Home / Romansa / Penantian Pertama sang CEO / Bab 5. Kenangan Toko Tua

Share

Bab 5. Kenangan Toko Tua

Author: Rieyukha
last update Last Updated: 2024-12-07 05:22:35

"Anin, tolong ya beliin keperluan tugas ketrampilan Girly."

Ayi sudah berdiri didepan pintu kamar Putri dengan Boy yang berada dalam gendongannya. Wajah lelah iparnya itu tidak bisa disembunyikan.

"Kamu mau keluar kan?" tanyanya lagi.

"Iya Mbak," jawab Putri sambil memasang sepatu kets nya, lalu ia berdiri mematut dirinya pada cermin besar didepannya. "Mbak WA aja ya apa aja yang mau dibeli." kata Putri sambil menyelempangkan tasnya.

"Makasih ya Nin, Mbak numpang tidur kamar kamu ya, malas kebawah lagi."

"Boleh, asal jangan bau pipis Boy aja," ucap Putri sambil mencubit gemas pipi gembul keponakannya itu.

~

Putri menepikan mobilnya di depan disebuah toko tua yang semakin tua dan masih berdiri dengan kokoh, dimana kenangan pernah ada disana, kebersamaan itu juga pernah muncul disana serta rasa bahagia penuh harap.

Seorang pegawai wanita sedang hamil tua memperhatikan Putri dengan seksama, Putri tersenyum tipis. Wanita itu semakin menyipitkan matanya menatap Putri serius membuat ia jengah.

"Yang dulu kan?" tanya kemudian sambil menunjuk Putri.

Putri manggut-manggut, ini si Mbak pegawai yang dulu menggodanya, yang bilang dia dan Putra pacaran. Putri tersenyum malu mengingatnya. Putri tidak menyangka si Mbak akan setia bekerja disini, apa dia yang punya toko kali ya? Pikir Putri.

"Hampir linglung saya, rambutnya udah nggak hitam soalnya," Putri hanya diam, sebegitu nya dia memperhatikan? Rambutnya memang sudah lama ia warnai dengan warna golden brown, babylight. "Kok sendiri-sendiri?" tanyanya lagi.

"Maksudnya Mbak?"

"Eh, ini masih pacaran kan sama Mas nya, apa udah putus? Atau lagi berantem? Baru aja Mas nya dari sini."

Putri terdiam, senyuman langsung menghilang. Si Mbak pegawai nggak lagi bicarakan soal Putra kan, kenapa tiba-tiba Putri merasa jantungnya berdebar kencang, rasa yang tidak pernah ia bayangkan akan kembali muncul. Dag dig dug, seperti mimpinya saat bertemu dan berhadapan dengan Putra.

Putri keluar dari toko begitu titipan untuk Girly sudah ia beli, ia berlari kecil mencari-cari keberadaan Putra, pasti belum jauh, pikirnya.

Putri menghela napas, kenapa ia jadi seantusias ini ingin melihat Putra. Putri menggelengkan kepalanya, semua sudah berlalu lebih dari empat tahun lamanya. Kenapa ia seperti meminta sebuah harapan yang sama?

Putri tersentak dengan suara ponselnya, ia merogoh tasnya. "Iya Tam?"

"Kamu dimana?" terdengar suara protes Tami, mereka memang janjian setengah jam lalu namun Putri tak kunjung tiba dan masih diluar.

Setelah meminta maaf dan menjelaskan alasannya pada Tami, Putri langsung tancap gas menemui sahabatnya itu.

"Kok bisa baru nikah udah ditinggal sih, Tam. Lagi anget-angetnya pula!" Putri tertawa, ia puas mengejek Tami yang sudah memasang wajah masam dan pasrah.

Kini mereka sudah berada disalah satu kafe didalam mall, sekedar bertemu kangen, karena semenjak menikah Tami pindah rumah ikut suaminya yang lumayan jauh dari rumah orang tuanya.

Tami baru menikah tiga bulan lalu, suaminya adalah seorang abdi negara-- TNI AL. Sekarang sedang bertugas dan meninggalkan Tami seorang diri dengan rasa rindu yang amat sangat harus ia tahan.

"Berapa lama?" tanya Putri lagi, kini ia menatap iba pada sahabatnya.

