Nadira, dia gadis berumur 16 tahun. Gadis cantik, manja, cerewet dan bar-bar di keluarga Armaleo. Gadis bak bunglon.Dia adalah anak sulung keluarga Armaleo, salah satu kesayangan ayah Arga dan bunda Alle. Si tukang onar sekaligus penyelamat di SMA Bina Bakti.Cerdas, baik hati, ramah, pemberani, cengeng dan keras kepala adalah sifat utamanya. Oh, jangan lupa sifat pelupa yang kata ayah--adalah turunan bunda.Nadira Anjani Armaleo.Adalah nama yang disematkan padanya. Hidupnya jauh bahagia, tak ada luka di halaman masa kecilnya, tak ada perbedaan dalam menyayangi dirinya sejak kecil. Dia tumbuh dengan baik dan di kelilingi kasih sayang. Dia tidak tau apa itu cinta dan pengorbanan. Baginya cinta itu bahagia, seperti saat melihat ayah dan bundanya yang setiap hari tertawa bahagia.Sampai suatu hari Nadira bertemu satu pemuda yang berhasil menarik perhatiannya.Arjuna Narayan Bagaskara atau biasa di panggil Arya. Kehidupan mereka berdua jauh berbeda. Jika ibarat terang dan gelap. Maka, Nadira adalah sisi terang dan Arya sisi gelap. Hidup Nadira lengkap, sedang Arya hancur. Nadira bahagia, tapi Arya terluka.Mereka adalah dua kubu yang berbeda. Bagi Nadira bertemu Arya adalah anugrah, sedang Arya berpikir bahwa kedatangan Nadira adalah malapetaka.Namun, tanpa mereka sadari opini mereka tertukar.Awal mula Nadira bertemu Arya di dalam pos jaga satpam di SMA Bina Bakti, hari itu Nadira di hukum untuk hormat pada pak Rio-- satpam SMA-nya.Bermula dengan melihat bakwan di atas piring di dalam pos satpam tersebut, Nadira yang tergoda tentu saja hendak memakannya. Namun, tangan lain lebih dulu mengambil makanan tersebut sebelum Nadira menjangkau bakwan itu.Percekcokan mereka terjadi, hanya dengan suara Arya, Nadira terpesona. Nadira pikir dia hanya menyukai suara Arya, tanpa dia tahu bahwa suara itu adalah awal mula cinta muncul di hatinya.Setiap hari Nadira akan mencari Arya dan setiap hari juga Arya menghindar.
Lihat lebih banyakHari ini Nadira beraktivitas seperti biasanya, kembali membuat para guru naik darah dan tentu saja mengejar Arya dengan antusias."Aryaa." Heboh Nadira melihat motor Arya baru saja memasuki gerbang SMA Bina Bakti. Arya yang mendengar itu memutar bola mata malas. Sejak Dea datang di hidupnya, Arya jadi tak tenang. Cewek itu akan dengan senang hati mengacaukan ketenangannya."Hai, My mafia," sapanya ceria. Di tangannya ada sebuah kotak bekal, bunda Alle yang membuatnya. "Nih, bunda yang buatin, katanya buat lu." Dea menyerahkan kotak di tangannya, yang langsung diterima Arion. Cowok itu bukan tipe cowok di novel yang akan membuang pemberian orang lain, dia lebih suka menghargainya, lagian masakan bunda Nadira itu enak."Thanks," balas Arion meninggalkan Dea. Cewek itu berdecak kemudian mengikuti Arya. Rey, Lingga dan Kenzo menggeleng melihat sikap Dea.Keras kepala."My mafia, lu tau, enggak. Bunda ngerestuin hubungan kita, loh." Nadira melompat keci
Dari pertama kali Nadira duduk di boncengan Rey, pikiran gadis itu berkelana. Dari bayangan gibran, orang-orang yang menyerangnya dan tentu saja siapa pria tua yang diikat oleh Rey dan teman-temannya dan apa hubungan Arya dengan pria tua itu."Dir, dah sampe." Rey membuyarkan lamunanannya, cowok itu menoleh hanya untuk melihat Nadira yang terlihat mengerjab kemudian turun dari motor Arya yang dia gunakan mengantar cewek tersebut. "Heh, lu kenapa?" tanya Rey takut Nadira kesurupan.Nadira yang dia ajak bicara tersadar. Dia menatap Rey dengan kepala yang di miringkan. "Bang Re, Dira mau nanya. Bapak-bapak yang diikat di kursi itu siapa?"Rey yang mendengarnya terdiam cukup lama sebelum akhirnya mengangkat bahu pertanda dia tidak tahu."Gue juga enggak tahu, Arya yang nyuruh nyulik, tuh, orang," jawabnya singkat. Nadira mengangguk mengerti meski dia masih penasaran."Ya, udah, makasih udah nganter Dira," ucapnya tersenyum lebar.Rey mengacak ra
Nadira dengan cepat menoleh ketika berhasil mematahkan hidung salah satu lawannya.Matanya melotot. "My Mafia," ujarnya tak menutupi nada terkejutnya.Arya berdecak, kemudian kembali fokus ke lawan di depannya. "Fokus, bego. Di belakang lu," katanya menarik Nadira dan dengan tangkas menendang cowok yang akan menghunuskan sebilah pisau pada Nadira.Nadira tersadar kemudian mengangguk mantab, dengan semangat yang kian membara dia mengahajar cowok-cowok di depannya.Hanya butuh waktu 15 menit, dua puluh orang tersebut tergeletak di tanah. Nadira tersenyum menang menatap si cowok bertopeng."Sial, serang!" Kali ini 30 orang beserta dirinya maju. Nadira kian bersemangat, mambuat Arya yang tak sengaja meliriknya menggeleng. Kemudian, Justin yang sadari tadi bersembunyi, kini menampakkan diri. Ikut membantu Nadira, nekat sekalipun dia tahu bahwa dia tak sehebat cewek itu dalam bertarung.Hanya butuh 18 menit kawanan cowok bertopeng itu terkal
"Ya, nabrak." Arga tertawa, dia mencium kening putrinya. Waktu telah menujukan pukul empat sore dan Pria itu tahu bahwa kedua putrinya itu belum makan. "Ayok, kita makan, Dila dan Dira belum makan, 'ka?"Alle menatap kedua putrinya bergantian, menatap kesal. "Kenapa enggak bilang, hum?" Tanyanya menatap Nadira dan Nadira.Nadira masih pernasaran, tetapi melihat bagaimana bundanya kini menatap dirinya, membuat Nadira cengengesan."Hehehe.""Malah nyengir, ayok kita makan." Alle hendak berdiri ketika Arga bersuara."Nda di sini aja sama bang Ilan, biar Ayah aja yang nemenin Dira dan Dila, makan."Menatap sebentar wajah suaminya, Alle akhirnya mengangguk. Dia menoleh ke arah Nadila. "Sana makan dulu," titahnya.Nadila mengangguk, mengusap pelan rambut adiknya kemudian, beranjak dari tempatnya, dia mengikuti Nadira dan ayahnya yang kini berjalan ke arah pintu.Tepat saat mereka keluar dari pintu Bi Nining menghampiri mereka.
Nadira baru saja sampai di depan gerbang rumahnya saat dia melihat Nadila--kembarannya-- berjalan sendiri. Mereka berbeda, sangat jauh berbeda. Jika Nadira pecicilan di sekolah, maka Nadila adalah murid teladan. Jika Nadira suka melanggar peraturan, maka Nadila adalah murid yang taat akan peraturan. Intinya Nadira adalah anak nakal dan Nadila kebalikannya. Persamaan mereka hanya satu, sama-sama suka hal-hal sederhana. Mereka satu batin, jika satu terluka maka yang satunya akan ikut merasakan sakit, begitu pun sebaliknya."Mikirin apa, Dek?" Nadira bertanya ketika Nadila yang masih menunduk tiga langkah di depannya, tersentak. Cewek itu mengerjab kemudian tersenyum lebar melihat kembarannya."Kakak udah pulang? Kenapa enggak masuk?" Bukannya menjawab, Nadila justru bertanya."Iya, ini udah di depan kamu, mau masuk bereng kamu aja, sini," panggilnya. Meminta Nadila untuk mendekat ke arahnya. Nadila mengangguk dan dengan antusias berjalan ke arah saudarannya.
Happy reading**"Oh, jadi gitu, di sekolah kamu sering gosipin dan jelek-jelekin Nda, Kak?"Byurr! Uhuk, uhuk.Lucas tertawa mesi wajahnya basah karena semburan Nadira. Untung cantik dan mulut Nadira itu wangi, jadi Lucas tak marah.Sedangkan Nadira dengan cepat menoleh, seisi kantin ikut menoleh ke arah pintu masuk kantin. Mereka semua tercengang.Seorang wanita paruh baya bak berbie hidup tengah berjalan ke arah Nadira dan melewati mereka, beberapa cowok yang melihat wanita itu mendadak mimisan.Nadira yang melihat siapa datang melotot. "Nda?" Panggilnya tidak percaya.***Seisi kantin terbelalak, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, mereka kira Nadira hanya membual. Namun, ketika melihat lansung Bunda Alle mereka 100% sependapat seperti Nadira bahwa Bunda Alle layaknya malaikat, tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata."Kenapa enggak dilanjutin, Kak?" Tanya Bunda Alle lembut, membuat satu k
Happy reading***"Oh, jadi gitu, di sekolah kamu sering gosipin dan jelek-jelekin Nda, Kak?"Byurr! Uhuk, uhuk.Lucas tertawa mesi wajahnya basah karena semburan Nadira. Untung cantik dan mulut Nadira itu wangi, jadi Lucas tak marah.Sedangkan Nadira dengan cepat menoleh, seisi kantin ikut menoleh ke arah pintu masuk kantin. Mereka semua tercengang.Seorang wanita paruh baya bak berbie hidup tengah berjalan ke arah Nadira dan melewati mereka, beberapa cowok yang melihat wanita itu mendadak mimisan.Nadira yang melihat siapa datang melotot. "Nda?" Panggilnya tidak percaya.***Seisi kantin terbelalak, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, mereka kira Nadira hanya membual. Namun, ketika melihat lansung Bunda Alle mereka 100% sependapat seperti Nadira bahwa Bunda Alle layaknya malaikat, tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata."Kenapa enggak dilanjutin, Kak?" Tanya Bunda Alle lembut, membuat satu kantin
Saat di kelas dan pelajarantengah berlangsung, Nadira duduk di bangkunya lesu, menatap tidak bergairah guru yang sedang menjelaskan pelajaran di depan sana, sesekali tangannya menopang dagunya atau sesekali dia akan mengela napas gusar di sela-sela matanya melirik jam di pergelangan tangannya."Lu kenapa dah, Dir?" Nindia menatap Dea kesal, pasalnya dia terganggu akan kegelisahan sahabatnya itu.Dea menoleh, menatap malas lawan bicaranya. "Diem lu," katanya malas.Nindia di sampingnya cemberut. "Lu kanapa, dah?" tanyanya.Nadira mengabaikan Nindia, membuat cewek itu memutar bola mata malas."Heh, ogeb, lu kenapa? Obat lu abis?" Kembali Nindia bertanyaNadira menoleh kesal, hatinya sedang gundah entah karena apa. Tanpa menjawab pertanyaan Nindia, Nadira mengangkat tangannya, membuat Bu Fika-Guru matematika-menghentikan acara menjelaskannya."Ya, Dira. Kamu mau nanya apa?" Tanya Bu Fika.Nadira mengerjab. "Jam i
6.50Pak Rio menyemburkan kopi hitam yang baru saja dia minum, bukan karena melihat hantu di pagi hari atau bukan juga karena kopi itu masih panas. Melainkan melihat Nadira baru saja memasuki gerbang SMA Bina Bakti.Ya dia adalah Nadira Anjani Armaleo, gadis yang tiap harinya datang ke sekolah pada siang hari. Dan hari ini, rekor baru telah terjadi di Bina Bakti. Tanpa sadar Pak Rio keluar dari pos jaganya, berdiri di luar guna menyambut kedatangan Nadira."Apakah ini salah satu tanda-tanda kiamat akan segera tiba." Pak Rio berkata tepat saat Nadira dua langkah di depannya, menyindir.Nadira yang mendengarnya menyengir, ikut menatap langit yang cerah seperti apa yang Pak Rio lakukan."Bapak kenapa?" tanyanya ikut menatap langit sana-sini."Neng Dira teh sehat? Atau keabisan obat?" tanya Pak Rio memutari tubuh Nadira.Nadira memutar bola mata, kesal. "Sehat atuh Pak, walafiat malah," balasnya mengerucut kesal. "Udah, ah, Dira mau
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen