Penyesalan Ibu Setelah Aku Tiada

Penyesalan Ibu Setelah Aku Tiada

last updateLast Updated : 2024-10-28
By:  Kholidah  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
12Chapters
3.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Pada usia 10 tahun, kakakku meninggal saat kami bolos untuk pergi bermain. Sejak saat itu, ibuku membenciku, mengira aku yang mencelakai kakakku. Dia memperlakukanku seperti pembantu dan mengadopsi anak perempuan yang patuh untuk menggantikan posisi kakakku. Ibuku merebut semuanya dariku, bahkan memintaku mendonorkan ginjal untuk putri adopsinya itu! Oke, Ibu. Karena kamu mau begitu, aku akan memberi nyawaku ini kepadamu! Setelah aku mati, dia baru menyesal.

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1

Belakangan ini, kepalaku terus sakit. Bahkan, aku sering jatuh pingsan di jalan. Ketika mendapat hasil laporan dari rumah sakit, jantungku seolah-olah berhenti berdetak.Ternyata aku mengidap tumor otak ganas. Penyakit ini langka. Dokter bilang kalau aku nggak rajin berobat, aku nggak bakal bisa bertahan sampai dua bulan.Aku baru berusia 23 tahun. Kehidupanku malah hanya tersisa kurang dari dua bulan. Bagaimana aku harus memberi tahu ibuku kabar ini?Dengan perasaan berat hati, aku pulang ke tempat yang disebut rumahku. Begitu mendorong pintu, aku melihat ibuku dan putri adopsinya yang bernama Valentine sedang bersenang-senang. Sungguh pemandangan yang harmonis. Sementara itu, aku seperti orang luar."Dari mana saja kamu? Kenapa baru pulang? Kamu mau buat kakakmu mati kelaparan ya? Cepat masak sana!""Ya, Ibu." Ibuku sama sekali tidak memperhatikan kantong plastik berisikan obat yang kupegang. Mungkin, dia sudah melihatnya, tetapi tidak peduli.Aku menarik tubuhku yang lelah ke dapur.

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
12 Chapters

Bab 1

Belakangan ini, kepalaku terus sakit. Bahkan, aku sering jatuh pingsan di jalan. Ketika mendapat hasil laporan dari rumah sakit, jantungku seolah-olah berhenti berdetak.Ternyata aku mengidap tumor otak ganas. Penyakit ini langka. Dokter bilang kalau aku nggak rajin berobat, aku nggak bakal bisa bertahan sampai dua bulan.Aku baru berusia 23 tahun. Kehidupanku malah hanya tersisa kurang dari dua bulan. Bagaimana aku harus memberi tahu ibuku kabar ini?Dengan perasaan berat hati, aku pulang ke tempat yang disebut rumahku. Begitu mendorong pintu, aku melihat ibuku dan putri adopsinya yang bernama Valentine sedang bersenang-senang. Sungguh pemandangan yang harmonis. Sementara itu, aku seperti orang luar."Dari mana saja kamu? Kenapa baru pulang? Kamu mau buat kakakmu mati kelaparan ya? Cepat masak sana!""Ya, Ibu." Ibuku sama sekali tidak memperhatikan kantong plastik berisikan obat yang kupegang. Mungkin, dia sudah melihatnya, tetapi tidak peduli.Aku menarik tubuhku yang lelah ke dapur.
Read more

Bab 2

Ketika aku terbangun kembali, entah siapa yang membawaku ke kamar pembantu di ruang bawah tanah. Air merembes di lantai. Cat di dinding hampir terkelupas habis.Di ruangan yang dingin dan lembab ini, setiap batu bata dan setiap tetes air seolah-olah sedang mengejek nasibku. Benar, sejak kakak kandungku meninggal, aku seperti hantu di keluarga ini.Valentine menguasai semua kemewahan yang dulunya adalah milikku, sedangkan aku sakit dan tidak punya uang untuk melakukan operasi. Valentine malah bisa melakukan transplantasi ginjal dengan mudah. Donor ginjalnya dariku.Dengan sempoyongan, aku mengeluarkan uang yang kusimpan dengan hidup berhemat selama bertahun-tahun. Aku menggenggam erat uang hasil jerih payahku, lalu akhirnya membayar biaya pengobatan pertama.Setelah pengobatan, aku opname dua hari. Setelah pulang ke rumah, aku tidak mendapat perhatian yang kunanti-nantikan. Mereka tidak menanyakan kabarku, malah memakiku habis-habisan."Dasar jalang! Kemana saja kamu? Kamu pasti pergi s
Read more

