Penantian Pertama sang CEO

Penantian Pertama sang CEO

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Oleh:  RieyukhaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
32Bab
256Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Satu malam, satu kesalahan, satu kehidupan yang tak lagi sama. Sarah hancur saat mengetahui bahwa lelaki yang selama ini dicintainya ternyata adalah milik orang lain. Dalam keterpurukan, Dylan—sahabat lamanya—berusaha menghiburnya. Namun, di tengah malam yang penuh luka dan mabuk emosi, Sarah dan Dylan terseret dalam pusaran gairah yang tak seharusnya terjadi. Ketika pagi datang, yang tersisa hanyalah kebingungan dan keputusasaan. Namun, segalanya berubah saat Sarah mengetahui bahwa ia hamil. Dylan bersikeras bertanggung jawab, tapi Sarah ragu—bagaimana ia bisa menjalani hidup dengan pria yang tidak ia cintai? Atau... benarkah ia tak pernah melihat Dylan lebih dari seorang sahabat? Bagi Dylan, ini adalah kesempatan yang tak pernah ia harapkan tapi diam-diam ia impikan. Sejak awal, hatinya telah lama terpaut pada Sarah. Kini, ia harus berjuang untuk membuat Sarah melihatnya bukan hanya sebagai sahabat, melainkan sebagai pria yang bisa ia cintai. Mereka terjebak dalam kisah yang tidak mereka rencanakan. Bisakah cinta tumbuh di antara luka dan tanggung jawab? Ataukah mereka hanya akan bertahan demi seorang anak tanpa pernah benar-benar memiliki satu sama lain?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1

"Bagus!" Suara pintu yang dibuka dengan kasar membuat Sarah tersentak. Jari-jarinya yang semula mengetik di keyboard laptop kini terhenti, dan matanya mendongak, menatap heran ke arah pintu. Seorang wanita cantik berdiri di sana, mengenakan pakaian berkelas dengan wajah penuh amarah. Matanya nanar menatap Sarah, seolah ingin menelanjanginya hidup-hidup. Sarah berdiri, merasa ada yang tidak beres. Belum sempat ia mengucapkan sepatah kata pun, wanita itu sudah melangkah maju dan melemparkan beberapa lembar foto ke mejanya. Dengan alis berkerut, Sarah menunduk, mengambil foto-foto yang berserakan. Itu fotonya bersama Liam—kekasihnya. Tidak ada yang aneh di dalamnya. Mereka sedang sarapan di kafe, menikmati kopi sebelum berangkat kerja, makan siang bersama, berjalan santai, hingga makan malam romantis seminggu lalu sebelum Liam pergi ke luar negeri. Sarah menatap wanita di depannya dengan kebingungan. “Kamu siapa? Dari mana kamu dapat foto-foto ini?” Wanita itu mendengus sinis....

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Rieyukha
Terima kasih buat yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca novel saya, mohon dukungannya yaa. Happy reading ...
2024-12-17 11:00:55
2
user avatar
Rieyukha
Terima kasih buat yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca novel saya, mohon dukungannya yaa. Happy reading ...
