“Kamu di mana?” tanya seseorang kepada Edward, melalui sebuah panggilan telepon.
Edward kini sedang duduk di kursi direkturnya, dengan Vale Warden dan juga Dhruv di hadapannya.
Edward sedang membicarakan beberapa hal terkait perusahaan yang kini dia kelola. Sebelumnya mereka sedang merencanakan untuk mengadakan pertemuan pemegang saham untuk mengenalkan Edward kepada para pemegang saham yang lainnya.
Bagaimanapun juga mereka harus mengenal siapa orang yang kini menjabat sebagai direktur baru di perusahaan Grade. Terlepas dari edaran yang diberikan oleh orang-orang suruhan Richard.
Namun, pembicaraan itu harus terpotong karena ada sebuah panggilan masuk dari salah seorang teman kuliah Edward.
“Ada apa?” tanya balik Edward, kepada orang yang sedang menghubungi dirinya.
“Miss Hecty mencarimu!” ucap orang di telepon itu dengan panik. “Cepatlah datang ke kampus!” Tambahnya berbicara.
“Aku masih ada beberapa urusan, jadi mungkin akan terlambat datang–”
“Cepatlah! Awas jika kamu membuat idolaku menunggu terlalu lama!” ucap orang yang menghubungi Edward itu tepat sebelum menutup teleponnya.
“Hah.” Suara tarikan nafas panjang dan hembusan keluar dari mulut Edward.
“Ada apa Tuan Muda?” tanya Vale Warden kepada Edward.
“Sepertinya aku harus segera pergi sekarang,” ucap Edward dengan memasukkan ponselnya ke saku celana. “Untuk hak selanjutnya, tolong, Tuan Warden–”
“Tolong ‘Warden’ saja, Tuan Muda,” potong Warden karena dirinya dipanggil tuan oleh Edward.
Edward masih belum terbiasa untuk,bersikap di luar kebiasaan dirinya. Dia menganggap Warden lebih tua darinya, maka sudah sewajarnya dia panggil Tuan untuk menghormatinya.
“Oh.. Iya.. kalau begitu tolong paman Warden atur untuk pertemuan dengan para pemegang saham besok.”
Edward memerintah Warden dengan sopan. Warden mencoba memahami Edward yang masih canggung itu. Di sisi lain, dia juga cukup merasa senang saat Edward memanggilnya paman.
Atasannya kali ini benar-benar menyerupai Richard Hovd. Tidak ada sikap sombong pada orang yang berstatus jauh di bawahnya. Warden juga senang dengan pemilihan kata paman yang dipilih Edward. Dia yang tidak menikah karena lebih memilih untuk mengabdikan diri menjadi asisten pribadi dari Richard Hovd, merasa seperti menemukan anak.
Bukan tidak diperbolehkan oleh Richard. Richard justru meminta agar Warden menikah, tapi Warden menolak dengan alasan dirinya hanya ingin mengabdikan diri untuk menjaga Richard, mengingat anak semata wayangnya yaitu ibu dari Edward, telah pergi dari rumah untuk mengejar cinta.
Selain itu, Istrinya telah lama meninggal setahun setelah melahirkan Ibu Edward. Karena tidak adanya yang merawat, akhirnya Warden bertekad untuk mengabdikan diri kepada keluarga Hovd, lebih tepatnya kepada Richard Hovd.
“Saya mengerti, Tuan Muda. Sebelum saya kembali ke Kakek Anda, akan saya pastikan untuk mengatur segala hal, guna mempermudah Tuan Muda.”
Warden membungkuk setelah selesai menjawab perintah Edward.
Edward merasa senang dengan jawaban dari Warden. Edward tahu jika Warden adalah orang yang bisa diandalkan.
Tapi dirinya juga tahu jika, Warden adalah orang yang paling dipercaya oleh kakeknya, dan tidak boleh jauh dari sang kakek. Itu karena sang kakek membutuhkannya.
“Suatu hari nanti aku akan mendapatkan orangku sendiri yang dapat aku percaya!” ucap Edward dalam hatinya yang masih ada sedikit kenaifan.
“Kalau begitu terima kasih paman,” ucap Edward.
Sebelum dirinya pergi, Edward juga berpesan kepada Dhruv.
“Aku percayakan pengelolaan perusahaan ini kepada Paman.”“Terimakasih Tuan Muda. Saya tidak akan mengecewakan, Tuan Muda,” jawab Dhruv dengan membungkuk penuh penghormatan.
