"Papa?" pekik Crystal tertahan.
"Sebaiknya kalian berdua menikah saja," usul Benigno. "Tidak! Aku tidak mau! Apa-apaan Papa mengusulkan hal seperti itu. Aku tidak mau menikah dengannya!" tolak wanita itu tegas. "Crys ...." "Apa Papa masih sehat? Papa ingin aku menikah dengannya? Hah! Buat apa! Itu ide paling konyol dan paling gila yang pernah ku dengar!" umpat wanita itu lagi. "Crys, ikut Papa sebentar!" Setelah meminta ijin pada pengacara itu, Benigno pun menarik Crystal ke luar sebentar. "Crys, tolong mengerti! Kau setujui saja permintaan Papa untuk kau menikah dengannya. Ini hanya untuk sementara, Crys!" Crystal geleng-geleng kepala. "Tidak, tidak, tidak ... ini gila! Aku tidak mau menuruti inginnya Papa. Itu tidak lucu sama sekali." "Hanya sementara, Crys. Sampai Papa menemukan satu alasan kuat untuk menendang dia dari kehidupanmu dan Clarissa. Kau tahu kan kalau Papa tidak bisa berurusan dengan hukum dulu akhir-akhir ini?" "Tapi aku mana mungkin menikah dengan orang itu. Dia adiknya Alessandro, dan aku juga tidak mengenalnya sebelumnya!" kilah Crystal frustasi. "Hanya untuk beberapa bulan Crys. Ini tidak akan beda dengan pernikahanmu yang sebelumnya. Kau hanya perlu bersabar sedikit. Kau tidak mau kehilangan hak asuh atas Clarissa, kan?" "Tentu saja ..." "Kalau begitu percayakan semuanya pada Papa." Crystal tak punya pilihan lain. Saat mereka kembali ke ruangan pengacara itu, mereka kembali fokus ke pokok permasalah. "Bagaimana denganmu, Ethan? Kau bersedia menikahi Crystal?" tanya Benigno. Ethan melirik pada wajah jengkel Crystal sebelum ia menjawabnya. "Ya, menikah tidak masalah." Crystal membelalakkan matanya. Ia tadinya berharap agar pria itu menolak, namun pria itu menerimanya? Sungguh sial! **** Mensina Casino terletak tak jauh dari pantai kota C. Di hadapannya terhampar laut Mediterania atau yang dikenal sebagai laut Tengah yang luas. Laut penghubung antar benua. "Jordy, bisakah aku memulai pekerjaan ini dari bawah?" tanya Ethan pada Jordy. "Apa maksud anda, Tuan? Tuan Benigno menyuruh saya untuk mengajari dan melatih Tuan agar dapat mengelola kasino ini. Jadi sebaiknya kita mulai dari administrasi keuangan kasino. Tuan perlu mempelajari beberapa hal yang berhubungan dengan administrasi keuangan. Apakah sebelumnya Tuan pernah belajar tentang itu?" tanya Jordy. Ethan mengangkat bahunya. "Entahlah, saya tidak mengingatnya. Dulu waktu saya sekolah saya tidak pernah memperhatikan hal-hal seperti itu. Hanya datang, duduk, diam, dan pulang," jawab Ethan dengan acuh. Jordy mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda ia paham akan penjelasan yang dikatakan oleh Ethan. "Tidak masalah soal itu. Saya bisa meminta akuntan Kasino untuk mengajari anda secara pelan-pelan nanti," jawab Jordy. "Tapi Jordy, tolong ijinkan saya untuk memulai ini dari bawah. Biarkan saya menjadi pelayan Kasino untuk satu bulan pertama. Saya rasa itu lebih efektif untuk mengajari saya tata kelola casino ini lebih cepat daripada mempelajarinya secara materi," tawar Ethan. "Tapi Tuan .... saya disuruh oleh Tuan Benigno mengajari Anda .... bagaimana kalau ...." "Jordy, kenapa kau sangat kaku? Jangan khawatir!" Ethan menepuk-nepuk punggung Jordy, seakan mereka adalah sahabat lama yang sangat dekat. "Aku tidak akan membuat masalah apapun. Janji!" "Tapi ..." "Sekarang tunjukkan padaku di mana ruang karyawan?" Usai