa kau tak salah memilih tempat Al? Di sini sangat berisik! Bagaimana aku bisa belajar memperbaiki diri!""Tidak. Justru ini tempat yang tepat untuk kau menahan diri agar tetap sabar saat di tempat umum. Kau harus bisa menyesuaikan diri dan berbaur dengan yang lebih muda darimu. Dari sini kau bisa belajar dua sikap. Pertama menjadi ramah dengan sekitarmu, kedua menghargai orang lain bahkan dengan yang lebih muda darimu," jelas Aleandra panjang lebar. Zach terlihat memutar bola matanya."Berhenti melakukan itu!""Melakukan apa?!""Memutar bola matamu! Itu sungguh tak sopan, seolah kau mengeluh.""Baiklah, aku akan usahakan untuk tidak melakukannya.""Maaf, permisi Sir. Minuman anda untuk jus melon sedang habis," ujar salah satu pelayan dengan seragam seperti minions. Karena memang film itu sedang booming."Berikan apa saja yang sering dipesan pengunjung di sini," jawab Zach. Lalu pelayan tersebut undur diri.Lalu beberapa menit kemudian pesanan mereka datang...Aleandra tertawa karena melihat minuman berupa teh tanpa gula dengan beberapa es batu di dalamnya diletakkan di hadapan Zach. Membuat lelaki itu mengeryit dan bertanya pada pelayan yang membawakan pesanan mereka."Ini minuman yang paling sering dipesan, Sir," jawab pelayan itu jujur."Apa kau menghinaku dengan memberi—""Sudahlah Zach!" potong Aleandra, "baiklah terima kasih," ujar Aleandra kepada pelayan tersebut dan pelayan itu tersenyum ramah lalu pergi.Aleandra kembali tertawa ketika melihat Zach yang masih memasang wajah kesalnya."Hei... Ini hanya perkara minuman, jangan marah. Sekali-kali kau harus merakyat, lagipula kau sendiri yang memintanya bukan?! Pelajaran ketiga, jangan sombong! orang lain tak perlu tau siapa dirimu," ujar Aleandra dan mulai meminum jus jeruk peras yang terlihat segar di mata Zach."Berikan minumanmu!" pinta Zach."Tidak! Ini pesananku! Minumlah pesananmu itu!""Hah... Kau sungguh menyebalkan!""Yes i am," jawab Aleandra tersenyum lalu menyuapkan spaghetty ke dalam mulutnya. sementara Zach hanya memakan kentang goreng dan sosis."Aku yakin dia mengerjaiku lihat saja setelah pulang kerja nanti. Aku akan membawamu ke sebuah club!" batin Zach.***Setelah makan siang yang menguras emosi Zach untuk tetap ditahan. Zach membawa mobilnya menuju ke pusat kota, dia sengaja membawa Aleandra untuk keluar dari kota kecil Geraldton. Dia melajukan mobilnya menuju Perth, kota yang paling dekat dengan Geraldton."Kita tak kembali ke kantor?" tanya Aleandra."Tidak, sebelumnya aku juga punya syarat. Aku ingin bersenang-senang dulu sebelum kau membuatku gila dengan sesuatu yang kau pikirkan dikepalamu itu!" tukas Zach."Baiklah... Terserah apa katamu. Tapi, katakan kau ingin membawaku kemana? Malam ini aku masih ada kelas di kampus. Dan kakakku pasti akan menanyakanku!""Nanti aku akan telepon kakakmu, jadi kau tenang saja. Lebih baik kau tidur dulu, karena perjalanan cukup jauh.""Tapi—""Diam atau aku akan menciummu!" seketika Aleandra diam dan menutup bibirnya."Brengsek! Bisa-bisanya dia mengancamku seperti itu," batin Aleandra.Lalu karena perjalanan yang membosankan, Aleandra tertidur karena semalam dia memang tak bisa tidur.Hingga saat dia terbangun keadaan diluar sudah sore dan dia melihat papan petunjuk arah menuju ke Perth."Zach! Kau gila! Kenapa kita ke Perth?!" pekik Aleandra."Aku ingin ke club tempat langgananku, sudah ku katakan untuk terakhir kalinya. Jadi kau harus menurutiku!""Kau tak perlu mengajakku jika ingin ke club! Aku tetap akan mengijinkanmu