Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.
Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka. "Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu. "Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!" "Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan. Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa. Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu. Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia menyusul ke mobil dan membuka pintu di sisi mana Clarissa duduk. Ia membuka sabuk pengaman yang terpasang di tubuh anak semata wayangnya itu. Tetapi Clarissa yang mengira ibunya tidak mengijinkannya pergi ini menangis merengek. "Clarice mau pergi! Huhuhu ...Clarice mau jalan-jalan sama Papa Ethan ..." Gadis kecil itu menangis tersedu-sedu hingga membuat ibunya menjadi kebingungan. "Kau lihat? Dia ingin jalan-jalan, Crys! Dia bosan berada di rumah saja. Biarkan aku membawanya jalan-jalan," pinta Ethan pada Crystal. Ah, harus Crystal akui, dia memang jarang sekali membawa Clarissa keluar rumah. Bukan, bukan karena dia malas ataupun tidak sempat membawanya, namun ia tidak mau mengambil resiko jika Clarissa dibawa ke luar rumah ada seseorang yang akan mencelakai putrinya itu. Selama ini memang Clarissa seperti seorang putri yang terkurung di dalam istana megah. Benigno jarang sekali mengijinkan judulnya itu untuk dibawa keluar rumah, apalagi sejak insiden kematian Alessandro. "Mau ikuuut ... Clarissa mau ikuuuut!" rengek bocah kecil itu. "Kalau kau tak percaya padaku kau boleh ikut," kata Ethan kepada Crystal. " Dan tentu saja jangan mengira kalau aku sedang melakukan pendekatan kepada dirimu. Sama seperti kau tidak tertarik padaku, akupun tidak tertarik padamu, Crys! Jadi stop berpikiran macam-macam dan berprasangka buruk!" lanjut Ethan sebelum Crystal menuduhnya macam-macam. "Baiklah kalau begitu tunggu aku ganti baju sebentar!" pintanya setelah menimbang-nimbang selama beberapa saat. Ethan mengendikkan bahunya mempersilahkan Crystal untuk mengganti bajunya. Bukan Crystal namanya jika untuk berkemas-kemas saja ia butuh waktu yang sebentar. Nyatanya, waktu sebentar yang dia minta untuk mengganti baju, ternyata tidaklah sebentar yang dia katakan. Selain itu tak hanya ganti baju, Crystal juga berdandan habis-habisan seperti ia akan pergi hang out ke tempat-tempat berkelas. Menghabiskan waktu lebih dari setengah jam, barulah wanita itu kembali ke mobil setelah Ethan klakson mobil beberapa kali dari halaman depan. "Kau akan pergi seperti itu?" tanya Ethan takjub melihat dandanan Crystal yang cetar membahana. Istrinya itu memakai gaun berwarna hijau tosca tanpa lengan sepanjang lima senti di atas lutut , serta topi berbentuk caping sebagai aksesoris fungsi untuk melindungi dari sinar matahari. Dan jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya. "Ya, cuaca sangat panas sekali. Jadi bagaimana mungkin aku membiarkan sinar ultraviolet itu merusak kulit, iya kan?"tanyanya balik seakan meminta pembenaran atas apa yang ia lakukan. Ethan berpikir tidak ada gunanya berdebat dengan Crystal, apalagi itu hanya karena penampilan gadis itu yang berlebihan. Oh, ya sudahlah! Kenapa dia harus memikirkannya? Lalu tak lama melajulah mobil yang ditumpangi oleh ketiganya di