***“Ibu… ayo kita masuk.” Saat ini Edward sudah berada di depan kantor Real Estate, atau biasa yang disebut dengan agen properti.Bersama dengan ibunya, dia berada di tempat yang direkomendasikan oleh Warden sebelumnya.Warden merekomendasikan tempat ini, karena itu adalah salah satu perusahaan yang memiliki kerja sama dengan Perusahaan Grade.Rantai modal yang dimiliki oleh Agen Properti yang didatangi oleh Edward ini, sebagian besar modalnya berasal dari Perusahaan Grade.“Ada yang bisa kami bantu?” Tanya petugas yang berjaga di depan.“Kami ingin membeli sebuah Villa.” Jawab Ibu Edward.Ibunya adalah orang yang begitu lembut.“Kalau begitu mar–”“Tunggu!”Suara yang sedikit keras terdengar dari dalam kantor.“Siapa kalian?” Tanya Pria yang keluar dari dalam kantor itu.Pria itu dapat diperkirakan berusia sekitar 35 tahunan.Badannya sedikit lebih tinggi dari Edward, beberapa centimeter. Dengan rambut rapi tertata oleh minyak rambut.“Kami?” Edward bertanya dengan nada yang sedik
Setelah menghina Edward.Mars kembali mendekat ke arah manajer dan meminta untuk melakukan pembelian sebuah Villa dengannya.“Mari kita melakukan pembayaran untuk Villa yang itu.” Mars berkata dengan menunjuk ke satu Maket Villa.“Mari silahkan, Tuan.” manajer itu bersikap begitu hormat kepada Mars.“Hm.” Edward tersenyum, serta mengeluarkan suara yang seolah meremehkan Mars.Beberapa waktu berselang.Mars sudah selesai melakukan pembayaran Villa miliknya.“Hey pecundang… belumkah kamu menemukan rumah yang cocok untukmu?”“Jika kamu memang tidak menemukan yang cocok, di villaku ada kandang anjir yang tidak digunakan.” Mars melangkah pergi, dengan mulut yang menghina Edward dengan sangat keterlaluan dalam setiap perkataannya.Edward hanya diam.Membiarkan Mars menghina dirinya.“Kenapa kamu masih disini?” teriak Manajer yang tampak kesal.Entah apa lagi kini yang membuatnya kesal.“Kenapa kami harus pergi? Kami belum membeli Villa yang kami mau.” Jawab Edward.“Membeli katamu? Orang k
***Keesokan harinya.“Kamu sudah datang…” sapa Richie, sahabatnya dengan murung.Edward baru saja sampai di kampus, dengan mengendarai motor listriknya.Sebelumnya dia sudah mampir ke Grade untuk melihat beberapa pekerjaan disana.Warden juga memberitahu dirinya, terkait perusahaan serta apa-apa saja yang berada di bawah naungan perusahaan Grade.Dia juga diberikan satu keping kartu bank, lagi.Warde berkata jika itu adalah Kartu Bank untuk menerima pendapatan dari Grade.Kartu berwarna hitam pekat dengan sedikit corak emas itu, berisi ratusan miliar.Warden memberikan kartu itu kepada Edward atas perintah dari Richard.Edward sudah mulai bisa menguasai dirinya, jadi dirinya tidak terlihat merasa kaget.Bagaimanapun juga Grade adalah sebuah perusahaan besar dengan banyak perusahaan yang bergabung dibawah naungannya.Kini Edward sudah menjadi miliarder, belum lagi ditambah dengan uang saku dari sang kakek.Dari sekarang, seharusnya dia tidak lagi perlu untuk mengkhawatirkan keuanganny
“Silahkan Tuan.”Mars diberikan sebuah menu oleh pelayan yang ada disana.“Tidak perlu. keluarkan saja semua yang paling mahal.”Mars berusaha untuk menunjukkan kekuatannya di depan orang-orang yang ada disana.Sesekali, Mars melirik tajam ke arah Edward.Bukan hanya Edward, melainkan juga ke arah Dhisa.Mars masih belum bisa melepaskan Dhisa.Dia masih menyimpan keinginannya untuk memiliki Dhisa.Terlebih jika sampai Dhisa dimiliki oleh Edward.Mars adalah orang yang pertama menyatakan ketidaksetujuan dirinya.