pergi tanpaku!" ujar Aleandra kesal."Tidak... Justru kau harus tau lebih dulu kebiasaan burukku jika ingin merubahku," ujar Zach."Tapi... Kenapa harus ke Perth?! Kami pergi dari kota ini untuk bersembunyi dari lelaki brengsek yang menghamili kakakku! Bagaimana jika dia menemukanku dan—""Tenanglah Al! Ini kota besar! Percaya padaku, kita akan mampir membeli pakaian lalu menyewa penginapan lebih dulu. Sambil menunggu makan malam dan menghabiskan malam di club.""Kau saja yang ke club! Aku akan berdiam diri di hotel!" ketus Aleandra. Dan Zach tak membalas lagi. Dia hanya tersenyum."Kita lihat saja nanti!" batin Zach.-Dan malam harinya..."Kau sungguh menyebalkan! Aku tak ingin ke sini! Kenapa kau memaksa!""Tadi siang aku juga tak ingin ke tempat cozy itu! Tapi kau memaksaku bukan? Ini adilkan?" tanya Zach. Dia menyeringai lalu membuka seatbelt-nya. Mereka baru saja tiba di sebuah club. Dikota Perth yang cukup gemerlap dimalam hari.Aleandra memutar bola matanya dan hal itu terlihat jelas oleh Zach yang memang menantikannya."Hei... Hentikan itu, sungguh tak sopan!" ujar Zach tersenyum puas lalu dia keluar dari mobil.Merasa Aleandra tak mau keluar dia menekan tombol lock pada kunci mobilnya lalu memberikannya pada petugas parkir vallet."Hei!" teriak Aleandra dari dalam menggendor kaca mobilnya."Sir... Kekasih anda masih di dalam," ujar petugas vallet."Biarkan saja, jika dia ingin keluar katakan aku ada di tempat biasa," ujar Zach.Lalu petugas Vallet itu membuka pintu dan Aleandra keluar dari mobil mengejar Zach yang terdiam di depan pintu menatap seorang wanita di lantai dansa. Wanita yang sedang meliukkan tubuhnya dikelilingi banyak laki-laki yang menatapnya liar.Aleandra tak menyadari itu, dia malah memukul-mukul punggung Zach yang tak bergeming sama sekali. Hingga Aleandra menyadari diamnya Zach sambil menatap wanita itu."Kita cari tempat lain saja Zach.""Tidak Al... Ayo, kita bersenang-senang," ujar Zach meraih pinggang Aleandra dan menariknya ke lantai dance juga. Zach sengaja mendekatkan dirinya dengan wanita pujaannya. Wanita yang terlihat murahan. Dan menjadi incaran pria brengsek.Wanita yang setengah mabuk itu menyadari kehadiran Zach dan Aleandra. Aleandra yang hanya berusaha mengikuti gerakan Zach yang bahkan tak memperhatikannya."Hei Zach... Kau di sini? Dengan siapa?" tanya wanita itu lalu terkikik karena wanita itu sudah setengah sadar."Itu yang ingin ku tanyakan, dengan siapa kau di sini?!" Zach mengabaikan Aleandra lalu beralih kepada wanita itu. Dia bahkan tak tau jika Aleandra mulai didekati pria-pria hidung belang."Dia denganku!" lalu tiba-tiba seorang pria yang Zach kenal, Ayahnya sangat kaya. Pria itu merengkuh wanita pujaannya dengan mesra lalu berciuman dengan liar. Wanita pujaannya itu hanya tertawa setelah pria itu melepaskan ciumannya."Kau dengan siapa Zach?" tanya lelaki itu. Lalu Zach tersadar bahwa Aleandra sudah tak ada di lantai dance.Dia melihat ke sekeliling, terlihat Aleandra sedang di dekati pria bodoh yang sedang mabuk dan Aleandra menamparnya. Hingga pria bodoh itu hendak memaksa Aleandra, namun Zach lebih dulu menggapai pria bodoh itu dan memukulnya.Dia sudah cukup kesal melihat wanita pujaannya bercumbu dengan pria lain. Dan hal itu dia gunakan untuk melampiaskan kekesalannya pada pria bodoh yang mengganggu Aleandra."Zach! Sudah, hentikan!" keadaan club itu menjadi hening. Karena perkelahian Zach dan pria bodoh itu. Lalu lelaki yang bersama wanita pujaannya itu menghampiri Zach dan