“Apa yang kau lakukan di sini?”
Varra, wanita yang sedari tadi ditunggu oleh Edward berkata dengan mata menyalang. Padahal, Edward berniat memberikan kejutan makan malam gratis dengan voucher yang berhasil dia dapatkan cuma-cuma. Ini adalah hari jadi mereka yang ketiga, Edward pikir Varra akan berlari kesenangan dengan kejutan sederhana yang telah dia persiapkan.
“Varra, aku–”
Kata-kata Edward terputus, saat dia menyadari kekasihnya tengah menggandeng pria lain. Dari penampilannya, pria yang digandeng Varra terlihat berada di kelas atas. Hal itu terbukti dari jas rapi, jam tangan Fossil yang bertengger di pergelangan tangannya, dan juga sebuah kunci mobil merek BMW yang ditenteng riang.“Bukankah aku sudah bilang kepadamu? Aku ingin kau jauh-jauh dari kantor tempat aku bekerja!” ucap Varra dengan mata yang sedikit mengintimidasi. “Aku tidak ingin ada orang kantor yang tahu jika pacarku adalah orang sepertimu! Karena, itu akan membuatku merasa malu!”
Tidak peduli kehadirannya ditolak, Edward bersikukuh mendekat ke arah wanita itu. “Varra.” Tatapannya masih lembut, senyumnya pun masih mengembang bangga. “Sekarang adalah anniversary hubungan kita. Aku ingin mengajakmu makan malam dan memberikanmu kejutan dengan ini.”
Dengan begitu polosnya Edward tersenyum dan menyodorkan dua buah voucher makan gratis di restoran yang baru saja dia dapatkan dengan cuma-cuma.
Pria berjas yang berada di samping Varra itu kini berubah ekspresi juga. Keningnya berkerut sampai-sampai alisnya hampir bertemu, pertanda jika dia tidak suka dengan kehadiran Edward di sana.
Dengan melirik ke arah Edward, pria itu memalingkan wajahnya ke arah Varra dan bertanya, “Varra, kau sudah punya pacar?” Tak berhenti di situ, pria itu kembali menyampaikan sebuah kalimat yang semakin memojokkan wanitanya. “Aku mengira kamu tidak punya pacar. Aku bahkan ingat, kau sendiri yang berkata bahwa kamu masih lajang dan tidak menjalin hubungan dengan siapapun.”
“Emix, aku …” Varra terlihat bingung harus mencari alasan apa.
Setelahnya, pria yang dipanggil Emix itu kembali melihat Edward dari atas sampai bawah, seolah dirinya sedang menilai. Tidak lama, sebuah senyum menghina terbit.
“Varra… Varra. Apa kamu tidak salah memilih pria kampungan ini menjadi pacarmu? Lihatlah cara dia berpakaian, sangat udik dan tidak tahu malu. Kampungan!” Emix menekankan kata kampungan itu dengan mendekatkan wajahnya ke arah Edward.
Varra terdiam menunduk, dia benar-benar merasa malu kali ini. Dia merasa semua ini disebabkan oleh Edward yang nekat menghampirinya di kantor tempatnya bekerja.
Sementara itu, Edward sebenarnya merasa jika kata-kata dari pria itu terdengar kasar, dan juga mengandung banyak hujatan kepadanya. Namun Edward memilih untuk diam dan tidak ingin membantah. Bagaimana mungkin Edward akan membantah jika semua yang dikatakan oleh pria itu adalah suatu kebenaran? Satu-satunya cara yang bisa dia lakukan hanyalah bisa berlapang dada menerima kata-kata yang dilontarkan untuknya.
Melihat Varra yang tertunduk malu, wajah Edward berubah sayu. Karena dia merasa sudah tidak nyaman berada di sana, dia pun mengajak Varra untuk pergi.
“Varra, Ayo kita pergi.”
Tidak sesuai harapan Edward, alih-alih menyetujui ajakannya, Varra justru menepis tangan Edward yang mencoba untuk menggapainya dan berkata dengan sedikit kasar.
“Tidak! Aku tidak ingin pergi denganmu!” katanya begitu tegas. “Emix benar! Kau itu sangat kampungan. Kau adalah orang miskin! Jangankan gaun atau tas, bahkan kau dengan tega mengajakku makan merayakan peringatan hari jadi kita, dengan bermodalkan voucher makan gratis yang kau dapatkan entah dari mana ini!”
Dia merebut voucher makan di tangan Edward dan melemparkannya ke wajah sang kekasih.