atas jalan raya kota C. Tak terkira senangnya Clarissa menghirup udara bebas dan keramaian di kanan kiri jalan. Sepanjang jalan ia yang biasanya pendiam dan pemalu kali ini banyak berceloteh dengan bahasa Bali tanya sambil menunjuk-nunjuk apa yang menarik perhatiannya. Sesekali Ethan yang sedang mengemudikan mobil itu menjelaskan mengenai apa-apa yang sedang dilihat Clarissa tanpa diminta. Sepertinya ia benar-benar paham bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi yang baik dengan seorang anak kecil. Ethan membawa istri dan anak sambungnya itu ke sebuah taman yang ramai dikunjungi oleh keluarga di saat akhir pekan begini. Jangan tanya bagaimana reaksi Crystal saat tahu Ethan hanya membawa mereka ke tempat seperti ini. "Kau sungguh ingin membawa kami hanya ke tempat seperti ini?" katanya dengan nada protes sekaligus kecewa. "Hum, iya. Memangnya kenapa?" tanya Ethan tak merasa berdosa. Dengan wajah memberengut Crystal pun ikut duduk di rumput tanpa alas itu "Untuk apa datang ke taman seperti ini?" tanya Crystal masih tak habis pikir. "Berjemur!" jawab Ethan dengan entengnya sambil merebahkan tubuhnya di atas rerumputan. "Kalau hanya ditempat seperti ini, di rumah pun tadi bisa! Apa bedanya berjemur di taman dengan di halaman rumah dengan matahari yang sama?" protes Crystal sambil mencibir. Dalam hatinya ia pun menambahi, 'kenapa kau tidak jujur saja kalau kau tidak punya uang membawa aku dan Clarissa ke tempat mewah, Ba jingan? gerutu Crystal dalam hati "Tentu berbeda. Jika di rumah, Clarissa hanya bertemu dengan orang yang itu-itu saja. Dia pasti sangat bosan dikurung di rumah besar itu. Kau lihat itu?" Ethan menunjuk anak-anak seumuran Clarissa yang ada di taman itu dan dibawa orang tuanya dengan tujuan yang sama seperti mereka yakni sekedar berjalan-jalan menikmati moment weekend. Ada yang datang hanya bertiga seperti mereka, ada pula yang datang hanya berdua dengan ibunya mereka. Namun tak jarang ada yang seperti berpiknik membawa keluarga besar mereka. Padahal ini bukanlah taman hiburan besar. Clarissa sendiri terlihat begitu bahagia. Gadis kecil itu melepaskan diri dari mereka ketika ia melihat seekor kucing peliharaan yang dibawa oleh serombongan kecil keluarga yang berada tak jauh dari mereka. Crystal ingin mencegah putrinya itu menjauh dari jangkauannya. Namun Ethan melarang. "Biarkan ia menikmati masa kecilnya, Crys!" kata Ethan mencoba untuk memberikan pengertian pada ibu sang anak. Meski kesal dan ingin membantah, tetapi Crystal tak punya pilihan lain saat ia melihat tawa yang sungguh-sungguh bahagia mengembang di wajah kecil putrinya itu. Di sisi lain taman mereka tak menyadari ada dua pasang mata yang sedang mengintai mereka sedari tadi. Salah seorang dari mereka sedang menelepon dengan seseorang dengan menggunakan headset bluetooth di telinga. "Anak kecil berusia kurang dari tiga tahun. Perempuan, berpakaian pink dengan renda di bagian bawah gaunnya. Kunci target, jangan sampai lepas! Tangkap dan bawa hidup-hidup ke markas!" Orang yang menerima perintah itu bingung. "Bos! Ada banyak anak perempuan yang memakai pakaian pink disini, terus ini bagaimana?" sahut pria yang ada disisi lain taman "Dasar bo doh! Apa kau tahu apa yang dinamakan gaun? Apa kau tidak tahu apa yang dinamakan