Aleandra. Pria yang terlihat berkuasa itu, berkata semua baik-baik saja. Dan yang lain bisa melakukan kegiatan seperti sebelumnya. Lalu keadaan kembali seperti semula."Waw... Inikah wanita yang kau bawa?" tanya pria itu."Ya! Dia wanitaku!" ujar Zach meraih pinggang Aleandra."Oh baguslah... Bagaimana jika ku traktir kau satu, dua gelas minuman dan kita berbincang sedikit mengenai Anna," ujar pria itu menyebutkan nama wanita pujaan Zach."Zach kita pulang saja," bisik Aleandra. Namun Zach mengabaikan."Tentu dengan senang hati, apa yang ingin kau ketahui dari Anna? aku tau semuanya. Bahkan waktu kecil kami sering mandi bersama jari aku masih mengingat dimana saja letak tanda ditubuhnya, “ ungkap Zach. Pria itu hanya tertawa mengejek. Lalu membawa Zach beserta Aleandra ke tempat yang lebih tenang."Dimana Anna?""Orangku sudah membawanya ke hotel. Tenang saja dia aman bersamaku," ujar pria itu sombong.Namun yang terjadi setelah Zach memberitahukan semua tentang Anna. Lelaki itu pergi setelah mendapat kabar bahwa Anna kembali mengacau di kamar hotel, dan Zach yang sudah terlanjur kesal menenggak beberapa botol minuman hingga dia mabuk."Zach! Sadarlah! Sudah ku katakan, jangan ke tempat ini. Lihatlah dirimu menjadi kacau hanya karena wanita bodoh itu!" ujar Aleandra mencoba menyadarkan Zach."Ehehe... Dia memang wanita bodoh! Dan aku lebih bodoh karena menyukai wanita bodoh itu!" racau Zach."Ya kau sangat bodoh! Maka dari itu kau harus belajar dari sini agar menjadi pintar! Ayo kita harus kembali ke hotel, aku sangat lelah hari ini!" ujar Aleandra mencoba membopong Zach keluar.Setelah keluar dari ruang khusus itu dia meminta bantuan petugas keamanan di sana untuk membawa Zach ke mobil.Zach terus meracau mengatakan dirinya bodoh dan semacamnya hingga di dalam mobil. Aleandra mulai menjalankan mobil Zach dengan perlahan untuk menuju hotel yang sore tadi mereka pesan.***Setibanya di hotel, Aleandra harus kembali meminta bantuan petugas hotel untuk membawa Zach ke kamarnya. dan membaringkan Zach ke tempat tidur.Lalu setelah memberi upah kepada petugas hotel yang membantu membawa Zach. Aleandra masuk dan melihat keadaan Zach yang sangat kacau, walau lelaki itu sudah berhenti meracau.Aleandra melepaskan sepatu Zach, lalu menyelimuti pria itu. Lalu Aleandra berniat kembali ke kamarnya. Namun Zach mengigau."Anna... Aku mencintaimu, tapi kenapa kau mengatakan bahwa kita hanya bersahabat?!" Aleandra berbalik melihat Zach. Menatapnya iba."Kau pria terbodoh yang pernah ku temui! Semoga kelak kau mendapat wanita yang tulus mencintaimu," guman Aleandra dan benar-benar beranjak dari kamar Zach.**Aleandra kembali ke kamarnya dia mengganti pakaiannya dengan pakaiantidur yang sempat dibeli tadi sore. Lalu dia mengambil ponselnya dari tas dan menghubungi kakaknya."Halo Al, kau dimana?""Aku dengan Zach di Perth.""Apa? untuk apa kau ke sana? aku akan minta tolong pada Joe untuk menjemputmu," ujar Leanor terdengar khawatir."Tidak ka, aku baik-baik saja. Ka Joe di sana saja, untuk menjagamu. Aku akan menginap di sini malam ini, kami sudah memesan hotel.""Kau dan Zach tak melakukan....""Tidak ka, tenang saja. Sungguh aku baik-baik saja. Kau bisa mendengar suaraku baik-baik saja kan?""Ya... Nada bicaramu terdengar baik-baik saja, tapi kapan kau kembali, bagaimana kuliahmu?""Mungkin besok ka, jangan khawatirkan apapun, percaya padaku. Zach hanya sedang ada masalah di sini, aku berniat membantunya.""Baiklah... Kabari aku jika terjadi sesuatu."