Setelah itu, kini giliran Warden yang tersenyum kepada Edward.
“Kenapa paman?” tanya Edward.
“Tidak ada, Tuan Muda. Mari, saya akan mengantarkan Tuan ke bawah,” ucap Warden.
Di Lobby perusahaan, beberapa orang yang masih berada di sana menatap kehadiran Edward yang juga diikuti oleh Warden di belakangnya.
Tampak sekali aura orang besar dalam dirinya.Sementara itu, Varra kini hanya bisa melihat Edward dari tempat yang berjarak cukup jauh.Tidak ada lagi kesempatan untuk Varra menggenggam tangan Edward. Lelaki yang menjadi kekasihnya sedari sekolah menengah itu kini telah berubah, dan itu karena ulahnya sendiri.
“Ini untuk Tuan Muda,” ucap Warden dengan menyerahkan sebuah kunci mobil.
Benar, di hadapan mereka kini ada sebuah mobil Bugatti Centodieci. Mobil itu termasuk salah satu mobil kalangan atas. Orang-orang di sana pun tahu hal itu.
Bahkan saking mewah dan mahalnya mobil itu, tidak semua orang kaya bisa memiliki mobil itu. Hanya ada 2 di negara itu yang memiliki mobil mewah ini, dan satunya kini ada di hadapan, milik Edward.“Ini adalah Bugatti Centodieci. Mobil ini seharga 8,9 Miliar Dolar.”
“I– ini.” Edward kaget.
Baru saja kemarin dia diberi uang seratus juta dolar oleh sang kakek, kini dia dikagetkan kembali dengan sebuah mobil seharga 8,9 miliar dolar.
“Ini adalah kado untuk menyambut kembalinya tuan Muda di dalam keluarga Hovd.”
Warden mengangkat Satu tangannya ke arah mobil dengan sedikit membungkuk kepada Edward. Seolah kini dia sedang mempersilahkan Edward untuk menaiki mobilnya.
“Kalau begitu saya pergi dulu Paman,” ucap Edward dengan memasuki mobilnya dan segera memacunya untuk pergi ke kampus.
Dengan mata memicing, Varra berbicara dalam hatinya.
“Aku harus kembali mendapatkanmu, Edward.”
Sesampainya di kampus,
Edward dengan senang berlari menuju ke kelasnya.Dia penasaran akan seberapa kagetnya temannya nanti saat tahu jika dirinya kini telah menjadi orang besar.
Sementara, selama ini dirinya selalu dihina dan diremehkan karena dia hanyalah seorang mahasiswa dengan beasiswa penuh.
Bahkan hanya ada satu orang yang mau berteman dengan dirinya.
“Cepatlah ke gedung Rektorat, Miss Hecty menunggumu di sana!” ucap seseorang saat melihat kehadiran Edward di depan kelas mereka.
Benar, kini di hadapannya adalah satu-satunya teman Edward. Dia adalah Richie Wong. Rupanya sedari menelepon tadi, Richie menunggu Edward di depan kelas.
“Biarkan aku berbicara dulu kepadamu–”
“Sudah pergi lah dulu! Miss Hecty sudah menunggumu!” paksa Richie dengan mendorong Edward pergi.
“Baiklah-Baiklah…” ucap Edward yang pergi dari hadapan Richie.
“Permisi,” ucap Edward saat berada di hadapan Miss Hesty.
Wanita yang masih tampak cantik dengan rambut pirangnya itu kini menatap Edward marah. “Ikut aku. Ketua Rektor ingin bertemu denganmu.”