Bab 3

Namun, ibuku tidak tahu kali ini aku benar-benar mati setelah dikurungnya di ruang bawah tanah yang lembap. Rohku bergentayangan di dunia ini, bagaikan gumpalan udara yang tidak bisa dirasakan.Aku melihat ibuku dan Valentine bersenang-senang di pantai. Cahaya matahari menyinari mereka, seolah-olah memberi mereka doa terbaik. Sementara itu, aku seperti butiran debu yang dilupakan oleh dunia. Tidak ada cahaya matahari yang menyinari."Sayang, kamu suka kalung ini nggak? Beli saja," ucap ibuku sambil menatap Valentine dengan penuh kasih sayang. Batu berlian pada kalung itu terlihat makin berkilauan di bawah cahaya sinar matahari."Terima kasih, Ibu!" Valentine menerima kalung itu dengan senang hati. Tiba-tiba, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya, "Oh ya, gimana kabar Virginia sekarang ya? Apa perlu telepon dia untuk kasih lihat pemandangan pantai?"Usul Valentine yang terdengar polos ini mengandung hinaan. Ketika mendengarnya, hatiku terasa sakit. Namun, yang lebih menyakitkan ad
Read more

Bab 4

Aku melayang di udara, melihat keduanya berbahagia. Kemudian, ibuku mendapat panggilan dari rumah sakit. Katanya, hasil tes cocok. Aku bisa mendonorkan ginjalku kepada Valentine.Ibuku menyuruh Valentine meneleponku. Mereka ingin memintaku membuat persiapan operasi. Namun, tidak ada yang menjawab panggilan. Aku sudah mati, bagaimana mungkin menjawab panggilan lagi?"Ibu, Virginia nggak angkat telepon! Apa dia nggak mau mendonorkan ginjalnya padaku? Bu, huhu ...." Valentine berpura-pura menangis di hadapan ibuku."Benar-benar nggak berguna! Ditelepon saja nggak dijawab! Entah ke mana dia! Kalau sampai aku melihatnya, dia akan kuberi pelajaran!" Bentakan ibuku yang dipenuhi amarah bergema di pinggir pantai. Ibuku mencoba meneleponku lagi dan lagi. Setiap kali tidak ada jawaban, amarahnya makin berkecamuk."Aku rasa dia sudah bosan hidup!"Valentine yang berdiri di samping tak kuasa mengernyit. "Ibu, apa mungkin Virginia marah sampai nggak mau mendonorkan ginjalnya kepadaku lagi? Sebelumn
Read more

Bab 5

Setelah mendengarnya, ibuku membentak dengan makin marah, "Meninggal? Jangan menipuku! Mana mungkin dia meninggal! Waktu Vivian mati saja, dia nggak mati! Kalau memang mau mati, kenapa harus tunggu sampai hari ini!"Ibuku berteriak tanpa bisa mengendalikan dirinya. Dia menyuruh Valentine menginstruksi pembantu, "Suruh dia periksa baik-baik di seluruh kamar! Virginia pasti cuma pura-pura mati supaya terlepas dari tanggung jawab!"Meskipun takut, pembantu tetap menuruti instruksi ibuku dengan memeriksa seluruh kamar. Setelah memastikan tidak ada kesalahan, dia melapor lagi, "Bu, aku sudah periksa semua. Kalau nggak percaya, telepon saja ambulans!"Suara pembantu itu bergema di ruangan yang kosong dan gelap. Orang di ujung telepon terdiam untuk waktu yang sangat lama."Dia memang nggak ada kapoknya! Dia pasti cuma pura-pura mati! Aku bakal panggil ambulans!"Sekalipun telah meninggalkan dunia ini, penilaian ibuku terhadapku masih begitu kejam.Setelah staf medis tiba, ibuku masih bertanya
Read more

Bab 6

Ketika berbalik untuk meninggalkan kamar mayat, ibuku berpesan, "Bereskan semuanya, lalu laporkan pada kami." Seluruh proses, aku tidak melihat kesedihan ataupun penyesalan pada ekspresi ibuku, seolah-olah hanya memastikan jawaban atas pertanyaan yang sudah lama membuatnya bingung.Sementara itu, Valentine terperangah di tempatnya. Air mata terus menetes. Dia tidak bisa melampiaskan emosinya yang rumit.Rohku terombang-ambing tertiup angin. Hingga akhir, aku tidak mendapat cinta kasih ini yang telah kunantikan lama sekali.Kalau bukan karena aku mati, Valentine tidak mungkin menunjukkan wajahnya yang sebenarnya. Setelah pulang, ibuku kembali menyibukkan diri, seolah-olah tidak ada masalah yang terjadi. "Sayang, malam ini mau makan apa? Biar Ibu masak untukmu."Suara ibuku terdengar cukup lembut. Jika itu aku yang masih kecil, aku pasti akan merasa sangat bahagia. Namun, sekarang aku hanya merasa lucu.Valentine termangu di tempatnya beberapa detik. Pada akhirnya, dia bereaksi dan meny
Read more

