Edward Fin adalah seoarang pria yang menyedihkan. Semua orang memandang rendah dirinya karena ia miskin. Pacarnya bahkan meninggalkannya dan memilih pria yang lebih kaya, juga berkuasa. Mulanya, harapan menjadi kaya dna berkuasa hanyalah angan-angan semata untuk Edward Fin. Namun, siapa sangka … kehadiran sosok pria dari masa lalunya ternyata mengubah takdir dan juga jalan hidupnya. Siapa sangka, Edward Fin yang dicap sebagai pria sampah, miskin itu adalah seorang pewaris tahta satu-satunya dari keluarga kaya tersebut. Dengan kehidupan barunya, Edward berniat memberikan Pelajaran pada orang-orang yang dulu sempat meremehkannya. Tidak ada yang sulit bagi Edward karena sekarang ia memiliki semua. Sayangnya, hidup Edward yang tiba-tiba berubah itu membuat pandangan orang lain pun berubah. Musuhnya bukan lagi orang-orang biasa. Lalu, mampukah Edward Fin bertahan di tengah persaingan tersebut?
View More“Apa yang kau lakukan di sini?”
Varra, wanita yang sedari tadi ditunggu oleh Edward berkata dengan mata menyalang. Padahal, Edward berniat memberikan kejutan makan malam gratis dengan voucher yang berhasil dia dapatkan cuma-cuma. Ini adalah hari jadi mereka yang ketiga, Edward pikir Varra akan berlari kesenangan dengan kejutan sederhana yang telah dia persiapkan.
“Varra, aku–”
Kata-kata Edward terputus, saat dia menyadari kekasihnya tengah menggandeng pria lain. Dari penampilannya, pria yang digandeng Varra terlihat berada di kelas atas. Hal itu terbukti dari jas rapi, jam tangan Fossil yang bertengger di pergelangan tangannya, dan juga sebuah kunci mobil merek BMW yang ditenteng riang.“Bukankah aku sudah bilang kepadamu? Aku ingin kau jauh-jauh dari kantor tempat aku bekerja!” ucap Varra dengan mata yang sedikit mengintimidasi. “Aku tidak ingin ada orang kantor yang tahu jika pacarku adalah orang sepertimu! Karena, itu akan membuatku merasa malu!”
Tidak peduli kehadirannya ditolak, Edward bersikukuh mendekat ke arah wanita itu. “Varra.” Tatapannya masih lembut, senyumnya pun masih mengembang bangga. “Sekarang adalah anniversary hubungan kita. Aku ingin mengajakmu makan malam dan memberikanmu kejutan dengan ini.”
Dengan begitu polosnya Edward tersenyum dan menyodorkan dua buah voucher makan gratis di restoran yang baru saja dia dapatkan dengan cuma-cuma.
Pria berjas yang berada di samping Varra itu kini berubah ekspresi juga. Keningnya berkerut sampai-sampai alisnya hampir bertemu, pertanda jika dia tidak suka dengan kehadiran Edward di sana.
Dengan melirik ke arah Edward, pria itu memalingkan wajahnya ke arah Varra dan bertanya, “Varra, kau sudah punya pacar?” Tak berhenti di situ, pria itu kembali menyampaikan sebuah kalimat yang semakin memojokkan wanitanya. “Aku mengira kamu tidak punya pacar. Aku bahkan ingat, kau sendiri yang berkata bahwa kamu masih lajang dan tidak menjalin hubungan dengan siapapun.”
“Emix, aku …” Varra terlihat bingung harus mencari alasan apa.
Setelahnya, pria yang dipanggil Emix itu kembali melihat Edward dari atas sampai bawah, seolah dirinya sedang menilai. Tidak lama, sebuah senyum menghina terbit.
“Varra… Varra. Apa kamu tidak salah memilih pria kampungan ini menjadi pacarmu? Lihatlah cara dia berpakaian, sangat udik dan tidak tahu malu. Kampungan!” Emix menekankan kata kampungan itu dengan mendekatkan wajahnya ke arah Edward.