Aleandra masuk kembali ke dalam ruangan yang cukup hening, diamnya Marvin membuat Aleandra mengerti bahwa pria itu sama sekali tak menyukai wanita yang bernama Anna yang duduk di hadapannya."Bagaimana Al?" Marvin menoleh dan bertanya pada Aleandra saat melihat gadis itu masuk kembali."Kita akan tau sebentar lagi," jawab Aleandra lalu duduk bergabung dengan Marvin. Sementara wanita bernama Anna itu menatap tajam pada Aleandra. Terlihat dia sangat tak menyukai adanya Aleandra di sana.Lalu Zach masuk dan melihat Marvin yang juga menatapnya, meminta jawaban."Baiklah dad, aku akan pulang dengan Aleandra," ujar Zach, lalu matanya beralih menatap Anna yang terlihat memohon untuk tak melakukan itu."Maaf, Anna. Kuharap kau mengerti." Zach menghampiri Anna yang menggeleng tak mengijinkan Zach menuruti Aleandra."Tidak Zach. Kau tau, orang tuaku akan membawaku pergi. Kita akan sulit bertemu.""Aku mengerti, kau tenang saja, ayahku akan membantumu. K
Aleandra memilih melanjutkan pekerjaannya, dia salah telah mengkhawatirkan Zach. Akibatnya lelaki itu menjadi bicara yang tidak-tidak, membuatnya tak bisa berkonsentrasi bekerja.Aleandra memikirkan dirinya dan Marvin yang sebenarnya memiliki hubungan apa.Dia merasa senang dan nyaman saat bersama Marvin. Dia merasa tak ada beban dalam hidupnya, merasa semuanya terlihat baik-baik saja. Sekalipun ada masalah, dia tak pernah takut. Semua pikiran itu menjadi lamunan Aleandra saat ini. Hingga dia tersadar saat merasakan lapar menderanya. Lalu dia memakan bekal yang disiapkan oleh kakaknya.Aleandra tak berniat untuk menawarkannya pada Zach. Karena dia juga sudah membelikannya bubur. Jadi dia akan membiarkan lelaki itu berdiam di ruangannya sampai Zach keluar.Namun hari semakin sore, Zach bahkan tak keluar hanya untuk ke toilet. Membuat Aleandra menjadi cemas. Lalu dia meninggalkan pekerjaannya untuk melihat keadaan Zach.Dia mengetuk pintu ruangan Zach namun ta
"Jangan salahkan aku untuk hal ini Al... Karena kau yang hadir dalam hidupku." perkataan Zach seolah berputar di kepala Aleandra. Gadis itu melamun di dalam taksi memikirkan perkataan dari Zach. Hingga dia tak sadar bahwa dirinya sudah sampai di depan rumah.Dia membayar biaya perjalanannya dan keluar dari taksi lalu masuk ke dalam kamar dan merebahkan dirinya di atas ranjang."Bocah itu sungguh berbahaya... Bagaimana bisa dalam sehari dia memindahkan obsesinya kepadaku?" Aleandra membalik posisinya dari terlungkup menjadi terlentang. Dia menatap langit-langit kamarnya."Apa aku harus mengatakannya pada Marvin?" gumam Aleandra, namun dia kembali mengingat perkataan Zach yang menanyakan dirinya dan Marvin memiliki hubungan apa.Aleandra kembali terlungkup dan menenggelamkan kepalanya di bawah bantal dan berteriak. Hingga kakaknya masuk dan melihatnya."Ada apa Al?" Aleandra mengangkat kepalanya."Tak ada apa-apa," jawab Aleandra."Kau berteriak
Aleandra menatap tajam Marvin setelah mengucapkan itu."Zach! Bisakah kau berhenti bermain-main?!""Aku tak main-main Al, aku serius.""Aku tak melihatnya! Cari wanita lain untuk kau ganggu, jangan aku!" ujar Aleandra ketus."Memangnya kenapa? Aku ingin kau, bukan yang lain." kata Zach."Hah... Sekarang kau semakin memperlihatkan obsesimu! Sudah kukatakan jangan lakukan itu padaku!""Aku sungguh—""Sudahlah kalian, cukup!" bentam Marvin dengan tegas menghentikan perdebatan Aleandra dan Zach."Baiklah... Kalian saja yang makan! Aku sudah tak bernapsu!" tukas Aleandra berdiri dari duduknya. Dan beranjak keluar dari restoran tersebut. Zach hendak mengejarnya, namun Marvin menahannya."Biarkan dia Zach. Jangan mengganggunya dulu.""Tapi—""Apa kau tak mendengar ucapannya barusan?!" Marvin menahan lengan Zach yang berusaha pergi.Mata Zach masih melihat keluar dan sempat melihat Aleandra menai
