Pria yang diteriaki itu tersentak dari keterkejutannya mendengar teriakan Ethan. Spontan ia menoleh pada Ethan yang kini hanya berjarak beberapa meter darinya.
Tak ingin merasa malu karena salah satu anak buahnya tumbang oleh lemparan piring pria itu, Andrew Bosseli tertawa terkekeh dengan nada meremehkan. "Wah, pengantin pria sepertinya sangat marah sekali. Ingin menjadi hero di depan Crystal, heh?" kekehnya. "Baiklah, akan kukabulkan. Jadilah hero untuk istri tersayangmu itu!" Usai mengatakan itu, Andrew lagi-lagi memberi isyarat dengan dagunya agar sniper yang satunya menyerang Crystal. Sniper itu pun mengangkat senjatanya. Ethan yang melihat hal itu langsung berlari secepat angin ke arah sniper itu. Dan .... BUUGGHH!!!! Belum sempat pelatuk itu ditarik, sebuah tendangan dari Ethan mendarat di rahang sniper itu. Sniper itu tumbang dan masih sempat mencoba untuk bangkit, namun satu tendangan lagi dari Ethan di kepalanya cukup membuat pria itu kehilangan tenaga untuk bangkit. "Arggghhh!!" Pekik tertahan lagi-lagi terdengar dari para undangan yang ada di ruangan itu. Mereka terperangah melihat sniper itu kini bernasib sama dengan temannya. Melihat dua sniper yang dibawanya dikalahkan dengan begitu mudah oleh Ethan, Andrew kini menelan salivanya. Semua orang melihat padanya. Dan kini, lihat! Ethan sedang berjalan menuju ke arahnya. Dengan gerak cepat dan langkah kaki yang panjang, tak butuh waktu lama bagi Ethan untuk sampai di hadapan Andrew. Ethan langsung memukulnya. BUGGHH!! Dan lagi ... BUGGH!! Kini tak hanya memukul, dengan lututnya Ethan juga menumbuk perut pria itu berkali-kali. Andrew benar-benar tak diberi kesempatan oleh Ethan untuk melawan. Setelah puas memukuli Andrew, Ethan pun menarik kerah baju lawannya dengan kasar dan menyeret Andrew Bosseli ke luar aula. Dengan gerak kasar Ethan mendorong Andrew hingga pria itu jatuh terhempas di tangga aula. "Sampaikan salamku pada ayahmu, Diego Bosseli. Dan katakan padanya agar dia bisa mendidikmu dengan baik, Andrew! Atau kalau tidak ... dia tahu apa konsekuensinya! Dan sekarang kau pergilah dari sini!" usir Ethan. Pemandangan yang luar biasa aneh. Benigno bahkan sampai menganga. Semudah itu Ethan mengusir anak dari pimpinan Demond del Cielo itu, entah dengan cara apa. Sebenarnya apa yang dikatakan oleh pria itu? Dia mengenal Diego Bosseli? Siapa sebenarnya Ethan? Benarkah dia hanya seorang mekanik? ***** Pesta pernikahan itu usai ketika jarum jam menunjukkan hampir pukul 2.30 dini hari. Semua undangan telah membubarkan diri, begitupun dengan Benigno, Crystal dan Ethan yang telah kembali ke kediaman pimpinan mafia kelas kakap itu. Tak seperti pasangan pengantin baru pada umumnya, Crystal dan Ethan tidak menginap di hotel untuk melakukan ritual malam pertama. Mereka berdua ikut pulang bersama Benigno dan kekasihnya. "Baiklah, di mana kamarku?" tanya Ethan tanpa basa-basi, begitu mereka tiba di rumah mewah itu. Crystal tak langsung menjawab. Dia masih memandang pria dihadapannya ini dengan mata tak berkedip. Sungguh lelaki yang tidak bisa ditebak. Sebenarnya siapa dia? batin Crystal bertanya-tanya. Sebenarnya meski Crystal menikah dengan Alessandro, namun dia tidak begitu mengenal keluarga dari mendiang suaminya itu. Pernikahannya dengan Alessandro pun tak ada beda dengan pernikahannya yang kedua ini. Menikah karena sebuah alasan yang bukan cinta. Ia terpaksa menikahi Alessandro karena satu malam yang sial di tiga tahun yang lalu yang menyebabkan dia mengandung Clarissa. Dia bukan wanita yang baik, tetapi Crystal juga bukanlah seorang ibu yang