Crystal seperti biasa bangun setelah jarum jam menunjukkan di atas pukul 08.00 pagi. Rutinitas pagi hariannya begitu ia bangun adalah membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumah ini. Lalu seperti hari-hari sebelumnya iapun akan keluar ke balkon dan menikmati udara pagi sekaligus matahari pagi untuk ia sedikit berjemur. Katanya sinar matahari pagi dibawah jam 9 pagi sangat bagus untuk kesehatan kulit dan tulang. Oleh karena itu wanita itu selalu menyempatkan diri untuk berjemur di pagi hari.
Mungkin semua akan terasa biasa, andai pagi ini ia tidak melihat dan merasakan sesuatu yang sedikit berbeda seperti saat ini ia melihat si bo-doh Ethan itu sedang berada di depan kap mobil terbuka milik ayahnya. Ethan terlihat serius sedang memperbaiki mobil itu. Dengan kain lap dan kunci-kunci di tangannya serta hitam oli yang sedikit belepotan di wajahnya membuat ia terlihat tampan dan eksotik. Setidaknya demikianlah penilaian pribadi Crystal sekilas pandang kepadanya. Apa? Apa tadi, Crys? Dia tampan dan eksotik? Hah! Tidak mungkin! Bantah Crystal dalam hati. Sambil mengumpat pemikirannya yang seperti itu, Crystal pun meninggalkan balkon sambil tersenyum uring-uringan menuju kamar sebelah, tempat Clarissa putrinya berada. Senyumnya merekah indah begitu melihat putrinya Clarissa tengah bermain bersama memberikanAnna, pengasuhnya. "Clarice, apa kau sudah mandi?" tanyanya pada gadis kecil yang memakai gaun harian baby doll dengan motif polkadot itu. Clarissa mengangguk senang. Gadis kecil itu memang belum terlalu lancar berbicara, dan ia juga adalah tipikal anak perempuan yang pemalu. "Sudah?" tanya Crystal sambil menggelitiki Clarissa berharap mendapat interaksi lebih dari putrinya itu. "Sudah," jawab Clarissa dengan suaranya yang imut dan menggemaskan. "Sudah makan?" tanya Crystal lagi. Lagi-lagi bocah kecil itu mengangguk. "Baiklah, Clarice memang anak pintar!" puji Crystal mengapresiasi putrinya yang sudah mandi dan makan bahkan lebih awal darinya.a Sesaat Crystal yang senyumnya merekah tadi kemudian kembali manyun melihat rambut putrinya yang dikuncir seperti pohon kelapa di atas kepala. Lalu Crystal pun berpaling pada Anna. "Siapa yang menguncir rambut Clarice seperti ini?" tanya Crystal dengan nada menuduh. Anna menggigit bibirnya gugup. "Apa Ethan?" tanya Crystal dengan tak sabar. Anna mengangguk dengan raut wajah bersalah. Crystal mendengus kasar mengetahui tebakannya benar. "Dia juga yang memandikan Clarice?" Anna kembali mengangguk. "Yang memberinya makan?" Crystal lanjut bertanya. Lagi-lagi hanya anggukan yang didapat oleh Crystal, membuat ia mendengus kasar. Kali ini Anna tahu kalau ia pasti akan didamprat oleh majikannya ini. Anna sendiri heran kenapa Crystal selalu kasar kepada suaminya. Selama ia bekerja sejak Clarissa berumur dua minggu, dia telah melihat dan mengenal dengan baik mendiang suami bosnya itu. Alessandro Besson sepanjang penilaiannya adalah suami dan ayah yang baik. Bahkan kepada orang lain seperti kepada Anna sendiri, dia selalu ramah dan hangat, apalagi kepada anak dan istrinya. Yang mengherankan bagi Anna adalah majikan perempuannya itu Crystal, sebaik apapun Alessandro kepadanya, Crystal seperti tidak pernah menghargainya. Begitupun dengan suaminya yang sekarang, Ethan. Sungguh kehidupan orang kaya yang tidak dimengerti oleh Anna. Terkadang dia berpikir, Jika laki-laki