"Kau sangat berisik, apa perlu aku membungkammu dengan cara yang berbeda? Hum?" kata Ethan sambil menatap tajam wanita yang kini menginjaknya seakan ia adalah orang yang sangat tak ada harganya.
"Oh, ya? Kau berani?" tantang Crystal tak gentar. Ethan kini menatap liar Crystal dari telapak kaki hingg ke satu titik di tubuh Crystal tanpa berkedip. Jangan lupakan tangannya yang kini telah berhasil menggenggam betis indah wanita itu. Crystal terkesiap dan berusaha melepas kakinya dari genggaman Ethan. "Lepaskan!!" perintah Crystal dengan marah. "Kau sudah menggodaku sampai seperti ini, bagaimana mungkin aku bisa melepaskanmu dengan mudah, Nyonya Trovatelli?" "Aku tidak menggodamu, Bodoh! Lepaskan kakiku!" Ethan kini dengan usilnya malah mengusap-usap kaki Crystal hingga lutut hingga membuat Crystal berusaha untuk menarik-narik kakinya dari genggaman tangan Ethan. Bukan salah Ethan jika Crystal yang memancingnya. Ethan kini malah memiringkan tubuhnya. Dengan setengah duduk ia malah memeluk kaki Crystal yang satunya dan menci umnya dengan sengaja, sementara tangan yang satu masih memegang kaki Crystal yang lainnya. "Bajingan!!" maki Crystal. Wanita itu berontak dan berhasil melepaskan sebelah kakinya dari genggaman tangan Ethan. Lalu dengan kaki itu pula Ethan ditendang oleh Crystal tepat di dada hingga membuat Ethan yang tak siap sampai terjungkal jatuh dari ranjang. "Brengsek!! Aku sudah memperingatkanmu, jangan berani-berani mencoba untuk menyentuhku, bahkan meski itu hanya memikirkannya!" umpat Crystal dengan kesal. Ethan terkekeh kecil melihat sikap Crystal yang seperti anak-anak. Dengan lantangnya wanita itu memakinya bahkan menantangnya tadi, tetapi saat Ethan menerima tantangannya, wanita itu malah berkata jangan berani-berani untuk menyentuhnya. Sungguh wanita yang sangat tidak konsisten! "Apa yang kau tertawakan, hmm? Kau menganggap ini lucu? Hah?" Ethan geleng-geleng kepala sambil mencoba untuk bangkit dari lantai. Namun Crystal kembali menyerang dan melemparinya dengan beberapa bantal. "Keluar dari kamarku, Ethan!!" teriaknya. "Oke, baiklah, baiklah! Tak perlu menjerit-jerit seperti itu. Suaramu membuatku tuli. Dan sikapmu yang seperti ini akan membuat orang lain berpikir kalau aku tidak bisa membuatmu puas di malam pertama. Ck! Sangat memusingkan!" balas Ethan sambil berdiri. Usai mengatakan itu Ethan pun berdiri dan beranjak meninggalkan Crystal di kamarnya. "Hei, Ethan! Tidurlah di kamar sebelah! Kamar itu kosong!" Ethan masih mendengar seruan Crystal dengan suaranya yang sangat berpotensi membuat gendang telinga pecah itu. Namun rasa lelah membuat Ethan untuk mengabaikannya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 10 pagi kala terdengar suara seorang wanita memanggil-manggil nama Clarice. "Clarice!" Ceklek! Terdengar suara suara kenop pintu diputar. "Clar ..." Sesosok wajah terlihat muncul dari balik pintu. Wajah khas baru bangun tidur dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan. "Selamat pagi, Crys!" sapa Ethan. Terlihat Crystal mengucek-ngucek matanya seakan tak percaya pada apa yang dilihatnya. "Clarissa, ucapkan selamat pagi pada Mama," suruh Ethan pada bocah kecil yang berada di depannya. "Hai, Mama. Selamat pagi," sapa Clarissa, gadis manis dengan sikap pemalunya itu. Crystal mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali seolah tak percaya pada apa yang dilihatnya. "Kau! Apa yang kau lakukan?" tanya Crystal. Crystal kini masuk mendekati Ethan yang sedang menguncir rambut Clarissa. Antara takjub dan kagum melihat Ethan begitu mahir menguncir rambut Clarissa. "Memangnya apa?" tanya Ethan balik dengan raut wajah tak merasa berdosa. Setelah sekian detik wanita itu