renda? Kau sungguh tidak tau, bo doh?!! Apa istrimu tidak pernah memakainya untuk pakaian dalam?! Dasar i diot!!" bentak pria itu. "Oh, baiklah, baiklah! Aku melihatnya sekarang bos! "Lakukan dengan hati-hati. Jangan sampai gagal!" perintahnya. ***** Bersambung"Kau belum ingin jujur padaku tentang siapa kau sebenarnya?" tanya Crystal kepada Ethan. Ethan yang sedang berbaring begitu saja di rumput tanpa alas itu menatap wajah Crystal dengan pandangan malas. "Ethan!!!" Dengan tak sabar, Crystal pun mengguncang-guncangkan bahu Ethan. "Astaga!! Perempuan ini?! Tidak bisakah kau sedikit tenang? Sehari saja mulutmu itu tidak berisik, apa tidak bisa?!" umpat Ethan dengan sebal. "Makanya kamu jawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kau?" tanya Crystal dengan sedikit memaksa, berharap ia mendapat jawaban lain selain dari identitas yang ia dan ayahnya ketahui. "Kamu sungguh-sungguh ingin tahu siapa aku?" tanya Ethan. "Kau yakin tidak akan menyesalinya nanti jika kau sudah tahu siapa aku?" Crystal memasang wajah ketus. "Untuk apa aku menyesalinya? Aku bahkan tidak mencintaimu. Dan hanya orang yang mencintai kekasihnya dengan sungguh-sungguh lah yang
Setelah mengantar Crystal dan Clarissa kembali ke kediaman Benigno, Ethan berpamitan ingin buru-buru pergi."Hei, kau masih ingin kemana lagi?" tanya Crystal kepada Ethan.Ethan yang sudah membuka pintu mobil siap berangkat kembali, kini berbalik dan menatap Crystal."Apa kau sedang bersikap seperti istri posesif yang sedang mencurigai suaminya?" selorohnya.Mendengar selorohan Ethan, tak urung membuat Crytal menjadi kesal karenanya."Terserah kau saja, Breng sek!" umpatnya sambil geleng-geleng kepala.Crystal benar-benar tak habis pikir kenapa Ethan memiliki sifat yang luar biasa tidak tahu diri cenderung ke tak tahu malu.Kemudian pria itu pun pergi dengan tawa berderai karena berhasil membuat Crystal menjadi kesal karenanya."Mama, Papa kemana?" tanya Clarissa.Crystal mengernyitkan keningnya kesal. Lihatlah! Bahkan putrinya saat ini benar-benar telah terpengaruh oleh kehadiran Ethan. "Saya
"Kau baru pulang?" Ethan yang baru saja membuka pintu cukup terkejut melihat siapa yang kini sedang berbaring di ranjangnya. "Apa yang kau lakukan disini, Crys?" Crystal yang sedari tadi menunggu di kamar Ethan melihat pria itu hanya berdiri di ambang pintu, kini memiringkan tubuhnya sambil menopang kepalanya dengan pose yang uhhh, cukup menggoda! Bagaimana tidak menggoda? Wanita itu menunggu di kamarnya hanya dengan menggunakan lingerie satin berwarna hitam yang walaupun tidak minim dan terbuka, tetapi gaun malam itu cukup kooperatif membentuk tubuh Crystal hingga terlihat lekuk-lekuk sekali lagi ohhh, sangat menggoda iman. Entah apa maksud wanita itu bersikap seperti itu, tetapi yang jelas Ethan cukup merasa terganggu karenanya. Bagaimana pun dia pria normal, you know? Dan Crystal entah dengan niat apa sengaja menunggunya di kamar dengan pose seperti itu. "Wow, garang sekali kau, Ethan? Apa kau tidak tergoda melihatku? Apa bertemu dengan ja lang di hotel sudah membuat ga
