MAMA MUDA VS MAS POLISI

MAMA MUDA VS MAS POLISI

By:  Mblee Duos  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
38 ratings
52Chapters
13.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Aina yang kesuciannya terenggut oleh orang tak dikenal dan harus hamil di waktu muda, awalnya sulit menerima putrinya. Namun, seiring berjalannya waktu, dia sadar bahwa dia harus berubah. Saat kehidupannya mulai selayaknya mama muda yang lain, Aina bertemu dengan seorang polisi tampan yang ternyata berhubungan dengan kisah kelamnya. Mampukah Aina bertahan? Belum lagi, orang-orang dari masa lalunya, kembali muncul ….

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Kamu Saudaraku
update kakak pak polisinya terlove love
2024-06-15 18:42:26
0
user avatar
Dewirachmie Apriyanto
bagus, tapi dah lama blm update nih
2023-01-10 18:21:13
0
user avatar
Wanti Warsih
bisa aja bikin kita penasaran. saya suka gaya berceritanya. semangat terus thour
2022-12-08 10:36:37
1
default avatar
Dicky Bulin
Se ma ngaaaaaaaattttt
2022-12-05 19:34:22
0
default avatar
Dicky Bulin
Se ma nga tttttt
2022-12-05 19:33:56
0
user avatar
Rat!hka saja
Thanks Kak, sarannya untuk saling follow. Cerita Kakak bagus, masih kutunggu bab barunya
2022-11-29 19:27:39
1
user avatar
Hangga rezka
trima ksih udah mampir di 'balasan untuk suami hidung belang'. aku hdir kk.
2022-11-26 16:42:48
1
user avatar
Mblee Duos
terimakasih atas apresiasinya kak ......
2022-11-26 10:25:31
0
user avatar
Astika Buana
Lanjut, Ya
2022-11-25 21:46:22
1
user avatar
Junatha Rome
mantep nih cerita perempuan tangguh... lanjut thor...
2022-11-24 20:50:53
1
user avatar
Shofie Widdianto
keren, nih. .........
2022-11-24 17:55:52
1
user avatar
Pulungan
Sangat bagus
2022-11-24 02:51:09
1
user avatar
Nila W
semanagat Kak, keren alur ceritanya
2022-11-23 09:51:42
2
user avatar
Mangata
Ini seru banget. makasih banyak sudah mampir ke cerita aku kak. gaya penulisan kakak seru banget, gak ngebosenin
2022-11-23 08:32:35
2
user avatar
Vyra Fame
semangat kak nulisnya. ceritanya seru............
2022-11-21 20:51:43
1
  • 1
  • 2
  • 3
52 Chapters

Bab. 1

"Aiswa," lirihku. Untuk kesekian kali gadis kecil itu tertidur di situ. Tampak sangat pulas dia tertidur bersandar pada bahu sofa.Pelan ku berjalan kearahnya. Kulepas sepatuku agar tak menimbulkan suara yang bisa membuatnya terbangun. Kini jarak kami hanya tinggal sejengkal. Kupandangi wajah polos yang tengah terlelap. Tanganku terulur hendak menyentuh pucuk rambut kepalanya."Sudah pulang kamu, Aina?" Sebuah suara mengagetkanku. Ibu rupanya. Reflek kutarik tanganku kembali."Iya Bu, biasalah macet.""Kenapa Aiswa dibiarkan tidur di sini, Bu?" tanyaku lagi. Kutatap wajah teduh wanita yang kini usianya telah memasuki setengah abad itu."Tadi Ibu sudah menemaninya tidur dikamarnya. Tapi mungkin dia keluar lagi setelah Ibu kembali ke kamar Ibu." Kuhela napas panjang. "Aku capek Bu, tolong Ibu bawa Aiswa kembali ke kamar!"Aku mengurungkan niatku yang tadinya ingin membopong tubuh mungil Aiswa ke kamarnya."Tapi, dia berjam-jam menunggumu hingga tertidur di sini, Aina!"Sepertinya, Ib
Read more