“Maaf aku terlambat.” Sebuah suara terdengar dari arah pintu. Membuat semua yang ada disana menatap ke arah pintu.Terutama Richie.Itu adalah suara dari orang yang sedari tadi dicari oleh dirinya.Benar, orang yang baru saja datang adalah miss Hecty.Saat di kampus mungkin dia sudah terlihat tampan dan sexy.Namun, saat ini yang dihadiri adalah sebuah acara makan malam, meskipun dengan para mahasiswanya. Alhasil dia kini berdandan dengan begitu cantik dan modis.Seperti kebi
Dibentak oleh laki-laki itu.Mars seketika langsung terdiam dan mundur satu langkah.Dia benar-benar gemetar.Ketakutan mulai menggeliati perasaannya.Namun, saat dia berpikir kondisi disana pada saat ini dia mulai mencoba untuk melawan ketakutannya dan melawan.“Banyak teman-temanku, dan aku tidak boleh terlihat lemah,” itulah yang dia pikirkan saat ini.“Be–berani kamu!?”Mars masih mencoba untuk tetap terlihat berani di hadapan teman-teman nya.Meskipun dalam hatinya dia merasa ketakutan.Belum lagi, saat laki-laki itu menggulung lengan bajunya.Membuat tato di lengannya terlihat.“Hahaha!” Dia berjalan mendekat ke arah Mars. Membuat Mars mengambil beberapa langkah kebelakang karena dia merasa ketakutan dengan laki-laki itu. “Tolong berhenti!” Miss Hecty berdiri.Dia merasa bertanggung jawab atas apa yang sedang terjadi pada saat ini.“Aku akan mengikutimu.”Miss Hecty mencoba mengalah, karena dia tidak ingin jika semakin ricuh dan merugikan para mahasiswanya. Meskipun dirinya s
“Kalian!” Laki-laki yang sedang ditahan oleh Edward itu seolah berontak dan mencoba untuk menghentikan kepergian mereka, para teman-teman Edward.“Edward… lepaskan Dia, ayo kita pergi!”Dhisa mencoba untuk mengajak Edward pergi dari sana, dengan mendekat dan berusaha untuk meraih lengan Edward serta berusaha untuk menariknya.“Pergi saja dengan mereka.” Dengan senyum, Edward menjawab serta tangannya masih mencoba untuk tetap menahan laki-laki, tadi.“Sudah, ayo!” Teriak beberapa teman yang lain.“Ingat! Jangan sekali-kali mencoba untuk menyeret kami dalam hal ini!” Mars berbicara dengan melangkahkan kakinya yang lebih cepat dari siapapun karena dia sebenarnya benar-benar merasa takut kepada laki-laki itu.“Edw–”“Sudah ayo!” Whiny mungkin tidak begitu suka pada Dhisa.Tapai pada saat ini Whiny justru menarik Dhisa untuk pergi, disaat Dhisa mencoba untuk kembali mendekat ke Edward. Seolah dirinya tidak ingin jika Dhisa ikut terlibat masalah ini.Alih-alih menyelamatkan Dhisa, Whiny
“Siapa kamu sebenarnya?”Itulah adalah sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut Miss Hecty, saat dirinya sedang berjalan berdua dengan Edward.Mereka berdua kini sudah berada di depan hotel.Miss Hecty benar-benar memikirkan apa yang sudah dia lihat dan juga dia dengarkan.Dia sama sekali tidak bisa mencerna, bagaimana mungkin Edward sangat dihormati oleh ketua dan anggota Black Dragon.“Aku adalah Edward…mahasiswa Miss Hecty.”Dengan tersenyum Edward berbicara kepada Miss Hecty dengan sangat sopan.Setelah itu, Edward mulai memutar badan dan hendak berjalan pergi dari sana.“Tunggu… ada yang ingin aku tanyakan kepadamu!”Miss Hecty mencoba untuk menahan Edward agar tidak pergi dari sana.“Kenapa Miss?” tanya Edward saat dirinya menghentikan langkahnya, namun dia tidak membalik badan untuk menatap ke arah miss Hecty.Justru kali ini Edward tetap menatap ke arah depan dengan punggung yang dilihat oleh miss Hecty.Untuk sesaat miss Hecty melihat bahu Edward dari arah belakang yang tampa