"Tiga bulan, tapi asli lama banget, seminggu serasa setahun gila!" Tami tampak stress,

Ah pengantin baru. Putri hanya senyum-senyum melihatnya, ia tidak terbayangkan bagaimana dengan dirinya nanti jika nanti sudah punya suami, apa akan seperti Tami yang terlihat bucin dan stres abis saat ditinggal dinas.

"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Tami curiga,

"Ya nggak nyangka aja, dulu kamu nggak pernah pacaran, tau pacaran aku nggak dekat kamu eh sekarang udah nikah aja." jawab Putri setengah jujur,

Tami mulai pacaran saat kuliah, dia dua kali pacaran. Pacar pertamanya hanya bertahan tidak lebih dari setahun, putus karena ketahuan selingkuh dengan dosen muda di kampusnya dan yang buat Putri syok mereka ketahuan lagi indehoy di apartemen pacarnya itu.

Klasik, ceritanya Tami datang untuk kasih surprise ulang tahun pacarnya, nyatanya Tami yang diberikan surprise dengan tontonan real sepasang manusia sedang bergelut berbagi peluh.

Seminggu Tami tidak nafsu makan, bukan karena patah hati, tapi karena mual bin jijik melihat adegan panas mantannya itu secara langsung. FYI Tami dan Putri bersih tidak pernah menonton film biru.

Mereka melihat adegan panas kebanyakan hanya lewat film barat, yang jelas banyak sensor dan di potong ketika masuk Indonesia. Melihat adegan kissing saja mereka justru malah tertawa dan saling mengejek.

"Ih Tami lihat, ih..."

"Kamu tuh Put, diam-diam senyum, pengen kan. Hahah."

"Udah ah, cepetin!"

Akhirnya yang berujung adegan itu akan di skip dari tontonan mereka. Bukannya penasaran, mereka justru geli dan jijik.

Suami Tami sekarang adalah pacar keduanya yang menjadi pelabuhan terakhirnya diatas pelaminan. Cinta mati banget kayaknya mereka, Putri bisa melihat bagaimana mereka saling menyayangi.

Mereka bertemu juga tidak sengaja, disebuah toko tua, toko yang barusan Putri datangi untuk membeli keperluan tugas Girly, keponakannya.

Lagi-lagi klasik, Tami yang bertubuh mungil dengan tinggi hanya 155 cm itu sedang berusaha menggapai buku di rak paling atas, ketika ia oleng dan akan jatuh dengan sigap sang suami-- yang dulu belum jadi suami menangkap tubuhnya dengan tangan kekarnya.

Tatap-tatap ala India itu tentu saja tidak terelakkan, sayang tidak didukung dengan adanya musik India juga jadi adegan itu tidak berlanjut terlalu lama.

Senyum-senyum, kamu nggak apa-apa? Mengambilkan buku yang Tami mau, ucapan terima kasih, yang berakhir dengan kenalan dan bertukar kontak.

Putri kembali tersenyum mengingat kisah cinta sahabatnya ini, romantis.

"Senyum mulu! Kamu kesambet apa di toko tadi? Jangan bilang kamu juga menemukan seorang pangeran tak berkuda disana!?" tanya Tami antusias.

'Harusnya iya kalau aku datang lebih cepat tadi,' batin Putri, entah kenapa ia merasa menyesalinya.

Entahlah, toko tua itu menjadi historis tersendiri untuk dua sahabat ini. Bedanya Tami menemukan masa depannya disana dan akan menjadikan toko itu salah satu kenangan terindah dalam hidupnya untuk diceritakan kepada anak cucunya, sedangkan Putri memiliki masa lalunya disana yang tentu baginya itu juga adalah kenangan terindah baginya bukan untuk diceritakan tapi cukup disimpan dan akan selalu ada di relung hatinya yang terdalam.

