Share

Sang Pemilik Tahta
Sang Pemilik Tahta
Author: inoz eL

Bab 1. Hinaan dari orang terkasih.

“Apa yang kau lakukan di sini?” 

Varra, wanita yang sedari tadi ditunggu oleh Edward berkata dengan mata menyalang. Padahal, Edward berniat memberikan kejutan makan malam gratis dengan voucher yang berhasil dia dapatkan cuma-cuma. Ini adalah hari jadi mereka yang ketiga, Edward pikir Varra akan berlari kesenangan dengan kejutan sederhana yang telah dia persiapkan.

“Varra, aku–”

Kata-kata Edward terputus, saat dia menyadari kekasihnya tengah menggandeng pria lain. Dari penampilannya, pria yang digandeng Varra terlihat berada di kelas atas. Hal itu terbukti dari jas rapi, jam tangan Fossil yang bertengger di pergelangan tangannya, dan juga sebuah kunci mobil merek BMW yang ditenteng riang. 

“Bukankah aku sudah bilang kepadamu? Aku ingin kau jauh-jauh dari kantor tempat aku bekerja!” ucap Varra dengan mata yang sedikit mengintimidasi. “Aku tidak ingin ada orang kantor yang tahu jika pacarku adalah orang sepertimu! Karena, itu akan membuatku merasa malu!”

Tidak peduli kehadirannya ditolak, Edward bersikukuh mendekat ke arah wanita itu. “Varra.” Tatapannya masih lembut, senyumnya pun masih mengembang bangga. “Sekarang adalah anniversary hubungan kita. Aku ingin mengajakmu makan malam dan memberikanmu kejutan dengan ini.” 

Dengan begitu polosnya Edward tersenyum dan menyodorkan dua buah voucher makan gratis di restoran yang baru saja dia dapatkan dengan cuma-cuma.

Pria berjas yang berada di samping Varra itu kini berubah ekspresi juga. Keningnya berkerut sampai-sampai alisnya hampir bertemu, pertanda jika dia tidak suka dengan kehadiran Edward di sana. 

Dengan melirik ke arah Edward, pria itu memalingkan wajahnya ke arah Varra dan bertanya, “Varra, kau sudah punya pacar?” Tak berhenti di situ, pria itu kembali menyampaikan sebuah kalimat yang semakin memojokkan wanitanya. “Aku mengira kamu tidak punya pacar. Aku bahkan ingat, kau sendiri yang berkata bahwa kamu masih lajang dan tidak menjalin hubungan dengan siapapun.”

“Emix, aku …” Varra terlihat bingung harus mencari alasan apa.

Setelahnya, pria yang dipanggil Emix itu kembali melihat Edward dari atas sampai bawah, seolah dirinya sedang menilai. Tidak lama, sebuah senyum menghina terbit.

“Varra… Varra. Apa kamu tidak salah memilih pria kampungan ini menjadi pacarmu? Lihatlah cara dia berpakaian, sangat udik dan tidak tahu malu. Kampungan!” Emix menekankan kata kampungan itu dengan mendekatkan wajahnya ke arah Edward.

Varra terdiam menunduk, dia benar-benar merasa malu kali ini. Dia merasa semua ini disebabkan oleh Edward yang nekat menghampirinya di kantor tempatnya bekerja.

Sementara itu, Edward sebenarnya merasa jika kata-kata dari pria itu terdengar kasar, dan juga mengandung banyak hujatan kepadanya. Namun Edward memilih untuk diam dan tidak ingin membantah. Bagaimana mungkin Edward akan membantah jika semua yang dikatakan oleh pria itu adalah suatu kebenaran? Satu-satunya cara yang bisa dia lakukan hanyalah bisa berlapang dada menerima kata-kata yang dilontarkan  untuknya.

Melihat Varra yang  tertunduk malu, wajah Edward berubah sayu. Karena dia merasa sudah tidak nyaman berada di sana, dia pun mengajak Varra untuk pergi.

“Varra, Ayo kita pergi.”

Tidak sesuai harapan Edward, alih-alih menyetujui ajakannya, Varra justru menepis tangan Edward yang mencoba untuk menggapainya dan berkata dengan sedikit kasar.

