Share

Bab 9. Tempat Kerja

Penulis: Rieyukha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 17:45:54
"Santai aja, disini rata-rata asik kok, yang paling solid tim iklan karena kebanyakan uang masuk dari sana, hahah..."

Itu Nesta, untungnya diakhir namanya tidak pakai 'pa' , kalau tidak ia tidak mungkin bisa tertawa seperti sekarang.

Nesta adalah sepupu suami Tami yang diceritakan tempo lalu saat di taman depan rumahnya, ia sudah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun.

Nesta menjabat sebagai asisten HRD, walau begitu rekomendasi pegawai dari Nesta selalu menjadi andalan perusahaan, karena kebanyakan rekomendasi darinya selalu menjadi karyawan yang tidak banyak masalah dan selalu bisa diandalkan.

Maka dari itu, Nesta juga tidak sembarang memasukkan atau merekomendasikan orang untuk bekerja di perusahaan tempatnya bekerja. Sejauh ini ia menilai Putri masuk kriteria penilaiannya, selebihnya branding dari Tami tentunya. Belum lagi embel-embel lulusan luar negerinya menambahkan nilai plus untuk Putri.

"Besok jam delapan tiga puluh, hari pertama. Gue daft
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 10. Bersua dengan Kegalauan

    "Put, Putra!" seseorang yang kembali berteriak memanggil itu akhirnya berada di ujung anak tangga, "Ya elah Put, lu dipanggil diam aja." protes lelaki berambut cepak itu, tidak luput satu tepukan dia layangkan pada bahu lelaki yang bernama Putra yang masih bergeming diujung anak tangga teratas. Lelaki yang bernama Putra itu hanya terdiam, matanya tidak beralih dari Putri yang juga terdiam. Mereka saling diam, terkejut dan penuh tanda tanya tapi tiada satu pun yang bersuara sampai akhirnya Nesta keluar membuyarkan semuanya. "Put!" Lagi-lagi, Putra dan Putri menoleh ke asal suara yang memanggil. Nesta yang menatap Putri kebingungan lalu beralih pada Putra yang terkejut didampingi pria cepak yang melongo sedari tadi yang didiamkan dan bingung tidak tau apa-apa dengan drama keheningan antara Putra dan Putri. "Wah, ada elu Put," kini Nesta berbicara menatap Putra, namun Putri menatap kearah Nesta. "Aduh, kayaknya gue harus panggil nama lengkap ya kalau didepan kalian daripada planga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 11. Kembali Bernyanyi Untuknya

    "Put ikutan yuk!" Itu Novi dari departemen iklan, ia sebagai admin iklan yang satu-satunya wanita didalam ruangan yang rata-rata designer grafis yang disana didominasi oleh para pria. Namun sepertinya Novi tidak mempermasalahkan itu, karena ia terlihat baik-baik saja, mungkin karena Kiki-- pacarnya salah satu desain grafis iklan dan satu ruangan dengannya. "Kemana?" tanya Putri seraya membereskan meja kerjanya, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore lewat. "Makan, karaoke lepas penatlah. Kamu belum pernah ikutan, ayo lah sekali-kali, sekalian kenalan sama anak iklan." Ucapan Novi bukan lagi seperti ajakan tapi lebih memaksa membuat Putri tersenyum tipis menanggapinya, ia tidak begitu akrab dengan Novi tapi lebih dari dua bulan bekerja di media XY sekali-kali mereka pergi makan siang bareng, karena bagaimanapun Novi butuh teman perempuan untuk bergaul tidak melulu dengan rekan kerjanya yang laki-laki semua. "Ayolah, jangan senyum-senyum aja." paksa Novi. "Aku absen dulu," j

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 12. Kamu?

    Putri berjalan dengan terus menundukkan wajahnya, ia tidak berani menatap Putra yang masih saja menatapnya tajam."Lu kenapa Put, demam panggung?" tanya Nesta, ia kini menoleh sempurna pada Putri yang terlihat pucat dan sedikit was-was. Putri menggeleng pelan, perlahan seraya menghela napas ia mengangkat wajahnya mencari keberadaan Putra, apakah masih disana atau tidak.Putri kaget karena Putra sudah tidak ada disana, Putri pun memutar kepalanya mencari keberadaan pria itu. Ia sangat yakin Putra ada disana, dan itu bukan sekedar ilusi semata. Putri mengernyit heran, apa yang dilakukan Putra disini? Sebuah kebetulan kah? Lalu kemana pria itu sekarang?"Put?" Nesta mencolek Putri, ternyata ia masih khawatir dengan tingkah Putri yang tiba-tiba aneh menurutnya. Putri menoleh pada Nesta dan memaksakan dirinya tersenyum untuk membuktikan bahwa ia baik-baik saja."Aku pamit ke rest room sebentar ya Mbak." ucap Putri seraya pergi meninggalkan Nesta sebelum wanita itu menjawab apa-apa. Kepergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 13. Rindu