baik seperti Alessandro dan Ethan saja bukan tipe lelaki idamannya, maka harus lelaki seperti apa lagi yang bisa menarik hatinya? Anna sungguh tidak mengerti. "Anna! Aku sudah pernah bilang padamu, Jangan pernah biarkan Ethan mendekati Clarice! Apa telingamu itu tidak berfungsi dengan baik? Atau itu mengalami disfungsi sehingga tidak dapat mencerna perkataan orang lain?" kesel Crystal. "Maafkan saya, Nona! Saya sudah melarang, tetap itu Tuan Ethan bersikeras ingin memandikan dan memberi Clarissa makan," kata Ana mencoba membela diri. "Kalau dipekerjakan untuk mengurus Clarissa. Jika pada akhirnya orang lain yang mengerjakan lalu disini gunamu apa?" Dengan sinis Crystal terang-terangan menyalahkan Anna. Anna sangat tahu kalau pada akhirnya, ia tetaplah harus menjadi orang yang mengalah. "Baiklah, maafkan saya, Nona Crystal! Itu tidak akan terjadi lagi!" ucapnya sambil berjanji. "Baiklah, kali ini aku memaafkanmu. Clarice, kau mau ke bawah bersama Mama tidak?" ajak Crystal pada putrinya itu. Clarissa dengan senang mengangguk. lalu Crystal pun membawa Clarissa untuk turun ke bawah. Akhir-akhir ini gara-gara sibuk mengurusi masalah pernikahan tidak pentingnya dengan Ethan, ia sampai melewatkan quality time dengan putrinya sendiri. Maka hari ini ia berencana menghabiskan waktu dengan Clarissa. "Baiklah, kita akan bermain di halaman depan Clarice, sekalian kita berjemur mumpung ada matahari pagi ini," ajak Crystal pada putrinya. Lagi-lagi Clarissa hanya tersenyum mengangguk. Ia senang bisa menghabiskan waktu dengan ibunya. "Anna, kamu ambil beberapa mainan Clarice dan bawa ke depan!" perintah Crystal pada Anna. "Baik, Nona Crystal," jawab babysitter itu dengan patuh. Hanya dalam hitungan menit, ketiganya sudah berada di halaman depan rumah mewah Benigno. Crystal pun menggelar alas untuk mereka duduk di bawah pohon pinus, plus mengikat hammock ayunan gantung di kedua sisi pohon pinus. Lalu ia pun segera naik ke ayunan itu. "Hai, Clarissa!!!" seru Ethan saat menyadari kalau ada Clarissa dan Crystal sedang bersantai menikmati matahari pagi di halaman rumah. "Papa!!" Clarissa pun menyahut sambil melambaikan tangannya kepada Ethan. Terlihat ia sangat senang, disapa oleh ayah sambungnya itu. Hah? Papa katanya? Crystal memandang sebal pada Ethan. Bagaimana bisa pria itu dengan gampang mendapatkan hati putrinya. "Clarice!" panggil Crystal pada Clarissa untuk mengalihkan perhatiannya dari Ethan. Clarissa menoleh pada ibunya. "Susun balok mainannya sampai membentuk kastil. Anna, tolong kamu bantu!" perintah Crystal pada Anna. Usai mengatakan itu, Crystal pun kembali memejamkan matanya di bawah perlindungan kaca mata hitamnya agar ia tidak silau. Sementara itu Clarissa dengan Anna kembali memainkan mainan leggo atau susunan balok milik Clarissa. Crystal hampir ketiduran, saat ia mendengar ocehan Ethan ya g rupanya kini mendatangi mereka. "Kau baru saja bangun, itu pun kesiangan, lalu kemudian kau ingin kembali tidur? Ckckck! Benar-benar wanita pemalas!" cercanya. Crystal dengan kesal langsung duduk dan menyampirkan kacamatanya di atas kepala. Dan lihat, lelaki tidak tahu diri ini! Dia bahkan telah menggendong Clarissa. "Clarissa, kau mau berjalan-jalan dengan Papa pakai mobil itu?" tanya Ethan pada Clarissa sambil menunjuk ke mobil bak terbuka milik Benigno yang baru dia perbaiki tadi. Clarissa yang lugu dengan mudahnya