Bab. 2

"Istighfar Aina, istighfar!" Kurasakan seseorang mengguncang guncangkan bahuku. Ya, dialah ibuku."As - as - astaghfirullah. Astaghfirullah hal 'adziim!" ucapku dengan terbata bata. Masih tergugu dalam isak tangisku.Ibu mengusap lembut punggung dan pucuk kepalaku, sebelum akhirnya mendekapku dalam pelukannya. Pelukan yang perlahan bisa menenangkanku. Pelukan yang kehangatannya tak pernah berubah semenjak diriku masih dalam timangan hingga saat ini."Kuatkan dirimu Aina! Hiduplah untuk masa depan, bukan masa lalu!" Ibu kembali berbisik lembut ditelingaku.💖💖💖"Mama, bolehkah aku mengatakan sesuatu?"Gadis berusia 6 tahun itu kini mendekatiku yang sedang menatap layar ponsel di teras rumah. Aku menyeruput sedikit tehku, lalu menoleh kearahnya. "Ada apa?""Mama, bisakah mama..." Aiswa nampak ragu dan menggantung ucapannya."Katakan yang jelas, Aiswa! Mama tidak banyak waktu."Aiswa mengangguk mengerti."Mama, bisakah mama datang ke sekolahku esok? Rabu minggu depan ada pesta perpisah
Read more

Bab. 3

"Selamat pagi. Maaf, bisa kami lihat surat surat kelengkapan kendaraannya?" Seorang Polisi yang sedang bertugas menghentikan laju kendaraanku."Oh tentu," jawabku.Kuraih tas slempang yang tergeletak di samping jok kemudi. "A - apa?" Alangkah terkejutnya aku begitu resleting tas terbuka. Tidak ada dompetku didalamnya, sedangkan SIM dan beberapa kartu identitas lainnya berada disana."Aaah, betapa cerobohnya aku!" Kutepuk jidat sendiri. Baru teringat bila aku mengganti tas kerja hari ini. Sial, aku lupa memindahkan dompet dari tas yang kemarin kupakai."Maaf Pak, surat suratnya semua tertinggal di rumah," jelasku pada akhirnya."Kalo begitu dengan terpaksa Ibu kami tilang. Silakan Ibu keluar dan meninggalkan mobil Ibu disini. Dan Ibu bisa mengambilnya kembali setelah sidang dan menunjukkan surat suratnya!""Pak, Pak! Apa nggak bisa dengan jalan damai saja Pak?" "Maksud Ibu?" Pria berseragam itu mengernyitkan keningnya."Emm, maksud saya, saya kasih Bapak uang dan ijinkan saya melanju
Read more

Bab. 4

Aku pun memutuskan untuk segera duduk. Kini, semua murid murid naik ke atas panggung menyanyikan lagu " Guruku Tersayang" sebagai lagu persembahan untuk para guru. Lalu dilanjutkan penampilan murid yang maju ke depan, ada yang menyanyi, menari, dan beberapa dari mereka membaca puisi.Aku dapat melihat Aiswa beberapa kali ikut tampil bersama teman temannya. Sayang sekali HP ku mati, hingga tak bisa mengabadikan momen itu seperti wali lainnya.Aku berniat untuk segera pulang. Yang terpenting, aku sudah melihat penampilan Aiswa meski ia belum sempat melihatku."Selanjutnya adalah persembahan dari murid kami yang sangat berbakat. Aiswa! Akan membawakan tari piring dari daerah Sumatra Barat!" Pembawa acara menyebut nama putriku. Aku reflek membalik badan, urung untuk pulang. Penasaran seperti apa penampilan putriku nanti."Prok prok prok!" Tepuk tangan meriah menyambut penampilan Aiswa begitu naik ke atas panggung. Aiswa begitu cantik berbalut busana khas Minang. Senyum manis selalu ters
Read more