**

Related chapters

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 6. Cerita Masa Lalu

    "Kecewa deh kalau nonton film nggak sama dengan novelnya," curhat Tami,Selepas melepas rindu dengan bercerita, Putri dan Tami menghabiskan waktu pergi menonton film yang kebetulan diadaptasi dari sebuah novel yang menjadi favorit bacaan Tami."Iya, feel-nya beda." Putri setuju,"Aku rate jelek aja kali ya," ucap Tami lagi membuat Putri menatapnya aneh."Penting?" Putri mengangkat kedua alisnya mengejek membuat Tami yang melihatnya tertawa."Bercanda, Put!""Jadi nginap rumah aku kan?" tanya Putri seraya berjalan membuang sampah minuman dan popcorn nya ke tong sampah yang tersedia."Aku udah nikah, Put. Kalau balik ya pasti nginap dirumah orang tua lah, masa dirumah kamu. Rumah kita bersebelahan, ingat."Putri tertawa sambil melanjutkan langkahnya menuju rest room yang pasti sudah ramai, tapi kebersihan rest room di bioskop bisa dikatakan lebih bersih daripada mall sendiri."Bawa tissue kan kamu?" tanya Tami yang mengingat acara menontonnya masuk dalam list dadakan.Mereka kalau ke to

    Last Updated : 2024-12-13
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 7. Cari Jodoh

    Putri mencepol rambutnya dengan asal, semenjak kembali dari Aussie dan menjadi pengangguran, waktu bangun, mandi dan makan wanita itu tidak pernah lagi sesuai waktu semestinya.Setelah membasuh wajahnya dan turun dengan wajah bangun tidurnya, Putri melangkah menuju dapur mencari sarapan seperti biasa."Wuenak tenan Mbak, bangun-bangun makan, mandi belum, bantu Bunda sama Mbok enggak!"Itu Affan, si bungsu yang masih duduk dikelas sebelas. Ia mengatakannya dengan suara lantang yang disengaja agar sang Bunda mendengarnya, tentu tujuannya hanya untuk membuat Putri kesal."Mulut elu yah!" Putri melempar Affan dengan serbet didepannya sambil memperhatikan sekitar, khawatir Bundanya tiba-tiba muncul dengan spatula kayu yang siap ditimpuk ke kepalanya, Affan mengelak seraya tertawa puas mengerjai kakaknya."Kamu itu bisa prihatin sedikit nggak sih, kasihani aku gitu loh malah manasi Bunda buat tambah penderitaan aja!" curhat Putri ketus seraya mengambil roti tawar didepannya."Deritamu ya de

    Last Updated : 2024-12-14
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 8. Lowongan Kerja

    "Emang dikira barang apa pakai di coba dulu, apanya yang mau dicoba!?" sungut Putri ketika sudah berada di taman depan yang persis seberang rumahnya dan juga Tami. "Semuanya mungkin," celetuk Tami menahan tawa. "Kamu juga Tam, ada apa kamu sama Bunda kok tiba-tiba minta di cariin jodoh, nggak cerita lagi sama aku." Putri merajuk, wajahnya seketika sinis. "Sorry, tadinya aku mau cerita hari ini, sekarang. Eh keburu Bunda kamu udah cus duluan, nggak sabar kayaknya." Tami kembali tertawa, "Nggak usah serius gitu ah Put," Tami mencolek Putri, "Aku juga belum ada ngomong apa-apa sama Rama, ataupun teman suami aku." ucap Tami berusaha menenangkan. "Rama?" "Iya, Rama Wishnu Perdana. Teman kuliah aku dulu, yang sekarang sudah jadi dokter umum dirumah sakit AB, lagi sekolah ambil spesialis saraf. Kata Mas Alvin cocok buat kamu, biar selalu waras." "Sialan, dia kali yang sarap!" Tami tertawa, "Rama itu kayaknya suka kamu deh Put, semenjak video call bareng dulu kalau ketemu aku pas

    Last Updated : 2024-12-15
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 9. Tempat Kerja

    "Santai aja, disini rata-rata asik kok, yang paling solid tim iklan karena kebanyakan uang masuk dari sana, hahah..." Itu Nesta, untungnya diakhir namanya tidak pakai 'pa' , kalau tidak ia tidak mungkin bisa tertawa seperti sekarang. Nesta adalah sepupu suami Tami yang diceritakan tempo lalu saat di taman depan rumahnya, ia sudah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun. Nesta menjabat sebagai asisten HRD, walau begitu rekomendasi pegawai dari Nesta selalu menjadi andalan perusahaan, karena kebanyakan rekomendasi darinya selalu menjadi karyawan yang tidak banyak masalah dan selalu bisa diandalkan. Maka dari itu, Nesta juga tidak sembarang memasukkan atau merekomendasikan orang untuk bekerja di perusahaan tempatnya bekerja. Sejauh ini ia menilai Putri masuk kriteria penilaiannya, selebihnya branding dari Tami tentunya. Belum lagi embel-embel lulusan luar negerinya menambahkan nilai plus untuk Putri. "Besok jam delapan tiga puluh, hari pertama. Gue daft