buruk. Ia menikahi Alessandro hanya agar Clarissa memiliki pengakuan dari ayah kandungnya. Alessandro bagi Crystal hanya lelaki yang kebetulan datang dan singgah. Bukan orang penting yang harus ia tahu kehidupannya. Yang dia tahu Alessandro sudah tak memiliki orang tua lagi. Ia memiliki adik yang tinggal di kota lain namun hingga Alessandro wafat, Crystal belum pernah bertemu dengannya. Dan lihat? Sekarang adik iparnya itu kini jadi suaminya! Double sial! "Hallo?" Ethan mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan wajah Crystal karena wanita itu terlihat melamun. Crystal tersentak dari lamunannya. "Hum?" "Aku bertanya, dimana kamarku? Apa pertanyaanku salah? Atau seharusnya kita tinggal dalam satu kamar?" tanya Ethan, terkesan tidak sabaran. Ethan sudah sangat lelah. Yang dia butuhkan untuk saat ini hanyalah istirahat. "Aku akan menunjukkan di mana kamarmu, kalau kau bicara jujur padaku siapa sebenarnya dirimu?" tanya Crystal sambil berlipat tangan di atas dada. "Kita sudah menikah, dan kau baru saja bertanya siapa aku? Uh, sudah sangat terlambat, Nona." "Jangan berbasa-basi denganku! Katakan, sebenarnya kau siapa? Apa kau mata-mata dari Demond del Cielo?" tanya Crystal berang. Ethan menatap wanita garang di depannya itu sambil membuka tuksedonya, melepas dasi kupu-kupu yang melekat di kancing paling atas kemejanya, serta tak lupa membuka kancing baju di bagian pergelangan tangannya. "Aku tidak tahu apa maksudmu, Crys. Sebaiknya kau tunjukkan di mana kamarku sekarang, atau aku akan tidur di kamar mana pun yang aku mau," kata pria itu. "Jangan mengelak dari pertanyaanku, Bajingan! Katakan padaku! Apa kau di suruh mereka untuk membunuhku dan Papa?" "Tuduhanmu padaku terlalu berlebihan, Crys," jawab Ethan acuh. Kini tanpa mempedulikan Crystal, ia menaiki tangga dan naik ke lantai dua rumah. "Ethan! Aku belum selesai bicara!" teriak Crystal. "Kita akan bicara besok, Honey," ucap Ethan tak peduli. Ia pun segera berjalan melewati kamar-kamar yang ada di lantai dua itu dengan diekori Crystal di belakangnya. Lalu ia menghentikan kakinya tepat di depan sebuah kamar. Ia menunjuknya sebentar lalu melirik Crystal, dan tanpa berpikir panjang ia pun segera masuk ke meraih handle pintu dan melenggang masuk ke dalam. "Siapa yang menyuruhmu masuk ke sini? Keluar!!!" perintah Crystal dengan galaknya. Senyum menyeringai terpampang di wajah Ethan. "Untuk apa aku keluar? Ini kamarmu. Kau istriku, berarti tempatku juga ada di sini, kan?" jawab Ethan lagi-lagi dengan acuh. Kini ia membuka kemejanya hingga tersisa hanya kaos dalam dan membaringkan tubuhnya di ranjang milik Crystal. "Kau keterlaluan, Ethan! Menyingkir dari tempat tidurku!" Ethan tidak peduli dengan segala hardikan dan makian Crystal. Dengan tangan berada di atas kepala sebagai bantal meskipun di bawahnya sudah ada bantal, Ethan pun memejamkan matanya. "Brengsek! Jangan mengabaikanku!" Crystal pun lalu menarik lengan bisep dan trisep Ethan itu dan berniat menjatuhkan pria itu dari ranjang. Namun jangankan menjatuhkannya, membuatnya bergeser dari tempatnya saja tidak. "Bajingan!! Kalau kau tidak mau pergi dari ranjangku aku akan meminta Jordy untuk melemparmu dari sini sekarang juga!!" jerit Crystal marah. Ethan membuka sebelah matanya dan melihat dengan aneh wanita yang sedang menjerit-jerit di sebelahnya ini. Sungguh wanita yang sangat berisik. "Ethaaann!!!" Ethan menutup telinganya yang hampir tuli karena jeritan wanita bar-bar itu. "Crys, bisakah kau tidak berisik? Aku butuh beristirahat. Aku lelah berdiri hampir seharian menyambut para