menganggukkan kepalanya sambil tersenym diajak oleh Ethan untuk jalan-jalan dengan mobil itu. "Tidak! Kau tidak boleh membawanya!" larang Crystal kesal. Kali ini ia bahkan sampai melompat dari ayunan. "Aku tidak akan membawanya jauh-jauh. Hanya disekitar sini saja, Crys. Jangan berlebihan!" "Berlebihan katamu? Kau tahu seberapa banyak musuh Benigno Mensina di luar sana? Bagaimana kalau mereka mengikutimu dan mencelakai Clarice?" "Aku ayahnya, aku akan melindunginya!" jawab Ethan mantap. "Hah? Ayahnya? Hanya karena kau berhasil menikahiku dengan cara curang, tidak berarti kau adalah ayahnya Clarice! Jangan bermimpi!" teriaknya marah. Ethan memutar bola matanya dengan malas. "Menikahimu dengan cara curang? Oh, ayolah! Kaulah yang menikahiku dengan cara curang. Jelas-jelas hak asuh Clarissa jatuh padaku. Dan seperti kau bilang di luar sana ada banyak musuh dari ayahmu. Lantas siapa yang menawarkan pernikahan ini agar tidak kehilangan hak asuh atas Clarissa. Itu ...kau!" Ethan menekan jari telunjuknya di kening Crystal. "Itu karena aku tidak punya pilihan lain, bede bah!" maki Crystal. "Apa pun itu, Ja lang!" balas Ethan sambil berbalik badan, membawa Clarissa dalam gendongannya. "A-apa?! Kau berani memanggilku apa?!" teriak Crystal marah. **** Jangan lupa bantu masukin ke rak ya gengs ...Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka."Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu."Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!" "Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan.Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa.Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu.Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia me
"Kau belum ingin jujur padaku tentang siapa kau sebenarnya?" tanya Crystal kepada Ethan. Ethan yang sedang berbaring begitu saja di rumput tanpa alas itu menatap wajah Crystal dengan pandangan malas. "Ethan!!!" Dengan tak sabar, Crystal pun mengguncang-guncangkan bahu Ethan. "Astaga!! Perempuan ini?! Tidak bisakah kau sedikit tenang? Sehari saja mulutmu itu tidak berisik, apa tidak bisa?!" umpat Ethan dengan sebal. "Makanya kamu jawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kau?" tanya Crystal dengan sedikit memaksa, berharap ia mendapat jawaban lain selain dari identitas yang ia dan ayahnya ketahui. "Kamu sungguh-sungguh ingin tahu siapa aku?" tanya Ethan. "Kau yakin tidak akan menyesalinya nanti jika kau sudah tahu siapa aku?" Crystal memasang wajah ketus. "Untuk apa aku menyesalinya? Aku bahkan tidak mencintaimu. Dan hanya orang yang mencintai kekasihnya dengan sungguh-sungguh lah yang
Setelah mengantar Crystal dan Clarissa kembali ke kediaman Benigno, Ethan berpamitan ingin buru-buru pergi."Hei, kau masih ingin kemana lagi?" tanya Crystal kepada Ethan.Ethan yang sudah membuka pintu mobil siap berangkat kembali, kini berbalik dan menatap Crystal."Apa kau sedang bersikap seperti istri posesif yang sedang mencurigai suaminya?" selorohnya.Mendengar selorohan Ethan, tak urung membuat Crytal menjadi kesal karenanya."Terserah kau saja, Breng sek!" umpatnya sambil geleng-geleng kepala.Crystal benar-benar tak habis pikir kenapa Ethan memiliki sifat yang luar biasa tidak tahu diri cenderung ke tak tahu malu.Kemudian pria itu pun pergi dengan tawa berderai karena berhasil membuat Crystal menjadi kesal karenanya."Mama, Papa kemana?" tanya Clarissa.Crystal mengernyitkan keningnya kesal. Lihatlah! Bahkan putrinya saat ini benar-benar telah terpengaruh oleh kehadiran Ethan. "Saya