mengatakan hal itu, Ethan segera melengos masuk terlebih dahulu ke area Kasino. Jordy masih berada di dalam mobil, segera keluar dan memandang punggung etan yang perlahan semakin menjauh. Segera Jordy menghubungi Benigno. "Ada perlu apa? Kalian sudah sampai?" Benigno langsung memberondong Jordy dengan pertanyaan. "Tuan, tuan Ethan ingin memulai ini dari bawah. Ia ingin memulai pekerjaannya dari pelayan kasino biasa, apa yang harus saya lakukan?" Benigno yang sedang berada di kediamannya di temani oleh kekasihnya Arabella mengernyitkan keningnya. "Apa maksudnya ingin memulai pekerjaan dari bawah? Tujuannya apa?" tanya Benigno. "Katanya agar ia bisa mempelajari tata kelola kasino dari bawah. Langsung terjun di lapangan akan lebih efektif baginya untuk mempelajari semua. Begitulah alasan yang diberikan oleh Tuan Ethan kepada saya, Tuan," jawab Jordy. Benigno yang sedang memadu cinta dengan Arabella tak bisa benar-benar fokus pada berita yang yang dikabarkan oleh Jordy. Saat ini matanya hanya fokus pada Arabella yang sedang polos tanpa busana di atas ranjangnya. Seorang jalang naik kelas yang dia pungut dari salah satu klub malam miliknya di daerah Ragusa. "Bagaimana, Tuan?" tanya Jordy lagi. "Biarkan dia melakukan apapun yang dia mau. Namun kau harus tetap mengawasinya dan jangan biarkan dia membuat kekacauan di sana!" kata Benigno mengeluarkan titahnya. "Oh, baiklah Tuan!" jawab Jordy. "Kalau begitu cepat tutup teleponnya! Dan jangan ganggu kalau kalau benar-benar tidak ada yang urgent. Kau paham?!" kata Benigno mengeluarkan ultimatumnya. "Baiklah, selamat sore dan selamat bersenang-senang, Tuan." Dan Jordy pun menutup panggilan teleponnya. Usai menelpon Benigno, pandangan Jordi pun kembali lurus ke depan, ke arah Mensina Casino yang ada di depan matanya. Di sana terlihat Ethan sedang bertengkar dengan empat orang bodyguard bertubuh besar yang berada di depan pintu masuk. Jordy pun bergegas menuju Ethan yang kini dijinjing dan hampir dilemparkan oleh dua orang bodyguard menjauh dari area Kasino. "Apa yang kalian lakukan?" tanya Jordy pada kedua orang pengawal itu. Kedua pengawal itu sepertinya sangat mengenali Jordy. Ah, ya! Dia adalah tangan kanan Benigno yang sering kali mengurusi masalah usaha Benigno yang ada dimana-mana termasuk di Mensina Kasino ini. Jadi sudah pasti mereka segera mengenali Jordy. "Lelaki ini bersikeras ingin masuk ke dalam kasino, Tuan Jordy. Lihat penampilannya sangat tidak meyakinkan. Bagaimana kalau dia adalah anak buah dari Demond del Cielo?" tanya salah seorang bodyguard itu dengan muka datar. Jordy menghela napas. Ia memindai penampilan Ethan dari ujung rambut ke ujung kepala. Untuk masuk ke dalam casino ini memang ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah penampilan. Pengunjung Casino diwajibkan berpakaian rapi, kemeja, jas, tuksedo. Dan lihat apa yang dipakai oleh Ethan, pria urakan ini? Baju tanpa lengan, dan celana panjang dengan hiasan robek dimana-mana. Sungguh tidak berkelas sama sekali. Jadi tidak mengherankan kalau pengawal yang ditempatkan di depan Casino ini ingin melemparnya menjauh dari area ini. Karena mereka memang ditugaskan bukan untuk menyambut tamu, melainkan mengawasi dan menjauhkan segala macam tamu yang berpotensi membuat keributan. "Lepaskan dia!" perintah Jordy. "Aku yang membawanya ke sini untuk bekerja. Di lain waktu jika dia