“Var–”
“Aku sungguh kecewa kepadamu! Dan, aku takut ke depannya kau tidak akan bisa membuatku bahagia!”
“Varra aku mohon bersabarlah.” Meski hatinya merasakan sakit, Edward terus berusaha membujuk kekasihnya. “Aku akan bekerja dan berusaha sekeras mungkin agar aku kaya dan bisa membuatmu bahagia! Aku berjanji akan menuruti semua yang kamu minta!” Edward mencoba untuk meyakinkan kekasihnya yang sepertinya dibutakan oleh materi.
"Janji, katamu? Semua janji yang kamu ucapkan itu hanyalah bualan!” ucap Varra mencemooh. “Ingat! Keluargamu tidak punya uang, tidak punya kekuasaan, dan tidak punya latar belakang. Bahkan jika kau bekerja keras sepanjang hidupmu, kau tidak akan sekaya Emix!"
Senang mendengar Varra memihaknya, senyum sinis tercetak di bibir Emix. Pria itu memicingkan matanya, menghina figur Edward lebih jauh lagi. "Dia bahkan tidak memenuhi syarat untuk menjadi pelayanku!"
"Edward, aku harus mengatakan bahwa kau tidak cukup baik untukku. Hari ini, aku ingin kita berdua, putus." Varra berbicara dengan tegas. Kemudian Varra menoleh ke Emix dan tersenyum, "Ayo pergi."
“Varra, tunggu.” Edward mencoba meraih tangan wanita itu, tetapi di saat itu, Varra justru berinisiatif meraih lengan Emix.
"Jangan sentuh aku!” Wanita itu menatap Edward dengan senyum menghina, “Kau tidak berhak lagi atasku. Kau bahkan tidak pantas untuk memiliki cinta, mengerti?!"
Setelah itu, Emix dan Varra menuju ke mobil BMW yang tidak jauh dari tempat mereka berbicara. Setelahnya mereka berdua pergi meninggalkan Edward.
Melihat punggung Varra saat dia berjalan pergi tadi, Edward merasa sedih, marah, tetapi tak berdaya.
"Hanya karena aku miskin Varra meninggalkan aku untuk laki-laki lain, lantas apa gunanya tiga tahun ini ?" kata Edward pada dirinya sendiri.
Edward terus menunduk. Tangannya mengepal begitu erat hingga kukunya menancap di telapak tangannya.
Edward dan Varra bertemu di sekolah menengah. Di awal tahun ketiga sekolah menengah mereka, mereka memutuskan untuk menjalin hubungan mereka. Saat itu Varra adalah gadis yang baik dan sederhana.
Setelah lulus, Edward masuk ke perguruan tinggi setempat dengan beasiswa. Sedangkan Varra memasuki dunia kerja dikarenakan dia tidak berhasil lulus ujian masuk perguruan tinggi. Sejak saat itu, Varra berubah. Dia mulai menilai semuanya dengan uang dan materi semata, hilang sudah Varra yang lugu dan baik hati.
Pada saat ini, Edward tidak mengejar Varra, dia juga tidak berusaha mempertahankannya. Dia tahu dia miskin. Dia tidak memiliki kepercayaan diri untuk bersaing dengan Emix untuk mendapatkan Varra kembali.
Edward mulai mengingat setiap perlakuan Varra kepadanya.
Selama bertahun-tahun, Edward telah menderita banyak cacian, dan perlakuan yang tidak tidak adil karena dia miskin, bahkan kini perlakuan itu dia dapatkan dari dari Varra, pacarnya sendiri.
"Varra, hari ini kamu membenciku, tetapi di masa depan aku akan membuatmu menyesali pilihan yang kamu buat hari ini." Edward bersumpah dalam hatinya. "Emix, tunggu saja. Suatu hari aku akan memastikan bahwa kamu akan dihukum karena telah mencaciku hari ini."