"Kau baru pulang?" Ethan yang baru saja membuka pintu cukup terkejut melihat siapa yang kini sedang berbaring di ranjangnya. "Apa yang kau lakukan disini, Crys?" Crystal yang sedari tadi menunggu di kamar Ethan melihat pria itu hanya berdiri di ambang pintu, kini memiringkan tubuhnya sambil menopang kepalanya dengan pose yang uhhh, cukup menggoda! Bagaimana tidak menggoda? Wanita itu menunggu di kamarnya hanya dengan menggunakan lingerie satin berwarna hitam yang walaupun tidak minim dan terbuka, tetapi gaun malam itu cukup kooperatif membentuk tubuh Crystal hingga terlihat lekuk-lekuk sekali lagi ohhh, sangat menggoda iman. Entah apa maksud wanita itu bersikap seperti itu, tetapi yang jelas Ethan cukup merasa terganggu karenanya. Bagaimana pun dia pria normal, you know? Dan Crystal entah dengan niat apa sengaja menunggunya di kamar dengan pose seperti itu. "Wow, garang sekali kau, Ethan? Apa kau tidak tergoda melihatku? Apa bertemu dengan ja lang di hotel sudah membuat ga
"Kau lelaki ba jingan!" desis Crystal marah. Ia kini sedang bersandar pada headboard ranjang setelah beberapa saat yang lalu Ethan berhasil menyetu buhinya. Lelaki itu sangat kuat, ia sampai tidak berdaya melawan. Ah, bukan! Crystal tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Lebih tepatnya Ethan sangat lihai sehingga ia bisa bungkam melihat dan merasakan lelaki itu berbuat semaunya padanya. Awalnya ia ingin memberontak, tetapi tetap saja ia adalah perempuan yang lemah. Lemah secara fisik dan juga .... iman. Sia lan! Ethan tidak menanggapi. Ia hanya tersenyum tipis mendengar Crystal yang mengomel dan menatapnya seperti aura orang yang ingin menelannya hidup-hidup. "Apa yang kau tertawakan, Breng sek!" Crystal melempar sebuah bantal ke arah Ethan yang segera ditangkap oleh pria itu dengan sigap. "Cukup, Crys! Aku tak ada waktu meladenimu. Harusnya kau berpikir ulang sebelum kau menuduhku berbuat macam-macam. Jika memang aku berselingkuh di hotel dengan para ja lang seperti yang kau tud
Pagi datang dan matahari terlihat cerah menyinari kawasan bumi Sisilia. Musim panas di Sisilia sama saja dengan musim panas di daerah lainnya. Cerah dan menyenangkan tentu saja, membuat masyarakat daerah setempat bersemangat dalam mengawali rutinitas hariannya. Begitu pun Ethan yang terlihat bersemangat keluar dari kamarnya dan turun menuju ruang makan di rumah Benigno Mensina.Bak rumahnya sendiri, ia pun bergabung dengan para penghuni rumah lainnya untuk sarapan. Selembar roti bakar ia tarik dari pemanggangnya tanpa mempedulikan asisten rumah tangga yang sedikit uring-uringan karena roti itu dipersiapkan untuk Tuan besarnya, Benigno Mensina."Hallo, selamat pagi semuanya!" sapanya dan langsung menyambar segelas cappuccino latte milik Crystal dan meneguknya.Crystal langsung saja melotot melihat betapa tidak tahu dirinya lelaki itu."Apa kau tak bisa sabar menunggu minumanmu disiapkan terlebih dahulu?" omel Crystal.Ah, ya .... Tumben s