ingin masuk, beri dia ijin." Bodyguard itu melepaskan Ethan, tetapi pandangan mata mereka tetap awas, memindai pria itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Jika Jordy sendiri yang membawanya, bukankah itu berarti kalau orang ini merupakan orang yang cukup penting? begitu pikir mereka. "Boleh kami tahu dia akan menjabat sebagai apa di sini?" tanya salah seorang lagi dari pria itu. Jordy menatap sejenak pada Ethan, lalu ia pun menjawab. "Waiters." ****"Ethan, antar ini ke meja nomor delapan!" seru kepala pelayan pada Ethan yang baru saja datang dari mengantar minuman di meja dua belas. "Okay! Aku datang!" seru Ethan seraya menghampiri kepala pelayan yang segera menyambutnya dengan nampan yang di atasnya telah disusun beberapa kaleng minuman bersoda siap minum. Segera keduanya bertukar nampan kosong dengan nampan yang harus diantar oleh Ethan pada pengunjung tamu yang berada di meja nomor delapan. Mensina Grand Casino adalah kasino terbesar di wilayah kota C dan sekitarnya. Sebanyak 500 mesin judi dan 100 meja judi poker dan meja judi lainnya ada disitu. Bukan hanya itu, Mensina Grand Casino juga memiliki hotel dengan jumlah kamar 590 kamar serta memiliki 8 restoran di dalamnya. Untuk para wanita yang senang bermain judi, di sini juga mereka bisa menggunakan jasa salon pribadi. Dan untuk kaum pria para petualang cinta satu malam, Mensina Grand Casino juga menyediakan ada banyak wanita
"Taruhanmu yang sebenarnya adalah €500 bukan €15. Silahkan dibayar, Tuan!" Semua terkejut akan penemuan Ethan. Sungguh mereka tidak menyangka kalau orang yang mereka kira selama ini sebagai raja judi ternyata tak lebih dari seorang pecundang yang suka bermain curang."Breng sek!! Apa-apaan ini? Kau membodohi kami semua di sini?" teriak salah seorang dengan emosi. Bagaimana tidak emosi? Selama beberapa kali bertaruh dalam satu hari ini di meja judi ia selalu saja kalah. Bahkan kekalahannya di putaran terakhir ini adalah satu-satunya uang terakhir yang ia punya. Sekarang ada orang yang dengan seenaknya bermain curang. Siapa yang bisa dengan mudah menerima hal itu?"Aku tidak bermain curang! Pelayan ini bohong! Kalian kalah makanya kalian ini padaku. Itu sebabnya kalian menyuruh pelayan ini untuk berpura-pura menangkap basah aku. Padahal aku tidak berbuat curang sama sekali!" sangkal Mark.Mark masih saja ingin membantah. Ia tidak mau meng
Crystal seperti biasa bangun setelah jarum jam menunjukkan di atas pukul 08.00 pagi. Rutinitas pagi hariannya begitu ia bangun adalah membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumah ini. Lalu seperti hari-hari sebelumnya iapun akan keluar ke balkon dan menikmati udara pagi sekaligus matahari pagi untuk ia sedikit berjemur. Katanya sinar matahari pagi dibawah jam 9 pagi sangat bagus untuk kesehatan kulit dan tulang. Oleh karena itu wanita itu selalu menyempatkan diri untuk berjemur di pagi hari.Mungkin semua akan terasa biasa, andai pagi ini ia tidak melihat dan merasakan sesuatu yang sedikit berbeda seperti saat ini ia melihat si bo-doh Ethan itu sedang berada di depan kap mobil terbuka milik ayahnya. Ethan terlihat serius sedang memperbaiki mobil itu. Dengan kain lap dan kunci-kunci di tangannya serta hitam oli yang sedikit belepotan di wajahnya membuat ia terlihat tampan dan eksotik. Setidaknya demikianlah penilaian pribadi Crystal sekilas pandang kepadanya.
Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka."Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu."Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!" "Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan.Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa.Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu.Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia me
"Kau belum ingin jujur padaku tentang siapa kau sebenarnya?" tanya Crystal kepada Ethan. Ethan yang sedang berbaring begitu saja di rumput tanpa alas itu menatap wajah Crystal dengan pandangan malas. "Ethan!!!" Dengan tak sabar, Crystal pun mengguncang-guncangkan bahu Ethan. "Astaga!! Perempuan ini?! Tidak bisakah kau sedikit tenang? Sehari saja mulutmu itu tidak berisik, apa tidak bisa?!" umpat Ethan dengan sebal. "Makanya kamu jawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kau?" tanya Crystal dengan sedikit memaksa, berharap ia mendapat jawaban lain selain dari identitas yang ia dan ayahnya ketahui. "Kamu sungguh-sungguh ingin tahu siapa aku?" tanya Ethan. "Kau yakin tidak akan menyesalinya nanti jika kau sudah tahu siapa aku?" Crystal memasang wajah ketus. "Untuk apa aku menyesalinya? Aku bahkan tidak mencintaimu. Dan hanya orang yang mencintai kekasihnya dengan sungguh-sungguh lah yang
Setelah mengantar Crystal dan Clarissa kembali ke kediaman Benigno, Ethan berpamitan ingin buru-buru pergi."Hei, kau masih ingin kemana lagi?" tanya Crystal kepada Ethan.Ethan yang sudah membuka pintu mobil siap berangkat kembali, kini berbalik dan menatap Crystal."Apa kau sedang bersikap seperti istri posesif yang sedang mencurigai suaminya?" selorohnya.Mendengar selorohan Ethan, tak urung membuat Crytal menjadi kesal karenanya."Terserah kau saja, Breng sek!" umpatnya sambil geleng-geleng kepala.Crystal benar-benar tak habis pikir kenapa Ethan memiliki sifat yang luar biasa tidak tahu diri cenderung ke tak tahu malu.Kemudian pria itu pun pergi dengan tawa berderai karena berhasil membuat Crystal menjadi kesal karenanya."Mama, Papa kemana?" tanya Clarissa.Crystal mengernyitkan keningnya kesal. Lihatlah! Bahkan putrinya saat ini benar-benar telah terpengaruh oleh kehadiran Ethan. "Saya
"Kau baru pulang?" Ethan yang baru saja membuka pintu cukup terkejut melihat siapa yang kini sedang berbaring di ranjangnya. "Apa yang kau lakukan disini, Crys?" Crystal yang sedari tadi menunggu di kamar Ethan melihat pria itu hanya berdiri di ambang pintu, kini memiringkan tubuhnya sambil menopang kepalanya dengan pose yang uhhh, cukup menggoda! Bagaimana tidak menggoda? Wanita itu menunggu di kamarnya hanya dengan menggunakan lingerie satin berwarna hitam yang walaupun tidak minim dan terbuka, tetapi gaun malam itu cukup kooperatif membentuk tubuh Crystal hingga terlihat lekuk-lekuk sekali lagi ohhh, sangat menggoda iman. Entah apa maksud wanita itu bersikap seperti itu, tetapi yang jelas Ethan cukup merasa terganggu karenanya. Bagaimana pun dia pria normal, you know? Dan Crystal entah dengan niat apa sengaja menunggunya di kamar dengan pose seperti itu. "Wow, garang sekali kau, Ethan? Apa kau tidak tergoda melihatku? Apa bertemu dengan ja lang di hotel sudah membuat ga
"Kau lelaki ba jingan!" desis Crystal marah. Ia kini sedang bersandar pada headboard ranjang setelah beberapa saat yang lalu Ethan berhasil menyetu buhinya. Lelaki itu sangat kuat, ia sampai tidak berdaya melawan. Ah, bukan! Crystal tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Lebih tepatnya Ethan sangat lihai sehingga ia bisa bungkam melihat dan merasakan lelaki itu berbuat semaunya padanya. Awalnya ia ingin memberontak, tetapi tetap saja ia adalah perempuan yang lemah. Lemah secara fisik dan juga .... iman. Sia lan! Ethan tidak menanggapi. Ia hanya tersenyum tipis mendengar Crystal yang mengomel dan menatapnya seperti aura orang yang ingin menelannya hidup-hidup. "Apa yang kau tertawakan, Breng sek!" Crystal melempar sebuah bantal ke arah Ethan yang segera ditangkap oleh pria itu dengan sigap. "Cukup, Crys! Aku tak ada waktu meladenimu. Harusnya kau berpikir ulang sebelum kau menuduhku berbuat macam-macam. Jika memang aku berselingkuh di hotel dengan para ja lang seperti yang kau tud
"Clarice! Siapa yang kau maksud sialan? Kau memanggil Mama sialan?" hardik Crystal.Clarissa menganggukkan kepalanya dan menatap Crystal dengan wajah seakan tak merasa berdosa, membuat Crystal semakin membelalakkan matanya. Sebelum Crystal memarahi Clarissa, gadis kecil itu pun bertanya padanya."Mama, Sialan itu apa?" Crystal yang tadinya ingin marah, akhirnya tak lagi dapat berkata-kata mendengar pertanyaan putri semata wayangnya itu."Apa? Sialan itu apa?" tanya Clarissa masih sabar menunggu jawaban dari sang mama."Em .... sayang, Clarice. Sia ... lan .... itu maksudnya ada ....lah ...."Lihatlah! Crystal menjadi bingung menjawabnya."Kau lihat? Kau pun akhirnya kebingungan menjawabnya, kan?" ejek Ethan."Oh, diamlah! Ini semua karenamu. Biasanya Clarissa tak se-kritis itu menanggapi apa yang kukatakan. Ini karena kau menyinggung hal ini tadi!" kesal Crystal.Ethan menggeleng."Kau salah,
"Anna, kau belum memandikan Clarice?" tanya Crystal yang juga kini telah menuruni anak tangga hingga ia sampai di bawah.Anna pun segera mendekat."Belum, Nona Crystal.""Cepat mandikan dia!" perintah Crystal."Ayo, Clarice. Kita mandi!" ajak Anna sambil mengulurkan tangannya pada Clarissa yang sedang digendong oleh Ethan.Clarissa menggelengkan kepalanya dan kini malah mempererat pelukannya di leher Ethan."Clarice, jangan membuat Anna susah!" omel Crystal.Crystal berusaha membantu mengatasi putrinya yang sedang menempel erat pada Ethan. Ia mengulurkan tangannya berusaha mengambil Clarissa dari gendongan Ethan. Ethan pun melonggarkan gendongannya agar Crystal bisa menarik Clarissa untuk diberikan pada Anna. Tetapi sayangnya, Clarissa malah semakin erat memeluk leher sang ayah."Aku tidak mau ... tidak mau .... Clarice mau dengan Papa Ethan!" tolak gadis kecil itu."Ya Tuhan, Clarice! Papa i