Varra terdiam menunduk, dia benar-benar merasa malu kali ini. Dia merasa semua ini disebabkan oleh Edward yang nekat menghampirinya di kantor tempatnya bekerja.
Sementara itu, Edward sebenarnya merasa jika kata-kata dari pria itu terdengar kasar, dan juga mengandung banyak hujatan kepadanya. Namun Edward memilih untuk diam dan tidak ingin membantah. Bagaimana mungkin Edward akan membantah jika semua yang dikatakan oleh pria itu adalah suatu kebenaran? Satu-satunya cara yang bisa dia lakukan hanyalah bisa berlapang dada menerima kata-kata yang dilontarkan untuknya.
Melihat Varra yang tertunduk malu, wajah Edward berubah sayu. Karena dia merasa sudah tidak nyaman berada di sana, dia pun mengajak Varra untuk pergi.
“Varra, Ayo kita pergi.”
Tidak sesuai harapan Edward, alih-alih menyetujui ajakannya, Varra justru menepis tangan Edward yang mencoba untuk menggapainya dan berkata dengan sedikit kasar.
“Tidak! Aku tidak ingin pergi denganmu!” katanya begitu tegas. “Emix benar! Kau itu sangat kampungan. Kau adalah orang miskin! Jangankan gaun atau tas, bahkan kau dengan tega mengajakku makan merayakan peringatan hari jadi kita, dengan bermodalkan voucher makan gratis yang kau dapatkan entah dari mana ini!”
Dia merebut voucher makan di tangan Edward dan melemparkannya ke wajah sang kekasih.
“Var–”
“Aku sungguh kecewa kepadamu! Dan, aku takut ke depannya kau tidak akan bisa membuatku bahagia!”
“Varra aku mohon bersabarlah.” Meski hatinya merasakan sakit, Edward terus berusaha membujuk kekasihnya. “Aku akan bekerja dan berusaha sekeras mungkin agar aku kaya dan bisa membuatmu bahagia! Aku berjanji akan menuruti semua yang kamu minta!” Edward mencoba untuk meyakinkan kekasihnya yang sepertinya dibutakan oleh materi.
"Janji, katamu? Semua janji yang kamu ucapkan itu hanyalah bualan!” ucap Varra mencemooh. “Ingat! Keluargamu tidak punya uang, tidak punya kekuasaan, dan tidak punya latar belakang. Bahkan jika kau bekerja keras sepanjang hidupmu, kau tidak akan sekaya Emix!"
Senang mendengar Varra memihaknya, senyum sinis tercetak di bibir Emix. Pria itu memicingkan matanya, menghina figur Edward lebih jauh lagi. "Dia bahkan tidak memenuhi syarat untuk menjadi pelayanku!"
"Edward, aku harus mengatakan bahwa kau tidak cukup baik untukku. Hari ini, aku ingin kita berdua, putus." Varra berbicara dengan tegas. Kemudian Varra menoleh ke Emix dan tersenyum, "Ayo pergi."
“Varra, tunggu.” Edward mencoba meraih tangan wanita itu, tetapi di saat itu, Varra justru berinisiatif meraih lengan Emix.
"Jangan sentuh aku!” Wanita itu menatap Edward dengan senyum menghina, “Kau tidak berhak lagi atasku. Kau bahkan tidak pantas untuk memiliki cinta, mengerti?!"
Setelah itu, Emix dan Varra menuju ke mobil BMW yang tidak jauh dari tempat mereka berbicara. Setelahnya mereka berdua pergi meninggalkan Edward.
Melihat punggung Varra saat dia berjalan pergi tadi, Edward merasa sedih, marah, tetapi tak berdaya.
"Hanya karena aku miskin Varra meninggalkan aku untuk laki-laki lain, lantas apa gunanya tiga tahun ini ?" kata Edward pada dirinya sendiri.
Edward terus menunduk. Tangannya mengepal begitu erat hingga kukunya menancap di telapak tangannya.
Edward dan Varra bertemu di sekolah menengah. Di awal tahun ketiga sekolah menengah mereka, mereka memutuskan untuk menjalin hubungan mereka. Saat itu Varra adalah gadis yang baik dan sederhana.