“Kita sudah sampai.” Ucap Warden yang saat ini duduk di depan, di samping sopir yang sedang mengemudikan mobil miliknya.Saat ini, mereka sudah berada di depan kediaman miss Hecty yang sebenarnya cukup besar juga, untuk ukuran dosen.Miss Hecty sebenarnya adalah seorang wanita yang cukup cakap dalam pekerjaannya.Namun dia sampai sekarang masih menyendiri dan tidak memiliki hubungan dengan seorang laki-laki tanpa diketahui apa penyebabnya.Ini adalah kali pertama ada seseorang yang mengantarkan dirinya.Sebelumnya, miss Hecty adalah orang yang terkesan cukup menutup diri dari dunia luar.Bahkan saat ada acara di Universitas pun dia tidak segan-segan menolak dosen laki-laki yang ingin mengantarkan dirinya pulang.Itu semua Dia lakukan karena, Dia tidak ingin jika ada laki-laki yang merasa diberikan harapan oleh dirinya.“Terimakasih, sudah mau mengantarkan aku.”Miss Hecty tampak malu–malu saat berbicara kepada Edward.“Sama-sama, Miss.”Edward menjawab dengan seperlunya, karena dirin
Varra terdiam, Dia mulai berpikir bagaimana meluruskan keadaan ini kedepannya. Dia kini mulai ingat jika Edward pernah berkata kepada dirinya untuk menyembunyikan identitasnya dari siapapun“Apa Kamu akan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Varra?”Edward yang mengetahui dilema Varra kini mencoba untuk meluruskan hal itu sendiri.“Huehehe” Varra tersenyum kepada Dhisa untuk sekedar membantu Edward menyembunyikan statusnya.Sejujurnya Varra benar-benar tidak tahu bagaimana caranya untuk memulai, meyakinkan Dhisa jika dirinya berbohong. Mengingat semua yang Dia ucapkan sebenarnya adalah sebuah kebenaran.“Tapi, Benarkah itu?” Tanya Dhisa dengan menunjukkan sedikit keraguan.Sejujurnya, memang Dhisa tidak suka dengan para orang-orang kaya dan orang kelas atas karena dirinya merasa mereka semua sering merendahkan orang lain yang mereka anggap lemah.Namun, yang tidak diketahui oleh Edward dan Varra adalah, Dhisa mulai berpikir akan sesuatu,“Mungkin jika Mereka adalah Edwar
“Varra. Ayo kita pergi.”Ucap Dhisa yang disambut dengan senyum manis oleh oleh Varra.Tidak lupa Varra masih mendengus ke arah Whiny, seolah menghina Whiny sebelum akhirnya dia berpaling muka.“Aku pergi Ayah, Ibu.”“Whiny juga, jaga kesehatanmu, kita masih akan bertemu di universitas.”Dhisa berpamitan kepada anggota keluarganya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Aku berharap kalian tidak akan mengganggu Dhisa lagi.”Edward berbicara untuk terakhir kali, sebelum akhirnya mereka pergi.Setelah kepergian mereka, kini Pearl beserta anak istrinya mulai mengeluarkan sumpah serapah.Cacian dan makian keluar dari mulut mereka.Setelah mereka tenang, mereka kini memilih untuk di duduk bersama dan berunding.Pearl memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi Owl, sementara sebelumnya dirinya sudah menjanjikan Dhisa untuk Owl, sebagai bentuk “pelancar” urusan bisnis diantara keduanya.“Apa yang harus Kita lakukan sekarang suamiku?” Nessy bertanya kepada sang suami.“Aku juga tidak tahu.”