    Last Updated : 2024-12-16
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 10. Bersua dengan Kegalauan

    "Put, Putra!" seseorang yang kembali berteriak memanggil itu akhirnya berada di ujung anak tangga, "Ya elah Put, lu dipanggil diam aja." protes lelaki berambut cepak itu, tidak luput satu tepukan dia layangkan pada bahu lelaki yang bernama Putra yang masih bergeming diujung anak tangga teratas. Lelaki yang bernama Putra itu hanya terdiam, matanya tidak beralih dari Putri yang juga terdiam. Mereka saling diam, terkejut dan penuh tanda tanya tapi tiada satu pun yang bersuara sampai akhirnya Nesta keluar membuyarkan semuanya. "Put!" Lagi-lagi, Putra dan Putri menoleh ke asal suara yang memanggil. Nesta yang menatap Putri kebingungan lalu beralih pada Putra yang terkejut didampingi pria cepak yang melongo sedari tadi yang didiamkan dan bingung tidak tau apa-apa dengan drama keheningan antara Putra dan Putri. "Wah, ada elu Put," kini Nesta berbicara menatap Putra, namun Putri menatap kearah Nesta. "Aduh, kayaknya gue harus panggil nama lengkap ya kalau didepan kalian daripada planga

    Last Updated : 2024-12-17
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 11. Kembali Bernyanyi Untuknya

    "Put ikutan yuk!" Itu Novi dari departemen iklan, ia sebagai admin iklan yang satu-satunya wanita didalam ruangan yang rata-rata designer grafis yang disana didominasi oleh para pria. Namun sepertinya Novi tidak mempermasalahkan itu, karena ia terlihat baik-baik saja, mungkin karena Kiki-- pacarnya salah satu desain grafis iklan dan satu ruangan dengannya. "Kemana?" tanya Putri seraya membereskan meja kerjanya, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore lewat. "Makan, karaoke lepas penatlah. Kamu belum pernah ikutan, ayo lah sekali-kali, sekalian kenalan sama anak iklan." Ucapan Novi bukan lagi seperti ajakan tapi lebih memaksa membuat Putri tersenyum tipis menanggapinya, ia tidak begitu akrab dengan Novi tapi lebih dari dua bulan bekerja di media XY sekali-kali mereka pergi makan siang bareng, karena bagaimanapun Novi butuh teman perempuan untuk bergaul tidak melulu dengan rekan kerjanya yang laki-laki semua. "Ayolah, jangan senyum-senyum aja." paksa Novi. "Aku absen dulu," j

    Last Updated : 2024-12-18
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 12. Kamu?

    Putri berjalan dengan terus menundukkan wajahnya, ia tidak berani menatap Putra yang masih saja menatapnya tajam."Lu kenapa Put, demam panggung?" tanya Nesta, ia kini menoleh sempurna pada Putri yang terlihat pucat dan sedikit was-was. Putri menggeleng pelan, perlahan seraya menghela napas ia mengangkat wajahnya mencari keberadaan Putra, apakah masih disana atau tidak.Putri kaget karena Putra sudah tidak ada disana, Putri pun memutar kepalanya mencari keberadaan pria itu. Ia sangat yakin Putra ada disana, dan itu bukan sekedar ilusi semata. Putri mengernyit heran, apa yang dilakukan Putra disini? Sebuah kebetulan kah? Lalu kemana pria itu sekarang?"Put?" Nesta mencolek Putri, ternyata ia masih khawatir dengan tingkah Putri yang tiba-tiba aneh menurutnya. Putri menoleh pada Nesta dan memaksakan dirinya tersenyum untuk membuktikan bahwa ia baik-baik saja."Aku pamit ke rest room sebentar ya Mbak." ucap Putri seraya pergi meninggalkan Nesta sebelum wanita itu menjawab apa-apa. Kepergi