Aleandra sudah memantapkan dirinya untuk tak berharap banyak pada Marvin. Pria yang awalnya bersikap manis dan seolah memberi harapan, ternyata malah mengecewakannya.Pria yang membuatnya melambung tinggi, tapi malah menghempaskannya kembali. Bahkan memberikan harapannya pada orang lain. Membuatnya merasakan kekecewaan yang mendalam.Di dalam kamarnya gadis itu mengurung diri, bahkan hingga malam tiba. Dia tak juga mau keluar walau untuk sekedar makan dan membuat kakaknya tenang.Aleandra ingin menangis, namun tak tau apa yang ingin dia tangisi. Hubungan yang memang tak ada status yang jelas. Dia bukan putus cinta ataupun patah hati.Karena dia tau pria yang dia cintai, memiliki perasaan yang sama. Hanya saja seperti ada sebuah tembok besar yang menghalanginya.Bukan karena tidak adanya restu dari orang tua seperti pada umumnya orang lain menjalani cinta. Melainkan karena untuk menjaga sebuah hati dan perasaan seorang anak, yang pria itu sayangi. H
Marvin beranjak dari kantornya, berniat mengikuti kemana perginya Aleandra dan Zach. Dia meminjam mobil Frank untuk mengikuti mobil Zach, agar anaknya tak menyadari bahwa; dia berada di belakang mobil anaknya itu."Kemana mereka akan pergi?" gumam Marvin.Tak berapa lama Zach dan Aleandra berhenti di sebuah restoran dengan dinding kaca. Mereka —Aleandra dan Zach— mengambil duduk di dekat kaca yang dapat melihat keluar.Seolahdewi fortunasedang berpihak pada Marvin. Sehingga memudahkannya untuk memantau gerakan dari Zach dan Aleandra.Terlihat Aleandra tampak murung dan hanya menanggapi omongan Zach dengan senyum tipis yang terlihat sangat dipaksakan."Hah... Kau sungguh tak bisa setidaknya berpura-puralah untuk terlihat senang Al. Bagaimana aku bisa tega merebutmu dari anakku. Dia sungguh terlihat bahagia, berbanding terbalik dengan dirimu yang bahkan sangat memaksakan sebuah senyuman." Marvin berujar entah kepada s
Marvin hendak beranjak untuk tidur di kamar lain. Namun langkahnya terhenti saat Aleandra bergumam mengigau."Mom... Aku sakit, kau benar... Cinta itu menyakitkan. Kakak juga merasakannya, kami merindukanmu mom...."Aleandra bergerak gelisah, Marvin mendekat. Dia naik ke sisi lain dari ranjang dengan perlahan lalu memeluk gadis itu agar tenang.Merasakan sebuah pelukkan, Aleandra semakin masuk ke dalamnya demi mencari kenyamanan.Lalu Marvin mulai memejamkan matanya sejenak. Dia berniat akan bangun saat subuh lalu pindah ke kamar lain, agar tak mengagetkan gadis yang saat ini berada dalam dekapannya.Namun lelah yang mendera, ditambah umur yang sudah cukup banyak. Membuat Marvin tak bangun hingga pagi. Sinar matahari sudah masuk ke dalam kamarnya melalui jendela dan mata indah Aleandra tengah menatapnya."Maaf... Semalam kau tak tenang, jadi aku memelukmu berniat menenangkanmu," ujar Marvin."Good morning...,"u
Seorang anak perempuan yang saat ini menjadi malaikat di rumah bergaya Eropa itu. Membuat suasana rumah itu menjadi berwarna, senyum dan tawa menjadi keseharian yang tak pernah terlewatkan oleh balita yang saat ini sudah berusia satu tahun. Marveille Beverly Williams… anak perempuan dari hasil pergulatan Marvin Williams dan Aleandra Beverly. Saat ini sedang menjadi pusat perhatian karena tengah berjalan di depan kedua orangtuanya yang sedang menuju kepelaminan di taman bunga rumah mereka. Yang telah disulap menjadi tempat resepsi pernikahan. Bocah perempuan itu berjalan di samping bocah laki-laki yang lebih besar darinya. Sambil menabur kelopak bunga, yang mereka bawa dengan menggunakan keranjang kecil. Lagu instrumen mengalun indah mengiringi langkah mereka
