Crystal seperti biasa bangun setelah jarum jam menunjukkan di atas pukul 08.00 pagi. Rutinitas pagi hariannya begitu ia bangun adalah membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumah ini. Lalu seperti hari-hari sebelumnya iapun akan keluar ke balkon dan menikmati udara pagi sekaligus matahari pagi untuk ia sedikit berjemur. Katanya sinar matahari pagi dibawah jam 9 pagi sangat bagus untuk kesehatan kulit dan tulang. Oleh karena itu wanita itu selalu menyempatkan diri untuk berjemur di pagi hari.
Mungkin semua akan terasa biasa, andai pagi ini ia tidak melihat dan merasakan sesuatu yang sedikit berbeda seperti saat ini ia melihat si bo-doh Ethan itu sedang berada di depan kap mobil terbuka milik ayahnya. Ethan terlihat serius sedang memperbaiki mobil itu. Dengan kain lap dan kunci-kunci di tangannya serta hitam oli yang sedikit belepotan di wajahnya membuat ia terlihat tampan dan eksotik. Setidaknya demikianlah penilaian pribadi Crystal sekilas pandang kepadanya. Apa? Apa tadi, Crys? Dia tampan dan eksotik? Hah! Tidak mungkin! Bantah Crystal dalam hati. Sambil mengumpat pemikirannya yang seperti itu, Crystal pun meninggalkan balkon sambil tersenyum uring-uringan menuju kamar sebelah, tempat Clarissa putrinya berada. Senyumnya merekah indah begitu melihat putrinya Clarissa tengah bermain bersama memberikanAnna, pengasuhnya. "Clarice, apa kau sudah mandi?" tanyanya pada gadis kecil yang memakai gaun harian baby doll dengan motif polkadot itu. Clarissa mengangguk senang. Gadis kecil itu memang belum terlalu lancar berbicara, dan ia juga adalah tipikal anak perempuan yang pemalu. "Sudah?" tanya Crystal sambil menggelitiki Clarissa berharap mendapat interaksi lebih dari putrinya itu. "Sudah," jawab Clarissa dengan suaranya yang imut dan menggemaskan. "Sudah makan?" tanya Crystal lagi. Lagi-lagi bocah kecil itu mengangguk. "Baiklah, Clarice memang anak pintar!" puji Crystal mengapresiasi putrinya yang sudah mandi dan makan bahkan lebih awal darinya.a Sesaat Crystal yang senyumnya merekah tadi kemudian kembali manyun melihat rambut putrinya yang dikuncir seperti pohon kelapa di atas kepala. Lalu Crystal pun berpaling pada Anna. "Siapa yang menguncir rambut Clarice seperti ini?" tanya Crystal dengan nada menuduh. Anna menggigit bibirnya gugup. "Apa Ethan?" tanya Crystal dengan tak sabar. Anna mengangguk dengan raut wajah bersalah. Crystal mendengus kasar mengetahui tebakannya benar. "Dia juga yang memandikan Clarice?" Anna kembali mengangguk. "Yang memberinya makan?" Crystal lanjut bertanya. Lagi-lagi hanya anggukan yang didapat oleh Crystal, membuat ia mendengus kasar. Kali ini Anna tahu kalau ia pasti akan didamprat oleh majikannya ini. Anna sendiri heran kenapa Crystal selalu kasar kepada suaminya. Selama ia bekerja sejak Clarissa berumur dua minggu, dia telah melihat dan mengenal dengan baik mendiang suami bosnya itu. Alessandro Besson sepanjang penilaiannya adalah suami dan ayah yang baik. Bahkan kepada orang lain seperti kepada Anna sendiri, dia selalu ramah dan hangat, apalagi kepada anak dan istrinya. Yang mengherankan bagi Anna adalah majikan perempuannya itu Crystal, sebaik apapun Alessandro kepadanya, Crystal seperti tidak pernah menghargainya. Begitupun dengan suaminya yang sekarang, Ethan. Sungguh kehidupan orang kaya yang tidak dimengerti oleh Anna. Terkadang dia berpikir, Jika laki-laki baik seperti Alessandro dan Ethan saja bukan tipe lelaki idamannya, maka harus lelaki seperti apa lagi yang bisa menarik hatinya? Anna sungguh tidak mengerti. "Anna! Aku sudah pernah bilang padamu, Jangan pernah biarkan Ethan mendekati Clarice! Apa telingamu itu tidak berfungsi dengan baik? Atau itu mengalami disfungsi sehingga tidak dapat mencerna perkataan orang lain?" kesel Crystal. "Maafkan saya, Nona! Saya sudah melarang, tetap itu Tuan Ethan bersikeras ingin memandikan dan memberi Clarissa makan," kata Ana mencoba membela diri. "Kalau dipekerjakan untuk mengurus Clarissa. Jika pada akhirnya orang lain yang mengerjakan lalu disini gunamu apa?" Dengan sinis Crystal terang-terangan menyalahkan Anna. Anna sangat tahu kalau pada akhirnya, ia tetaplah harus menjadi orang yang mengalah. "Baiklah, maafkan saya, Nona Crystal! Itu tidak akan terjadi lagi!" ucapnya sambil berjanji. "Baiklah, kali ini aku memaafkanmu. Clarice, kau mau ke bawah bersama Mama tidak?" ajak Crystal pada putrinya itu. Clarissa dengan senang mengangguk. lalu Crystal pun membawa Clarissa untuk turun ke bawah. Akhir-akhir ini gara-gara sibuk mengurusi masalah pernikahan tidak pentingnya dengan Ethan, ia sampai melewatkan quality time dengan putrinya sendiri. Maka hari ini ia berencana menghabiskan waktu dengan Clarissa. "Baiklah, kita akan bermain di halaman depan Clarice, sekalian kita berjemur mumpung ada matahari pagi ini," ajak Crystal pada putrinya. Lagi-lagi Clarissa hanya tersenyum mengangguk. Ia senang bisa menghabiskan waktu dengan ibunya. "Anna, kamu ambil beberapa mainan Clarice dan bawa ke depan!" perintah Crystal pada Anna. "Baik, Nona Crystal," jawab babysitter itu dengan patuh. Hanya dalam hitungan menit, ketiganya sudah berada di halaman depan rumah mewah Benigno. Crystal pun menggelar alas untuk mereka duduk di bawah pohon pinus, plus mengikat hammock ayunan gantung di kedua sisi pohon pinus. Lalu ia pun segera naik ke ayunan itu. "Hai, Clarissa!!!" seru Ethan saat menyadari kalau ada Clarissa dan Crystal sedang bersantai menikmati matahari pagi di halaman rumah. "Papa!!" Clarissa pun menyahut sambil melambaikan tangannya kepada Ethan. Terlihat ia sangat senang, disapa oleh ayah sambungnya itu. Hah? Papa katanya? Crystal memandang sebal pada Ethan. Bagaimana bisa pria itu dengan gampang mendapatkan hati putrinya. "Clarice!" panggil Crystal pada Clarissa untuk mengalihkan perhatiannya dari Ethan. Clarissa menoleh pada ibunya. "Susun balok mainannya sampai membentuk kastil. Anna, tolong kamu bantu!" perintah Crystal pada Anna. Usai mengatakan itu, Crystal pun kembali memejamkan matanya di bawah perlindungan kaca mata hitamnya agar ia tidak silau. Sementara itu Clarissa dengan Anna kembali memainkan mainan leggo atau susunan balok milik Clarissa. Crystal hampir ketiduran, saat ia mendengar ocehan Ethan ya g rupanya kini mendatangi mereka. "Kau baru saja bangun, itu pun kesiangan, lalu kemudian kau ingin kembali tidur? Ckckck! Benar-benar wanita pemalas!" cercanya. Crystal dengan kesal langsung duduk dan menyampirkan kacamatanya di atas kepala. Dan lihat, lelaki tidak tahu diri ini! Dia bahkan telah menggendong Clarissa. "Clarissa, kau mau berjalan-jalan dengan Papa pakai mobil itu?" tanya Ethan pada Clarissa sambil menunjuk ke mobil bak terbuka milik Benigno yang baru dia perbaiki tadi. Clarissa yang lugu dengan mudahnya menganggukkan kepalanya sambil tersenym diajak oleh Ethan untuk jalan-jalan dengan mobil itu. "Tidak! Kau tidak boleh membawanya!" larang Crystal kesal. Kali ini ia bahkan sampai melompat dari ayunan. "Aku tidak akan membawanya jauh-jauh. Hanya disekitar sini saja, Crys. Jangan berlebihan!" "Berlebihan katamu? Kau tahu seberapa banyak musuh Benigno Mensina di luar sana? Bagaimana kalau mereka mengikutimu dan mencelakai Clarice?" "Aku ayahnya, aku akan melindunginya!" jawab Ethan mantap. "Hah? Ayahnya? Hanya karena kau berhasil menikahiku dengan cara curang, tidak berarti kau adalah ayahnya Clarice! Jangan bermimpi!" teriaknya marah. Ethan memutar bola matanya dengan malas. "Menikahimu dengan cara curang? Oh, ayolah! Kaulah yang menikahiku dengan cara curang. Jelas-jelas hak asuh Clarissa jatuh padaku. Dan seperti kau bilang di luar sana ada banyak musuh dari ayahmu. Lantas siapa yang menawarkan pernikahan ini agar tidak kehilangan hak asuh atas Clarissa. Itu ...kau!" Ethan menekan jari telunjuknya di kening Crystal. "Itu karena aku tidak punya pilihan lain, bede bah!" maki Crystal. "Apa pun itu, Ja lang!" balas Ethan sambil berbalik badan, membawa Clarissa dalam gendongannya. "A-apa?! Kau berani memanggilku apa?!" teriak Crystal marah. **** Jangan lupa bantu masukin ke rak ya gengs ...Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka."Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu."Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!" "Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan.Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa.Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu.Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia me
"Kau belum ingin jujur padaku tentang siapa kau sebenarnya?" tanya Crystal kepada Ethan. Ethan yang sedang berbaring begitu saja di rumput tanpa alas itu menatap wajah Crystal dengan pandangan malas. "Ethan!!!" Dengan tak sabar, Crystal pun mengguncang-guncangkan bahu Ethan. "Astaga!! Perempuan ini?! Tidak bisakah kau sedikit tenang? Sehari saja mulutmu itu tidak berisik, apa tidak bisa?!" umpat Ethan dengan sebal. "Makanya kamu jawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kau?" tanya Crystal dengan sedikit memaksa, berharap ia mendapat jawaban lain selain dari identitas yang ia dan ayahnya ketahui. "Kamu sungguh-sungguh ingin tahu siapa aku?" tanya Ethan. "Kau yakin tidak akan menyesalinya nanti jika kau sudah tahu siapa aku?" Crystal memasang wajah ketus. "Untuk apa aku menyesalinya? Aku bahkan tidak mencintaimu. Dan hanya orang yang mencintai kekasihnya dengan sungguh-sungguh lah yang
Setelah mengantar Crystal dan Clarissa kembali ke kediaman Benigno, Ethan berpamitan ingin buru-buru pergi."Hei, kau masih ingin kemana lagi?" tanya Crystal kepada Ethan.Ethan yang sudah membuka pintu mobil siap berangkat kembali, kini berbalik dan menatap Crystal."Apa kau sedang bersikap seperti istri posesif yang sedang mencurigai suaminya?" selorohnya.Mendengar selorohan Ethan, tak urung membuat Crytal menjadi kesal karenanya."Terserah kau saja, Breng sek!" umpatnya sambil geleng-geleng kepala.Crystal benar-benar tak habis pikir kenapa Ethan memiliki sifat yang luar biasa tidak tahu diri cenderung ke tak tahu malu.Kemudian pria itu pun pergi dengan tawa berderai karena berhasil membuat Crystal menjadi kesal karenanya."Mama, Papa kemana?" tanya Clarissa.Crystal mengernyitkan keningnya kesal. Lihatlah! Bahkan putrinya saat ini benar-benar telah terpengaruh oleh kehadiran Ethan. "Saya
"Kau baru pulang?" Ethan yang baru saja membuka pintu cukup terkejut melihat siapa yang kini sedang berbaring di ranjangnya."Apa yang kau lakukan disini, Crys?" Crystal yang sedari tadi menunggu di kamar Ethan melihat pria itu hanya berdiri di ambang pintu, kini memiringkan tubuhnya sambil menopang kepalanya dengan pose yang uhhh, cukup menggoda! Bagaimana tidak menggoda? Wanita itu menunggu di kamarnya hanya dengan menggunakan lingerie satin berwarna hitam yang walaupun tidak minim dan terbuka, tetapi gaun malam itu cukup kooperatif membentuk tubuh Crystal hingga terlihat lekuk-lekuk sekali lagi ohhh, sangat menggoda iman. Entah apa maksud wanita itu bersikap seperti itu, tetapi yang jelas Ethan cukup merasa terganggu karenanya. Bagaimana pun dia pria normal, you know? Dan Crystal entah dengan niat apa sengaja menunggunya di kamar dengan pose seperti itu."Wow, garang sekali kau, Ethan? Apa kau tidak tergoda melihatku? Apa bertemu d
"Kau lelaki ba jingan!" desis Crystal marah.Ia kini sedang bersandar pada headboard ranjang setelah beberapa saat yang lalu Ethan berhasil menyetu buhinya. Lelaki itu sangat kuat, ia sampai tidak berdaya melawan. Ah, bukan! Crystal tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Lebih tepatnya Ethan sangat lihai sehingga ia bisa bungkam melihat dan merasakan lelaki itu berbuat semaunya padanya. Awalnya ia ingin memberontak, tetapi tetap saja ia adalah perempuan yang lemah. Lemah secara fisik dan juga .... iman. Sia lan!Ethan tidak menanggapi. Ia hanya tersenyum tipis mendengar Crystal yang mengomel dan menatapnya seperti aura orang yang ingin menelannya hidup-hidup."Apa yang kau tertawakan, Breng sek!" Crystal melempar sebuah bantal ke arah Ethan yang segera ditangkap oleh pria itu dengan sigap."Cukup, Crys! Aku tak ada waktu meladenimu. Harusnya kau berpikir ulang sebelum kau menuduhku berbuat macam-macam. Jika memang aku berselingkuh di hotel dengan pa
Pagi datang dan matahari terlihat cerah menyinari kawasan bumi Sisilia. Musim panas di Sisilia sama saja dengan musim panas di daerah lainnya. Cerah dan menyenangkan tentu saja, membuat masyarakat daerah setempat bersemangat dalam mengawali rutinitas hariannya. Begitu pun Ethan yang terlihat bersemangat keluar dari kamarnya dan turun menuju ruang makan di rumah Benigno Mensina.Bak rumahnya sendiri, ia pun bergabung dengan para penghuni rumah lainnya untuk sarapan. Selembar roti bakar ia tarik dari pemanggangnya tanpa mempedulikan asisten rumah tangga yang sedikit uring-uringan karena roti itu dipersiapkan untuk Tuan besarnya, Benigno Mensina."Hallo, selamat pagi semuanya!" sapanya dan langsung menyambar segelas cappuccino latte milik Crystal dan meneguknya.Crystal langsung saja melotot melihat betapa tidak tahu dirinya lelaki itu."Apa kau tak bisa sabar menunggu minumanmu disiapkan terlebih dahulu?" omel Crystal.Ah, ya .... Tumben s
"Ethan Trovatelli, bersediakah saudara mengasihi dan menghormati istri saudara sepanjang hidup? Selalu setia padanya dalam suka dan duka, dalam kecukupan dan kekurangan, serta dalam sehat atau pun sakit?""Ya, saya bersedia,"jawab Ethan.Sebaliknya sang mempelai wanita di balik veil transparan yang menutupi kepalanya, ia memutar bola matanya dengan malas. Ini bukan pernikahan yang diinginkan olehnya, tentu saja. Namun pada akhirnya dia pun terpaksa mengucapkan janji yang sama."Mulai saat ini kalian resmi menjadi pasangan suami istri. Apa yang dipersatukan oleh Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia".Sekarang tibalah giliran Ethan akan mencium Crystal, di depan para tamu undangan. Ethan menyingkap veil putih yang menutupi wajah istrinya itu, lalu ia pun mendekatkan wajahnya ke arah bibir Crystal."Jangan berani-berani mencoba melakukannya," ancamnya dengan bisikan lirih pada pria yang baru saja resmi menikahinya itu.Ethan tersenyum. Dia tahu Crystal tidak menginginkannya, tetapi
Pria yang diteriaki itu tersentak dari keterkejutannya mendengar teriakan Ethan. Spontan ia menoleh pada Ethan yang kini hanya berjarak beberapa meter darinya. Tak ingin merasa malu karena salah satu anak buahnya tumbang oleh lemparan piring pria itu, Andrew Bosseli tertawa terkekeh dengan nada meremehkan."Wah, pengantin pria sepertinya sangat marah sekali. Ingin menjadi hero di depan Crystal, heh?" kekehnya. "Baiklah, akan kukabulkan. Jadilah hero untuk istri tersayangmu itu!"Usai mengatakan itu, Andrew lagi-lagi memberi isyarat dengan dagunya agar sniper yang satunya menyerang Crystal. Sniper itu pun mengangkat senjatanya.Ethan yang melihat hal itu langsung berlari secepat angin ke arah sniper itu. Dan ....BUUGGHH!!!!Belum sempat pelatuk itu ditarik, sebuah tendangan dari Ethan mendarat di rahang sniper itu. Sniper itu tumbang dan masih sempat mencoba untuk bangkit, namun satu tendangan lagi dari Ethan di kepalanya cukup membuat pria itu kehilangan tenaga untuk bangkit."Arggg
Pagi datang dan matahari terlihat cerah menyinari kawasan bumi Sisilia. Musim panas di Sisilia sama saja dengan musim panas di daerah lainnya. Cerah dan menyenangkan tentu saja, membuat masyarakat daerah setempat bersemangat dalam mengawali rutinitas hariannya. Begitu pun Ethan yang terlihat bersemangat keluar dari kamarnya dan turun menuju ruang makan di rumah Benigno Mensina.Bak rumahnya sendiri, ia pun bergabung dengan para penghuni rumah lainnya untuk sarapan. Selembar roti bakar ia tarik dari pemanggangnya tanpa mempedulikan asisten rumah tangga yang sedikit uring-uringan karena roti itu dipersiapkan untuk Tuan besarnya, Benigno Mensina."Hallo, selamat pagi semuanya!" sapanya dan langsung menyambar segelas cappuccino latte milik Crystal dan meneguknya.Crystal langsung saja melotot melihat betapa tidak tahu dirinya lelaki itu."Apa kau tak bisa sabar menunggu minumanmu disiapkan terlebih dahulu?" omel Crystal.Ah, ya .... Tumben s
"Kau lelaki ba jingan!" desis Crystal marah.Ia kini sedang bersandar pada headboard ranjang setelah beberapa saat yang lalu Ethan berhasil menyetu buhinya. Lelaki itu sangat kuat, ia sampai tidak berdaya melawan. Ah, bukan! Crystal tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Lebih tepatnya Ethan sangat lihai sehingga ia bisa bungkam melihat dan merasakan lelaki itu berbuat semaunya padanya. Awalnya ia ingin memberontak, tetapi tetap saja ia adalah perempuan yang lemah. Lemah secara fisik dan juga .... iman. Sia lan!Ethan tidak menanggapi. Ia hanya tersenyum tipis mendengar Crystal yang mengomel dan menatapnya seperti aura orang yang ingin menelannya hidup-hidup."Apa yang kau tertawakan, Breng sek!" Crystal melempar sebuah bantal ke arah Ethan yang segera ditangkap oleh pria itu dengan sigap."Cukup, Crys! Aku tak ada waktu meladenimu. Harusnya kau berpikir ulang sebelum kau menuduhku berbuat macam-macam. Jika memang aku berselingkuh di hotel dengan pa
"Kau baru pulang?" Ethan yang baru saja membuka pintu cukup terkejut melihat siapa yang kini sedang berbaring di ranjangnya."Apa yang kau lakukan disini, Crys?" Crystal yang sedari tadi menunggu di kamar Ethan melihat pria itu hanya berdiri di ambang pintu, kini memiringkan tubuhnya sambil menopang kepalanya dengan pose yang uhhh, cukup menggoda! Bagaimana tidak menggoda? Wanita itu menunggu di kamarnya hanya dengan menggunakan lingerie satin berwarna hitam yang walaupun tidak minim dan terbuka, tetapi gaun malam itu cukup kooperatif membentuk tubuh Crystal hingga terlihat lekuk-lekuk sekali lagi ohhh, sangat menggoda iman. Entah apa maksud wanita itu bersikap seperti itu, tetapi yang jelas Ethan cukup merasa terganggu karenanya. Bagaimana pun dia pria normal, you know? Dan Crystal entah dengan niat apa sengaja menunggunya di kamar dengan pose seperti itu."Wow, garang sekali kau, Ethan? Apa kau tidak tergoda melihatku? Apa bertemu d
Setelah mengantar Crystal dan Clarissa kembali ke kediaman Benigno, Ethan berpamitan ingin buru-buru pergi."Hei, kau masih ingin kemana lagi?" tanya Crystal kepada Ethan.Ethan yang sudah membuka pintu mobil siap berangkat kembali, kini berbalik dan menatap Crystal."Apa kau sedang bersikap seperti istri posesif yang sedang mencurigai suaminya?" selorohnya.Mendengar selorohan Ethan, tak urung membuat Crytal menjadi kesal karenanya."Terserah kau saja, Breng sek!" umpatnya sambil geleng-geleng kepala.Crystal benar-benar tak habis pikir kenapa Ethan memiliki sifat yang luar biasa tidak tahu diri cenderung ke tak tahu malu.Kemudian pria itu pun pergi dengan tawa berderai karena berhasil membuat Crystal menjadi kesal karenanya."Mama, Papa kemana?" tanya Clarissa.Crystal mengernyitkan keningnya kesal. Lihatlah! Bahkan putrinya saat ini benar-benar telah terpengaruh oleh kehadiran Ethan. "Saya
"Kau belum ingin jujur padaku tentang siapa kau sebenarnya?" tanya Crystal kepada Ethan. Ethan yang sedang berbaring begitu saja di rumput tanpa alas itu menatap wajah Crystal dengan pandangan malas. "Ethan!!!" Dengan tak sabar, Crystal pun mengguncang-guncangkan bahu Ethan. "Astaga!! Perempuan ini?! Tidak bisakah kau sedikit tenang? Sehari saja mulutmu itu tidak berisik, apa tidak bisa?!" umpat Ethan dengan sebal. "Makanya kamu jawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kau?" tanya Crystal dengan sedikit memaksa, berharap ia mendapat jawaban lain selain dari identitas yang ia dan ayahnya ketahui. "Kamu sungguh-sungguh ingin tahu siapa aku?" tanya Ethan. "Kau yakin tidak akan menyesalinya nanti jika kau sudah tahu siapa aku?" Crystal memasang wajah ketus. "Untuk apa aku menyesalinya? Aku bahkan tidak mencintaimu. Dan hanya orang yang mencintai kekasihnya dengan sungguh-sungguh lah yang
Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka."Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu."Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!" "Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan.Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa.Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu.Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia me
Crystal seperti biasa bangun setelah jarum jam menunjukkan di atas pukul 08.00 pagi. Rutinitas pagi hariannya begitu ia bangun adalah membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumah ini. Lalu seperti hari-hari sebelumnya iapun akan keluar ke balkon dan menikmati udara pagi sekaligus matahari pagi untuk ia sedikit berjemur. Katanya sinar matahari pagi dibawah jam 9 pagi sangat bagus untuk kesehatan kulit dan tulang. Oleh karena itu wanita itu selalu menyempatkan diri untuk berjemur di pagi hari.Mungkin semua akan terasa biasa, andai pagi ini ia tidak melihat dan merasakan sesuatu yang sedikit berbeda seperti saat ini ia melihat si bo-doh Ethan itu sedang berada di depan kap mobil terbuka milik ayahnya. Ethan terlihat serius sedang memperbaiki mobil itu. Dengan kain lap dan kunci-kunci di tangannya serta hitam oli yang sedikit belepotan di wajahnya membuat ia terlihat tampan dan eksotik. Setidaknya demikianlah penilaian pribadi Crystal sekilas pandang kepadanya.
"Taruhanmu yang sebenarnya adalah €500 bukan €15. Silahkan dibayar, Tuan!" Semua terkejut akan penemuan Ethan. Sungguh mereka tidak menyangka kalau orang yang mereka kira selama ini sebagai raja judi ternyata tak lebih dari seorang pecundang yang suka bermain curang."Breng sek!! Apa-apaan ini? Kau membodohi kami semua di sini?" teriak salah seorang dengan emosi. Bagaimana tidak emosi? Selama beberapa kali bertaruh dalam satu hari ini di meja judi ia selalu saja kalah. Bahkan kekalahannya di putaran terakhir ini adalah satu-satunya uang terakhir yang ia punya. Sekarang ada orang yang dengan seenaknya bermain curang. Siapa yang bisa dengan mudah menerima hal itu?"Aku tidak bermain curang! Pelayan ini bohong! Kalian kalah makanya kalian ini padaku. Itu sebabnya kalian menyuruh pelayan ini untuk berpura-pura menangkap basah aku. Padahal aku tidak berbuat curang sama sekali!" sangkal Mark.Mark masih saja ingin membantah. Ia tidak mau meng
"Ethan, antar ini ke meja nomor delapan!" seru kepala pelayan pada Ethan yang baru saja datang dari mengantar minuman di meja dua belas. "Okay! Aku datang!" seru Ethan seraya menghampiri kepala pelayan yang segera menyambutnya dengan nampan yang di atasnya telah disusun beberapa kaleng minuman bersoda siap minum. Segera keduanya bertukar nampan kosong dengan nampan yang harus diantar oleh Ethan pada pengunjung tamu yang berada di meja nomor delapan. Mensina Grand Casino adalah kasino terbesar di wilayah kota C dan sekitarnya. Sebanyak 500 mesin judi dan 100 meja judi poker dan meja judi lainnya ada disitu. Bukan hanya itu, Mensina Grand Casino juga memiliki hotel dengan jumlah kamar 590 kamar serta memiliki 8 restoran di dalamnya. Untuk para wanita yang senang bermain judi, di sini juga mereka bisa menggunakan jasa salon pribadi. Dan untuk kaum pria para petualang cinta satu malam, Mensina Grand Casino juga menyediakan ada banyak wanita