Setelah lulus, Edward masuk ke perguruan tinggi setempat dengan beasiswa. Sedangkan Varra memasuki dunia kerja dikarenakan dia tidak berhasil lulus ujian masuk perguruan tinggi. Sejak saat itu, Varra berubah. Dia mulai menilai semuanya dengan uang dan materi semata, hilang sudah Varra yang lugu dan baik hati.
Pada saat ini, Edward tidak mengejar Varra, dia juga tidak berusaha mempertahankannya. Dia tahu dia miskin. Dia tidak memiliki kepercayaan diri untuk bersaing dengan Emix untuk mendapatkan Varra kembali.
Edward mulai mengingat setiap perlakuan Varra kepadanya.
Selama bertahun-tahun, Edward telah menderita banyak cacian, dan perlakuan yang tidak tidak adil karena dia miskin, bahkan kini perlakuan itu dia dapatkan dari dari Varra, pacarnya sendiri.
"Varra, hari ini kamu membenciku, tetapi di masa depan aku akan membuatmu menyesali pilihan yang kamu buat hari ini." Edward bersumpah dalam hatinya. "Emix, tunggu saja. Suatu hari aku akan memastikan bahwa kamu akan dihukum karena telah mencaciku hari ini."
Varra terdiam, Dia mulai berpikir bagaimana meluruskan keadaan ini kedepannya. Dia kini mulai ingat jika Edward pernah berkata kepada dirinya untuk menyembunyikan identitasnya dari siapapun“Apa Kamu akan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Varra?”Edward yang mengetahui dilema Varra kini mencoba untuk meluruskan hal itu sendiri.“Huehehe” Varra tersenyum kepada Dhisa untuk sekedar membantu Edward menyembunyikan statusnya.Sejujurnya Varra benar-benar tidak tahu bagaimana caranya untuk memulai, meyakinkan Dhisa jika dirinya berbohong. Mengingat semua yang Dia ucapkan sebenarnya adalah sebuah kebenaran.“Tapi, Benarkah itu?” Tanya Dhisa dengan menunjukkan sedikit keraguan.Sejujurnya, memang Dhisa tidak suka dengan para orang-orang kaya dan orang kelas atas karena dirinya merasa mereka semua sering merendahkan orang lain yang mereka anggap lemah.Namun, yang tidak diketahui oleh Edward dan Varra adalah, Dhisa mulai berpikir akan sesuatu,“Mungkin jika Mereka adalah Edwar
“Varra. Ayo kita pergi.”Ucap Dhisa yang disambut dengan senyum manis oleh oleh Varra.Tidak lupa Varra masih mendengus ke arah Whiny, seolah menghina Whiny sebelum akhirnya dia berpaling muka.“Aku pergi Ayah, Ibu.”“Whiny juga, jaga kesehatanmu, kita masih akan bertemu di universitas.”Dhisa berpamitan kepada anggota keluarganya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Aku berharap kalian tidak akan mengganggu Dhisa lagi.”Edward berbicara untuk terakhir kali, sebelum akhirnya mereka pergi.Setelah kepergian mereka, kini Pearl beserta anak istrinya mulai mengeluarkan sumpah serapah.Cacian dan makian keluar dari mulut mereka.Setelah mereka tenang, mereka kini memilih untuk di duduk bersama dan berunding.Pearl memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi Owl, sementara sebelumnya dirinya sudah menjanjikan Dhisa untuk Owl, sebagai bentuk “pelancar” urusan bisnis diantara keduanya.“Apa yang harus Kita lakukan sekarang suamiku?” Nessy bertanya kepada sang suami.“Aku juga tidak tahu.”