"Kau dengar, Crys. Bantu aku menyembunyikan semua itu. Karena kau memaksa untuk tahu maka kau juga harus menyembunyikan identitasku sebagai capo dei capi dan menutupnya rapat-rapat. Aku bisa mengandalkanmu, kan?" tanya Ethan dengan nada membujuk.Crystal menelan salivanya yang terasa pahit. Sebagai putri dari seorang mafia dari sejak ia kecil, Crystal sangat tahu betapa beresikonya jalan hidup yang dipilih oleh seorang mafia. Mafia berarti adalah musuh nyata negara yang wajib untuk dimusnahkan hingga ke akarnya. Belum lagi dengan musuh dari kelompok mafia lain.Sewaktu-waktu akan ada berita buruk yang datang bagi keluarga mafia. Entah itu salah seorang dari anggota keluarga itu meninggal karena dibunuh oleh klan mafia tandingan, atau pun mafia itu sendiri yang tertangkap oleh petugas penegak hukum.Crystal kini dapat mengerti bagaimana posisi Ethan. Ia dapat merasakan sendiri betapa berbahayanya menjadi seorang Ethan sehingga Ethan perlu menyembunyikan ide
Ethan menghela napas dan memegang kedua pundak Crystal. Crystal bisa sendiri acuh dan kini semakin fokus memasang dasi. Pertama ia mendirikan kerah baju Ethan dan meluruskan kembali dasi yang sempat kusut tadi dan melingkarkannya di leher pria itu. Kemudian ia pun mulai membentuk simpul yang membuat dasi panjang itu terpasang dengan sempurna di leher kemeja Ethan. Yang terakhir dia melipat kembali kerah baju Ethan dan merapikannya. Cara memasang dasi pria itu sengaja ia pelajari ketika Ethan disuruh Benigno untuk bekerja di kasinonya dan baru dia praktekkan ketika hubungannya dan Ethan semakin membaik."Maafkan aku, Crys. Aku salah. Harusnya waktu itu aku langsung mencarimu, tapi waktu itu aku pun sebenarnya mabuk dan tidak begitu mengingat tentang malam itu. Ya ... maksudku, aku ingat sebagian, tapi aku pikir kau adalah wanita panggilan yang memang dicarikan oleh Edward untukku. Aku tidak terpikir kalau kau juga dijebak dalam situasi itu. Maaf," ucap
"Jangan menatapku seperti itu!" kata Crystal dengan ketus.Saat ini ia sedang membantu Ethan mengancingkan baju kemeja dan memasangkan dasi pada pria itu. "Waah, istriku sangat cantik, dia juga baik," puji Ethan dengan senyum mengolok.Crystal melotot mendengarnya dan mengencangkan dasi yang dipakaikannya pada Ethan hingga membuat pria itu hampir tercekik."Awww!! Crys!!! Uhhhuk, Uhhukk!!""Ethan! Kau menyebalkan!" omel Crystal.Dia masih uring-uringan karena pengakuan Ethan kemarin padanya. Padahal kalau boleh ia jujur tentu saja di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia merasa lega dan bahagia saat mengetahui bahwa orang yang menghabiskan malam 3 tahun yang lalu dengannya adalah Ethan sekaligus ayah biologis dari putrinya. Namun itu membuat ia merasa salah tingkah."Crystal, kau ingin membunuhku?" gerutu Ethan."Ya, rasanya aku ingin sekali menembak dan membunuhmu saat ini juga. Hanya saja kasihan Clarissa
"Bacalah dahulu bagian bawahnya, baru aku memberitahumu," kata Ethan santaiCrystal melihat pada Ethan masih tak percaya. Separuh hatinya sudah menebak menjurus kemana arah si pemilik hasil DNA itu."Bacalah!" desak Ethan saat Crystal masih saja menatapnya dengan sorot mata tak percaya.Lalu dengan lirih setengah bergumam, wanita itu pun mulai membacakan hasil tes DNA itu"Penentuan profil DNA dilakukan dengan menggunakan metode standar terhadap sampel darah atas nama Mr. E sebagai terduga ayah dan sampel rambut dari terduga anak, yaitu baby C. Bukti ilmiah diperoleh dengan mengacu pada sampel yang diperiksa, menunjukkan sebagian besar alel loci marka STR yang dianalisis dari terduga ayah Mr. E, cocok dengan alel paternal dari baby C sebagai anak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas ayah Mr. E sebagai ayah biologis dari baby C adalah 98,7%. Oleh karena itu Mr. E sebagai terduga ayah dapat dipastikan adalah ayah biologis dari baby