2024-12-13 15:50:15
2
32 Bab
Bab 1
"Bagus!" Suara pintu yang dibuka dengan kasar membuat Sarah tersentak. Jari-jarinya yang semula mengetik di keyboard laptop kini terhenti, dan matanya mendongak, menatap heran ke arah pintu. Seorang wanita cantik berdiri di sana, mengenakan pakaian berkelas dengan wajah penuh amarah. Matanya nanar menatap Sarah, seolah ingin menelanjanginya hidup-hidup. Sarah berdiri, merasa ada yang tidak beres. Belum sempat ia mengucapkan sepatah kata pun, wanita itu sudah melangkah maju dan melemparkan beberapa lembar foto ke mejanya. Dengan alis berkerut, Sarah menunduk, mengambil foto-foto yang berserakan. Itu fotonya bersama Liam—kekasihnya. Tidak ada yang aneh di dalamnya. Mereka sedang sarapan di kafe, menikmati kopi sebelum berangkat kerja, makan siang bersama, berjalan santai, hingga makan malam romantis seminggu lalu sebelum Liam pergi ke luar negeri. Sarah menatap wanita di depannya dengan kebingungan. “Kamu siapa? Dari mana kamu dapat foto-foto ini?” Wanita itu mendengus sinis.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya
Bab 2
Sesampainya di apartemen, Dylan memastikan Sarah masuk dengan selamat sebelum akhirnya bersandar di ambang pintu kamar Sarah. “Aku kasih kamu cuti tiga hari. Jangan pikirkan kerjaan dulu. Fokus buat tenangin diri.” Sarah membuka mulut hendak membantah, tapi Dylan sudah mengangkat tangan, memberi isyarat agar ia tidak melanjutkan protesnya. “Aku nggak mau lihat kamu pingsan di kantor,” katanya tegas. Sarah akhirnya mengalah. “Baiklah. Thanks, Dylan.” Dylan mengangguk. “Aku bakal sering ngecek keadaan kamu. Dan kalau kamu butuh sesuatu, kamu tahu harus nelpon siapa.” Saat itu, bel apartemen berbunyi. Sarah melirik jam dinding. Sudah tengah malam, dan hanya ada satu orang yang kemungkinan besar berdiri di depan pintunya. Dylan berjalan ke pintu dan membukanya. Sebuah senyum kecil terukir di wajahnya saat melihat sosok yang berdiri di sana. “Thanks udah mau datang, Kate.” Kate—sahabat mereka sejak kuliah—menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu dengan tangan bersedekap. “Aku ud
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya
Bab 3
Jantung Sarah berdegup kencang, bukan karena rindu, tetapi karena amarah dan sakit hati yang tiba-tiba menyerang lagi. Liam masih sama seperti terakhir kali ia melihatnya—tinggi, tampan, dengan sorot mata yang dulu membuat Sarah jatuh cinta. Tapi kini, mata itu justru membuat dadanya terasa sesak. “Mau apa kamu kesini?” suara Sarah terdengar datar. Liam menatapnya dengan ekspresi penuh penyesalan. “Sarah, kita harus bicara.” Sarah tertawa pendek, penuh sinisme. “Bicara? Seharusnya kamu bicara sebelum aku tau kalau kamu sudah menikah.” “Aku bisa jelasin—” “Nggak perlu.” Sarah menyela, tangannya mulai gemetar, tapi ia menahannya agar tidak terlihat lemah di depan pria ini. “Pergi, Liam. Aku nggak mau lihat kamu.” “Aku mohon, cuma lima menit.” Sarah ingin menutup pintu, tetapi Liam menahan dengan tangannya. “Lima menit aja, Sarah,” suaranya nyaris bergetar. Sarah memejamkan mata, mencoba menahan emosi yang kembali menyeruak. “Liam, tolong jangan buat ini semakin rumi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya
Bab 4