    Last Updated : 2024-12-19
  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 13. Rindu

    "Mbak kunci mobil," ucap Affan seraya meletakkan kunci mobil Putri didepannya, Putri hanya meliriknya lalu memandang sang adik dengan heran. "Kenapa bisa ada sama kamu?" "Pacarmu yang kasih Mbak," senyum Affan menggoda, lalu ia menarik kursi didepannya dan duduk dengan wajah penuh senyuman siap menggoda kakaknya lagi. Namun Putri bukannya panik akan diganggu malah tambah bingung dengan pernyataan Affan. "Pacarku yang mana?" tanya Putri, kini dengan santai ia menyesap teh hangat didepannya. Matanya terpejam menikmati hangatnya air teh yang juga terasa hangat hingga ke ulu hatinya. Affan mencebik mengejek melihatnya. "Alah sok-sokan yang mana, mentang-mentang udah laku, karatnya udah mulai terkikis ya Mbak." "Benaran udah punya pacar kamu, Nin?" Putri menghela napas lalu mendelik kesal pada Affan. Affan hanya tertawa seraya mengunyah roti tawarnya nikmat, mati-matian ia berusaha agar tidak tersedak namun justru Putri berharap sebaliknya. "Ngarang doang nih Affan, Bun." "Ngg

    Last Updated : 2024-12-22

Latest chapter

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 23

    "Jadi dimana sekarang suami kamu?" tanya Putri penasaran, karena dari ceritanya mereka datang berdua namun yang didepannya hanya Tami seorang."Sebelah," jawab Tami datar, Putri tau yang dimaksud sebelah adalah sebelah rumahnya alias rumah Tami─ rumah mertua Aiden."Terus yang buat kamu marah sama Kak Aiden apa?" tanya Putri lagi, ia beranggapan apa yang dilakukan Aiden terhadap mantannya sudah benar."Nggak peka banget sih kamu, Put." kesal Tami, "Dia udah bohong sama aku dengan pura-pura tidak kenal padahal dia kenal." sungut Tami."Kak Aiden begitu kan buat jaga perasaan kamu," bela Putri, secara logikanya ia menilai begitu dari cerita Tami barusan."Buat jaga perasaan aku atau yang lain!" tuduhnya mulai curiga pada suaminya sendiri,"Yang lain bagaimana maksud kamu?"Tami mengedikkan bahunya, "Nggak tau, mungkin buat bisa ketemuan lain kali atau─ ya pokoknya gitu lah, Put! Aku nggak bisa mikir." keluh Tami.Putri terdiam, ia mencoba mencerna dan menelaah kalimat Tami sampaikan bar

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 22

    Karena gelisah Aiden menjadi susah tidur, ia gelisah karena Tami yang jadi merajuk padanya dan yang paling membuat ia sengsara adalah dirinya yang sudah terlanjur ingin bercinta dengan sang istri, apalagi tadi ia sudah sangat dekat dan tiba-tiba Tami menjauhinya. Aiden frustrasi.Tami sudah tertidur, dua jam lamanya untuk Aiden memastikan sang istri benar-benar tertidur. Saat Aiden yakin Tami sudah tertidur ia langsung mendekat dan memeluk istrinya itu. Tiga bulan LDR sebagai pengantin baru bukan hal mudah untuknya, terlebih ia juga sangat mencintai Tami.Tami terbangun dengan selimut yang tersingkap, tangan sang suami sudah bergelayut memeluknya erat, tapi memutar matanya kesal. Perlahan ia melepaskan dirinya dari pelukan suaminya lalu pergi untuk mandi dan memulai aktivitas paginya seperti biasa.Tami keluar dari kamar mandi dengan gusar, ia berjalan cepat menghampiri Aiden lalu memukul lengan sang suami dengan kesal, walau ia yakin pukulan itu tidak akan terasa apa-apa oleh Aiden.