    "Mbak kunci mobil," ucap Affan seraya meletakkan kunci mobil Putri didepannya, Putri hanya meliriknya lalu memandang sang adik dengan heran. "Kenapa bisa ada sama kamu?" "Pacarmu yang kasih Mbak," senyum Affan menggoda, lalu ia menarik kursi didepannya dan duduk dengan wajah penuh senyuman siap menggoda kakaknya lagi. Namun Putri bukannya panik akan diganggu malah tambah bingung dengan pernyataan Affan. "Pacarku yang mana?" tanya Putri, kini dengan santai ia menyesap teh hangat didepannya. Matanya terpejam menikmati hangatnya air teh yang juga terasa hangat hingga ke ulu hatinya. Affan mencebik mengejek melihatnya. "Alah sok-sokan yang mana, mentang-mentang udah laku, karatnya udah mulai terkikis ya Mbak." "Benaran udah punya pacar kamu, Nin?" Putri menghela napas lalu mendelik kesal pada Affan. Affan hanya tertawa seraya mengunyah roti tawarnya nikmat, mati-matian ia berusaha agar tidak tersedak namun justru Putri berharap sebaliknya. "Ngarang doang nih Affan, Bun." "Ngg

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 14. Malam Minggu Dadakan

    "Jadi kamu biarkan dia memeluk kamu?" tanya Tami penasaran.Putri masih terdiam mengingat bagaimana Putra memeluknya, hangat seakan ada rasa rindu disana yang ia rasakan sama seperti dirinya, rindu yang terpendam terlalu lama. Hanya perasaanya, karena Putri kembali meragukan karena ia dan Putra tidak pernah saling tau perasaan mereka sebenarnya, ia hanya menerka saja."Aku anggap kamu membiarkan Putra memeluk kamu," ucap Tami lagi karena Putri masih terdiam terpana setelah bercerita pada Tami, ya hanya pada Tami Putri menceritakan tentang Putra tanpa rahasia disana. "Kamu balas peluk dia?" tanya Tami lagi membuat Putri menatapnya penuh dengan wajah memelas, malu. Tami tertawa melihatnya."Harusnya aku nggak tanya, jelas kamu balas pelukannya. Orang kamu suka kok sama dia," Tami kembali tertawa yang hanya dibalas wajah merajuk Putri karena malu."Kamu bilang suka?" tanya Tami lagi, karena kalau tidakn ditanya Putri hanya akan bercerita seadanya sesuai dengan kejadian tidak mendetail de

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 15. Pacar El

    "Kafka." ucap pria itu mengulurkan tangannya pada Putri sebelum ia turun dari mobil karena tujuannya sudah sampai. Putri menoleh heran pada pria itu, perkenalan yang aneh menurutnya setelah mereka dua kali semobil dan beberapa kali bertemu walau tidak saling menyapa. Ya, dia adalah pria yang Putri lihat pertama kali saat di lift bersama Nesta."Putri." balas Putri menyambut uluran tangan Kafka sopan."Bukan Anin?" tanyanya seraya mengangkat kedua alisnya menatap Putri dalam. Putri tersenyum kecil, pasti karena Bunda dan Ayahnya selalu menyebut namanya didepan Kafka, Anin itu Anin ini."Anindya Putri. Bebas kamu mau dengan panggilan apa, tapi biasa memang aku di panggil Putri sih kalau di luar." Putri memberi tahu."Aku mau jadi orang dalam, berarti panggil kamu Anin, boleh?" Putri tersenyum simpul lalu mengangguk membolehkan, bukan hal yang aneh menurutnya membiarkan Kafka memanggilnya dengan nama Anin, toh itu juga tetap namanya.Putri turun dari mobil, matanya memandang takjub denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 16