Bab 7

Valentine keluar dari kamar seperti pencuri. Dia diam-diam memasuki ruang kerja. Setelah memastikan tidak ada yang melihat, dia membuka brankas untuk mengambil dokumen beserta beberapa gambar. Semuanya berjalan dengan sangat mulus.Keesokan pagi, Valentine berkata, "Ibu, hari ini aku harus cuci darah di rumah sakit. Kamu bisa transfer kasih aku 1 miliar?""Tentu saja bisa!" sahut ibuku tanpa ragu sedikit pun. Kemudian, dia langsung mentransfer uang kepada Valentine.Kemudian, aku melihat Valentine memakai pakaian mewah dan pergi ke mal kelas atas terdekat. Setelah memilih beberapa tas model baru, dia menelepon ibuku. "Ya ampun! Tas-tas ini cantik sekali! Tapi, aku jadi sedih kalau ingat waktuku nggak banyak lagi ...."Sayang, jangan sedih." Ibuku segera menghibur, "Beli saja kalau suka. Uang bukan masalah."Setelah membayar, Valentine menjual lagi tas itu supaya mendapat uang. Ketika pulang, dia berpura-pura memasang wajah lemas, bahkan berjalan saja terlihat susah.Setelah Valentine t
Read more

Bab 8

Namun, tidak peduli bagaimana aku berusaha, tidak ada yang bisa kusentuh. Rumah yang dulunya hangat dan bahagia kini menjadi suram dan menakutkan. Di tengah kegelapan, suasana terasa makin menegangkan.Setiap sudut di rumah ini seolah-olah menceritakan semua pengkhianatan dan kejahatan yang pernah terjadi. Kakakku mati secara tidak adil. Dia hanya ingin memperkenalkan teman barunya, tetapi malah dicelakai oleh temannya sendiri.Sementara itu, aku hidup dalam rasa bersalah. Kalau aku menangkap kakakku, dia tidak mungkin jatuh dan meninggal. Jika kakakku tidak meninggal, ibuku tidak akan membenciku hingga belasan tahun, apalagi menyayangi seseorang yang telah mencelakai putrinya sendiri. Aku benar-benar membenci Valentine. Aku ingin sekali membunuhnya!Beberapa hari selanjutnya, ibuku sangat sibuk. Perusahaan ibuku memang perusahaan top di pasaran, hingga akhirnya Valentine menjulurkan tangan jahatnya ke bisnis keluargaku.Valentine diam-diam menjual rahasia perusahaan. Dia membocorkan i
Read more

Bab 9

Valentine tertawa terbahak-bahak di restoran, seolah-olah kemenangan dan uang sudah ada di tangannya.Sementara itu, orang yang duduk di seberangnya bertanya dengan heran, "Aku nggak ngerti. Kenapa kamu menghancurkan perusahaan yang ibumu bangun dengan susah payah?"Tebersit hinaan pada sorot mata Valentine. "Dia nggak pantas disebut ibuku!"Ucapan ini sontak menyakiti ibuku yang menguping di luar. Kemarahan dan kekecewaan bersatu. Ibuku yang tidak tahan lagi pun mendorong pintu dan masuk."Valentine! Apa maksudmu? Kamu mau menjatuhkan bisnis keluarga sendiri?" tanya ibuku dengan suara bergetar.Setelah mendengarnya, Valentine yang selalu bersikap patuh malah memasang ekspresi kejam dan terkekeh-kekeh sinis. Dia menyahut, "Ya ampun, ibuku yang baik, atas dasar apa kamu bilang aku menjual rahasia perusahaan? Apa kamu punya bukti?"Ketika melihat ekspresi Valentine yang tidak biasa, ibuku yang awalnya masih menaruh harapan seketika merasa putus asa. "Valentine! Apa mungkin cinta kasih ya
Read more

Bab 10

"Jadi ... jadi, pengorbananku selama bertahun-tahun ini untukmu cuma membuatmu benci padaku?" Ibuku terduduk lemas di lantai dan menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil menangis.Ketika melihat penampilan ibuku yang seperti ini, Valentine merasa agak aneh. Mungkin, ini adalah simpati yang dimiliki seorang pemenang terhadap orang yang kalah dan terlihat lemah.Namun, Valentine segera mengalihkan pandangannya dan berujar, "Ingat hari ini baik-baik."Ledekan dan hinaan terdengar jelas dari suaranya. "Ingat masa lalu dan ketidakberdayaan yang kamu rasakan dari cinta dan harapan yang kamu bangga-banggakan itu."Suasana lagi-lagi menjadi aneh dan hening, seolah-olah ini adalah ketenangan terakhir sebelum badai besar datang.Ibuku memeluk kepalanya sambil menangis tersedu-sedu. Tubuhnya bergetar. Dia terisak-isak. Padahal, rumah ini seharusnya dipenuhi suasana harmonis."Virginia, Virginia ...." Ibuku menggumamkan namaku tanpa henti. Setiap panggilannya seperti mengandung magnet, membangu
Read more
DMCA.com Protection Status