Di sebuah ruangan bangunan megah di pusat kota C, bisnis serupa dengan milik Benigno, yaitu D&C Casino, seorang pria berusia sekitar tiga puluh tahunan sedang mendamprat para anak buahnya yang baru saja melaporkan kondisi terkini salah satu dari teman mereka yang kini terkapar di rumah sakit akibat salah sasaran menculik cucu Benigno Mensina."Apa kalian ini bo doh? Siapa suruh kalian menculik cucunya Benigno di keramaian seperti itu? Kalian ini bosan hidup bebas atau memang sudah tidak ingin hidup, heh!!" bentak Andrew Bosseli."Bos menyuruh kami memata-matai Crystal dan suami barunya, Ethan Travotelli. Berkebetulan kemarin mereka sedang berjalan-jalan di taman dengan putrinya. Dan anak itu dilepaskan pula di area taman, jadi kami pikir tak ada salahnya untuk menculiknya sekalian. Kalau kita berhasil menculik Clarissa, itu pasti akan menjadi pukulan telak bagi Benigno," tutur Alfredo kepada Andrew Bosseli, anak dari pendiri Demond del Cielo itu."Dasar Bo
Bosan berada di rumah, Crystal hari ini berencana untuk bertemu teman-teman sosialitanya. Maklum, Crystal bukanlah wanita karir yang punya rutinitas harian setiap hari. Dia hanyalah seorang putri dari Benigno Mensina. Masa depannya telah terjamin. Jangan tanya apa saja yang akan ditinggalkan Benigno sebagai warisan pada Putri semata wayangnya itu jika ia telah meninggal nanti, bahkan ketika ayahnya itu masih hidup, ia telah banyak memiliki asset. Banyak, atau mungkin semuanya? Itu sudah pasti, kan? Kalau bukan kepada dirinya, terus kepada siapa lagi warisan ayahnya itu akan diturunkan? Tidak mungkin pada Arabella si ja lang itu, kan?Itulah sebab ia tidak memiliki karir apa pun. Lagipula Crystal bukanlah tipe wanita perfeksionis yang memiliki prinsip idealisme sebagai pedoman hidup. Sedari awal dia tidak punya cita-cita. Kehidupannya dari sejak ia kecil adalah menikmati hidup dalam gelimang harta milik Benigno Mensina. Jadi jangan tanya apa ia punya semacam cita-cita untuk
"Clarice! Siapa yang kau maksud sialan? Kau memanggil Mama sialan?" hardik Crystal.Clarissa menganggukkan kepalanya dan menatap Crystal dengan wajah seakan tak merasa berdosa, membuat Crystal semakin membelalakkan matanya. Sebelum Crystal memarahi Clarissa, gadis kecil itu pun bertanya padanya."Mama, Sialan itu apa?" Crystal yang tadinya ingin marah, akhirnya tak lagi dapat berkata-kata mendengar pertanyaan putri semata wayangnya itu."Apa? Sialan itu apa?" tanya Clarissa masih sabar menunggu jawaban dari sang mama."Em .... sayang, Clarice. Sia ... lan .... itu maksudnya ada ....lah ...."Lihatlah! Crystal menjadi bingung menjawabnya."Kau lihat? Kau pun akhirnya kebingungan menjawabnya, kan?" ejek Ethan."Oh, diamlah! Ini semua karenamu. Biasanya Clarissa tak se-kritis itu menanggapi apa yang kukatakan. Ini karena kau menyinggung hal ini tadi!" kesal Crystal.Ethan menggeleng."Kau salah,
"Anna, kau belum memandikan Clarice?" tanya Crystal yang juga kini telah menuruni anak tangga hingga ia sampai di bawah.Anna pun segera mendekat."Belum, Nona Crystal.""Cepat mandikan dia!" perintah Crystal."Ayo, Clarice. Kita mandi!" ajak Anna sambil mengulurkan tangannya pada Clarissa yang sedang digendong oleh Ethan.Clarissa menggelengkan kepalanya dan kini malah mempererat pelukannya di leher Ethan."Clarice, jangan membuat Anna susah!" omel Crystal.Crystal berusaha membantu mengatasi putrinya yang sedang menempel erat pada Ethan. Ia mengulurkan tangannya berusaha mengambil Clarissa dari gendongan Ethan. Ethan pun melonggarkan gendongannya agar Crystal bisa menarik Clarissa untuk diberikan pada Anna. Tetapi sayangnya, Clarissa malah semakin erat memeluk leher sang ayah."Aku tidak mau ... tidak mau .... Clarice mau dengan Papa Ethan!" tolak gadis kecil itu."Ya Tuhan, Clarice! Papa i