“Kau. Berhenti di tempatmu sekarang!” Hardik Pearl.Edward terus berjalan tanpa menghiraukan peringatan dari Pearl, sampai akhirnya kini dirinya sudah sangat dekat dengan Pearl, tanpa sadar hal itu membuat Pearl mengambil beberapa langkah ke belakang dan mengakibatkan dirinya terjatuh karena kehilangan keseimbangan.“Kenapa Kau begitu lemah?”Edward mulai menghina Pearl dengan tatapan yang sangat meremehkan.“Biarkan Dhisa pergi,” Ucap Edward yang kemudian membungkukan bada mendekatkan wajahnya ke wajah Pearl.“Atau Kau ingin bernasib sama dengan Owl?” Ancam Edward, tanpa diketahui oleh yang lain Edward berbicara dengan sorot matanya menjadi begitu tajam menantang.“Dhisa, lebih baik kamu bereskan barangmu, Kami akan menunggumu.” Dengan menoleh serta tersenyum manis Edward berkata kepada Dhisa yang sedari tadi masih terpaku melihat dirinya.“Iya.” Jawab Dhisa singkat dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat hangat. Untuk sekilas, terlihat senyum Dhisa yang penuh akan kebahagiaan
Pearl bermaksud mendekat ke arah Dhisa yang sepertinya memiliki tujuan untuk memukul atau sekedar mengasari Dhisa yang menurut Dirinya sudah membuat masalah.Namun, hal itu ia urungkan saat Dia melihat ada seseornag yang masuk ke dalam rumah, mengekor Dhisa.Itu adalah Edward.“Ka–kau! Kenapa Kau disini?”Pearl seketika menjadi gagap saat dirinya melihat hadirnya Edward disana.Masih tergambar jelas di benak Pearl apa yang sudah Dia lihat tadi malam.Pemuda di hadapan-nya sekilas seperti pemuda pada umumnya, akan tetapi Pemuda itu juga yang seketika menjadi ganas tak bisa dikendalikan saat dalam kondisi marah.“Kenapa?” tanya Edward dengan sorot matanya yang begitu mengintimidasi Pearl.“Tidak apa-ap–”“Tunggu” Pikir Pearl menghentikan ucapanya sebelumnya dengan berbicara kepada dirinya sendiri.“Bukankah ini di rumahku?” Ucap Pearl masih dalam hatinya.“Seharusnya Dia tidak berani macam-macam di rumahku,” Pikir Pearl dengan satu tangan memegang dagu miliknya.“Apa yang kau lakukan di
Edward dan kedua wanita itu kini sedang berjalan hendak pergi dari hotel,tempat mereka beristirahat. Kini sedang di dalam lift menuju basement parkir.Tidak lupa Edward memberikan kabar kepada Warden, perihal beberapa perintah.Pertama Edward minta kepada Warden untuk dicarikan satu kondominium untuk tempat tinggal Varra dan juga Dhisa, Edward meminta yang tidak terlalu jauh dari kampus mereka belajar. Yang kedua Eddward memberikan perintah kepada Warden untuk mengambil mobil miliknya di basement parkir hotel, karena dia akan ikut bersama dengan Dhisa di mobil Varra.Tidak menunggu waktu lama, sebelum mereka sampai di mobil milik Varra, satu notifikasi masuk di ponsel Varra.Itu adalah titik alamat kondominium apartemen untuk nya, beserta dengan aksesnya.Setelah membaca pesan di ponselnya Varra segera menghadap ke Edward dan mengangguk, sebagai tanda sudah diketahuinya letak kondominium untuk tempat tinggal baru Dia dan juga Dhisa.“Sebaiknya Aku kembali kerumah dulu untuk mengambil
*** Mereka bertiga kini sudah bersiap untuk pergi dari hotel.Dhisa masih bingung. Dia merasa ragu untuk pulang, mengingat apa yang sudah dilakukan oleh orang tua angkatnya.Bukan bermaksud untuk menjadi seseorang yang tidak tahu balas budi, akan tetapi dia memikirkan kelangsungan hidupnya, jika terus bersama dengan mereka maka dia ragu akan dapat menjalani kehidupan dengan tenang. “Apa yang akan kamu lakukan sekarang?” varra bertanya kepada Dhisa untuk sekedar memastikan, akankah saingan cintanya itu kembali kepada keluarga yang sudah memiliki niat jahat kepada dirinya. “Aku…” tampak sekali keraguan dan kebingungan di wajah Dhisa.Dia benar-benar bingung dan tidak tahu harus apa. Tidak mungkin baginya untuk pergi ke panti asuhan kembali. “Kenapa kamu tidak tinggal dengan Varra?” tanya Edward yang membuat Varra memutar kepala untuk menoleh kepadanya yang saat ini ada dibelakang Varra. Tidak lupa juga, wanita mengernyitkan dahinya, seolah tidak habis pikir dengan pertanyaan Ed
Dhisa masih dalam kondisi setengah sadar dengan kondisi setengah badan terendam air, serta ditemani oleh Varra.Mereka mungkin adalah saingan cinta.Akan tetapi, Varra ingin bersaing secara sehat.Cukup sudah Varra menjadi seseorang yang tidak tahu diri, sebelumnya. “Dhisa… Kenapa kamu begitu polos?” Varra bertanya dalam hatinya.Dia sama sekali tidak mengerti hati maca apa yang dimiliki oleh wanita yang kini sedang berada di depannya itu. “Wajar saja jika Edward sangat menyukaimu.” Tambah Varra berbicara sendiri tanpa perlu didengar oleh orang lain. “Sepertinya di luar sudah mulai sepi.” Varra mulai mencoba mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi.Sedari awal dia bukan tidak mendengar keributan yang terjadi di luar.Akan tetapi, semakin Dia mendengar, semakin Dia paham jika dirinya tidak akan bisa membantu, atau justru akan menjadi beban untuk Edward.Oleh karena itu, Dia lebih memilih untuk diam di kamar mandi menjaga Dhisa sekaligus mendengarkan apa yang mereka ri
Dengan wajah garang, BB bertanya kepada mereka. “Siapa yang memberikan keberanian kepada kalian?” “Tuan BB, Apa kami melakukan kesalahan?” Tanya Owl.“Apakah Tuan BB salah paham?” Tanya Pearl.Mereka semua menjadi bingung, sebenarnya apa yang sudah membuat BB marah kepada mereka.Kebodohan mereka membuat mereka masih berpikir jika semua ini adalah gara-gara Edward yang sudah menghasut BB.Karena itu mereka seolah masih mencoba untuk meminta keadilan dari BB.“Tuan BB, sepertinya Tuan salah paham. Pecundang itulah yang telah bersikap kasar kepada anak buah Tuan.” Whiny mencoba untuk membantu menjelaskan kepada BB.“Benar Tuan…” Nessy mulai ikut berbicara.“Diam!” Teriak BB.Mereka kini mulai berbicara kepada BB karena mereka takut jika BB akan bertindak lebih jauh kepada mereka.“Maafkan kami Tuan.”“Tapi memang sepertinya Tuan salah paham terhadap kami.”“Bener Tuan, ini semua karena pecundang itu Tuan!” Mereka masih mencoba untuk terus menyalakan Edward.Hal itu dikarenakan tatapan
Pearl dan Owl seketika menyeringai saat mendengar kata-kata barusan.Mereka mengira kini Edward akan takut kepada mereka. Sekaligus mendapatkan pelajaran.“Hey Anak Muda!” “Tamat sudah riwayatmu kini…” Owl yang berdiri dengan di pegang oleh Pearl kini mulai berceletuk.Whiny juga mulai tertawa.Dia tidak menyangka akan ada kesempatan dimana dia melihat dua orang yang dibenci oleh dirinya akan mendapatkan pelajaran yang tidak akan dapat dibayangkan, menurutnya.Edward yang akan di hajar habis-habisan oleh Boss besar dunia bawah, serta Dhisa yang akan di tiduri oleh Owl, laki-laki yang bahkan baru saja mereka temui malam ini.Itulah isi pikiran Whiny, dan terang saja itu membuat dia teramat senang. Kebenciannya kepada Dhisa sangatlah tidak berdasar.Dimana dia sebenarnya marah dan membenci Dhisa dikarenakan semua perhatian tertuju pada Dhisa. Bahkan laki-laki yang kini menjadi pacar Whiny pun, sebenarnya masih belum bisa membuang perasaannya kepada Dhisa. Whiny tidaklah lebih dari s