Kelahiran seorang anak perempuan menjadi sebuah kebahagiaan yang indah bagi Marvin dan Aleandra. Anak perempuan yang begitu mirip dengan ayah dari anak itu.Marvin semakin mencintai Aleandra lebih dari sebelumnya. Dirinya tak henti mengecup Aleandra, setelah wanita yang dia cintai itu berhasil melahirkan anak dari hasil buah cintanya. Marvin tampak sangat bahagia saat dirinya menggendong bayi mungil itu ke dalam pelukkannya. Dirinya sampai menangis terharu melihat bayi perempuan mungil yang berada dalam dekapannya. Aleandra tersenyum melihat Marvin yang terlihat sangat bahagia. Memiliki seorang anak dari hasil perbuatan nakal dan mesum keduanya. Aleandra kembali mengingat kejadian yang mengharukan yang sempat membuatnya dan Marvin bers
Pagi harinya... Marvin kembali mendapat kejahilan Aleandra yang menginginkan masakan darinya. Aleandra terlihat duduk dengan manis di depan meja makan. Memperhatikan Marvin yang dengan santainya menggunakan celemek berwarna pink miliknya, sambil membuatkan sepiring nasi goreng. Keinginannya yang aneh dengan meminta Marvin membuatkan sarapan, namun harus menggunakan celemek kesayangannya. Entah bagaimana bisa terpikir oleh dirinya untuk menjahili suaminya. Walau mereka belum secara resmi menikah di gereja. Namun lamaran Marvin kemarin sudah menjadikan dirinya seorang Mrs.Williams. "Jangan menyebarluaskan fotoku Al! Cukup kau yang melihatku semanis ini. Karena ini khusus untukmu, mengerti?" tan
Beberapa bulan kemudian, perut Aleandra sudah semakin membesar dan ini adalah bulannya dia akan melahirkan.Aleandra sangat rajin bergerak demi memperlancar proses persalinannya. Dia berjalan ke sana ke sini. Membuat Marvin yang melihatnya menjadi pusing sendiri."Al bisakah kau duduk?" tanya Marvin."Aku harus bergerak agar nanti saat persalinan lebih mudah," jawab Aleandra."Tapi tidak sampai seperti itu. Kau bisa kelelahan Al," ujar lagi Marvin."Baiklah... Aku akan istirahat sebentar." Lalu Aleandra duduk di samping Marvin.Pria itu memang sudah tak menggunakan kursi roda. Namun dia menggunakan tongkat jika berjalan terlalu lama dan jauh."Apa dia berat? Apa kau tak lelah membawanya kemana-mana?" tanya Marvin, sambil mengelus perut Aleandra."Tenanglah... Dia sama sekali tak menyusahkan. Aku sangat senang saat dia menendang," jawab Aleandra."Bagian mana yang sering dia tendang Al?" tanya lagi Marvin. Membawa Aleandr
Pagi itu, menjadi pagi terpanas yang dialami Aleandra dan Marvin. Mereka... entah menggunakan gaya seperti apa. Hingga keduanya melakukannya sampai dua kali.Dan sekarang... Keduanya kelaparan dan sibuk menyiapkan makanan di dapur. Marvin duduk diam dengan senyum yang membuat Aleandra terus tersipu."Berhenti memandangku seperti itu," ujar Aleandra."Memandangmu seperti apa Al?" tanya Marvin."Seperti srigala yang ingin menerkam domba kecil tak berdaya sepertiku," jawab Aleandra dengan kiasannya yang membuat Marvin tergelak."Kau itu domba yang sedang mengandung Al. Bagaimana bisa kau diumpamakan sebagai domba kecil?" tanya Marvin menggoda wanita yang sedang serius menyelesaikan masakannya itu."Perlu kuingatkan. Bahwa kau yang membuatku seperti ini. Tadinya aku adalah domba kecil yang polos." Aleandra mencebik lalu tertawa menampilkan deret giginya. Dia meletakkan masakannya ke atas meja lalu duduk di samping Marvin."Aku akan membua