    "Anindya Putri yang lagi sama lu adalah pacar gue! Harusnya lu yang jangan ganggu pacar gue, Kaf!"Putri yang berdiri dibelakang Putra tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, bahkan ia sampai harus memegang kuat lengan Putra didepannya agar tidak terjatuh dari berdirinya. Pegangan pada lengannya langsung disambut Putra dengan mengelusnya lembut membuat Putri semakin salah tingkah, namun Putra tau kalau Putri sedang bingung dan kaget sekarang atas pernyataannya, tapi ia tidak peduli.Kafka memandang Putra tidak percaya, ia mencobanya menatap Putri yang berdiri dibalik badan Putra namun Putra sengaja menghalangi Kafka."Anin," panggil Kafka lembut,"Iya Kafka," jawab Putri mencoba menampakkan diri, namun dengan cepat Putra menghalanginya. "Tra, kamu kenapa sih?" akhirnya Putri protes atas perlakuan pria yang ia sukai selama ini."Lindungi kamu dari pria brengsek ini." jawabnya cuek masih menatap tajam pada Kafka."Tra, Kafka nggak brengsek." bela Putri lembut,"Tau apa kamu tentang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 17

    "Kamu masih cinta aku kan?"Putri terdiam mendengarnya, dengan susah payah ia menelan salivanya. Putra tau ia mencintainya selama ini? Ia pun teringat dengan percakapannya pada Tami saat acara pensi, apakah Putra sepeka itu dengan lagu yang ia nyanyikan untuknya.'Gimana nggak peka, kamu nyanyi cuma ngeliatin dia doang.' ucapan Tami terus terngiang dibenak Putri. Ia juga mengingat bagaimana Putra menatapnya tajam dan pergi meninggalkan aula setelahnya."Kamu tau?" lirih Putri, seketika ia menyesali dirinya yang dengan enteng berucap begitu. Putra tersenyum tipis melihatnya, lalu mengangguk."Sejak kapan?" Putri penasaran, atau justru ia hanya ingin membuktikan ucapan Tami kalau Putra memang peka saat itu."Sejak pertama aku terpilih jadi ketua kelas dan kamu terpilih jadi bendahara."Putri tampak berpikir dan mengingat serta mencerna ucapan Putra, tiga tahun berturut-turut mereka selalu terpilih dengan jabatan yang sama lalu jika pertama kali berarti itu disaat tingkat satu. Disaat pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28

Bab terbaru

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 23

    "Jadi dimana sekarang suami kamu?" tanya Putri penasaran, karena dari ceritanya mereka datang berdua namun yang didepannya hanya Tami seorang."Sebelah," jawab Tami datar, Putri tau yang dimaksud sebelah adalah sebelah rumahnya alias rumah Tami─ rumah mertua Aiden."Terus yang buat kamu marah sama Kak Aiden apa?" tanya Putri lagi, ia beranggapan apa yang dilakukan Aiden terhadap mantannya sudah benar."Nggak peka banget sih kamu, Put." kesal Tami, "Dia udah bohong sama aku dengan pura-pura tidak kenal padahal dia kenal." sungut Tami."Kak Aiden begitu kan buat jaga perasaan kamu," bela Putri, secara logikanya ia menilai begitu dari cerita Tami barusan."Buat jaga perasaan aku atau yang lain!" tuduhnya mulai curiga pada suaminya sendiri,"Yang lain bagaimana maksud kamu?"Tami mengedikkan bahunya, "Nggak tau, mungkin buat bisa ketemuan lain kali atau─ ya pokoknya gitu lah, Put! Aku nggak bisa mikir." keluh Tami.Putri terdiam, ia mencoba mencerna dan menelaah kalimat Tami sampaikan bar

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 22

    Karena gelisah Aiden menjadi susah tidur, ia gelisah karena Tami yang jadi merajuk padanya dan yang paling membuat ia sengsara adalah dirinya yang sudah terlanjur ingin bercinta dengan sang istri, apalagi tadi ia sudah sangat dekat dan tiba-tiba Tami menjauhinya. Aiden frustrasi.Tami sudah tertidur, dua jam lamanya untuk Aiden memastikan sang istri benar-benar tertidur. Saat Aiden yakin Tami sudah tertidur ia langsung mendekat dan memeluk istrinya itu. Tiga bulan LDR sebagai pengantin baru bukan hal mudah untuknya, terlebih ia juga sangat mencintai Tami.Tami terbangun dengan selimut yang tersingkap, tangan sang suami sudah bergelayut memeluknya erat, tapi memutar matanya kesal. Perlahan ia melepaskan dirinya dari pelukan suaminya lalu pergi untuk mandi dan memulai aktivitas paginya seperti biasa.Tami keluar dari kamar mandi dengan gusar, ia berjalan cepat menghampiri Aiden lalu memukul lengan sang suami dengan kesal, walau ia yakin pukulan itu tidak akan terasa apa-apa oleh Aiden.