Bab. 5

"Aiswa mana Bu?" Aku bertanya pada Ibu karna tak biasanya jam segini anakku itu belum siap di meja makan untuk sarapan."Mungkin masih tidur. Capek kali! Kemarin kan acara di sekolahnya lumayan lama waktunya." Ibu menjawab pertanyaanku tanpa melihat ke arahku. Tangannya terus sibuk menyiapkan piring dan makanan di meja."Selamat pagi Ma, pagi Nek !""Eeh, cucu nenek sudah bangun. Ayo sayang sarapan! Nenek masak kesukaan Aiswa, opor ayam spesial!" Ibu nampak sumringah menyambut kemunculan cucunya.Aiswa hanya tersenyum mengangguk, lalu menarik sebuah kursi untuk ia duduk disebelah Ibu.Detik selanjutnya, tak sepatah katapun terlontar dari mulut kami. Aku memang jarang sekali ikut sarapan dirumah. Tapi biasanya Aiswa selalu berceloteh riang bila sudah bersama neneknya. Namun kali ini, entah kenapa bocah itu jadi sangat pendiam."Mungkinkah Aiswa marah karna mengira aku tak hadir di sekolah kemarin?" Batinku bertanya menelisik."Ehm ehm!" Aku berdehem sebelum memulai berbicara."Bu, nan
Read more

Bab. 6

Ku tekan tombol lantai 10 ketika aku memasuki lift. Aku akan ke ruangan Pak Jatmiko atasan kami untuk menyerahkan semua laporan yang telah selesai ku kerjakan. Aku menarik napas lega, sebab seluruh laporan selesai tepat waktu. Itu artinya rencanaku mengajak Aiswa dan Ibu jalan jalan ke puncak bisa terealisasi."Tiiiit!" Pintu lift terbuka. Seorang pria berpostur tinggi dengan kaca mata hitam masuk ke dalam lift. Awalnya aku begitu cuek dengan kehadiran lelaki itu. Tapi selanjutnya, aku benar benar terper angah begitu menyadari siapa pria tersebut.Fattan lagi ?Huuh...bagaimana bisa aku bertemu pria arogan ini lagi sih?"Apa jangan jangan dia mengikutiku?" Pikiranku mulai berprasangka."Tiiiit!" Pintu lift kembali terbuka. Empat orang karyawan wanita dengan busana yang elegan dan riasan sedikit menor pun masuk. Mereka adalah Siska, Melani, Wina dan seorang karyawan baru yang belum ku kenal. Mereka terkenal aktif di grup lambe turah.Ruangan di dalam lift terasa sangat sumpek sekarang.
Read more

Bab 7

"Bu..Ibu yakin akan menjual rumah ini ?" Tanyaku yang masih belum yakin akan keputusan Ibu kala itu."Kita akan memulai hidup baru Aina. Ruang baru untuk kamu bangkit dari keterpurukan." Ibu menatapku serius.Tanganku reflek terhenti memasukkan barang barang kedalam kardus. Saat itu aku dan Ibu sedang sibuk mempacking perabotan yang akan kita bawa pindah ke rumah baru.Memang tak terelakkan sejak kehamilanku hingga Aiswa lahir, aku hampir tak pernah keluar rumah. Mengurung diri di kamar. Demi tidak mendengar cuitan orang orang diluar sana. Hilang sudah pribadi seorang Aina yang dulu selalu ceria dan energik."Lanjutkan sekolahmu Aina !"Ibu meyakinkanku."Tapi Bu..." "Biar Ibu yang mengurus Aiswa. Ibu juga sudah mendaftarkanmu disekolah yang baru. Tata lagi masa depanmu !" Ibu memotong ucapanku. Ibu seperti mengerti keraguanku. Perlahan berjalan ke arahku, memelukku dan berbisik kemudia, "Jangan biarkan dirimu terlarut kesedihan masa lalu Aina!"Aku hanya mengangguk. Tak mampu berka
Read more