tamu di gedung resepsi dan kau masih ingin aku meladeni ocehanmu itu sekarang? Please, lanjutkan omelanmu itu besok saja. Aku mau tidur." Mengatakan hal itu Ethan kembali menutup matanya. Kali ini lengan yang tadinya jadi bantal di bawah kepalanya kini berpindah menutupi matanya. Kesal karena diacuhkan oleh Ethan, kini Crystal naik ke atas ranjang dan berdiri tepat di samping pria itu. Lalu sebelah kakinya pun kini telah menginjak dada bidang pria itu. Merasa ada yang menekan dadanya, Ethan pun lagi-lagi menyingkirkan lengan yang menutupi matanya. Matanya menatap ke atas, ke arah Crystal yang berdiri sambil menginjakkan sebelah kaki di dadanya. Kaki mulus dan jenjang itu terekspose sempurna dari telapak kaki hingga ke paha bagian dalam melalui belahan gaun malam yang dipakainya di acara resepsi pernikahan tadi. "Pergi dari kamarku!" hardik Crystal dengan marah. Ethan melirik ke arah kaki yang bertengger di dadanya dan menyentuhnya. "Crys, apa begini caramu mengajak suamimu melakukan malam pertama?" Eh? "Kau sangat berisik. Apa perlu aku membungkammu dengan cara yang berbeda? Hmm?" Ethan menatap tajam wanita yang kini sedang menginjaknya seakan ia adalah orang yang tak punya harga diri. "Oh, ya? Kau berani?" tantang Crystal, tak gentar. ****"Kau sangat berisik, apa perlu aku membungkammu dengan cara yang berbeda? Hum?" kata Ethan sambil menatap tajam wanita yang kini menginjaknya seakan ia adalah orang yang sangat tak ada harganya."Oh, ya? Kau berani?" tantang Crystal tak gentar.Ethan kini menatap liar Crystal dari telapak kaki hingg ke satu titik di tubuh Crystal tanpa berkedip. Jangan lupakan tangannya yang kini telah berhasil menggenggam betis indah wanita itu.Crystal terkesiap dan berusaha melepas kakinya dari genggaman Ethan."Lepaskan!!" perintah Crystal dengan marah."Kau sudah menggodaku sampai seperti ini, bagaimana mungkin aku bisa melepaskanmu dengan mudah, Nyonya Trovatelli?" "Aku tidak menggodamu, Bodoh! Lepaskan kakiku!" Ethan kini dengan usilnya malah mengusap-usap kaki Crystal hingga lutut hingga membuat Crystal berusaha untuk menarik-narik kakinya dari genggaman tangan Ethan.Bukan salah Ethan jika Crystal yang memancingnya. Ethan kini malah memiringkan tubuhnya. Dengan setengah duduk ia malah memel
"Lalu, kalau begitu apa yang harus kukerjakan?" tanya Ethan."Jordy!" panggil Beniqno pada anak buahnya. "Ya, Bos!" Jordy segera mendekat."Aku menyuruhmu untuk menjelaskan pada Ethan tentang seluk beluk kasino kita yang berada di dekat pelabuhan! Mulai sekarang kau harus membimbing dia agar bisa menjadi penggantiku memimpin The Black Roses, pimpinan mafia terhebat sepanjang masa!" kata Benigno dengan penuh kebanggaan.Ethan terlihat menganga. Bukannya apa-apa, mertuanya bilang dia akan dibimbing untuk menjadi mafia terhebat sepanjang masa. Yang benar ..."Maaf, Papa Ben! Bolehkah aku menolak? Aku rasa aku lebih cocok menjadi seorang mekanik," tolak Ethan dengan hati-hati."Kau tidak boleh menolak! Aku menikahkanmu dengan putriku Crystal bukan agar kau bebas melakukan pekerjaan tak berguna itu! Cukup sekali aku memiliki menantu tak berguna. Jangan menjadi Alessandro kedua! Selain itu kalau bukan kau yang akan meneruskan kepemimpinan The Black Roses, lalu siapa lagi?"Ethan sampai men