Edward kini sedang berjalan mengikuti Miss Hecty dari arah belakang.Mereka kini sedang berada di dalam lift, pergi menuju ke ruangan ketua Rektor. Mereka saling diam satu sama lain.Tidak ada perbincangan yang berarti di antara keduanya. Miss Hecty adalah seorang dosen bahasa inggris di kampus Nach University.Kampus tempat Edward menempuh kuliahnya. Miss Hecty sendiri adalah seorang wanita berusia 31 tahun.Di usianya yang tidak muda lagi itu, dia masih menyandang status lajang. Tidak tahu, kenapa? Dia adalah wanita yang cantik. Dengan rambut pirang nya, serta mata biru. Kulitnya juga sangat putih dan mulus. Dengan postur tubuh yang sangat menggoda. Dada besar dipadukan dengan pinggang yang ramping. Selain itu, pinggulnya juga tampak menantang mata laki-laki yang melihatnya. Sangat jauh dari kriteria wanita yang bisa dianggap tidak laku.Namun, sampai saat ini dia masih lajang dan belum pernah menikah. “Dari mana kamu?” tanya Miss Hecty. Mereka kini berdiri dengan jarak y
“Pak…” Miss Hecty masihmencoba untuk meminta belas kasihan kepada ketua Rektor.“Saya akan membayarnya.”Kalimat Edward yang begitusarat akan keyakinan membuat Miss Hacty dan juga Ketua Rektor melihat kearahnya.“Hari ini! Aku tidak bisamemberimu tenggat waktu.” Miss Hecty menatap nyalangpada anak muridnya. “Edward… jangan impulsive!” Menurutnya, Edwardterlalu berani. Dia kenal betul bagaimana watak rektor. Namun, lihatlah yang dilakukanEdward. Di saat dia tengah mencoba mengais belas kasih rektor untuk Edward,anak tersebut malah menyanggupi permintaan rektor dengan mudah. “Miss Hecty tenang saja.”Edward berusaha menenangkan Miss Hecty. Dia kemudian menatap penuh pada rektor.“Di mana aku harus membayar?” Setelahnya, Edwardmenunjukkan sebuah kartu bank berwarna hitam.“Tunggu.” Ketua Rektor mengangkatgagang telepon yang ada di mejanya dan kemudian menelepon seseorang.Ketua Rektor menyuruhorang seseorang untuk datang ke dalam ruangannya dengan membawa alat EDC untukm
“Kesini kamu! Dasar pecundang!” Seorang pria muda dengan pakaian yang tampak serba mahal ikut berteriak kepada Edward.Dia adalah kekasih Whiny, Mars.Mars adalah seorang pria yang sombong dan selalu semena-mena.Itu karena orang tuanya, dikatakan sebagai seorang pengusaha besar.Bahkan dirinya selalu berkata jika tidak ada seorang pun di Laketown yang akan dapat menandingi dirinya.Alasan kenapa Mars tak segan untuk membully Dhisa adalah karena dulu, wanita yang dia sukai sebenarnya adalah dia.Dhis menolaknya lantaran dirinya tidak ingin berpacaran.Terlepas ada seseorang yang dia sukai, ataupun tidak, dia tidak ingin berpacaran terlebih dahulu karena dirinya masih ingin fokus menamatkan kuliahnya.Itu semua karena dia berharap saat lulus nanti dirinya bisa bekerja di tempat yang hebat dan dapat diakui oleh keluarga Pearl.“Jangan libatkan Edward.” Dhisa mencoba untuk membentangkan tangannya.Melindungi Edward dari para begundal kampus, itu.“Sudah kamu tenang saja.” Edward kini m
“Tok-tok-tok” Edward tidak ingin membuat Dhisa malu karena telah menguping apa yang sudah dibicarakan oleh dirinya dan Mars. Edward memilih untuk mengetuk pintu terlebih dahulu untuk memberikan kesempatan kepada Dhisa, menghentikan perdebatannya. “Masuk…” dengan suara lembut Dhisa menyuruh orang yang di luar itu untuk segera masuk. Edward yang membuka pintu, berpura-pura terkejut saat melihat ada Mars disana. “Untuk apa kamu disini?” tanya Edward. “Apa urusanmu? Kamu itu tidak lebih dari seorang pecundang! Tak perlu bertanya kepadaku” Mars berteriak lantang kepada Edward. Mars benar-benar merasa kesal.Dia merasa jika halangan dirinya untuk mendapatkan Dhisa adalah Edward. “Kamu disini?” Suara seorang gadis terdengar dari arah pintu. “Aku sudah mencarimu kemana-mana.” Whiny berkata kepada Mars, sambil matanya menyalang ke arah Dhisa. “Tolong pergi. Dhisa perlu beristirahat.” Edward mengangkat satu tangannya, mengarah ke arah pintu, sebagai bentuk isyarat agar Mars pergi dar