"Ingat sesuatu, Nona?" Senyum smirk yang ditampilkan oleh Ethan terlihat sangat memesona Crystal. Entah apakah ia harus mempercayai kata-kata Ethan itu. Namun yang pasti untuk beberapa saat, Crystal merasa speechless terhadap apa yang dia dengar. Ia segera menjauhkan dirinya dari pria itu. Seolah tak pernah mendengarkan apapun, Crystal membuang mukanya menjauh dari tatapan Ethan."Crys!" panggil Ethan. "Aku ingin ke toilet dulu!" kata Crystal sambil berlalu dari hadapan pria itu.Di westafel, Crystal membasuh wajahnya, setelah itu ia pun menatap wajahnya di cermin.Benarkah apa yang didengarnya sesaat lalu dari mulut suaminya itu? Dia adalah pria yang melewatkan satu malam bersejarah kali itu dengan Crystal? Jadi itu memang bukan Alessandro? Tetapi kenapa Alessandro ...? Crystal melirik ke arah pintu tertutup yang menghubungkan pintu kamar mandi dan kamarnya seolah ia bisa melihat tembus pandang ke arah Ethan yang saat ini s
Ethan melirik Crystal yang lagi-lagi tampak merenung."Sebenarnya kau sedang memikirkan apa?" tanya Ethan.Dia sungguh tak terbiasa melihat Crystal yang seperti ini. Di matanya, Crystal harusnya tidak seperti ini. Bukankah wanita itu biasanya cerewet."Ethan ... " panggil Crystal.Ethan menunggu wanitanya itu bersuara. Namun lagi-lagi wanita itu hanya menghela napas, dan membuang napas. Lalu tak jadi mengatakan apa yang ingin dikatakannya.Sejak tadi siang mereka pulang dari pernikahan Christina, Crystal lebih banyak diam dan merenung. Sungguh tak asyik sama sekali melihat istrinya ini begini. Ethan merasa seperti sedang bersama orang lain. Lagi pula dia sedang tidak ke kasino hari ini. Dan hanya begini saja yang dia dapat di rumah?"Ethan," panggil Crystal lagi.Kali ini Ethan yang mendengus kasar."Ya. Kalau kau mau bicara, bicara saja Crys. Jangan membuatku kesal!" omel Ethan yang sepertinya sudah tidak tahan
"Kau kenapa?" tanya Ethan sesaat setelah Crystal dan Christina telah selesai berbicara. Mereka pun telah berpamitan untuk pulang pada mempelai wanita itu. Sepertinya Crystal bahkan tak sempat lagi untuk bertemu dengan kedua orang tua Christina. Dia hanya bisa menitipkan salam saja lewat Christina pada keduanya.Crystal menggeleng."Tidak apa-apa," dustanya.Sesungguhnya dia sedang tidak baik-baik saja saat ini mendengar pengakuan Christina. Bagaimana mungkin suaminya Christina itu adalah capo dei capi? Itu tidak mungkin, kan? Jikalau itu benar, bukankah itu berarti kalau orang yang telah menghabiskan malam dengannya tiga tahun silam itu adalah Alfonso, suaminya Christina saat ini? Ya Tuhan! Bagaimana itu mungkin? Crystal tak habis pikir karenanya.Maka dari samping gereja tempat dia tadi mengobrol singkat dengan Christina, hingga ke parkiran mobil yang ada di depan gereja, Crystal hanya bisa melamun."Hei, Crys! Kau bilang kau