"Papa?" pekik Crystal tertahan."Sebaiknya kalian berdua menikah saja," usul Benigno."Tidak! Aku tidak mau! Apa-apaan Papa mengusulkan hal seperti itu. Aku tidak mau menikah dengannya!" tolak wanita itu tegas."Crys ....""Apa Papa masih sehat? Papa ingin aku menikah dengannya? Hah! Buat apa! Itu ide paling konyol dan paling gila yang pernah ku dengar!" umpat wanita itu lagi."Crys, ikut Papa sebentar!"Setelah meminta ijin pada pengacara itu, Benigno pun menarik Crystal ke luar sebentar. "Crys, tolong mengerti! Kau setujui saja permintaan Papa untuk kau menikah dengannya. Ini hanya untuk sementara, Crys!"Crystal geleng-geleng kepala."Tidak, tidak, tidak ... ini gila! Aku tidak mau menuruti inginnya Papa. Itu tidak lucu sama sekali.""Hanya sementara, Crys. Sampai Papa menemukan satu alasan kuat untuk menendang dia dari kehidupanmu dan Clarissa. Kau tahu kan kalau Papa tidak bisa berurusan dengan hukum dulu akhir-akhir ini?""Tapi aku mana mungkin menikah dengan orang itu. Dia adi
"Ethan, antar ini ke meja nomor delapan!" seru kepala pelayan pada Ethan yang baru saja datang dari mengantar minuman di meja dua belas. "Okay! Aku datang!" seru Ethan seraya menghampiri kepala pelayan yang segera menyambutnya dengan nampan yang di atasnya telah disusun beberapa kaleng minuman bersoda siap minum. Segera keduanya bertukar nampan kosong dengan nampan yang harus diantar oleh Ethan pada pengunjung tamu yang berada di meja nomor delapan. Mensina Grand Casino adalah kasino terbesar di wilayah kota C dan sekitarnya. Sebanyak 500 mesin judi dan 100 meja judi poker dan meja judi lainnya ada disitu. Bukan hanya itu, Mensina Grand Casino juga memiliki hotel dengan jumlah kamar 590 kamar serta memiliki 8 restoran di dalamnya. Untuk para wanita yang senang bermain judi, di sini juga mereka bisa menggunakan jasa salon pribadi. Dan untuk kaum pria para petualang cinta satu malam, Mensina Grand Casino juga menyediakan ada banyak wanita
"Taruhanmu yang sebenarnya adalah €500 bukan €15. Silahkan dibayar, Tuan!" Semua terkejut akan penemuan Ethan. Sungguh mereka tidak menyangka kalau orang yang mereka kira selama ini sebagai raja judi ternyata tak lebih dari seorang pecundang yang suka bermain curang."Breng sek!! Apa-apaan ini? Kau membodohi kami semua di sini?" teriak salah seorang dengan emosi. Bagaimana tidak emosi? Selama beberapa kali bertaruh dalam satu hari ini di meja judi ia selalu saja kalah. Bahkan kekalahannya di putaran terakhir ini adalah satu-satunya uang terakhir yang ia punya. Sekarang ada orang yang dengan seenaknya bermain curang. Siapa yang bisa dengan mudah menerima hal itu?"Aku tidak bermain curang! Pelayan ini bohong! Kalian kalah makanya kalian ini padaku. Itu sebabnya kalian menyuruh pelayan ini untuk berpura-pura menangkap basah aku. Padahal aku tidak berbuat curang sama sekali!" sangkal Mark.Mark masih saja ingin membantah. Ia tidak mau meng
Crystal seperti biasa bangun setelah jarum jam menunjukkan di atas pukul 08.00 pagi. Rutinitas pagi hariannya begitu ia bangun adalah membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumah ini. Lalu seperti hari-hari sebelumnya iapun akan keluar ke balkon dan menikmati udara pagi sekaligus matahari pagi untuk ia sedikit berjemur. Katanya sinar matahari pagi dibawah jam 9 pagi sangat bagus untuk kesehatan kulit dan tulang. Oleh karena itu wanita itu selalu menyempatkan diri untuk berjemur di pagi hari.Mungkin semua akan terasa biasa, andai pagi ini ia tidak melihat dan merasakan sesuatu yang sedikit berbeda seperti saat ini ia melihat si bo-doh Ethan itu sedang berada di depan kap mobil terbuka milik ayahnya. Ethan terlihat serius sedang memperbaiki mobil itu. Dengan kain lap dan kunci-kunci di tangannya serta hitam oli yang sedikit belepotan di wajahnya membuat ia terlihat tampan dan eksotik. Setidaknya demikianlah penilaian pribadi Crystal sekilas pandang kepadanya.
Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka."Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu."Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!" "Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan.Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa.Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu.Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia me
"Kau belum ingin jujur padaku tentang siapa kau sebenarnya?" tanya Crystal kepada Ethan. Ethan yang sedang berbaring begitu saja di rumput tanpa alas itu menatap wajah Crystal dengan pandangan malas. "Ethan!!!" Dengan tak sabar, Crystal pun mengguncang-guncangkan bahu Ethan. "Astaga!! Perempuan ini?! Tidak bisakah kau sedikit tenang? Sehari saja mulutmu itu tidak berisik, apa tidak bisa?!" umpat Ethan dengan sebal. "Makanya kamu jawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kau?" tanya Crystal dengan sedikit memaksa, berharap ia mendapat jawaban lain selain dari identitas yang ia dan ayahnya ketahui. "Kamu sungguh-sungguh ingin tahu siapa aku?" tanya Ethan. "Kau yakin tidak akan menyesalinya nanti jika kau sudah tahu siapa aku?" Crystal memasang wajah ketus. "Untuk apa aku menyesalinya? Aku bahkan tidak mencintaimu. Dan hanya orang yang mencintai kekasihnya dengan sungguh-sungguh lah yang
"Sesuatu yang besar? Tadi malam? Apa maksudnya itu?" tanya Ethan pura-pura tidak tahu.Andrew memasang senyum sinis pada Ethan."Owh, ayolah! Jangan berpura-pura padaku. Aku tahu kau sangat peduli pada ayah mertuamu, Benigno Mensina. Dan kau ingin membantunya diam-diam dengan menangkap perampok itu. Aku benar, kan?" kata Andrew dengan nada berbisik meskipun sebenarnya bisikannya itu masih bisa didengar oleh orang-orang yang ada di sana.Ethan melirik pada orang-orang yang sedang berada di sana. Sebagian dari mereka lagi-lagi penasaran pada apa yang sedang di dibicarakan oleh Ethan dan tamu yang baru datang itu. Dan apa kata orang itu tadi? Dia tahu siapa pelakunya? Kalau benar dia tahu siapa pelaku perampokan itu, bukankah itu akan menjadi suatu yang sangat menarik untuk diketahui? Terlebih-lebih bagi seorang Ricardo. Rasanya apapun yang berhubungan dengan Ethan, selama itu adalah hal yang yang berkonotasi negatif dan berpotensi untuk membuat pria itu ditendang dari kasino ini, selam
Ethan baru tiba dari Palermo. Ia pun langsung menuju Mensina Casino. Ia tak ingin mendengar ocehan Crystal jika dia masih harus pulang ke rumah Benigno Mensina terlebih dahulu. Karena Ethan yakin itu akan berlangsung lama jika masih mendengar ceramah Crystal dan belum lagi dengan proses membujuk istrinya itu nanti. Ckckck ..."Selamat pagi, Tuan Ethan," sapa bodyguard yang berjaga di depan."Selamat pagi, Eric!" sahut Ethan pada bodyguard bernama Eric itu.Kedua orang bodyguard bertubuh besar yang tingginya melebih Ethan itu melihat pada General Manager Mensina Casino ini dengan tatapan aneh dari ujung kaki hingga ke ujung rambut. Ethan hanya memakai kaos berwarna hitam, celana jeans dan sepatu kets."Hei, kenapa kalian menatapku seperti itu? Apa ada yang aneh?" Ethan memperhatikan tubuhnya sendiri dan akhirnya sadar apa yang membuat dua orang bodyguard itu menatapnya heran."Owh, kalian heran melihat penampilanku? Ah, aku akan mandi dan berganti pakaian di dalam nanti. Baju kerjaku