"Kau lelaki ba jingan!" desis Crystal marah. Ia kini sedang bersandar pada headboard ranjang setelah beberapa saat yang lalu Ethan berhasil menyetu buhinya. Lelaki itu sangat kuat, ia sampai tidak berdaya melawan. Ah, bukan! Crystal tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Lebih tepatnya Ethan sangat lihai sehingga ia bisa bungkam melihat dan merasakan lelaki itu berbuat semaunya padanya. Awalnya ia ingin memberontak, tetapi tetap saja ia adalah perempuan yang lemah. Lemah secara fisik dan juga .... iman. Sia lan! Ethan tidak menanggapi. Ia hanya tersenyum tipis mendengar Crystal yang mengomel dan menatapnya seperti aura orang yang ingin menelannya hidup-hidup. "Apa yang kau tertawakan, Breng sek!" Crystal melempar sebuah bantal ke arah Ethan yang segera ditangkap oleh pria itu dengan sigap. "Cukup, Crys! Aku tak ada waktu meladenimu. Harusnya kau berpikir ulang sebelum kau menuduhku berbuat macam-macam. Jika memang aku berselingkuh di hotel dengan para ja lang seperti yang kau tud
Pagi datang dan matahari terlihat cerah menyinari kawasan bumi Sisilia. Musim panas di Sisilia sama saja dengan musim panas di daerah lainnya. Cerah dan menyenangkan tentu saja, membuat masyarakat daerah setempat bersemangat dalam mengawali rutinitas hariannya. Begitu pun Ethan yang terlihat bersemangat keluar dari kamarnya dan turun menuju ruang makan di rumah Benigno Mensina.Bak rumahnya sendiri, ia pun bergabung dengan para penghuni rumah lainnya untuk sarapan. Selembar roti bakar ia tarik dari pemanggangnya tanpa mempedulikan asisten rumah tangga yang sedikit uring-uringan karena roti itu dipersiapkan untuk Tuan besarnya, Benigno Mensina."Hallo, selamat pagi semuanya!" sapanya dan langsung menyambar segelas cappuccino latte milik Crystal dan meneguknya.Crystal langsung saja melotot melihat betapa tidak tahu dirinya lelaki itu."Apa kau tak bisa sabar menunggu minumanmu disiapkan terlebih dahulu?" omel Crystal.Ah, ya .... Tumben s
Di sebuah ruangan bangunan megah di pusat kota C, bisnis serupa dengan milik Benigno, yaitu D&C Casino, seorang pria berusia sekitar tiga puluh tahunan sedang mendamprat para anak buahnya yang baru saja melaporkan kondisi terkini salah satu dari teman mereka yang kini terkapar di rumah sakit akibat salah sasaran menculik cucu Benigno Mensina."Apa kalian ini bo doh? Siapa suruh kalian menculik cucunya Benigno di keramaian seperti itu? Kalian ini bosan hidup bebas atau memang sudah tidak ingin hidup, heh!!" bentak Andrew Bosseli."Bos menyuruh kami memata-matai Crystal dan suami barunya, Ethan Travotelli. Berkebetulan kemarin mereka sedang berjalan-jalan di taman dengan putrinya. Dan anak itu dilepaskan pula di area taman, jadi kami pikir tak ada salahnya untuk menculiknya sekalian. Kalau kita berhasil menculik Clarissa, itu pasti akan menjadi pukulan telak bagi Benigno," tutur Alfredo kepada Andrew Bosseli, anak dari pendiri Demond del Cielo itu."Dasar Bo
Bosan berada di rumah, Crystal hari ini berencana untuk bertemu teman-teman sosialitanya. Maklum, Crystal bukanlah wanita karir yang punya rutinitas harian setiap hari. Dia hanyalah seorang putri dari Benigno Mensina. Masa depannya telah terjamin. Jangan tanya apa saja yang akan ditinggalkan Benigno sebagai warisan pada Putri semata wayangnya itu jika ia telah meninggal nanti, bahkan ketika ayahnya itu masih hidup, ia telah banyak memiliki asset. Banyak, atau mungkin semuanya? Itu sudah pasti, kan? Kalau bukan kepada dirinya, terus kepada siapa lagi warisan ayahnya itu akan diturunkan? Tidak mungkin pada Arabella si ja lang itu, kan?Itulah sebab ia tidak memiliki karir apa pun. Lagipula Crystal bukanlah tipe wanita perfeksionis yang memiliki prinsip idealisme sebagai pedoman hidup. Sedari awal dia tidak punya cita-cita. Kehidupannya dari sejak ia kecil adalah menikmati hidup dalam gelimang harta milik Benigno Mensina. Jadi jangan tanya apa ia punya semacam cita-cita untuk
