Share

Bab 3

Namun, ibuku tidak tahu kali ini aku benar-benar mati setelah dikurungnya di ruang bawah tanah yang lembap. Rohku bergentayangan di dunia ini, bagaikan gumpalan udara yang tidak bisa dirasakan.

Aku melihat ibuku dan Valentine bersenang-senang di pantai. Cahaya matahari menyinari mereka, seolah-olah memberi mereka doa terbaik. Sementara itu, aku seperti butiran debu yang dilupakan oleh dunia. Tidak ada cahaya matahari yang menyinari.

"Sayang, kamu suka kalung ini nggak? Beli saja," ucap ibuku sambil menatap Valentine dengan penuh kasih sayang. Batu berlian pada kalung itu terlihat makin berkilauan di bawah cahaya sinar matahari.

"Terima kasih, Ibu!" Valentine menerima kalung itu dengan senang hati. Tiba-tiba, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya, "Oh ya, gimana kabar Virginia sekarang ya? Apa perlu telepon dia untuk kasih lihat pemandangan pantai?"

Usul Valentine yang terdengar polos ini mengandung hinaan. Ketika mendengarnya, hatiku terasa sakit. Namun, yang lebih menyakitkan ada di belakang.

"Ngapain telepon kasih dia! Jangan ungkit sampah itu! Setiap kali mengungkitnya, aku langsung teringat pada Vivian-ku yang kasihan! Vivian ikut dia bolos dan celaka gara-gara dia! Aku membiarkannya tinggal di rumah cuma karena dia putriku! Kalau nggak ...." Nada bicara ibuku dipenuhi kebencian.

"Kalau dibandingkan dengan anak sialan itu, kamu baru penyelamatku. Aku bersyukur sekali mengadopsimu waktu itu." Setiap patah kata ibuku bak panah yang menusuk jiwaku.

"Kalau tahu bakal begini, aku nggak mungkin melahirkan dia! Dasar pembawa sial!" tambah ibuku.

Tatapanku seketika menjadi kabur. Meskipun roh tidak bisa menangis, hatiku sungguh pedih. Berbagai kenangan membanjiri benakku. Kakakku membawaku bolos dengan memanjat dinding. Dia terpeleset dan akhirnya meninggal dunia.

Saat itu, aku masih kecil. Tatapanku hampa dan tak berdaya. Seluruh keluarga menyalahkanku atas kejadian ini. Sejak saat itu, aku tidak pernah merasakan pelukan hangat dari ibuku.

Saat ini, aku berdiri di pinggir pantai bersama mereka yang menikmati momen indah dan bahagia. Jika dibandingkan dengan aku yang dipenuhi penderitaan, selalu mendambakan pengakuan dan cinta kasih, tetapi malah tidak pernah mendapatkan sedikit pun kehangatan dan perhatian, kami terlihat sangat kontras.

Pada kehidupan nyata, hal seperti ini memang sering terjadi. Setiap kali ibuku mengajak Valentine jalan-jalan, aku akan ditinggal sendirian di rumah. Setiap kali aku pulang dari kuliah dan ingin bersantai, yang kudapat malah hinaan. Sekalipun sudah mati, aku tetap diabaikan.

Terdengar deru ombak yang jelas di telingaku. Namun, aku tidak bisa mendengar suara hangat di dunia ini lagi. Yang ada hanya teriakan dan tangisan.

Ibuku seperti tidak tahu aku sudah mati. Dia mengira aku tetap keras kepala dan melawannya seperti dulu.

Namun, ibuku sudah lupa bahwa aku tidak pernah berdebat dengannya lagi sejak bertahun-tahun lalu. Aku juga tidak pernah membuat Valentine marah. Selama ini, aku bekerja keras sebagai pelayan di rumahku sendiri.

Semua ini karena aku tidak sempat menghentikan kakakku memanjat dinding. Aku juga merasa bersalah. Itu sebabnya, aku selalu menahan kemarahan ibuku terhadapku. Dalam hatiku, aku memberi tahu diri sendiri bahwa ibuku terlalu menyayangi kakakku, jadi membenci diriku. Aku hanya perlu memakluminya.

Namun, setelah Valentine muncul, ibuku berangsur menjauhiku. Dulu aku putri kesayangannya, tetapi sekarang dia terus menyakiti hatiku. Bahkan, setelah aku mati, aku tetap tidak bisa terlepas dari hubungan darah ini.

"Valentine, setelah pulang nanti, hasil tes seharusnya sudah keluar. Kalau operasi bisa dilakukan, kamu bakal melakukan transplantasi ginjal secepatnya."

Ibuku mencium kepala Valentine. Valentine tak kuasa menahan senyuman. Dia memeluk ibuku sambil mengucapkan terima kasih, tetapi tatapannya malah dipenuhi ejekan.

Mungkin, Valentine berpikir, Ibu saja menganggap aku yang begitu patuh sebagai pendosa. Lantas, bagaimana mungkin putri adopsi sepertinya diperlakukan dengan sepenuh hati?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status