Happy reading
***
"Oh, jadi gitu, di sekolah kamu sering gosipin dan jelek-jelekin Nda, Kak?"
Byurr! Uhuk, uhuk.
Lucas tertawa mesi wajahnya basah karena semburan Nadira. Untung cantik dan mulut Nadira itu wangi, jadi Lucas tak marah.
Sedangkan Nadira dengan cepat menoleh, seisi kantin ikut menoleh ke arah pintu masuk kantin. Mereka semua tercengang.
Seorang wanita paruh baya bak berbie hidup tengah berjalan ke arah Nadira dan melewati mereka, beberapa cowok yang melihat wanita itu mendadak mimisan.
Nadira yang melihat siapa datang melotot. "Nda?" Panggilnya tidak percaya.
***
Seisi kantin terbelalak, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, mereka kira Nadira hanya membual. Namun, ketika melihat lansung Bunda Alle mereka 100% sependapat seperti Nadira bahwa Bunda Alle layaknya malaikat, tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.
"Kenapa enggak dilanjutin, Kak?" Tanya Bunda Alle lembut, membuat satu kantin
Happy reading**"Oh, jadi gitu, di sekolah kamu sering gosipin dan jelek-jelekin Nda, Kak?"Byurr! Uhuk, uhuk.Lucas tertawa mesi wajahnya basah karena semburan Nadira. Untung cantik dan mulut Nadira itu wangi, jadi Lucas tak marah.Sedangkan Nadira dengan cepat menoleh, seisi kantin ikut menoleh ke arah pintu masuk kantin. Mereka semua tercengang.Seorang wanita paruh baya bak berbie hidup tengah berjalan ke arah Nadira dan melewati mereka, beberapa cowok yang melihat wanita itu mendadak mimisan.Nadira yang melihat siapa datang melotot. "Nda?" Panggilnya tidak percaya.***Seisi kantin terbelalak, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, mereka kira Nadira hanya membual. Namun, ketika melihat lansung Bunda Alle mereka 100% sependapat seperti Nadira bahwa Bunda Alle layaknya malaikat, tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata."Kenapa enggak dilanjutin, Kak?" Tanya Bunda Alle lembut, membuat satu k
Nadira baru saja sampai di depan gerbang rumahnya saat dia melihat Nadila--kembarannya-- berjalan sendiri. Mereka berbeda, sangat jauh berbeda. Jika Nadira pecicilan di sekolah, maka Nadila adalah murid teladan. Jika Nadira suka melanggar peraturan, maka Nadila adalah murid yang taat akan peraturan. Intinya Nadira adalah anak nakal dan Nadila kebalikannya. Persamaan mereka hanya satu, sama-sama suka hal-hal sederhana. Mereka satu batin, jika satu terluka maka yang satunya akan ikut merasakan sakit, begitu pun sebaliknya."Mikirin apa, Dek?" Nadira bertanya ketika Nadila yang masih menunduk tiga langkah di depannya, tersentak. Cewek itu mengerjab kemudian tersenyum lebar melihat kembarannya."Kakak udah pulang? Kenapa enggak masuk?" Bukannya menjawab, Nadila justru bertanya."Iya, ini udah di depan kamu, mau masuk bereng kamu aja, sini," panggilnya. Meminta Nadila untuk mendekat ke arahnya. Nadila mengangguk dan dengan antusias berjalan ke arah saudarannya.
"Ya, nabrak." Arga tertawa, dia mencium kening putrinya. Waktu telah menujukan pukul empat sore dan Pria itu tahu bahwa kedua putrinya itu belum makan. "Ayok, kita makan, Dila dan Dira belum makan, 'ka?"Alle menatap kedua putrinya bergantian, menatap kesal. "Kenapa enggak bilang, hum?" Tanyanya menatap Nadira dan Nadira.Nadira masih pernasaran, tetapi melihat bagaimana bundanya kini menatap dirinya, membuat Nadira cengengesan."Hehehe.""Malah nyengir, ayok kita makan." Alle hendak berdiri ketika Arga bersuara."Nda di sini aja sama bang Ilan, biar Ayah aja yang nemenin Dira dan Dila, makan."Menatap sebentar wajah suaminya, Alle akhirnya mengangguk. Dia menoleh ke arah Nadila. "Sana makan dulu," titahnya.Nadila mengangguk, mengusap pelan rambut adiknya kemudian, beranjak dari tempatnya, dia mengikuti Nadira dan ayahnya yang kini berjalan ke arah pintu.Tepat saat mereka keluar dari pintu Bi Nining menghampiri mereka.