Dari studio Ethan melajukan mobil Lam borghini Aventador orange milik mertuanya itu melaju di jalan raya kota C menuju wilayah utara. Ada Crystal yang duduk di kursi sebelah kemudi. sekali ia melirik setan yang terlihat fokus menyetir mobil dengan tatapan mata lurus ke depan. "Ehem ...." dehem Crystal mencoba untuk mencairkan ketegangan di antara mereka. Ethan tidak bergeming sama sekali. Ia masih saja fokus membawa mobil itu membelah jalan raya di antara kendaraan lain yang berlalu-lalang di sisi kanan-kiri mobilnya. "Kita mau ke mana?" tanya Crystal. Ia menurunkan gengsinya setelah Ethan mengabaikan dehemannya tadi. Masih, lelaki itu masih bungkam malas menjawab pertanyaan tentang yang terkesan berbasa-basi itu. "Hey Ethan!! Apa kau tuli? Aku ini berbicara padamu!" seru Crystal nyaris berteriak. Dia kesal karena Ethan tidak menghiraukan pertanyaannya. "Bisakah kau sebentar saja tidak berisik,
"Clarice! Siapa yang kau maksud sialan? Kau memanggil Mama sialan?" hardik Crystal.Clarissa menganggukkan kepalanya dan menatap Crystal dengan wajah seakan tak merasa berdosa, membuat Crystal semakin membelalakkan matanya. Sebelum Crystal memarahi Clarissa, gadis kecil itu pun bertanya padanya."Mama, Sialan itu apa?" Crystal yang tadinya ingin marah, akhirnya tak lagi dapat berkata-kata mendengar pertanyaan putri semata wayangnya itu."Apa? Sialan itu apa?" tanya Clarissa masih sabar menunggu jawaban dari sang mama."Em .... sayang, Clarice. Sia ... lan .... itu maksudnya ada ....lah ...."Lihatlah! Crystal menjadi bingung menjawabnya."Kau lihat? Kau pun akhirnya kebingungan menjawabnya, kan?" ejek Ethan."Oh, diamlah! Ini semua karenamu. Biasanya Clarissa tak se-kritis itu menanggapi apa yang kukatakan. Ini karena kau menyinggung hal ini tadi!" kesal Crystal.Ethan menggeleng."Kau salah,
"Anna, kau belum memandikan Clarice?" tanya Crystal yang juga kini telah menuruni anak tangga hingga ia sampai di bawah.Anna pun segera mendekat."Belum, Nona Crystal.""Cepat mandikan dia!" perintah Crystal."Ayo, Clarice. Kita mandi!" ajak Anna sambil mengulurkan tangannya pada Clarissa yang sedang digendong oleh Ethan.Clarissa menggelengkan kepalanya dan kini malah mempererat pelukannya di leher Ethan."Clarice, jangan membuat Anna susah!" omel Crystal.Crystal berusaha membantu mengatasi putrinya yang sedang menempel erat pada Ethan. Ia mengulurkan tangannya berusaha mengambil Clarissa dari gendongan Ethan. Ethan pun melonggarkan gendongannya agar Crystal bisa menarik Clarissa untuk diberikan pada Anna. Tetapi sayangnya, Clarissa malah semakin erat memeluk leher sang ayah."Aku tidak mau ... tidak mau .... Clarice mau dengan Papa Ethan!" tolak gadis kecil itu."Ya Tuhan, Clarice! Papa i