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 21

    Putri berjalan gontai membuka pintu kamarnya yang terus diketuk tanpa jeda, ketika pintu terbuka ia melihat Tami dengan wajah muram dengan mata sembab. Seketika ia mengusap wajahnya untuk segera sadar dari dirinya yang masih setengah mengantuk.Tami berjalan masuk melewati Putri lalu duduk dipinggiran kasurnya, Putri kembali menutup dan mengunci pintu kamarnya.Putri berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya secara singkat, membasuh wajahnya dan sikat gigi. Sekembalinya ia sudah melihat Tami meringkuk diatas kasur dengan suara tangis yang terdengar samar.Putri memilih duduk dikursi meja belajarnya dulu, yang kini menjadi meja serbaguna. Rak kecil yang dulu berisi buku pelajarannya kini telah diisi dengan buku-buku motivasi, novel, dan sedikit komik. Karena semenjak lulus SMA dan kuliah dia Australia Putri sudah sangat amat jarang membeli komik untuk bacaannya.Ia membiarkan Tami menangis, selagi menunggu Tami tenang dan mau bicara ia memilih sebuah novel karya dari Josie

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 20

    "Bunda?" Putri kaget, ia menelan salivanya dengan paksa lalu tersenyum kaku pada Hanum. "Baru pulang, Nin?" tanya Hanum jelas hanya berbasa-basi saja, tentu ia tau anak gadisnya itu baru pulang. Kini Hanum menoleh pada Putra yang berada tak jauh dibelakang Putri dan tersenyum hangat, namun wajahnya jelas menyiratkan sebuah pertanyaan besar. Pria di hadapannya sekarang adalah pria yang berbeda dengan yang tadi saat pamit pergi bersama putrinya. "Malam Tante, saya Elgiar Putra, pacar Anindya Putri." ucap Putra ramah dan sopan, tak luput sebuah senyuman hangat penuh pesona itu ia tunjukkan pada Hanum-- calon mertuanya. Seketika Hanum menatap tajam Putri, jelas ia akan menodong pertanyaan pada anaknya itu nanti. "Maaf Tante, kalau saya terlalu malam mengantarkan Putri pulang." ucap Putra dengan wajah menyesal, ia bisa melihat wajah protes singkat itu pada Putri. Hanum tersenyum hangat, "Nggak apa-apa Nak Elgiar, yang penting Anin diantar sampai rumah dengan selamat dan utuh. Suda

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 19

    Sepanjang jalan pulang Putri hanya diam menatap jalan didepannya, begitu pun dengan Putra. Sepuluh menit berlalu dengan hening, Putra menoleh pada Putri."Kamu kenapa?" tanyanya kemudian, Putri melirik Putra sesaat lalu kembali melihat ke depan."Kenapa? Emangnya aku harus bagaimana, Tra?" tanya Putri bingung."Jangan diam aja,"Putri menatap Putra tajam, ada apa dengan lelaki idamannya ini? Putri seperti melihat Putra dengan versi lain, bukan seperti Putra yang ia kenal selama ini."Kamu mau aku ngapain, Tra? Bercerita untuk kamu?" Putri mulai frustrasi,"Nyanyi untuk aku, Tri." pinta Putra dengan entengnya.Putri semakin menatap Putra dengan aneh, itu hal yang sangat tidak mungkin ia lakukan sekarang. "Nggak!" tolak Putri seraya mengalihkan pandangannya."Kenapa?" Putra menatap Putri dengan kecewa, "Aku suka dengar suara kamu, terlebih lagu itu kamu nyanyikan untuk aku."Putri menelan salivanya dengan payah, wajahnya memerah karena malu mendengar pernyataan Putra yang begitu gamblan