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 21

    Putri berjalan gontai membuka pintu kamarnya yang terus diketuk tanpa jeda, ketika pintu terbuka ia melihat Tami dengan wajah muram dengan mata sembab. Seketika ia mengusap wajahnya untuk segera sadar dari dirinya yang masih setengah mengantuk.Tami berjalan masuk melewati Putri lalu duduk dipinggiran kasurnya, Putri kembali menutup dan mengunci pintu kamarnya.Putri berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya secara singkat, membasuh wajahnya dan sikat gigi. Sekembalinya ia sudah melihat Tami meringkuk diatas kasur dengan suara tangis yang terdengar samar.Putri memilih duduk dikursi meja belajarnya dulu, yang kini menjadi meja serbaguna. Rak kecil yang dulu berisi buku pelajarannya kini telah diisi dengan buku-buku motivasi, novel, dan sedikit komik. Karena semenjak lulus SMA dan kuliah dia Australia Putri sudah sangat amat jarang membeli komik untuk bacaannya.Ia membiarkan Tami menangis, selagi menunggu Tami tenang dan mau bicara ia memilih sebuah novel karya dari Josie

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 20

    "Bunda?" Putri kaget, ia menelan salivanya dengan paksa lalu tersenyum kaku pada Hanum. "Baru pulang, Nin?" tanya Hanum jelas hanya berbasa-basi saja, tentu ia tau anak gadisnya itu baru pulang. Kini Hanum menoleh pada Putra yang berada tak jauh dibelakang Putri dan tersenyum hangat, namun wajahnya jelas menyiratkan sebuah pertanyaan besar. Pria di hadapannya sekarang adalah pria yang berbeda dengan yang tadi saat pamit pergi bersama putrinya. "Malam Tante, saya Elgiar Putra, pacar Anindya Putri." ucap Putra ramah dan sopan, tak luput sebuah senyuman hangat penuh pesona itu ia tunjukkan pada Hanum-- calon mertuanya. Seketika Hanum menatap tajam Putri, jelas ia akan menodong pertanyaan pada anaknya itu nanti. "Maaf Tante, kalau saya terlalu malam mengantarkan Putri pulang." ucap Putra dengan wajah menyesal, ia bisa melihat wajah protes singkat itu pada Putri. Hanum tersenyum hangat, "Nggak apa-apa Nak Elgiar, yang penting Anin diantar sampai rumah dengan selamat dan utuh. Suda

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 19

    Sepanjang jalan pulang Putri hanya diam menatap jalan didepannya, begitu pun dengan Putra. Sepuluh menit berlalu dengan hening, Putra menoleh pada Putri."Kamu kenapa?" tanyanya kemudian, Putri melirik Putra sesaat lalu kembali melihat ke depan."Kenapa? Emangnya aku harus bagaimana, Tra?" tanya Putri bingung."Jangan diam aja,"Putri menatap Putra tajam, ada apa dengan lelaki idamannya ini? Putri seperti melihat Putra dengan versi lain, bukan seperti Putra yang ia kenal selama ini."Kamu mau aku ngapain, Tra? Bercerita untuk kamu?" Putri mulai frustrasi,"Nyanyi untuk aku, Tri." pinta Putra dengan entengnya.Putri semakin menatap Putra dengan aneh, itu hal yang sangat tidak mungkin ia lakukan sekarang. "Nggak!" tolak Putri seraya mengalihkan pandangannya."Kenapa?" Putra menatap Putri dengan kecewa, "Aku suka dengar suara kamu, terlebih lagu itu kamu nyanyikan untuk aku."Putri menelan salivanya dengan payah, wajahnya memerah karena malu mendengar pernyataan Putra yang begitu gamblan

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 18

    "Akhirnya ketemu kamu juga, Nin." ucap Marsha seraya menekan angka satu pada lift. Putri yang mendengarnya hanya tersenyum, ia tidak berani menanyakan maksud ucapan Marsha walau sebenarnya ia penasaran."Apa Elgiar memaksa kamu kerumah?" tanya Marsha begitu mereka sudah berada disalah satu ruang tamu yang mewah. Putri hanya tersenyum kikuk, tidak berani berkata jujur bahwa anaknya telah melakukan lebih dari sekedar pemaksaan. Bukan hanya memaksanya kerumah tapi juga memintanya menjadi pacar bahkan istri dengan jarak yang hanya beberapa jam saja."Maafkan Elgiar ya, Anin." ucap Marsha tulus, senyuman indah wanita berumur itu membuat Putri terus ingin memujinya, sungguh ia sangat cantik."Nggak ada yang salah Tan, Putra juga meminta persetujuan saya," jawab Putri berbohong."Jujur Nin, Tante surprise bisa ketemu kamu sekarang. Tante pikir dia akan terus menunggu─ memastikan perasaannya untuk bisa sama kamu." Marsha tersenyum seraya menerawang mengingat bagaimana Putra bercerita tentang