"Ngapain dia disini?" suara Dylan dingin, Liam mendengus pelan, jelas tidak menyukai interupsi itu. "Ini bukan urusan kamu." Dylan berjalan masuk, menutup pintu dengan sedikit lebih keras dari yang diperlukan. "Salah. Ini jelas juga urusan aku. Karena Sarah sahabat aku, dan aku nggak akan diam aja lihat dia terjebak dalam hubungan yang menyakitinya." Sarah menunduk, merasa canggung di antara dua pria itu. "Liam, sebaiknya kamu pergi." Sarah bersuara dengan pelan. "Aku belum selesai bicara Sarah," Liam bersikeras. Dylan menyilangkan tangan di dadanya, ekspresinya tajam. "Selesaikan urusan pernikahan kamu dulu. Jangan datang ke sini kasih janji-janji kosong dan membuat Sarah semakin terluka." Liam mengeratkan rahangnya. Ia jelas ingin melawan, tapi pada akhirnya ia tahu Dylan benar. Ia menoleh ke arah Sarah sekali lagi. "Aku akan menepati janji aku." Sarah tetap diam, tidak ingin memberi harapan ataupun menutup kemungkinan. Akhirnya, Liam berbalik dan pergi. Begitu pint
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya
Bab 5
"Aku cinta kamu, Sarah." Sarah terdiam. Alisnya berkerut mencoba memahami kata-kata itu, pikirannya tidak sepenuhnya sadar. "Aku juga sayang kamu, Dylan… sebagai sahabat." Dylan menggeleng pelan. "Bukan. Aku nggak mau jadi sahabat kamu, Sarah. Aku cinta kamu, lebih dari itu." Sarah menatap Dylan dengan pandangan kabur. Kata-kata itu terasa asing, tetapi juga menggetarkan sesuatu di dalam dirinya. Dengan ragu, ia mendekatkan wajahnya ke Dylan. Ia tahu hatinya masih terikat pada Liam, tetapi ada sesuatu dalam diri Dylan yang membuatnya merasa nyaman. Mungkin ini hanya efek alkohol, atau mungkin ia hanya butuh pelarian. "Aku cinta Liam, Dylan," bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. Namun, entah mengapa, dirinya tetap saja bergerak mendekati Dylan. Dan saat bibir mereka akhirnya bertemu, Sarah merasa dunianya berputar. Awalnya itu hanya ciuman lembut, namun ketika Sarah mulai menggoda Dylan dengan hisapan kecil, pria itu kehilangan kendali. Sarah terhuyung sedikit ketika Dyla
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya
Bab 6
Cahaya matahari yang menerobos celah tirai membuat Sarah mengerjap pelan. Kepalanya terasa berat, pikirannya masih samar, seperti tersesat di antara mimpi dan kenyataan. Tubuhnya terasa hangat, dan ada sesuatu yang membuatnya enggan bergerak. Saat kesadarannya perlahan kembali, Sarah menyadari bahwa ia sedang berbaring dalam pelukan seseorang. Lengan kuat melingkari pinggangnya, napas hangat menyapu tengkuknya. Jantungnya berdegup lebih cepat saat ia menoleh perlahan. Dylan. Matanya membelalak, napasnya tercekat. Semua kejadian tadi malam menghantamnya seperti gelombang besar—kehangatan, bisikan, ciuman, sentuhan… Mereka telah melewati batas. Sarah buru-buru menarik selimut menutupi tubuhnya. Dylan masih terlelap, wajahnya terlihat begitu damai, berbeda dengan kekacauan yang kini memenuhi benak Sarah. Ia menatap pria itu, mengingat bagaimana mereka saling melepaskan diri dari kendali semalaman. Seolah-olah rasa sakit yang seharusnya ia rasakan untuk pertama kali lenyap dite
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-13
Baca selengkapnya
Bab 7
Hari-hari berlalu dengan cepat, tetapi tidak dengan kecanggungan yang kini menggantung di antara Sarah dan Dylan. Di kantor, mereka berusaha bersikap profesional seperti biasa, namun nyatanya, ada tembok tak kasat mata yang memisahkan mereka. Dylan masih perhatian seperti sebelumnya, tapi ada keraguan dalam setiap gerak-geriknya. Sementara itu, Sarah sering kali kehilangan fokus, pikirannya terus dipenuhi oleh kejadian malam itu. Dylan sesekali mencuri pandang ke arah Sarah, tetapi ketika tatapan mereka bertemu, Sarah buru-buru mengalihkan pandangannya. Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap. Perasaan bersalah, bingung, dan entah apa lagi bercampur menjadi satu. Di sisi lain, Dylan masih mencari cara untuk berbicara dengan Sarah tanpa membuat suasana semakin canggung. Ia tahu mereka harus membahas ini, harus mencari jalan keluar, tetapi kapan waktu yang tepat? Sore itu, saat kantor mulai sepi, Dylan akhirnya memberanikan diri mengetuk pintu ruang kerja Sarah. "Sarah, bisa kit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya
Bab 8
Sebulan lebih berlalu sejak malam itu, tetapi Sarah masih belum bisa menghilangkan kegelisahan yang terus menghantuinya. Ia sudah mencoba menjalani harinya seperti biasa, tetapi hari ini tubuhnya terasa lebih lemah dari biasanya. Wajahnya tampak pucat, dan ia mulai merasa pusing sejak pagi. Saat rapat berlangsung, Dylan berusaha tetap profesional, tetapi sulit baginya untuk tidak memperhatikan perubahan pada Sarah. Ia melihat bagaimana wanita itu beberapa kali menyentuh pelipisnya, menutup mata sejenak, lalu kembali fokus dengan susah payah. Ketika akhirnya rapat usai dan satu per satu karyawan meninggalkan ruang rapat, Dylan tetap duduk di tempatnya. Ia menunggu sampai hanya tinggal Sarah yang masih membereskan catatannya. "Sarah, tunggu sebentar," ucap Dylan dengan suara tenang namun tegas. Sarah mengangkat wajah, sedikit terkejut. "Ada apa?" Dylan menatapnya dengan penuh perhatian. "Kamu kelihatan pucat. Kamu baik-baik aja?" Sarah menghela napas pelan, berusaha menutupi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya
Bab 9
Malam itu, setelah Dylan pergi, Sarah duduk sendirian di ruang tamunya, menatap kosong ke arah jendela apartemennya. Pikirannya kacau. Ia memegang perutnya yang masih rata, tetapi bayangan bagaimana jika nanti perutnya membesar terus menghantui.  Apa kata orang?  Bagaimana dengan rekan-rekan di kantor? Keluarganya? Teman-temannya? Mereka pasti akan bertanya-tanya. Ia bahkan tak tahu harus menjelaskan seperti apa.  Matanya berkaca-kaca. Ini bukan sesuatu yang pernah ia bayangkan akan terjadi. Hubungannya dengan Liam sudah berakhir, tetapi di saat yang sama, hidupnya berubah drastis karena satu malam yang tak pernah ia rencanakan bersama Dylan.  Dylan…  Sarah menghela napas panjang. Ia tahu pria itu tulus. Dylan tidak hanya bertanggung jawab, tetapi ia juga benar-benar mencintainya. Tapi apakah Sarah bisa menerima Dylan sebagai suaminya?  Ponselnya bergetar di meja. Nama Dylan muncul di layar. Sarah menatapnya sejenak sebelum akhirnya mengabaikan panggilan itu. Ia belum siap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya
Bab 10
Keesokan harinya, Sarah duduk di depan Dylan di sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Ia menatap pria itu dengan serius, sementara Dylan menunggu dengan sabar, meski dalam hatinya ada kecemasan. "Aku setuju untuk menikah dengan kamu," ucap Sarah akhirnya. Dylan terdiam sejenak, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. "Kamu yakin, Sarah?" tanyanya, suaranya terdengar lebih hati-hati dari biasanya. Sarah mengangguk pelan. "Aku butuh status, Dylan. Aku nggak mau anak ini lahir tanpa kejelasan. Dan..." ia menarik napas dalam sebelum melanjutkan, "...kalau kamu benaran mau tanggung jawab, aku nggak akan menolaknya." Mata Dylan sedikit melembut, ada rasa lega bercampur bahagia di sana. "Aku janji, Sarah. Aku akan jaga kamu dan bayi kita." Sarah tersenyum kecil, meski hatinya masih terasa berat. "Kapan kita menikah?" tanya Dylan. Sarah berpikir sejenak. "Secepatnya, seperti yang kamu mau. Aku nggak mau ada spekulasi di kantor atau di antara orang-orang terdekat kita." Dylan me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status