Bab 8

POV. AuthorNita tak pernah menyangka jika setelah hampir 6 tahun tak ada kabar sama sekali akhirnya bertemu dengan Aina secara kebetulan.Terakhir kali Nita dan Dion pergi ke rumah Aina, rumah itu telah kosong. Kata tetangga disitu, Aina dan Ibunya sudah 2 bulan pindah. Hanya memang tak ada yang tahu persis mereka pindah kemana.Sedangkan sebelum sebelumnya Nita tak pernah bertemu dengan Aina tiap kali berkunjung ke rumahnya. Ia hanya ditemani Ibunya mengobrol di sofa ruang tamu."Maafkan Aina ya nak Nita, Aina memang sedang tidak ingin bertemu siapapun!" "Iya Bu. Nita ngerti kok. Nita turut prihatin dengan keadaan Aina sekarang." Nita mengusap lembut bahu ibu dari sahabatnya tersebut."Aina benar benar terpukul dengan apa yang menimpanya. Saat ini Ibu hanya bisa lebih menjaganya." Mata Bu Marni nampak berkaca kaca mengingat keadaan putrinya."Ibu yang sabar, ya!"Bu Marni semakin terisak saat meceritakan bagaimana depresi Aina yang membuatnya selalu mengurung diri di rumah. Bahkan
Read more

Bab 9

Berkali kali kulirik jam dipergelangan tanganku. Huuh, waktu terasa begitu lambat"Bu Aina, apa ada saran yang ingin disampaikan sebelum rapat ini di akhiri?" Teguran Pak Daniel selaku pemimpin rapat sedikit mengejutkanku. Untung aku masih bisa mendengarnya dengan baik, meski pikiranku sedikit kurang konsen."Eh,tidak! Tidak ada, Pak!" Aku mendongak menatap sang moderator dengan ekspresi yakin. Tentu saja untuk menutupi keterkejutanku saat namaku tiba tiba disebut. Lalu selanjutnya sedikit ku edarkan pandangan pada para peserta rapat lainnya.Seeeeett! Sekilas mataku bersitatap dengan seseorang yang sepertinya melihatku dengan begitu serius. "Dion!" pekikku dalam hati.Ia nampak sedikit gelagapan begitu menyadari tatapan kami bertemu. Sebelum detik selanjutnya aku lebih memilih membuang pandanganku ke arah lain. Tapi aku merasa seperti ada yang janggal. "Oh ya, Nita. Dimana Nita? Bukankah harusnya hari ini dia masih mengikuti rapat bersama Dion mewakili perusahaannya ?""Ah sudahl
Read more

Bab 10

Aku memarkirkan mobilku di pelataran plaza. Rencananya aku akan membeli semua perlengkapan yang dibutuhkan besok. Ini week end pertamaku dengan keluarga kecilku. Rasanya aku sungguh tak sabar menunggu momen itu hingga berpuluh jam lagi.Ku dorong trolly dan memasukkan barang barang yang telah aku buat list sebelumnya. Setelah semuanya lengkap, segera aku berjalan ke meja kasir untuk menyelesaikan transaksi pembayaran.Wajah Aiswa yang nampak begitu bahagia saat mendengar ajakanku berlibur kemarin, demikian terbayang di pelupuk mata. Membuat bibirku tanpa sadar menerbitkan sebuah senyum."Eh mbak, yang di belakang dah pada antri tuh. Buruan!" Seorang ibu yang sedang mengantri di kasir sebelah menyenggol lenganku."Diiih, malah senyum senyum sendiri!" Terdengar yang lain ikut menimpali.Aku tersentak kaget. Antara keki juga malu, ku tengok orang orang di belakangku. Ternyata benar, antrian begitu panjang mengular, dan sudah tiba giliranku untuk membayar. Pantas saja mereka sewot."Oh, m
Read more
DMCA.com Protection Status