"Kau dengar, Crys. Bantu aku menyembunyikan semua itu. Karena kau memaksa untuk tahu maka kau juga harus menyembunyikan identitasku sebagai capo dei capi dan menutupnya rapat-rapat. Aku bisa mengandalkanmu, kan?" tanya Ethan dengan nada membujuk.Crystal menelan salivanya yang terasa pahit. Sebagai putri dari seorang mafia dari sejak ia kecil, Crystal sangat tahu betapa beresikonya jalan hidup yang dipilih oleh seorang mafia. Mafia berarti adalah musuh nyata negara yang wajib untuk dimusnahkan hingga ke akarnya. Belum lagi dengan musuh dari kelompok mafia lain.Sewaktu-waktu akan ada berita buruk yang datang bagi keluarga mafia. Entah itu salah seorang dari anggota keluarga itu meninggal karena dibunuh oleh klan mafia tandingan, atau pun mafia itu sendiri yang tertangkap oleh petugas penegak hukum.Crystal kini dapat mengerti bagaimana posisi Ethan. Ia dapat merasakan sendiri betapa berbahayanya menjadi seorang Ethan sehingga Ethan perlu menyembunyikan ide
Ethan menghela napas dan memegang kedua pundak Crystal. Crystal bisa sendiri acuh dan kini semakin fokus memasang dasi. Pertama ia mendirikan kerah baju Ethan dan meluruskan kembali dasi yang sempat kusut tadi dan melingkarkannya di leher pria itu. Kemudian ia pun mulai membentuk simpul yang membuat dasi panjang itu terpasang dengan sempurna di leher kemeja Ethan. Yang terakhir dia melipat kembali kerah baju Ethan dan merapikannya. Cara memasang dasi pria itu sengaja ia pelajari ketika Ethan disuruh Benigno untuk bekerja di kasinonya dan baru dia praktekkan ketika hubungannya dan Ethan semakin membaik."Maafkan aku, Crys. Aku salah. Harusnya waktu itu aku langsung mencarimu, tapi waktu itu aku pun sebenarnya mabuk dan tidak begitu mengingat tentang malam itu. Ya ... maksudku, aku ingat sebagian, tapi aku pikir kau adalah wanita panggilan yang memang dicarikan oleh Edward untukku. Aku tidak terpikir kalau kau juga dijebak dalam situasi itu. Maaf," ucap
"Jangan menatapku seperti itu!" kata Crystal dengan ketus.Saat ini ia sedang membantu Ethan mengancingkan baju kemeja dan memasangkan dasi pada pria itu. "Waah, istriku sangat cantik, dia juga baik," puji Ethan dengan senyum mengolok.Crystal melotot mendengarnya dan mengencangkan dasi yang dipakaikannya pada Ethan hingga membuat pria itu hampir tercekik."Awww!! Crys!!! Uhhhuk, Uhhukk!!""Ethan! Kau menyebalkan!" omel Crystal.Dia masih uring-uringan karena pengakuan Ethan kemarin padanya. Padahal kalau boleh ia jujur tentu saja di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia merasa lega dan bahagia saat mengetahui bahwa orang yang menghabiskan malam 3 tahun yang lalu dengannya adalah Ethan sekaligus ayah biologis dari putrinya. Namun itu membuat ia merasa salah tingkah."Crystal, kau ingin membunuhku?" gerutu Ethan."Ya, rasanya aku ingin sekali menembak dan membunuhmu saat ini juga. Hanya saja kasihan Clarissa
"Bacalah dahulu bagian bawahnya, baru aku memberitahumu," kata Ethan santaiCrystal melihat pada Ethan masih tak percaya. Separuh hatinya sudah menebak menjurus kemana arah si pemilik hasil DNA itu."Bacalah!" desak Ethan saat Crystal masih saja menatapnya dengan sorot mata tak percaya.Lalu dengan lirih setengah bergumam, wanita itu pun mulai membacakan hasil tes DNA itu"Penentuan profil DNA dilakukan dengan menggunakan metode standar terhadap sampel darah atas nama Mr. E sebagai terduga ayah dan sampel rambut dari terduga anak, yaitu baby C. Bukti ilmiah diperoleh dengan mengacu pada sampel yang diperiksa, menunjukkan sebagian besar alel loci marka STR yang dianalisis dari terduga ayah Mr. E, cocok dengan alel paternal dari baby C sebagai anak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas ayah Mr. E sebagai ayah biologis dari baby C adalah 98,7%. Oleh karena itu Mr. E sebagai terduga ayah dapat dipastikan adalah ayah biologis dari baby
"Ingat sesuatu, Nona?" Senyum smirk yang ditampilkan oleh Ethan terlihat sangat memesona Crystal. Entah apakah ia harus mempercayai kata-kata Ethan itu. Namun yang pasti untuk beberapa saat, Crystal merasa speechless terhadap apa yang dia dengar. Ia segera menjauhkan dirinya dari pria itu. Seolah tak pernah mendengarkan apapun, Crystal membuang mukanya menjauh dari tatapan Ethan."Crys!" panggil Ethan. "Aku ingin ke toilet dulu!" kata Crystal sambil berlalu dari hadapan pria itu.Di westafel, Crystal membasuh wajahnya, setelah itu ia pun menatap wajahnya di cermin.Benarkah apa yang didengarnya sesaat lalu dari mulut suaminya itu? Dia adalah pria yang melewatkan satu malam bersejarah kali itu dengan Crystal? Jadi itu memang bukan Alessandro? Tetapi kenapa Alessandro ...? Crystal melirik ke arah pintu tertutup yang menghubungkan pintu kamar mandi dan kamarnya seolah ia bisa melihat tembus pandang ke arah Ethan yang saat ini s
Ethan melirik Crystal yang lagi-lagi tampak merenung."Sebenarnya kau sedang memikirkan apa?" tanya Ethan.Dia sungguh tak terbiasa melihat Crystal yang seperti ini. Di matanya, Crystal harusnya tidak seperti ini. Bukankah wanita itu biasanya cerewet."Ethan ... " panggil Crystal.Ethan menunggu wanitanya itu bersuara. Namun lagi-lagi wanita itu hanya menghela napas, dan membuang napas. Lalu tak jadi mengatakan apa yang ingin dikatakannya.Sejak tadi siang mereka pulang dari pernikahan Christina, Crystal lebih banyak diam dan merenung. Sungguh tak asyik sama sekali melihat istrinya ini begini. Ethan merasa seperti sedang bersama orang lain. Lagi pula dia sedang tidak ke kasino hari ini. Dan hanya begini saja yang dia dapat di rumah?"Ethan," panggil Crystal lagi.Kali ini Ethan yang mendengus kasar."Ya. Kalau kau mau bicara, bicara saja Crys. Jangan membuatku kesal!" omel Ethan yang sepertinya sudah tidak tahan
"Kau kenapa?" tanya Ethan sesaat setelah Crystal dan Christina telah selesai berbicara. Mereka pun telah berpamitan untuk pulang pada mempelai wanita itu. Sepertinya Crystal bahkan tak sempat lagi untuk bertemu dengan kedua orang tua Christina. Dia hanya bisa menitipkan salam saja lewat Christina pada keduanya.Crystal menggeleng."Tidak apa-apa," dustanya.Sesungguhnya dia sedang tidak baik-baik saja saat ini mendengar pengakuan Christina. Bagaimana mungkin suaminya Christina itu adalah capo dei capi? Itu tidak mungkin, kan? Jikalau itu benar, bukankah itu berarti kalau orang yang telah menghabiskan malam dengannya tiga tahun silam itu adalah Alfonso, suaminya Christina saat ini? Ya Tuhan! Bagaimana itu mungkin? Crystal tak habis pikir karenanya.Maka dari samping gereja tempat dia tadi mengobrol singkat dengan Christina, hingga ke parkiran mobil yang ada di depan gereja, Crystal hanya bisa melamun."Hei, Crys! Kau bilang kau