"Kenapa ada mobil mewah di depan rumahku?"Usai batal merayakan hari jadi hubungannya yang ketiga bersama Varra, Edward memutuskan untuk pulang ke rumah. Di perkampungan kumuh Kota Laketown, di mana sebagian besar penduduknya kurang mampu, di sinilah rumah Edward berada.Dalam perjalanan pulang, Edward berpikir untuk mencari uang. Tapi, hingga dia sampai di depan rumahnya, dia tidak mendapatkan cara yang cepat dan baik untuk mendapatkan uang.Dia hanya seorang mahasiswa yang belum lulus, dan keluarganya miskin. Dia tidak memiliki koneksi yang bisa digunakan, jadi tidak mungkin menjadi kaya dalam waktu cepat.‘Siapa yang ingin bertamu ke tempat kumuh dengan mobil super itu?’Mobil Porsche Panamera, mobil mewah yang ditujukan untuk kelas eksekutif dengan harga selangit. Dan yang membuat Edward lebih terkejut lagi, mobil supermahal itu sedang terparkir di depan rumahnya.Gegas, dia mempercepat langkahnya memasuki rumah. Saat masuk, Edward menemukan bahwa ibunya sedang berbicara dengan se
“Aku tidak percaya! Aku adalah cucu dari Richard Hovd!”Disaat Richard sudah pergi, Edward teriak karena sedang begitu bahagia. Ibunya hanya tersenyum saat melihat rona pancaran kebahagiaan di wajah Edward.“Aku akan menjadi pewaris keluarga Hovd, Bu!” tambah Edward dengan memegang kedua tangan ibunya dengan sangat bahagia.Dia bahkan mengajak ibunya berputar-putar saking bahagianya.“Ingatlah Nak, seiring dengan tingginya status seseorang, harus ada pondasi yang kuat juga,” ucap Ibu Edward.Samar, Edward memahami apa yang disampaikan oleh ibunya, “Iya Bu… aku mengerti, dan akan mengingat itu.”Setelah berbicara dengan ibunya, Edward memasuki kamarnya, dan merebahkan badannya di atas tempat tidur. Namun, satu yang hal yang sedang dia lakukan kini adalah, Edward sedang memandangi kartu bank yang diberikan oleh kakeknya.Baru tadi siang dia berpikir bahwa, dia tidak akan pernah menikmati kekayaan dalam hidupnya. Namun kini dia tiba-tiba menjadi cucu dari orang terkaya di negara ini.‘A
"Apa? Aku? memohon? Apakah kau bercanda? Aku tidak akan pernah memohon pada orang miskin sepertimu di dalam hidupku."Varra menyilangkan tangan tepat di bawah dadanya dan menyeringai ke arah Edward.Melihat keributan di hadapannya, pada saat itu juga, Gandon Hagan melangkah maju dan berbicara. "Emix, siapa dia? Kenapa kau berdebat dengannya di sini? Apakah kau tidak tahu Direktur baru mungkin akan segerah datang? Bagaimana jika Direktur baru melihat semua hal ini?""Ayah? Maaf ayah, aku akan segera menyuruhnya pergi dari sini." Kemudian Emix melihat ke arah Edward dan membentak. "Pergi dari sini sekarang atau aku akan memanggil keamanan dan kau diusir dari sini!""Aku adalah Direktur baru yang akan mengambil alih perusahaan Grade ini. Sebaiknya kau bersikap sopan kepadaku." Dengan berani, Edward memproklamirkan posisinya di depan wajah Emix. Nada suaranya-pun terdengar begitu tegas.Emix tertawa terbahak-bahak disaat dia mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Edward."Kau? Orang se
"Direktur Fin, saya minta maaf karena saya tidak mengenali Anda. Tolong jangan marah kepada saya."Di saat Varra dan Emix tengah berusaha menguasai diri dari rasa keterkejutan, giliran Gandon Hagon yang berlari ke arah Edward dan mulai berusaha untuk menyanjungnya.Gandon tahu bahwa, Sekretaris Warden adalah orang yang dipercaya Ketua Hovd. Dan Sekretaris Warden tidak akan pernah berbohong tentang sesuatu yang berkaitan dengan Ketua Hovd. Untuk itu, dia berusaha mengambil hati Edward dengan beramah-tamah padanya.Namun, Edward tidak memperhatikan Gandon sama sekali. Dia justru langsung menoleh ke karyawan yang lainnya.Semua karyawan yang hadir di sana menundukkan kepala, karena mereka semua menertawakan Edward ketika dia mengatakan bahwa dia adalah Direktur baru. Sekarang, mereka sedikit khawatir bahwa direktur baru ini akan membuat perhitungan dengan mereka.Edward diliputi perasaan yang bercampur aduk saat dia melihat kekaguman dan sikap hormat orang-orang padanya. Sebelumnya, mere
“Kamu di mana?” tanya seseorang kepada Edward, melalui sebuah panggilan telepon. Edward kini sedang duduk di kursi direkturnya, dengan Vale Warden dan juga Dhruv di hadapannya. Edward sedang membicarakan beberapa hal terkait perusahaan yang kini dia kelola. Sebelumnya mereka sedang merencanakan untuk mengadakan pertemuan pemegang saham untuk mengenalkan Edward kepada para pemegang saham yang lainnya. Bagaimanapun juga mereka harus mengenal siapa orang yang kini menjabat sebagai direktur baru di perusahaan Grade. Terlepas dari edaran yang diberikan oleh orang-orang suruhan Richard. Namun, pembicaraan itu harus terpotong karena ada sebuah panggilan masuk dari salah seorang teman kuliah Edward. “Ada apa?” tanya balik Edward, kepada orang yang sedang menghubungi dirinya. “Miss Hecty mencarimu!” ucap orang di telepon itu dengan panik. “Cepatlah datang ke kampus!” Tambahnya berbicara. “Aku masih ada beberapa urusan, jadi mungkin akan terlambat datang–” “Cepatlah! Awas jika kamu memb
Edward kini sedang berjalan mengikuti Miss Hecty dari arah belakang.Mereka kini sedang berada di dalam lift, pergi menuju ke ruangan ketua Rektor. Mereka saling diam satu sama lain.Tidak ada perbincangan yang berarti di antara keduanya. Miss Hecty adalah seorang dosen bahasa inggris di kampus Nach University.Kampus tempat Edward menempuh kuliahnya. Miss Hecty sendiri adalah seorang wanita berusia 31 tahun.Di usianya yang tidak muda lagi itu, dia masih menyandang status lajang. Tidak tahu, kenapa? Dia adalah wanita yang cantik. Dengan rambut pirang nya, serta mata biru. Kulitnya juga sangat putih dan mulus. Dengan postur tubuh yang sangat menggoda. Dada besar dipadukan dengan pinggang yang ramping. Selain itu, pinggulnya juga tampak menantang mata laki-laki yang melihatnya. Sangat jauh dari kriteria wanita yang bisa dianggap tidak laku.Namun, sampai saat ini dia masih lajang dan belum pernah menikah. “Dari mana kamu?” tanya Miss Hecty. Mereka kini berdiri dengan jarak y
“Pak…” Miss Hecty masihmencoba untuk meminta belas kasihan kepada ketua Rektor.“Saya akan membayarnya.”Kalimat Edward yang begitusarat akan keyakinan membuat Miss Hacty dan juga Ketua Rektor melihat kearahnya.“Hari ini! Aku tidak bisamemberimu tenggat waktu.” Miss Hecty menatap nyalangpada anak muridnya. “Edward… jangan impulsive!” Menurutnya, Edwardterlalu berani. Dia kenal betul bagaimana watak rektor. Namun, lihatlah yang dilakukanEdward. Di saat dia tengah mencoba mengais belas kasih rektor untuk Edward,anak tersebut malah menyanggupi permintaan rektor dengan mudah. “Miss Hecty tenang saja.”Edward berusaha menenangkan Miss Hecty. Dia kemudian menatap penuh pada rektor.“Di mana aku harus membayar?” Setelahnya, Edwardmenunjukkan sebuah kartu bank berwarna hitam.“Tunggu.” Ketua Rektor mengangkatgagang telepon yang ada di mejanya dan kemudian menelepon seseorang.Ketua Rektor menyuruhorang seseorang untuk datang ke dalam ruangannya dengan membawa alat EDC untukm
“Kesini kamu! Dasar pecundang!” Seorang pria muda dengan pakaian yang tampak serba mahal ikut berteriak kepada Edward.Dia adalah kekasih Whiny, Mars.Mars adalah seorang pria yang sombong dan selalu semena-mena.Itu karena orang tuanya, dikatakan sebagai seorang pengusaha besar.Bahkan dirinya selalu berkata jika tidak ada seorang pun di Laketown yang akan dapat menandingi dirinya.Alasan kenapa Mars tak segan untuk membully Dhisa adalah karena dulu, wanita yang dia sukai sebenarnya adalah dia.Dhis menolaknya lantaran dirinya tidak ingin berpacaran.Terlepas ada seseorang yang dia sukai, ataupun tidak, dia tidak ingin berpacaran terlebih dahulu karena dirinya masih ingin fokus menamatkan kuliahnya.Itu semua karena dia berharap saat lulus nanti dirinya bisa bekerja di tempat yang hebat dan dapat diakui oleh keluarga Pearl.“Jangan libatkan Edward.” Dhisa mencoba untuk membentangkan tangannya.Melindungi Edward dari para begundal kampus, itu.“Sudah kamu tenang saja.” Edward kini m