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 18

    "Akhirnya ketemu kamu juga, Nin." ucap Marsha seraya menekan angka satu pada lift. Putri yang mendengarnya hanya tersenyum, ia tidak berani menanyakan maksud ucapan Marsha walau sebenarnya ia penasaran."Apa Elgiar memaksa kamu kerumah?" tanya Marsha begitu mereka sudah berada disalah satu ruang tamu yang mewah. Putri hanya tersenyum kikuk, tidak berani berkata jujur bahwa anaknya telah melakukan lebih dari sekedar pemaksaan. Bukan hanya memaksanya kerumah tapi juga memintanya menjadi pacar bahkan istri dengan jarak yang hanya beberapa jam saja."Maafkan Elgiar ya, Anin." ucap Marsha tulus, senyuman indah wanita berumur itu membuat Putri terus ingin memujinya, sungguh ia sangat cantik."Nggak ada yang salah Tan, Putra juga meminta persetujuan saya," jawab Putri berbohong."Jujur Nin, Tante surprise bisa ketemu kamu sekarang. Tante pikir dia akan terus menunggu─ memastikan perasaannya untuk bisa sama kamu." Marsha tersenyum seraya menerawang mengingat bagaimana Putra bercerita tentang

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 17

    "Kamu masih cinta aku kan?"Putri terdiam mendengarnya, dengan susah payah ia menelan salivanya. Putra tau ia mencintainya selama ini? Ia pun teringat dengan percakapannya pada Tami saat acara pensi, apakah Putra sepeka itu dengan lagu yang ia nyanyikan untuknya.'Gimana nggak peka, kamu nyanyi cuma ngeliatin dia doang.' ucapan Tami terus terngiang dibenak Putri. Ia juga mengingat bagaimana Putra menatapnya tajam dan pergi meninggalkan aula setelahnya."Kamu tau?" lirih Putri, seketika ia menyesali dirinya yang dengan enteng berucap begitu. Putra tersenyum tipis melihatnya, lalu mengangguk."Sejak kapan?" Putri penasaran, atau justru ia hanya ingin membuktikan ucapan Tami kalau Putra memang peka saat itu."Sejak pertama aku terpilih jadi ketua kelas dan kamu terpilih jadi bendahara."Putri tampak berpikir dan mengingat serta mencerna ucapan Putra, tiga tahun berturut-turut mereka selalu terpilih dengan jabatan yang sama lalu jika pertama kali berarti itu disaat tingkat satu. Disaat pe

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 16

    "Anindya Putri yang lagi sama lu adalah pacar gue! Harusnya lu yang jangan ganggu pacar gue, Kaf!"Putri yang berdiri dibelakang Putra tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, bahkan ia sampai harus memegang kuat lengan Putra didepannya agar tidak terjatuh dari berdirinya. Pegangan pada lengannya langsung disambut Putra dengan mengelusnya lembut membuat Putri semakin salah tingkah, namun Putra tau kalau Putri sedang bingung dan kaget sekarang atas pernyataannya, tapi ia tidak peduli.Kafka memandang Putra tidak percaya, ia mencobanya menatap Putri yang berdiri dibalik badan Putra namun Putra sengaja menghalangi Kafka."Anin," panggil Kafka lembut,"Iya Kafka," jawab Putri mencoba menampakkan diri, namun dengan cepat Putra menghalanginya. "Tra, kamu kenapa sih?" akhirnya Putri protes atas perlakuan pria yang ia sukai selama ini."Lindungi kamu dari pria brengsek ini." jawabnya cuek masih menatap tajam pada Kafka."Tra, Kafka nggak brengsek." bela Putri lembut,"Tau apa kamu tentang d

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 15. Pacar El

    "Kafka." ucap pria itu mengulurkan tangannya pada Putri sebelum ia turun dari mobil karena tujuannya sudah sampai. Putri menoleh heran pada pria itu, perkenalan yang aneh menurutnya setelah mereka dua kali semobil dan beberapa kali bertemu walau tidak saling menyapa. Ya, dia adalah pria yang Putri lihat pertama kali saat di lift bersama Nesta."Putri." balas Putri menyambut uluran tangan Kafka sopan."Bukan Anin?" tanyanya seraya mengangkat kedua alisnya menatap Putri dalam. Putri tersenyum kecil, pasti karena Bunda dan Ayahnya selalu menyebut namanya didepan Kafka, Anin itu Anin ini."Anindya Putri. Bebas kamu mau dengan panggilan apa, tapi biasa memang aku di panggil Putri sih kalau di luar." Putri memberi tahu."Aku mau jadi orang dalam, berarti panggil kamu Anin, boleh?" Putri tersenyum simpul lalu mengangguk membolehkan, bukan hal yang aneh menurutnya membiarkan Kafka memanggilnya dengan nama Anin, toh itu juga tetap namanya.Putri turun dari mobil, matanya memandang takjub denga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status