Di pagi hari di kediaman keluarga Bosseli, Diego sedang menikmati sarapannya ketika Andrew baru datang. "Kau baru pulang?" tanya Diego pada Andrew.Bukan hal yang baru jika putranya itu baru pulang sepagi ini. Sebagai anak muda yang walaupun tidak lagi terlalu muda, Andrew sama saja dengan pria lajang lainnya yang suka menghabiskan waktu malamnya bersama Angelica, baik itu di hotel maupun di apartemen milik kekasihnya itu. Dan ia baru kembali setelah pagi hari."Yap," jawab Andrew sambil menarik sebuah kursi dan duduk berhadapan dengan ayahnya.Seorang pelayan yang melihat kedatangan Andrew segera bergegas menyiapkan sarapan untuk anak majikannya itu."Ayah, katakan padaku sebenarnya Capo dei Capi itu siapa? Tolong beri tahu aku identitasnya sebenarnya," pinta Andrew tiba-tiba.Diego Bosseli sang ayah, mengernyitkan kening dan menghentikan aktivitasnya sejenak mengunyah sarapannya. Ia heran kenapa di pagi hari seperti ini Andrew lagi-lagi menanyakan itu. Andrew selama beberapa waktu
"Rodrigo, kau lihat di sana? Sepertinya mereka ingin melarikan diri dari kita," seru Moreno.Rodrigo yang sedang menyetir mobil menyipitkan matanya melihat tiga mobil berderet baru saja keluar dari gedung yang menjadi markas The Monster itu"Baiklah kita kejar mereka sekarang. Berpegangan, Teman-teman!" seru Rodrigo sambil menginjak pedal gas dan melajukan mobil sekencang-kencangnya.Moreno dan beberapa orang lainnya yang berada di kursi bagian belakang mobil, segera berpegangan. Tak lupa Moreno menghubungi dan memberi instruksi pada teman-temannya yang berada di mobil lain yang berada di belakang."Target kita sepertinya akan melarikan diri. Kalian yang berada di tim Pietro ikut kami mengejar mereka. Dan yang berada di tim Massimo kalian masuk ke dalam gedung dan periksa situasi seperti apa yang ada di sana. Jika masih ada orang di sana, tolong kalian atasi," kata Moreno menginstruksikan."Baiklah, kami akan masuk ke dalam markas The Monster," kata Massino menjawab komando dari Moren
"Paulo?" Spontan Ethan menyahuti anak buah The Monster yang sedang meneleponnya itu."Ya. Ehmm .... kau siapa? Dimana Capo?" Tiba-tiba anak buah The Monster yang bernama Jacob itu tersadar kalau orang yang mengangkat teleponnnya bukanlah bosnya.Ethan tidak menjawab, melainkan malah memberondong Jacob dengan bertanya balik."Paulo di mana?"Jacob mengernyitkan keningnya saat mendengar orang yang menerima panggilannya pada sang bos malah bertanya tentang Paulo."Kau siapa? Di mana bosku? Kenapa ponselnya ada padamu?" tanya Jacob bertubi-tubi.Ethan mendengus. Dia sedang lelah saat ini tapi ada saja orang yang masih ingin bermain-main dengannya."Bosmu aman bersamaku, sekarang katakan di mana Paulo?" Jacob segera tanggap tentang apa yang terjadi. Apalagi beberapa waktu yang lalu ada beberapa orang yang datang mengatasnamakan SMG (Sicilian Mafia Guild) dan membuat rusuh markas mereka "Aku ingin berbicara dengan Capoku," pintanya."Dia sedang tidak bisa berbicara dengan siapa pun saat i
Ethan menghempaskan tubuhnya di sofa yang ada di ruang utama Nido di Aquila Nera. Tubuhnya sedikit lelah karena berkejar-kejaran dengan Alfonso tadi. Ah, sungguh pria yang sangat menyusahkan."Bagaimana misinya? Sukses?" Suara Julia terdengar bertanya padanya dengan nada malas.Sebenarnya Julia sangat ingin diikutkan dalam misi ini. Rasa-rasanya dia ingin ikut menghajar Alfonso yang telah berani mengaku-ngaku menjadi Capo dei capi dan membuat kerusuhan tak hanya bagi korban perampokan, namun juga bagi kaum mafioso yang lain. Tetapi sayangnya Ethan tidak mau melibatkan Julia dalam misinya lagi. Sangat menyebalkan! Walaupun Ethan juga tidak mengusirnya pergi dari Aquila Nera."Ya, begitulah," jawab Ethan."Di mana orangnya?" tanya Julia penuh minat.Ia yang sedari tadi berdiri di tangga kini melangkah turun ke bawah."Mereka ada di bawah, Ju.""Oh, astaga. Kenapa kau tidak membunuh sampah tak berguna itu saja, Ethan? Dia ada di sini hanya menambah jumlah para prigionieri. Lama-lama tem