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 17

    "Kamu masih cinta aku kan?"Putri terdiam mendengarnya, dengan susah payah ia menelan salivanya. Putra tau ia mencintainya selama ini? Ia pun teringat dengan percakapannya pada Tami saat acara pensi, apakah Putra sepeka itu dengan lagu yang ia nyanyikan untuknya.'Gimana nggak peka, kamu nyanyi cuma ngeliatin dia doang.' ucapan Tami terus terngiang dibenak Putri. Ia juga mengingat bagaimana Putra menatapnya tajam dan pergi meninggalkan aula setelahnya."Kamu tau?" lirih Putri, seketika ia menyesali dirinya yang dengan enteng berucap begitu. Putra tersenyum tipis melihatnya, lalu mengangguk."Sejak kapan?" Putri penasaran, atau justru ia hanya ingin membuktikan ucapan Tami kalau Putra memang peka saat itu."Sejak pertama aku terpilih jadi ketua kelas dan kamu terpilih jadi bendahara."Putri tampak berpikir dan mengingat serta mencerna ucapan Putra, tiga tahun berturut-turut mereka selalu terpilih dengan jabatan yang sama lalu jika pertama kali berarti itu disaat tingkat satu. Disaat pe

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 16

    "Anindya Putri yang lagi sama lu adalah pacar gue! Harusnya lu yang jangan ganggu pacar gue, Kaf!"Putri yang berdiri dibelakang Putra tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, bahkan ia sampai harus memegang kuat lengan Putra didepannya agar tidak terjatuh dari berdirinya. Pegangan pada lengannya langsung disambut Putra dengan mengelusnya lembut membuat Putri semakin salah tingkah, namun Putra tau kalau Putri sedang bingung dan kaget sekarang atas pernyataannya, tapi ia tidak peduli.Kafka memandang Putra tidak percaya, ia mencobanya menatap Putri yang berdiri dibalik badan Putra namun Putra sengaja menghalangi Kafka."Anin," panggil Kafka lembut,"Iya Kafka," jawab Putri mencoba menampakkan diri, namun dengan cepat Putra menghalanginya. "Tra, kamu kenapa sih?" akhirnya Putri protes atas perlakuan pria yang ia sukai selama ini."Lindungi kamu dari pria brengsek ini." jawabnya cuek masih menatap tajam pada Kafka."Tra, Kafka nggak brengsek." bela Putri lembut,"Tau apa kamu tentang d

  • Penantian Pertama sang CEO   Bab 15. Pacar El

    "Kafka." ucap pria itu mengulurkan tangannya pada Putri sebelum ia turun dari mobil karena tujuannya sudah sampai. Putri menoleh heran pada pria itu, perkenalan yang aneh menurutnya setelah mereka dua kali semobil dan beberapa kali bertemu walau tidak saling menyapa. Ya, dia adalah pria yang Putri lihat pertama kali saat di lift bersama Nesta."Putri." balas Putri menyambut uluran tangan Kafka sopan."Bukan Anin?" tanyanya seraya mengangkat kedua alisnya menatap Putri dalam. Putri tersenyum kecil, pasti karena Bunda dan Ayahnya selalu menyebut namanya didepan Kafka, Anin itu Anin ini."Anindya Putri. Bebas kamu mau dengan panggilan apa, tapi biasa memang aku di panggil Putri sih kalau di luar." Putri memberi tahu."Aku mau jadi orang dalam, berarti panggil kamu Anin, boleh?" Putri tersenyum simpul lalu mengangguk membolehkan, bukan hal yang aneh menurutnya membiarkan Kafka memanggilnya dengan nama Anin, toh itu juga tetap namanya.Putri turun dari mobil, matanya memandang takjub denga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status