Sebuah bunyi terdengar dari perut Aleandra yang baru saja mencoba memejamkan matanya. Marvin tersenyum dan menatap Aleandra yang menyerukkan kepalanya semakin masuk ke dalam pelukkannya."Bangunlah Al... Kau yakin akan membiarkan anak kita kelaparan?" tanya Marvin.Aleandra mendongak dan menggeleng cepat sambil tersenyum menampilkan deret gigi putihnya."Ayo kita keluar. Gadis yang bersama Dave tadi pasti akan kembali dengan makanan.""Hm... Aku tak yakin. Bianca ceroboh. Dia sering melupakan sesuatu. Dan aku rasa..., tadi dia melupakan dompetnya.""Mungkin dia memang ceroboh. Tapi tidak dengan Dave. Barusan aku yang menyuruhnya untuk mengantar Bianca membeli makanan." Aleandra beranjak dari dekapan Marvin dan mengerutkan keningnya bingung."Kapan kau menyuruh Dave?""Gerakan mata dan alis. Maka dia sudah mengerti," jawab Marvin santai."Dia memang lebih bisa diandalkan dibandingkan Zach,” ujar Aleandra. Marvin tergelak m
Aleandra beranjak dari pangkuan Marvin. Walau dirinya sejak tadi tak benar-benar duduk di pangkuan pria itu. Dia menatap Marvin dengan mata yang memicing tajam. Mengingat alasan kepergiannya karena wanita ular tersebut."Tapi... Kenapa Al?" tanya Marvin."Aku tak akan kembali, sebelum wanita tua itu pergi dari rumahmu!" ungkap Aleandra bersedekap dada."Dia sudah pergi Al. Apa Zach tak menceritakannya padamu?""Bagaimana aku bisa berceritadad.Dia tak mengijinkanku bicara," ujar Zach masuk ke dalam pembicaraan antara Marvin dan Aleandra. Dia baru saja tiba setelah menunggu lama di toko bunga Elena. Namun tak ada satupun yang tiba. Hingga dia menghubungi Dave. Dan di sinilah dia sekarang.Merasa sudah cukup memberikan waktu kepada Marvin dan Aleandra untuk pertemuannya kembali. Dave, Elena dan Bianca ikut masuk mengekor dengan Zach."Ayo Al... Kita kembali. Aku akan ceritakan semuanya di rumah," ujar lagi Marvin. Dia masih
Ruangan yang dipesan Marvin memanglah cukup besar jika hanya mereka bertiga yang makan malam.Maka dari itu Marvin yang melihat seorang wanita kenalan Dave. Mengajak wanita itu untuk bergabung. Karena melihat kelakuan anak bungsunya yang terlihat tak bisa bergerak cepat untuk seorang wanita cantik.Elena yang merasa menjadi pusat perhatian kedua pria tersebut, bergerak gelisah. Meruntuki Bianca dan Aleandra yang tak kunjung datang membuatnya semakin serba salah."Well...Mrs.Grimson. Jadi kau memiliki toko bunga di dekat rumah sakit tempatku dulu dirawat karena mengalami kecelakaan?" tanya Marvin mencoba mencairkan suasana canggung yang terjadi. Dave memang payah dalam hal wanita. Anaknya itu malah memainkan ponselnya dengan serius."Elena saja. Aku tak terbiasa dengan panggilan nama belakang almarhum suamiku. Dan ya... Itu usahaku satu-satunya untukku melanjutkan hidup,” ungkap Elena."Oh... Maaf, aku tak bermaksud...."
"Zach?" gumam Aleandra, lalu dia bergegas membawa beberapa tangkai mawarnya dan berjalan memasuki toko."Al! Tunggu!" panggil Zach. Pria itu berusaha mengejar.Elena menoleh saat Aleandra memasuki toko dengan terburu-buru."Ini bunga mawarnya ka. Jika ada yang mencariku jangan katakan aku adalah Aleandra," ujarnya. Lalu Aleandra melanjutkan langkahnya menuju toilet."Hah? Ada apa Al?" tanya Elena bingung."Aleandra!" Panggil lagi Zach memasuki toko bunga. Aleandra terhenti, dirinya tak lagi bisa bersembunyi dari Zach. Sementara pandangan Zach beralih pada Elena."Kau?! Oh ternyata kau memang pembuat onar! Apa yang kau lakukan dengan adikku? Hah?!" tukas Elena."Dia adikmu?" tanya Zach bingung."Ya! Dia adikku!""Tidak! Dia Aleandra, dia hanya mempunyai satu kakak bernama Leanor." kata Zach."Siapa Aleandra? Dia itu Alexandra!"Zach yang menjadi kesal, melangkah maju hendak mendatangi Aleandra. Namun Elena l