sempat kagum pada Ethan yang sangat pintar menguncir rambut Clarissa, kini Crystal geleng-geleng kepala seakan sedang mengutuk tindakannya ya g sepertinya mengagumi Ethan. "Apa yang kau lakukan pada putriku?" "Aku sedang menguncir rambutnya dan mendandaninya. Apa kau sebelumnya belum pernah melihat seorang ayah melakukan ini pada putrinya?" cibir Ethan. Wanita itu mengernyitkan kening dan kini tampak keberatan mendengar jawaban Ethan. "Kamu bukan ayahnya! Stop melakukan itu. Dia sudah punya pengasuh sendiri. Pengasuhnya lebih tahu mendandani dia daripada kamu!" "Oh, ya! Mungkin saja. Tapi dengan sering-sering melakukan hal seperti ini antara anak dan orang tua, akan tercipta ikatan batin yang lebih kuat. Kalau boleh kutebak, kamu pasti tak pernah melakukan hal ini padanya, kan?" kekeh Ethan. Kali ini Ethan telah selesai menguncir dua rambut ikal berwanrna kecoklatan milik Clarissa dengan ikat rambut berbentuk strawberry hingga wajah gadis kecil berusia dua setengah tahun itu terlihat semakin lucu dan menggemaskan. "Selesai!" seru Ethan. Clarissa ingin menarik-narik rambutnya yang baru saja dikuncir oleh Ethan. "No, no, no! Jangan dilepas, Sayang! Kau terlihat cantik dengan kunciran seperti itu!" larang Ethan ketika gadis kecil itu ingin melepas ikatan rambut yang sudah susah payah ia pelajari dari internet. Crystal buru-buru mendekat dan menghampiri Clarissa yang duduk di meja riasnya. "Clarice, kau sudah sarapan belum?" tanya Crystal pada putrinya itu, sekalian ia mengerling pada baby sitter anaknya menunggu jawaban dari wanita itu. "Clarissa belum sarapan, Nona," jawab Ana, sang baby sitter. "Kalau begitu bawa Clarice sarapan sekarang. Sudah jam berapa ini?" katanya, lagi-lagi mengerling ke dinding, sehingga baby sitter itu pun paham dan ikut mengerling ke arah sana. "Baiklah, Nona," jawab wanita itu, segera membawa Clarice ke luar dari kamar itu. Sekarang tinggallah Ethan dan Crystal di ruangan ini. "Kau tidak perlu mengambil hati Clarice seperti itu. Jangan report-repot!" kecam Crystal tak suka. "Aku tidak repot. Dan aku merasa itu perlu. Lagi pula kemarin saat resepsi, Papa Ben (Sebutan untuk Benigno) menyuruhku untuk tidak melakukan apa pun dan di rumah saja menjaga Clarissa. Jadi dimana salahku kalau aku sekarang ikut merawat putriku?" balas Ethan. "Dia bukan putrimu!" "Secara hukum dia putriku, walaupun yah ... secara biologis kau bisa membantah itu," tandas Ethan. Wanita itu terlihat kesal mendengar jawaban dari Ethan. Sementara Ethan kini melipat tangannya di depan dada dan menunggu jawaban Crystal seakan menantangnya. "Lupakan soal mengasuh anak. Sebaiknya sekarang kau pergi bekerja. Lakukan apa pun yang kau suka dengan mobil-mobil rusakmu itu atau apa pun itu. Jangan bertingkah konyol dengan menjadi baby sitter pengganti untuk putriku!" tandas Crystal. "Ok, yesss!!! Baiklah, Nyonya! Kalau kau sudah mengijinkan, aku akan kembali pada pekerjaanku!" seru Ethan girang sambil beryes-yes ria. Sementara itu Crystal hanya memandang dengan raut wajah malas tingkahnya yang sudah seperti seseorang yang telah memenangkan lotre itu. "Oh, ya Crys, boleh aku tahu kenapa kau memanggil Clarissa dengan sebutan Clarice?" tanya Ethan. "Tidak apa-apa. Aku hanya kurang suka pada nama yang diberikan oleh Alessandro itu. Nama itu dia ambil dari nama kekasihnya yang berasal dari Asia. Sungguh konyol memberi nama mantan kekasihnya pada anak sendiri!" gerutu Crystal. "Sepertinya kamu salah paham. Sebelum menikah denganmu, Alessandro tak pernah punya kekasih," kata Ethan membela kakaknya. "Kau jangan sok tahu! Aku mengenal Alessandro dari sejak kami masih sekolah. Dan aku mengenal Clarissa kekasihnya dengan alibi hanya teman itu. Itu sebab aku memanggil putriku dengan panggilan Clarice. Artinya pun sama saja dengan Clarissa, kan? Lagi pula aku sudah berniat mengganti namanya dengan Clarice ke pengadilan negeri, mumpung Clarice masih kecil. Jadi jangan tanyakan itu lagi!" kata Crystal dengan kesal. Ethan manggut-manggut mendengarkan. "Aku rasa kau hanya cemburu pada wanita bernama Clarissa, temannya Alessandro itu, Crys," ejek Ethan. "Aku cemburu? Cih! Pada si culun itu?" balas Crystal remeh. "Ya. Memang kenapa? Apa ada yang salah kalau seorang istri mencemburui wanita yang pernah dekat dengan suaminya? Itu tandanya cinta." Dengan kesal Crystal menendang kaki Ethan. "Awww!! Kau kenapa, Crys?!" pekik Ethan. Sungguh wanita yang kasar. "Biar aku perjelas padamu. Aku tidak mencintai Alessandro! Aku tidak cemburu padanya!" "Baiklah, aku percaya," cibir Ethan dalam artian sebaliknya. Selama ini Ethan mungkin tidak terlalu tahu bagaimana kehidupan rumah tangga kakaknya karena jarak yang memisahkan keduanya. Ia berpikir hanya Benigno yang tidak menyukai Alesandro. Nyatanya Crystal pun sama. Alessandro Besson bukanlah pria yang disukai oleh Crystal ataupun Benigno. Hanya karena satu malam yang membuat Crystal dan Alessandro mabuk di sebuah pesta dan berakhir dengan Crystal yang mengandung Clarissa di usianya yang masih sangat muda, Alessandro harus menikahi Crystal. Setidaknya itulah yang Ethan dengar. Alessandro sendiri tewas di tangan gangster lain, musuh dari mertuanya sendiri. Yang Ethan tahu sebelum menikahi Crystal Alessandro memang hanya polisi dengan pangkat rendah dan gaji tak seberapa, dan sudah pasti tak masuk hitungan dalam kualifikasi menantu idaman seorang mertua seperti Benigno Mensina. "Aku serius, aku benar-benar tidak mencintai kakakmu itu!" Crystal masih ngeyel dengan statemennya "Ya, ya, ya! Teruslah menyangkal. Kalau bukan karena cinta apa mungkin kau dan kakakku memiliki Clarissa?" cibir Ethan. "Terserah kau percaya atau tidak!" Crystal tak menghiraukan cibiran Ethan. Wanita itu kini melengos pergi dari hadapan Ethan. Setelah mendapat ijin dari Crystal, maka Ethan pun segera kembali ke kamarnya dan mandi. Tak lama ia keluar, ia pun telah mengenakan baju kaos tanpa lengan dan celana jeans robek-robek di lutut, siap untuk berangkat. Namun di depan ia bertemu dengan Benigno. "Kau mau kemana?" tanya Benigno dengan nada penuh curiga pada menantunya itu. "Aku ingin ke bengkel, Papa Ben," jawabnya. "Bengkel? Apa mobil di rumah ini ada yang rusak?" tanyanya bingung. Ia lupa kalau Ethan adalah mekanik. "Kalau ada yang rusak, beri tahu aku. Aku akan memperbaikinya!" jawab Ethan dengan entengnya. "Lalu kalau begitu kau mau kemana?" tanya Benigno. "Ke bengkel milikku sendiri." "Punyamu?" "Ya, sebelum aku menikahi Crystal dan kembali ke kota ini, aku sudah memiliki tabungan dan langsung mengurus segalanya. Menyewa tempat strategis di pinggir jalan, membeli semua peralatan siap pakai. Aku pikir aku perlu pekerjaan atau usaha untuk menghidupi anak istriku," jawab Ethan dengan raut berbinar. Tetapi ternyata oleh Benigno malah ditanggapi sebaliknya. "Tidak bisa! Jangan lakukan pekerjaan tak berguna itu lagi! Kau jangan bodoh seperti kakakmu Alessandro. Kau kira hanya dengan bekerja sebagai mekanik mobil bisa mencukupi kebutuhan Crystal dan Clarissa? Bahkan harga sepatu Clarice saja, cukup untuk biaya hidupmu selama setengah tahun!" hina Benigno. ****"Lalu, kalau begitu apa yang harus kukerjakan?" tanya Ethan."Jordy!" panggil Beniqno pada anak buahnya. "Ya, Bos!" Jordy segera mendekat."Aku menyuruhmu untuk menjelaskan pada Ethan tentang seluk beluk kasino kita yang berada di dekat pelabuhan! Mulai sekarang kau harus membimbing dia agar bisa menjadi penggantiku memimpin The Black Roses, pimpinan mafia terhebat sepanjang masa!" kata Benigno dengan penuh kebanggaan.Ethan terlihat menganga. Bukannya apa-apa, mertuanya bilang dia akan dibimbing untuk menjadi mafia terhebat sepanjang masa. Yang benar ..."Maaf, Papa Ben! Bolehkah aku menolak? Aku rasa aku lebih cocok menjadi seorang mekanik," tolak Ethan dengan hati-hati."Kau tidak boleh menolak! Aku menikahkanmu dengan putriku Crystal bukan agar kau bebas melakukan pekerjaan tak berguna itu! Cukup sekali aku memiliki menantu tak berguna. Jangan menjadi Alessandro kedua! Selain itu kalau bukan kau yang akan meneruskan kepemimpinan The Black Roses, lalu siapa lagi?"Ethan sampai men
"Papa?" pekik Crystal tertahan."Sebaiknya kalian berdua menikah saja," usul Benigno."Tidak! Aku tidak mau! Apa-apaan Papa mengusulkan hal seperti itu. Aku tidak mau menikah dengannya!" tolak wanita itu tegas."Crys ....""Apa Papa masih sehat? Papa ingin aku menikah dengannya? Hah! Buat apa! Itu ide paling konyol dan paling gila yang pernah ku dengar!" umpat wanita itu lagi."Crys, ikut Papa sebentar!"Setelah meminta ijin pada pengacara itu, Benigno pun menarik Crystal ke luar sebentar. "Crys, tolong mengerti! Kau setujui saja permintaan Papa untuk kau menikah dengannya. Ini hanya untuk sementara, Crys!"Crystal geleng-geleng kepala."Tidak, tidak, tidak ... ini gila! Aku tidak mau menuruti inginnya Papa. Itu tidak lucu sama sekali.""Hanya sementara, Crys. Sampai Papa menemukan satu alasan kuat untuk menendang dia dari kehidupanmu dan Clarissa. Kau tahu kan kalau Papa tidak bisa berurusan dengan hukum dulu akhir-akhir ini?""Tapi aku mana mungkin menikah dengan orang itu. Dia adi
"Ethan, antar ini ke meja nomor delapan!" seru kepala pelayan pada Ethan yang baru saja datang dari mengantar minuman di meja dua belas. "Okay! Aku datang!" seru Ethan seraya menghampiri kepala pelayan yang segera menyambutnya dengan nampan yang di atasnya telah disusun beberapa kaleng minuman bersoda siap minum. Segera keduanya bertukar nampan kosong dengan nampan yang harus diantar oleh Ethan pada pengunjung tamu yang berada di meja nomor delapan. Mensina Grand Casino adalah kasino terbesar di wilayah kota C dan sekitarnya. Sebanyak 500 mesin judi dan 100 meja judi poker dan meja judi lainnya ada disitu. Bukan hanya itu, Mensina Grand Casino juga memiliki hotel dengan jumlah kamar 590 kamar serta memiliki 8 restoran di dalamnya. Untuk para wanita yang senang bermain judi, di sini juga mereka bisa menggunakan jasa salon pribadi. Dan untuk kaum pria para petualang cinta satu malam, Mensina Grand Casino juga menyediakan ada banyak wanita
"Taruhanmu yang sebenarnya adalah €500 bukan €15. Silahkan dibayar, Tuan!" Semua terkejut akan penemuan Ethan. Sungguh mereka tidak menyangka kalau orang yang mereka kira selama ini sebagai raja judi ternyata tak lebih dari seorang pecundang yang suka bermain curang."Breng sek!! Apa-apaan ini? Kau membodohi kami semua di sini?" teriak salah seorang dengan emosi. Bagaimana tidak emosi? Selama beberapa kali bertaruh dalam satu hari ini di meja judi ia selalu saja kalah. Bahkan kekalahannya di putaran terakhir ini adalah satu-satunya uang terakhir yang ia punya. Sekarang ada orang yang dengan seenaknya bermain curang. Siapa yang bisa dengan mudah menerima hal itu?"Aku tidak bermain curang! Pelayan ini bohong! Kalian kalah makanya kalian ini padaku. Itu sebabnya kalian menyuruh pelayan ini untuk berpura-pura menangkap basah aku. Padahal aku tidak berbuat curang sama sekali!" sangkal Mark.Mark masih saja ingin membantah. Ia tidak mau meng
Crystal seperti biasa bangun setelah jarum jam menunjukkan di atas pukul 08.00 pagi. Rutinitas pagi hariannya begitu ia bangun adalah membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumah ini. Lalu seperti hari-hari sebelumnya iapun akan keluar ke balkon dan menikmati udara pagi sekaligus matahari pagi untuk ia sedikit berjemur. Katanya sinar matahari pagi dibawah jam 9 pagi sangat bagus untuk kesehatan kulit dan tulang. Oleh karena itu wanita itu selalu menyempatkan diri untuk berjemur di pagi hari.Mungkin semua akan terasa biasa, andai pagi ini ia tidak melihat dan merasakan sesuatu yang sedikit berbeda seperti saat ini ia melihat si bo-doh Ethan itu sedang berada di depan kap mobil terbuka milik ayahnya. Ethan terlihat serius sedang memperbaiki mobil itu. Dengan kain lap dan kunci-kunci di tangannya serta hitam oli yang sedikit belepotan di wajahnya membuat ia terlihat tampan dan eksotik. Setidaknya demikianlah penilaian pribadi Crystal sekilas pandang kepadanya.
Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka."Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu."Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!" "Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan.Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa.Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu.Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia me
"Kau belum ingin jujur padaku tentang siapa kau sebenarnya?" tanya Crystal kepada Ethan. Ethan yang sedang berbaring begitu saja di rumput tanpa alas itu menatap wajah Crystal dengan pandangan malas. "Ethan!!!" Dengan tak sabar, Crystal pun mengguncang-guncangkan bahu Ethan. "Astaga!! Perempuan ini?! Tidak bisakah kau sedikit tenang? Sehari saja mulutmu itu tidak berisik, apa tidak bisa?!" umpat Ethan dengan sebal. "Makanya kamu jawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kau?" tanya Crystal dengan sedikit memaksa, berharap ia mendapat jawaban lain selain dari identitas yang ia dan ayahnya ketahui. "Kamu sungguh-sungguh ingin tahu siapa aku?" tanya Ethan. "Kau yakin tidak akan menyesalinya nanti jika kau sudah tahu siapa aku?" Crystal memasang wajah ketus. "Untuk apa aku menyesalinya? Aku bahkan tidak mencintaimu. Dan hanya orang yang mencintai kekasihnya dengan sungguh-sungguh lah yang
Setelah mengantar Crystal dan Clarissa kembali ke kediaman Benigno, Ethan berpamitan ingin buru-buru pergi."Hei, kau masih ingin kemana lagi?" tanya Crystal kepada Ethan.Ethan yang sudah membuka pintu mobil siap berangkat kembali, kini berbalik dan menatap Crystal."Apa kau sedang bersikap seperti istri posesif yang sedang mencurigai suaminya?" selorohnya.Mendengar selorohan Ethan, tak urung membuat Crytal menjadi kesal karenanya."Terserah kau saja, Breng sek!" umpatnya sambil geleng-geleng kepala.Crystal benar-benar tak habis pikir kenapa Ethan memiliki sifat yang luar biasa tidak tahu diri cenderung ke tak tahu malu.Kemudian pria itu pun pergi dengan tawa berderai karena berhasil membuat Crystal menjadi kesal karenanya."Mama, Papa kemana?" tanya Clarissa.Crystal mengernyitkan keningnya kesal. Lihatlah! Bahkan putrinya saat ini benar-benar telah terpengaruh oleh kehadiran Ethan. "Saya
Pagi datang dan matahari terlihat cerah menyinari kawasan bumi Sisilia. Musim panas di Sisilia sama saja dengan musim panas di daerah lainnya. Cerah dan menyenangkan tentu saja, membuat masyarakat daerah setempat bersemangat dalam mengawali rutinitas hariannya. Begitu pun Ethan yang terlihat bersemangat keluar dari kamarnya dan turun menuju ruang makan di rumah Benigno Mensina.Bak rumahnya sendiri, ia pun bergabung dengan para penghuni rumah lainnya untuk sarapan. Selembar roti bakar ia tarik dari pemanggangnya tanpa mempedulikan asisten rumah tangga yang sedikit uring-uringan karena roti itu dipersiapkan untuk Tuan besarnya, Benigno Mensina."Hallo, selamat pagi semuanya!" sapanya dan langsung menyambar segelas cappuccino latte milik Crystal dan meneguknya.Crystal langsung saja melotot melihat betapa tidak tahu dirinya lelaki itu."Apa kau tak bisa sabar menunggu minumanmu disiapkan terlebih dahulu?" omel Crystal.Ah, ya .... Tumben s
"Kau lelaki ba jingan!" desis Crystal marah.Ia kini sedang bersandar pada headboard ranjang setelah beberapa saat yang lalu Ethan berhasil menyetu buhinya. Lelaki itu sangat kuat, ia sampai tidak berdaya melawan. Ah, bukan! Crystal tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Lebih tepatnya Ethan sangat lihai sehingga ia bisa bungkam melihat dan merasakan lelaki itu berbuat semaunya padanya. Awalnya ia ingin memberontak, tetapi tetap saja ia adalah perempuan yang lemah. Lemah secara fisik dan juga .... iman. Sia lan!Ethan tidak menanggapi. Ia hanya tersenyum tipis mendengar Crystal yang mengomel dan menatapnya seperti aura orang yang ingin menelannya hidup-hidup."Apa yang kau tertawakan, Breng sek!" Crystal melempar sebuah bantal ke arah Ethan yang segera ditangkap oleh pria itu dengan sigap."Cukup, Crys! Aku tak ada waktu meladenimu. Harusnya kau berpikir ulang sebelum kau menuduhku berbuat macam-macam. Jika memang aku berselingkuh di hotel dengan pa
"Kau baru pulang?" Ethan yang baru saja membuka pintu cukup terkejut melihat siapa yang kini sedang berbaring di ranjangnya."Apa yang kau lakukan disini, Crys?" Crystal yang sedari tadi menunggu di kamar Ethan melihat pria itu hanya berdiri di ambang pintu, kini memiringkan tubuhnya sambil menopang kepalanya dengan pose yang uhhh, cukup menggoda! Bagaimana tidak menggoda? Wanita itu menunggu di kamarnya hanya dengan menggunakan lingerie satin berwarna hitam yang walaupun tidak minim dan terbuka, tetapi gaun malam itu cukup kooperatif membentuk tubuh Crystal hingga terlihat lekuk-lekuk sekali lagi ohhh, sangat menggoda iman. Entah apa maksud wanita itu bersikap seperti itu, tetapi yang jelas Ethan cukup merasa terganggu karenanya. Bagaimana pun dia pria normal, you know? Dan Crystal entah dengan niat apa sengaja menunggunya di kamar dengan pose seperti itu."Wow, garang sekali kau, Ethan? Apa kau tidak tergoda melihatku? Apa bertemu d
Setelah mengantar Crystal dan Clarissa kembali ke kediaman Benigno, Ethan berpamitan ingin buru-buru pergi."Hei, kau masih ingin kemana lagi?" tanya Crystal kepada Ethan.Ethan yang sudah membuka pintu mobil siap berangkat kembali, kini berbalik dan menatap Crystal."Apa kau sedang bersikap seperti istri posesif yang sedang mencurigai suaminya?" selorohnya.Mendengar selorohan Ethan, tak urung membuat Crytal menjadi kesal karenanya."Terserah kau saja, Breng sek!" umpatnya sambil geleng-geleng kepala.Crystal benar-benar tak habis pikir kenapa Ethan memiliki sifat yang luar biasa tidak tahu diri cenderung ke tak tahu malu.Kemudian pria itu pun pergi dengan tawa berderai karena berhasil membuat Crystal menjadi kesal karenanya."Mama, Papa kemana?" tanya Clarissa.Crystal mengernyitkan keningnya kesal. Lihatlah! Bahkan putrinya saat ini benar-benar telah terpengaruh oleh kehadiran Ethan. "Saya
"Kau belum ingin jujur padaku tentang siapa kau sebenarnya?" tanya Crystal kepada Ethan. Ethan yang sedang berbaring begitu saja di rumput tanpa alas itu menatap wajah Crystal dengan pandangan malas. "Ethan!!!" Dengan tak sabar, Crystal pun mengguncang-guncangkan bahu Ethan. "Astaga!! Perempuan ini?! Tidak bisakah kau sedikit tenang? Sehari saja mulutmu itu tidak berisik, apa tidak bisa?!" umpat Ethan dengan sebal. "Makanya kamu jawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kau?" tanya Crystal dengan sedikit memaksa, berharap ia mendapat jawaban lain selain dari identitas yang ia dan ayahnya ketahui. "Kamu sungguh-sungguh ingin tahu siapa aku?" tanya Ethan. "Kau yakin tidak akan menyesalinya nanti jika kau sudah tahu siapa aku?" Crystal memasang wajah ketus. "Untuk apa aku menyesalinya? Aku bahkan tidak mencintaimu. Dan hanya orang yang mencintai kekasihnya dengan sungguh-sungguh lah yang
Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka."Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu."Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!" "Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan.Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa.Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu.Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia me
Crystal seperti biasa bangun setelah jarum jam menunjukkan di atas pukul 08.00 pagi. Rutinitas pagi hariannya begitu ia bangun adalah membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumah ini. Lalu seperti hari-hari sebelumnya iapun akan keluar ke balkon dan menikmati udara pagi sekaligus matahari pagi untuk ia sedikit berjemur. Katanya sinar matahari pagi dibawah jam 9 pagi sangat bagus untuk kesehatan kulit dan tulang. Oleh karena itu wanita itu selalu menyempatkan diri untuk berjemur di pagi hari.Mungkin semua akan terasa biasa, andai pagi ini ia tidak melihat dan merasakan sesuatu yang sedikit berbeda seperti saat ini ia melihat si bo-doh Ethan itu sedang berada di depan kap mobil terbuka milik ayahnya. Ethan terlihat serius sedang memperbaiki mobil itu. Dengan kain lap dan kunci-kunci di tangannya serta hitam oli yang sedikit belepotan di wajahnya membuat ia terlihat tampan dan eksotik. Setidaknya demikianlah penilaian pribadi Crystal sekilas pandang kepadanya.
"Taruhanmu yang sebenarnya adalah €500 bukan €15. Silahkan dibayar, Tuan!" Semua terkejut akan penemuan Ethan. Sungguh mereka tidak menyangka kalau orang yang mereka kira selama ini sebagai raja judi ternyata tak lebih dari seorang pecundang yang suka bermain curang."Breng sek!! Apa-apaan ini? Kau membodohi kami semua di sini?" teriak salah seorang dengan emosi. Bagaimana tidak emosi? Selama beberapa kali bertaruh dalam satu hari ini di meja judi ia selalu saja kalah. Bahkan kekalahannya di putaran terakhir ini adalah satu-satunya uang terakhir yang ia punya. Sekarang ada orang yang dengan seenaknya bermain curang. Siapa yang bisa dengan mudah menerima hal itu?"Aku tidak bermain curang! Pelayan ini bohong! Kalian kalah makanya kalian ini padaku. Itu sebabnya kalian menyuruh pelayan ini untuk berpura-pura menangkap basah aku. Padahal aku tidak berbuat curang sama sekali!" sangkal Mark.Mark masih saja ingin membantah. Ia tidak mau meng
"Ethan, antar ini ke meja nomor delapan!" seru kepala pelayan pada Ethan yang baru saja datang dari mengantar minuman di meja dua belas. "Okay! Aku datang!" seru Ethan seraya menghampiri kepala pelayan yang segera menyambutnya dengan nampan yang di atasnya telah disusun beberapa kaleng minuman bersoda siap minum. Segera keduanya bertukar nampan kosong dengan nampan yang harus diantar oleh Ethan pada pengunjung tamu yang berada di meja nomor delapan. Mensina Grand Casino adalah kasino terbesar di wilayah kota C dan sekitarnya. Sebanyak 500 mesin judi dan 100 meja judi poker dan meja judi lainnya ada disitu. Bukan hanya itu, Mensina Grand Casino juga memiliki hotel dengan jumlah kamar 590 kamar serta memiliki 8 restoran di dalamnya. Untuk para wanita yang senang bermain judi, di sini juga mereka bisa menggunakan jasa salon pribadi. Dan untuk kaum pria para petualang cinta satu malam, Mensina Grand Casino juga menyediakan ada banyak wanita