“Tidak! Aku tidak ingin pergi denganmu!” katanya begitu tegas. “Emix benar! Kau itu sangat kampungan. Kau adalah orang miskin! Jangankan gaun atau tas, bahkan kau dengan tega mengajakku makan merayakan peringatan hari jadi kita, dengan bermodalkan voucher makan gratis yang kau dapatkan entah dari mana ini!”

Dia merebut voucher makan di tangan Edward dan melemparkannya ke wajah sang kekasih.

“Var–”

“Aku sungguh kecewa kepadamu! Dan, aku takut ke depannya kau tidak akan bisa membuatku bahagia!” 

“Varra aku mohon bersabarlah.” Meski hatinya merasakan sakit, Edward terus berusaha membujuk kekasihnya. “Aku akan bekerja dan berusaha sekeras mungkin agar aku kaya dan bisa membuatmu bahagia! Aku berjanji akan menuruti semua yang kamu minta!” Edward mencoba untuk meyakinkan kekasihnya yang sepertinya dibutakan oleh materi.

"Janji, katamu? Semua janji yang kamu ucapkan itu hanyalah bualan!” ucap Varra mencemooh. “Ingat! Keluargamu tidak punya uang, tidak punya kekuasaan, dan tidak punya latar belakang. Bahkan jika kau bekerja keras sepanjang hidupmu, kau tidak akan sekaya Emix!" 

Senang mendengar Varra memihaknya, senyum sinis tercetak di bibir Emix. Pria itu memicingkan matanya, menghina figur Edward lebih jauh lagi. "Dia bahkan tidak memenuhi syarat untuk menjadi pelayanku!" 

"Edward, aku harus mengatakan bahwa kau tidak cukup baik untukku. Hari ini, aku ingin kita berdua, putus." Varra berbicara dengan tegas. Kemudian Varra menoleh ke Emix dan tersenyum, "Ayo pergi."

“Varra, tunggu.” Edward mencoba meraih tangan wanita itu, tetapi di saat itu, Varra justru berinisiatif meraih lengan Emix. 

"Jangan sentuh aku!” Wanita itu menatap Edward dengan senyum menghina, “Kau tidak berhak lagi atasku. Kau bahkan tidak pantas untuk memiliki cinta, mengerti?!"

Setelah itu, Emix dan Varra menuju ke mobil BMW yang tidak jauh dari tempat mereka berbicara. Setelahnya mereka berdua pergi meninggalkan Edward.

Melihat punggung Varra saat dia berjalan pergi tadi, Edward merasa sedih, marah, tetapi tak berdaya.

"Hanya karena aku miskin Varra meninggalkan aku untuk laki-laki lain, lantas apa gunanya tiga tahun ini ?" kata Edward pada dirinya sendiri.

Edward terus menunduk. Tangannya mengepal begitu erat hingga kukunya menancap di telapak tangannya.

Edward dan Varra bertemu di sekolah menengah. Di awal tahun ketiga sekolah menengah mereka, mereka memutuskan untuk menjalin hubungan mereka. Saat itu Varra adalah gadis yang baik dan sederhana.

Setelah lulus, Edward masuk ke perguruan tinggi setempat dengan beasiswa. Sedangkan Varra memasuki dunia kerja dikarenakan dia tidak berhasil lulus ujian masuk perguruan tinggi. Sejak saat itu, Varra berubah. Dia mulai menilai semuanya dengan uang dan materi semata, hilang sudah Varra yang lugu dan baik hati.

Pada saat ini, Edward tidak mengejar Varra, dia juga tidak berusaha mempertahankannya. Dia tahu dia miskin. Dia tidak memiliki kepercayaan diri untuk bersaing dengan Emix untuk mendapatkan Varra kembali.

Edward mulai mengingat setiap perlakuan Varra kepadanya.

Selama bertahun-tahun, Edward telah menderita banyak cacian, dan perlakuan yang tidak tidak adil karena dia miskin, bahkan kini perlakuan itu dia dapatkan dari dari Varra, pacarnya sendiri.

"Varra, hari ini kamu membenciku, tetapi di masa depan aku akan membuatmu menyesali pilihan yang kamu buat hari ini." Edward  bersumpah dalam hatinya. "Emix, tunggu saja. Suatu hari aku akan memastikan bahwa kamu akan dihukum karena telah mencaciku hari ini." 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status