“Tolong kirim orang untuk mengambil mobilku di kampus.” Edward mengirimkan pesan kepada Vale Warden.Mengingat apa yang dikatakan oleh Dhisa.Edward ingin tetap bisa dekat dengan Dhisa. Karena itu, dia harus menyembunyikan statusnya yang sebenarnya, dan Dia mengawalinya dengan menyembunyikan mobilnya.“Kamu berbicara dengan siapa?” tanya Dhisa yang tiba-tiba berada di belakangnya.“Oh… tidak. Itu… tadi…”Edward tampak kebingungan untuk mencari alasan.Dengan cepat akhirnya dia menjawab, “telepon dari tempat kerja paruh waktu ku.”“Oh… iya…” jawab Dhisa dengan lembut.Kini mereka terdiam berdiri di ruang perawatan Dhisa.Untuk beberapa saat, mereka sama-sama terdiam dan tidak tahu ingin berbicara.Dhisa malu-malu karena, Dia sebenarnya menyimpan rasa untuk Edward.Sedangkan di sisi Edward, yang sebelumnya biasa saja, kini tiba-tiba jadi ikut canggung, karena dia sudah tahu jika Dhisa menyukai dirinya.“Bagaimana keadaan Dhisa?” tanya Richie saat kini Edward duduk kelas, tepat di samp
“Kamu serius mau aku mengantarkanmu pulang?” Edward berbicara kepada Dhisa dengan melihat ke arah motor listrik yang dibawakan oleh suruhan Warden. Dan dari kini dia akan menggunakan motor listrik itu dan menganggap, motor listrik itu miliknya. Semua ini dia lakukan agar dirinya tetap bisa dekat dengan Dhisa.Memang ini adalah suatu hal yang salah.Tapi Edward terpaksa seperti ini, mengingat Dhisa sangat membenci orang kaya. Dhisa mengangguk, tanda setuju. ***“Te–terimakasih.” Dhisa dengan malu-malu mengucapkan terimakasih kepada Edward, saat kini mereka sampai di depan kediaman keluarga Pearl. Saat ini Edward hanya terdiam, terpaku. Dia benar-benar sedang terpesona dengan keimutan Dhisa, sampai-sampai dia lupa untuk menjawab ucapan terimakasih, dari Dhisa. “Maukah kamu masuk dul–” Dhisa sebenarnya hendak menawari Edward masuk kedalam rumah. Belum selesai dia berbicara, tiba-tiba ada suara yang memotong ucapannya. “Siapa ini?” Mars yang sudah sampai lebih dulu kini keluar
***“Ibu… ayo kita masuk.” Saat ini Edward sudah berada di depan kantor Real Estate, atau biasa yang disebut dengan agen properti.Bersama dengan ibunya, dia berada di tempat yang direkomendasikan oleh Warden sebelumnya.Warden merekomendasikan tempat ini, karena itu adalah salah satu perusahaan yang memiliki kerja sama dengan Perusahaan Grade.Rantai modal yang dimiliki oleh Agen Properti yang didatangi oleh Edward ini, sebagian besar modalnya berasal dari Perusahaan Grade.“Ada yang bisa kami bantu?” Tanya petugas yang berjaga di depan.“Kami ingin membeli sebuah Villa.” Jawab Ibu Edward.Ibunya adalah orang yang begitu lembut.“Kalau begitu mar–”“Tunggu!”Suara yang sedikit keras terdengar dari dalam kantor.“Siapa kalian?” Tanya Pria yang keluar dari dalam kantor itu.Pria itu dapat diperkirakan berusia sekitar 35 tahunan.Badannya sedikit lebih tinggi dari Edward, beberapa centimeter. Dengan rambut rapi tertata oleh minyak rambut.“Kami?” Edward bertanya dengan nada yang sedik
Setelah menghina Edward.Mars kembali mendekat ke arah manajer dan meminta untuk melakukan pembelian sebuah Villa dengannya.“Mari kita melakukan pembayaran untuk Villa yang itu.” Mars berkata dengan menunjuk ke satu Maket Villa.“Mari silahkan, Tuan.” manajer itu bersikap begitu hormat kepada Mars.“Hm.” Edward tersenyum, serta mengeluarkan suara yang seolah meremehkan Mars.Beberapa waktu berselang.Mars sudah selesai melakukan pembayaran Villa miliknya.“Hey pecundang… belumkah kamu menemukan rumah yang cocok untukmu?”“Jika kamu memang tidak menemukan yang cocok, di villaku ada kandang anjir yang tidak digunakan.” Mars melangkah pergi, dengan mulut yang menghina Edward dengan sangat keterlaluan dalam setiap perkataannya.Edward hanya diam.Membiarkan Mars menghina dirinya.“Kenapa kamu masih disini?” teriak Manajer yang tampak kesal.Entah apa lagi kini yang membuatnya kesal.“Kenapa kami harus pergi? Kami belum membeli Villa yang kami mau.” Jawab Edward.“Membeli katamu? Orang k