Nadira dengan cepat menoleh ketika berhasil mematahkan hidung salah satu lawannya.Matanya melotot. "My Mafia," ujarnya tak menutupi nada terkejutnya.Arya berdecak, kemudian kembali fokus ke lawan di depannya. "Fokus, bego. Di belakang lu," katanya menarik Nadira dan dengan tangkas menendang cowok yang akan menghunuskan sebilah pisau pada Nadira.Nadira tersadar kemudian mengangguk mantab, dengan semangat yang kian membara dia mengahajar cowok-cowok di depannya.Hanya butuh waktu 15 menit, dua puluh orang tersebut tergeletak di tanah. Nadira tersenyum menang menatap si cowok bertopeng."Sial, serang!" Kali ini 30 orang beserta dirinya maju. Nadira kian bersemangat, mambuat Arya yang tak sengaja meliriknya menggeleng. Kemudian, Justin yang sadari tadi bersembunyi, kini menampakkan diri. Ikut membantu Nadira, nekat sekalipun dia tahu bahwa dia tak sehebat cewek itu dalam bertarung.Hanya butuh 18 menit kawanan cowok bertopeng itu terkal
Dari pertama kali Nadira duduk di boncengan Rey, pikiran gadis itu berkelana. Dari bayangan gibran, orang-orang yang menyerangnya dan tentu saja siapa pria tua yang diikat oleh Rey dan teman-temannya dan apa hubungan Arya dengan pria tua itu."Dir, dah sampe." Rey membuyarkan lamunanannya, cowok itu menoleh hanya untuk melihat Nadira yang terlihat mengerjab kemudian turun dari motor Arya yang dia gunakan mengantar cewek tersebut. "Heh, lu kenapa?" tanya Rey takut Nadira kesurupan.Nadira yang dia ajak bicara tersadar. Dia menatap Rey dengan kepala yang di miringkan. "Bang Re, Dira mau nanya. Bapak-bapak yang diikat di kursi itu siapa?"Rey yang mendengarnya terdiam cukup lama sebelum akhirnya mengangkat bahu pertanda dia tidak tahu."Gue juga enggak tahu, Arya yang nyuruh nyulik, tuh, orang," jawabnya singkat. Nadira mengangguk mengerti meski dia masih penasaran."Ya, udah, makasih udah nganter Dira," ucapnya tersenyum lebar.Rey mengacak ra
Hari ini Nadira beraktivitas seperti biasanya, kembali membuat para guru naik darah dan tentu saja mengejar Arya dengan antusias."Aryaa." Heboh Nadira melihat motor Arya baru saja memasuki gerbang SMA Bina Bakti. Arya yang mendengar itu memutar bola mata malas. Sejak Dea datang di hidupnya, Arya jadi tak tenang. Cewek itu akan dengan senang hati mengacaukan ketenangannya."Hai, My mafia," sapanya ceria. Di tangannya ada sebuah kotak bekal, bunda Alle yang membuatnya. "Nih, bunda yang buatin, katanya buat lu." Dea menyerahkan kotak di tangannya, yang langsung diterima Arion. Cowok itu bukan tipe cowok di novel yang akan membuang pemberian orang lain, dia lebih suka menghargainya, lagian masakan bunda Nadira itu enak."Thanks," balas Arion meninggalkan Dea. Cewek itu berdecak kemudian mengikuti Arya. Rey, Lingga dan Kenzo menggeleng melihat sikap Dea.Keras kepala."My mafia, lu tau, enggak. Bunda ngerestuin hubungan kita, loh." Nadira melompat keci
Nadira Anjani Armaleo.Nama yang bagus, terlalu bagus untuk disematkan padanya. Nama Nadira seharusnya identik gadis anggun, pemalu dan ceria. Namun, tidak dirinya. Aih, kecuali ceria tentunya. Bahkan semua orang akan mengira dirinya kelebihan dosis kecerian.Dia tidak anggun. Dia itu; bar-bar, suka ceplos-ceplos, cerewet dan masih banyak sikapnya yang bisa membuat sang bunda menggeleng tak habis pikir.Kata bunda, namanya diambil dari nama gadis kecil yang datang di mimpi bunda-- Alleira Cahaya Starla-- sesosok gadis cantik dan menggemaskan, mengaku sebagai Nadira dan anak bunda, hanya itu cerita singkat asal muasal namanya.Sedangkan Anjani, nama ibu dari Hanoman di film Sinta dan Rama. Bunda adalah menggemar garis depan film-film india. Itulah sebabnya nama tengahnya nama itu.Nadira punya kembaran; namanya, Nadila Sinta Armaleo dan adik laki-laki bernama Gibran Arnov Armaleo.Dari mana nama-nama itu? Tentu saja dari mim
Coba tanya pada setiap sudut di SMA Bina Bakti tentang siapa Nadira Anjani Armaleo?Maka jawaban hampir seluruh murid, guru, satpam, ibu dan bapak kantin, benda mati, tumbuhan, cicak, kecoa, semut serta udara atau angin yang tak sengaja lewat akan dengan lantang menjawab;Suka melanggar peraturan, sering membuat guru naik darah, suka bolos, ikut tauran, intinya dia gadis bermasalah. Silangganan ruang BK, tapi anehnya orang tuanya tidak pernah dipanggil.Jika ada yang bertanya apa sikap yang bisa dijadikan panutan? Maka jawabannya; kesetiaan gadis itu dalam berteman, keceriaan yang tak pernah pudar sekalipun dia dihukum membersihkan toilet, kebaikan hatinya dalam membela anak-anak yang di bully, otak cerdas turunan sang ayah, dan terakhir ramah.Kata bunda, sikap jelek Nadira adalah turunan dari sang ayah sedangkan sikap baik gadis itu sudah jelas adalah turunan darinya, wah keren sekali.Pagi itu Nadira melangkah santai, tidak peduli