"Uh, Capo? Bukankah kau terlalu kejam padanya?" Rivaldo menatap Alfonso yang saat ini sedang dijinjing oleh Ethan kerah bajunya. Di mulut pria itu tersumpal pistol dalam kondisi sudah terkokang dan siap tertarik pelurunya."Jangan banyak bicara, Rivaldo. Kita harus secepatnya ke Nido (sarang) sebelum keberadaan kita di sini menarik perhatian lebih banyak orang," kata Ethan."Oke, baiklah! Kalau begitu kalian naik saja!" kata Rivaldo mempersilahkan. Ia sedikit memajukan duduknya di sepeda motor matic yang dia pakai untuk menjemput Ethan dan orang yang mereka tangkap."Naik!" Ethan memerintahkan Alfonso untuk naik ke sepeda motor yang sedang ditunggangi oleh Rivaldo itu. "Kau yakin kita bisa naik bertiga di sepeda motor ini?" tanya Ethan."Tenang, Capo. Ini hanya sampai keluar gang. Nanti di depan juga ada mobil yang dibawa oleh anggota AN (Aquila Nera) yang lain," kata Rivaldo menenangkan."Oke, aku paham, Rivaldo. Alfonso, kau dengar itu? Silahkan naik dan duduklah di tengah!" kat
"Apa kau anak buahnya Capo dei Capi?" tanya Alfonso.Ethan terdiam. Dari sudut bibir pria itu tersungging sebuah senyuman tipis yang mungkin bisa jadi dilihat oleh Alfonso namun bisa juga tidak."Atau kau justru ... adalah capo dei capi?" tanya Alfonso ragu.Entah mengapa sekarang dia memiliki firasat tak enak soal Ethan. Alfonso berpikir, Ethan bersusah payah ke Palermo dan merencanakan segalanya termasuk membawa cukup banyak sniper di Celcius kasino untuk menangkapnya, tak mungkin hanya karena demi mertuanya. Tak mungkin juga dia berepot-repot mengejar pelaku perampokan sendiri alih-alih melaporkan dan. menyerahkan semuanya ke kantor polisi.Hanya ada satu kemungkinan yang masuk akal kenapa Ethan mengejarnya bahkan memburunya hingga sampai ke tempat ini. Mungkinkah karena dia berkaitan dengan capo dei capi? Ethan adalah anak buahnya yang disuruh capo dei capi atau sebaliknya malah dia adalah capo dei capi itu sendiri?"Kau benar-benar adalah capo dei capi?" Lagi-lagi Alfonso menyipi
"Capo! Kita sepertinya terjebak!" keluh Matt pada Alfonso.Sungguh mereka tak menyangka kalau orang yang memburu mereka akan sampai secepat ini ke jalan ini. Padahal tinggal sedikit lagi Ape taxi yang akan mereka tumpangi akan mencapai pos The Monster cabang Palermo, dan mereka bisa menghilangkan jejak di sana. Padahal harusnya akan butuh waktu lama bagi mereka terkejar mengingat mereka yang mengejarnya harus berkeliling jauh memutar melewati jalan besar lainnya. Sialan!"Mundurkan, ape taxi-nya!" kata Alfonso. memerintahkan.Namun belum sempat Matt mengikuti perintah sang Bos, seseorang dari dalam mobil itu telah keluar dengan menggenggam senjata api di tangannya.Alfonso mengernyitkan keningnya. Dia kenal pria itu. Tunggu, tunggu, tunggu ... bukankah dia adalah pria yang bertemu dengan Alfonso saat di pernikahannya dengan Christina? Dan bukankah dia adalah pria yang bertemu dengan Andrew Bosseli ketika berada di Mare Nostrum hotel waktu itu. Yang kata Christina adalah sahabat istr