"Kau dengar, Crys. Bantu aku menyembunyikan semua itu. Karena kau memaksa untuk tahu maka kau juga harus menyembunyikan identitasku sebagai capo dei capi dan menutupnya rapat-rapat. Aku bisa mengandalkanmu, kan?" tanya Ethan dengan nada membujuk.Crystal menelan salivanya yang terasa pahit. Sebagai putri dari seorang mafia dari sejak ia kecil, Crystal sangat tahu betapa beresikonya jalan hidup yang dipilih oleh seorang mafia. Mafia berarti adalah musuh nyata negara yang wajib untuk dimusnahkan hingga ke akarnya. Belum lagi dengan musuh dari kelompok mafia lain.Sewaktu-waktu akan ada berita buruk yang datang bagi keluarga mafia. Entah itu salah seorang dari anggota keluarga itu meninggal karena dibunuh oleh klan mafia tandingan, atau pun mafia itu sendiri yang tertangkap oleh petugas penegak hukum.Crystal kini dapat mengerti bagaimana posisi Ethan. Ia dapat merasakan sendiri betapa berbahayanya menjadi seorang Ethan sehingga Ethan perlu menyembunyikan ide
Ethan menghela napas dan memegang kedua pundak Crystal. Crystal bisa sendiri acuh dan kini semakin fokus memasang dasi. Pertama ia mendirikan kerah baju Ethan dan meluruskan kembali dasi yang sempat kusut tadi dan melingkarkannya di leher pria itu. Kemudian ia pun mulai membentuk simpul yang membuat dasi panjang itu terpasang dengan sempurna di leher kemeja Ethan. Yang terakhir dia melipat kembali kerah baju Ethan dan merapikannya. Cara memasang dasi pria itu sengaja ia pelajari ketika Ethan disuruh Benigno untuk bekerja di kasinonya dan baru dia praktekkan ketika hubungannya dan Ethan semakin membaik."Maafkan aku, Crys. Aku salah. Harusnya waktu itu aku langsung mencarimu, tapi waktu itu aku pun sebenarnya mabuk dan tidak begitu mengingat tentang malam itu. Ya ... maksudku, aku ingat sebagian, tapi aku pikir kau adalah wanita panggilan yang memang dicarikan oleh Edward untukku. Aku tidak terpikir kalau kau juga dijebak dalam situasi itu. Maaf," ucap
"Jangan menatapku seperti itu!" kata Crystal dengan ketus.Saat ini ia sedang membantu Ethan mengancingkan baju kemeja dan memasangkan dasi pada pria itu. "Waah, istriku sangat cantik, dia juga baik," puji Ethan dengan senyum mengolok.Crystal melotot mendengarnya dan mengencangkan dasi yang dipakaikannya pada Ethan hingga membuat pria itu hampir tercekik."Awww!! Crys!!! Uhhhuk, Uhhukk!!""Ethan! Kau menyebalkan!" omel Crystal.Dia masih uring-uringan karena pengakuan Ethan kemarin padanya. Padahal kalau boleh ia jujur tentu saja di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia merasa lega dan bahagia saat mengetahui bahwa orang yang menghabiskan malam 3 tahun yang lalu dengannya adalah Ethan sekaligus ayah biologis dari putrinya. Namun itu membuat ia merasa salah tingkah."Crystal, kau ingin membunuhku?" gerutu Ethan."Ya, rasanya aku ingin sekali menembak dan membunuhmu saat ini juga. Hanya saja kasihan Clarissa
"Bacalah dahulu bagian bawahnya, baru aku memberitahumu," kata Ethan santaiCrystal melihat pada Ethan masih tak percaya. Separuh hatinya sudah menebak menjurus kemana arah si pemilik hasil DNA itu."Bacalah!" desak Ethan saat Crystal masih saja menatapnya dengan sorot mata tak percaya.Lalu dengan lirih setengah bergumam, wanita itu pun mulai membacakan hasil tes DNA itu"Penentuan profil DNA dilakukan dengan menggunakan metode standar terhadap sampel darah atas nama Mr. E sebagai terduga ayah dan sampel rambut dari terduga anak, yaitu baby C. Bukti ilmiah diperoleh dengan mengacu pada sampel yang diperiksa, menunjukkan sebagian besar alel loci marka STR yang dianalisis dari terduga ayah Mr. E, cocok dengan alel paternal dari baby C sebagai anak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas ayah Mr. E sebagai ayah biologis dari baby C adalah 98,7%. Oleh karena itu Mr. E sebagai terduga ayah dapat dipastikan adalah ayah biologis dari baby
"Ingat sesuatu, Nona?" Senyum smirk yang ditampilkan oleh Ethan terlihat sangat memesona Crystal. Entah apakah ia harus mempercayai kata-kata Ethan itu. Namun yang pasti untuk beberapa saat, Crystal merasa speechless terhadap apa yang dia dengar. Ia segera menjauhkan dirinya dari pria itu. Seolah tak pernah mendengarkan apapun, Crystal membuang mukanya menjauh dari tatapan Ethan."Crys!" panggil Ethan. "Aku ingin ke toilet dulu!" kata Crystal sambil berlalu dari hadapan pria itu.Di westafel, Crystal membasuh wajahnya, setelah itu ia pun menatap wajahnya di cermin.Benarkah apa yang didengarnya sesaat lalu dari mulut suaminya itu? Dia adalah pria yang melewatkan satu malam bersejarah kali itu dengan Crystal? Jadi itu memang bukan Alessandro? Tetapi kenapa Alessandro ...? Crystal melirik ke arah pintu tertutup yang menghubungkan pintu kamar mandi dan kamarnya seolah ia bisa melihat tembus pandang ke arah Ethan yang saat ini s
Ethan melirik Crystal yang lagi-lagi tampak merenung."Sebenarnya kau sedang memikirkan apa?" tanya Ethan.Dia sungguh tak terbiasa melihat Crystal yang seperti ini. Di matanya, Crystal harusnya tidak seperti ini. Bukankah wanita itu biasanya cerewet."Ethan ... " panggil Crystal.Ethan menunggu wanitanya itu bersuara. Namun lagi-lagi wanita itu hanya menghela napas, dan membuang napas. Lalu tak jadi mengatakan apa yang ingin dikatakannya.Sejak tadi siang mereka pulang dari pernikahan Christina, Crystal lebih banyak diam dan merenung. Sungguh tak asyik sama sekali melihat istrinya ini begini. Ethan merasa seperti sedang bersama orang lain. Lagi pula dia sedang tidak ke kasino hari ini. Dan hanya begini saja yang dia dapat di rumah?"Ethan," panggil Crystal lagi.Kali ini Ethan yang mendengus kasar."Ya. Kalau kau mau bicara, bicara saja Crys. Jangan membuatku kesal!" omel Ethan yang sepertinya sudah tidak tahan
"Kau kenapa?" tanya Ethan sesaat setelah Crystal dan Christina telah selesai berbicara. Mereka pun telah berpamitan untuk pulang pada mempelai wanita itu. Sepertinya Crystal bahkan tak sempat lagi untuk bertemu dengan kedua orang tua Christina. Dia hanya bisa menitipkan salam saja lewat Christina pada keduanya.Crystal menggeleng."Tidak apa-apa," dustanya.Sesungguhnya dia sedang tidak baik-baik saja saat ini mendengar pengakuan Christina. Bagaimana mungkin suaminya Christina itu adalah capo dei capi? Itu tidak mungkin, kan? Jikalau itu benar, bukankah itu berarti kalau orang yang telah menghabiskan malam dengannya tiga tahun silam itu adalah Alfonso, suaminya Christina saat ini? Ya Tuhan! Bagaimana itu mungkin? Crystal tak habis pikir karenanya.Maka dari samping gereja tempat dia tadi mengobrol singkat dengan Christina, hingga ke parkiran mobil yang ada di depan gereja, Crystal hanya bisa melamun."Hei, Crys! Kau bilang kau