“Kau. Berhenti di tempatmu sekarang!” Hardik Pearl.Edward terus berjalan tanpa menghiraukan peringatan dari Pearl, sampai akhirnya kini dirinya sudah sangat dekat dengan Pearl, tanpa sadar hal itu membuat Pearl mengambil beberapa langkah ke belakang dan mengakibatkan dirinya terjatuh karena kehilangan keseimbangan.“Kenapa Kau begitu lemah?”Edward mulai menghina Pearl dengan tatapan yang sangat meremehkan.“Biarkan Dhisa pergi,” Ucap Edward yang kemudian membungkukan bada mendekatkan wajahnya ke wajah Pearl.“Atau Kau ingin bernasib sama dengan Owl?” Ancam Edward, tanpa diketahui oleh yang lain Edward berbicara dengan sorot matanya menjadi begitu tajam menantang.“Dhisa, lebih baik kamu bereskan barangmu, Kami akan menunggumu.” Dengan menoleh serta tersenyum manis Edward berkata kepada Dhisa yang sedari tadi masih terpaku melihat dirinya.“Iya.” Jawab Dhisa singkat dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat hangat. Untuk sekilas, terlihat senyum Dhisa yang penuh akan kebahagiaan
Pearl bermaksud mendekat ke arah Dhisa yang sepertinya memiliki tujuan untuk memukul atau sekedar mengasari Dhisa yang menurut Dirinya sudah membuat masalah.Namun, hal itu ia urungkan saat Dia melihat ada seseornag yang masuk ke dalam rumah, mengekor Dhisa.Itu adalah Edward.“Ka–kau! Kenapa Kau disini?”Pearl seketika menjadi gagap saat dirinya melihat hadirnya Edward disana.Masih tergambar jelas di benak Pearl apa yang sudah Dia lihat tadi malam.Pemuda di hadapan-nya sekilas seperti pemuda pada umumnya, akan tetapi Pemuda itu juga yang seketika menjadi ganas tak bisa dikendalikan saat dalam kondisi marah.“Kenapa?” tanya Edward dengan sorot matanya yang begitu mengintimidasi Pearl.“Tidak apa-ap–”“Tunggu” Pikir Pearl menghentikan ucapanya sebelumnya dengan berbicara kepada dirinya sendiri.“Bukankah ini di rumahku?” Ucap Pearl masih dalam hatinya.“Seharusnya Dia tidak berani macam-macam di rumahku,” Pikir Pearl dengan satu tangan memegang dagu miliknya.“Apa yang kau lakukan di
Edward dan kedua wanita itu kini sedang berjalan hendak pergi dari hotel,tempat mereka beristirahat. Kini sedang di dalam lift menuju basement parkir.Tidak lupa Edward memberikan kabar kepada Warden, perihal beberapa perintah.Pertama Edward minta kepada Warden untuk dicarikan satu kondominium untuk tempat tinggal Varra dan juga Dhisa, Edward meminta yang tidak terlalu jauh dari kampus mereka belajar. Yang kedua Eddward memberikan perintah kepada Warden untuk mengambil mobil miliknya di basement parkir hotel, karena dia akan ikut bersama dengan Dhisa di mobil Varra.Tidak menunggu waktu lama, sebelum mereka sampai di mobil milik Varra, satu notifikasi masuk di ponsel Varra.Itu adalah titik alamat kondominium apartemen untuk nya, beserta dengan aksesnya.Setelah membaca pesan di ponselnya Varra segera menghadap ke Edward dan mengangguk, sebagai tanda sudah diketahuinya letak kondominium untuk tempat tinggal baru Dia dan juga Dhisa.“Sebaiknya Aku kembali kerumah dulu untuk mengambil
*** Mereka bertiga kini sudah bersiap untuk pergi dari hotel.Dhisa masih bingung. Dia merasa ragu untuk pulang, mengingat apa yang sudah dilakukan oleh orang tua angkatnya.Bukan bermaksud untuk menjadi seseorang yang tidak tahu balas budi, akan tetapi dia memikirkan kelangsungan hidupnya, jika terus bersama dengan mereka maka dia ragu akan dapat menjalani kehidupan dengan tenang. “Apa yang akan kamu lakukan sekarang?” varra bertanya kepada Dhisa untuk sekedar memastikan, akankah saingan cintanya itu kembali kepada keluarga yang sudah memiliki niat jahat kepada dirinya. “Aku…” tampak sekali keraguan dan kebingungan di wajah Dhisa.Dia benar-benar bingung dan tidak tahu harus apa. Tidak mungkin baginya untuk pergi ke panti asuhan kembali. “Kenapa kamu tidak tinggal dengan Varra?” tanya Edward yang membuat Varra memutar kepala untuk menoleh kepadanya yang saat ini ada dibelakang Varra. Tidak lupa juga, wanita mengernyitkan dahinya, seolah tidak habis pikir dengan pertanyaan Ed
Dhisa masih dalam kondisi setengah sadar dengan kondisi setengah badan terendam air, serta ditemani oleh Varra.Mereka mungkin adalah saingan cinta.Akan tetapi, Varra ingin bersaing secara sehat.Cukup sudah Varra menjadi seseorang yang tidak tahu diri, sebelumnya. “Dhisa… Kenapa kamu begitu polos?” Varra bertanya dalam hatinya.Dia sama sekali tidak mengerti hati maca apa yang dimiliki oleh wanita yang kini sedang berada di depannya itu. “Wajar saja jika Edward sangat menyukaimu.” Tambah Varra berbicara sendiri tanpa perlu didengar oleh orang lain. “Sepertinya di luar sudah mulai sepi.” Varra mulai mencoba mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi.Sedari awal dia bukan tidak mendengar keributan yang terjadi di luar.Akan tetapi, semakin Dia mendengar, semakin Dia paham jika dirinya tidak akan bisa membantu, atau justru akan menjadi beban untuk Edward.Oleh karena itu, Dia lebih memilih untuk diam di kamar mandi menjaga Dhisa sekaligus mendengarkan apa yang mereka ri
Dengan wajah garang, BB bertanya kepada mereka. “Siapa yang memberikan keberanian kepada kalian?” “Tuan BB, Apa kami melakukan kesalahan?” Tanya Owl.“Apakah Tuan BB salah paham?” Tanya Pearl.Mereka semua menjadi bingung, sebenarnya apa yang sudah membuat BB marah kepada mereka.Kebodohan mereka membuat mereka masih berpikir jika semua ini adalah gara-gara Edward yang sudah menghasut BB.Karena itu mereka seolah masih mencoba untuk meminta keadilan dari BB.“Tuan BB, sepertinya Tuan salah paham. Pecundang itulah yang telah bersikap kasar kepada anak buah Tuan.” Whiny mencoba untuk membantu menjelaskan kepada BB.“Benar Tuan…” Nessy mulai ikut berbicara.“Diam!” Teriak BB.Mereka kini mulai berbicara kepada BB karena mereka takut jika BB akan bertindak lebih jauh kepada mereka.“Maafkan kami Tuan.”“Tapi memang sepertinya Tuan salah paham terhadap kami.”“Bener Tuan, ini semua karena pecundang itu Tuan!” Mereka masih mencoba untuk terus menyalakan Edward.Hal itu dikarenakan tatapan
Pearl dan Owl seketika menyeringai saat mendengar kata-kata barusan.Mereka mengira kini Edward akan takut kepada mereka. Sekaligus mendapatkan pelajaran.“Hey Anak Muda!” “Tamat sudah riwayatmu kini…” Owl yang berdiri dengan di pegang oleh Pearl kini mulai berceletuk.Whiny juga mulai tertawa.Dia tidak menyangka akan ada kesempatan dimana dia melihat dua orang yang dibenci oleh dirinya akan mendapatkan pelajaran yang tidak akan dapat dibayangkan, menurutnya.Edward yang akan di hajar habis-habisan oleh Boss besar dunia bawah, serta Dhisa yang akan di tiduri oleh Owl, laki-laki yang bahkan baru saja mereka temui malam ini.Itulah isi pikiran Whiny, dan terang saja itu membuat dia teramat senang. Kebenciannya kepada Dhisa sangatlah tidak berdasar.Dimana dia sebenarnya marah dan membenci Dhisa dikarenakan semua perhatian tertuju pada Dhisa. Bahkan laki-laki yang kini menjadi pacar Whiny pun, sebenarnya masih belum bisa membuang perasaannya kepada Dhisa. Whiny tidaklah lebih dari s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments