Ponsel Edward berbunyi.Edward membaca pesan di ponselnya.Terdiam, tanpa ada ekspresi apapun.Sejenak Edward membalas pesan di ponselnya. Setelah itu barulah dia berbicara kepada Mars.“Sepertinya aku tidak bisa ikut dengan mu.”“Alasan apa lagi yang akan Kau katakan?” tanya Mars dengan tidak ada sama sekali sopan santun di tiap katanya.Tidak hanya berhenti disana, Mars kembali bertanya kepada Edward.“Jangan bilang, bahwa Kau juga akan melihat Villa milikmu, benar?”“Benar.” Jawab Edward santai.Seketika Mars tertawa.Tidak hanya tertawa.Mars kembali berbicara, “Jika memang kamu bisa membeli Villa di tempat kemarin, Maka aku bisa bilang kepadamu.”Mars menghentikan ucapan nya sejenak untuk sekedar menarik nafas.“Aku yakin Villa mu adalah Villa busuk yang berada di pinggiran.”Edward hanya diam tidak menjawab apa yang sudah di cecarkan oleh Mars kepada dirinya.“Kenapa kamu yakin?” Tanya Edward yang juga menghentikan ucapan nya sejenak. Edward menghentikan ucapan nya sejenak, dia
“Mau kemana kalian tanpa ku?” Tanya Edward yang melihat Mars dan beberapa orang hendak masuk ke dalam mobil mereka masing-masing.“Kami kira kamu masih akan mengurusi pembayaran kuliah yang kamu tidak mampu membayarnya, makanya Kami berencana untuk pergi lebih dulu.” Mars berbicara dengan penuh percaya diri serta tertawa.“Karena kami tahu jika itu sampai terjadi maka Kamu akan memakan waktu Kami.”“Tenang saja.” Ucap Edward dengan santai.Yang terjadi sebelumnya ternyata hanyalah, Miss Hecty memanggil Edward hanya untuk berterima kasih.Berterimakasih karena pada malam itu dirinya bisa dianggap telah diselamatkan oleh Edward.Itulah kenapa Edward cepat dan kini sudah kembali.“Tidak akan memakan waktu, karena aku juga ingin melihat seperti apa Villa milik Tuan Mars Kita.” Ucap Edward dengan sengaja.“Tenang saja. Setelah ini Kamu bisa bercerita kepada orang tuamu yang miskin itu seperti apa Villa mewah, yang tak mungkin dapat dibeli oleh dirinya, untukmu.” Balas Mars mencemooh Edward
“Kamu yakin, kunci itu untuk dirimu?” Edward bertanya kepada Mars saat dirinya mulai berjalan mendekat ke arah Mars dan wanita yang membawa kunci tadi.“Jika tidak untuk ku, terus untuk siapa?” tanya Mars dengan sedikit memicingkan matanya.“Untukmu?” tambah Mars bertanya, yang kemudian membuat semua orang yang ada disana tertawa.Hampir semuanya tertawa, terkecuali Dhisa.Mereka semua merasa lucu jika sampai kunci itu milik Edward.Itu karena mereka tahu, Edward adalah orang yang mereka anggap miskin dan sangat tidak mungkin untuk membeli Villa semewa ini.“Ini Tuan.”Wanita yang diutus oleh agen properti tadi memberikan kuncinya kepada Mars.Seolah tanpa ragu wanita itu langsung memberikan kuncinya ke Mars dan juga wanita itu seolah mengabaikan Edward.Dia tertuju dengan apa yang dilihat oleh matanya.Dihadapannya, seseorang yang merasa pantas untuk memiliki Villa ini adalah seseorang yang berpenampilan seperti orang kaya, dan itu adalah Mars.Sedangkan Edward, dimatanya hanyalah se
“Jangan bilang aku tidak memberitahumu.” Ucap Edward dengan tersenyum, saat dia melihat Mars mulai membuka tutup botol di tangannya itu.“Diam. Kamu tidak perlu banyak bicara.”“Lagi pula, ini hanya sebotol anggur.” Tambah Mars dalam hatinya.Edward yang melihatnya hanya tersenyum.Dari pengalamannya kerja paruh waktu yang pernah dia lakukan, Dia tahu betul anggur apa yang sedang berada di tangan Mars.“Mari semua!” Mars mengangkat gelasnya untuk mengajak semua yang ada disana bersulang.Mereka meminum semuanya dengan penuh kemeriahan.Edward hanya diam, menunggu sampai Mars merasa menyesal telah membuka botol anggur itu. “Hei. Pecundang!” Panggil Mars dengan sikapnya yang masih arogan.“Kenapa Kau diam?”“Minumlah.” “Aku tahu. Orang sepertimu, tidak akan pernah meminum, minuman semewah ini.”Mars masih saja terus menghina Edward dengan kalimat-kalimatnya.Semua yang mendengar itu bukan nya membela, justru ikut menghina Edward.“Nona,” panggil Mars kepada wanita yang telah memberi
Mars kembali mengingat kejadian sewaktu di Agen Properti.Dia ingat betul jika pada saat itu, Fay hanyalah seorang sales.Namun, “kenapa pada saat ini Dia dipanggil sebagai Manajer?” pikir Mars.“Kamu, sekarang manajer?” Tanya Mars kepada Fay.Fay tersenyum. “Kenapa?” Fay bertanya dengan ekspresi wajah yang tampak begitu kesal tapi juga ada sedikit raut senang karena telah membuat Mars terkejut. “Bukannya Kamu adalah sales marketing itu?” Mars mulai terbata-bata.“Bagaimana mungkin Kamu menjadi seorang manajer?” Lanjut Mars bertanya.“Kenapa, adakah sesuatu yang salah jika saya menjadi seorang manajer?” Fay menimpali Pertanyaan Mars dengan sebuah pertanyaan.“Manajer… kenapa ini?” Wanita utusan tadi bertanya kepada Fay.Dia merasa bingung.“Kenapa Manajer Fay, tampak tidak suka kepada Tuan Muda…” tanya wanita itu dalam hati.Wanita itu masih menganggap jika Mars adalah seorang Tuan Muda dari keluarga nomor satu, yang dimaksudkan oleh Manajer sewaktu Manajer Fay mengutusnya.“Kena
“Apa kamu tidak melupakan sesuatu?” Tanya Edward. “Apa?!” Bentak Mars yang mengira dirinya akan diminta berlutut oleh Edward.“Ternyata benar, kamu melupakan sesuatu.” Ucap Mars.“Aku tidak akan berlutut!” Bentak Mars dengan cukup keras.“Aku tidak akan meminta Kamu berlutut. Aku tidaklah gila hormat seperti dirimu.” Pungkas Edward.“Cukup ganti saja anggur yang telah disiapkan untuk Tuan Muda, yang telah Kamu minum.” Tambah Edward mengingatkan.Mars tertawa.“Anggur?” “Hanya sebotol anggur saja, apa susahnya?”“Scan atau…?” “Scan saja. Lagi pula berapa.” Ucap Mars menyepelekan.Edward melihat ke arah Fay. Seolah menandakan agar Fay memberikan tagihan anggur kepada Mars.Fay mengangguk, dan kemudian. “Silahkan tuan.” Ucap Fay sambil mengulurkan ponselnya.“Turt” suara ponsel Edward saat dirinya menscan ponsel milik Fay.“Biar aku bayar… lagi pula tidak seberapa–”Mars menghentikan ucapannya serta matanya membelalak saat melihat layar ponselnya.“21 juta?!” Pekiknya.Mars benar-ben
“Bahkan, tanpa Tuan Muda, Saya mungkin masih ditindas oleh atasan saya, dan juga sampai sekarang mungkin masih menjadi seorang sales magang.” Ucapan Fay itu terlontar dengan melihat ke arah Edward. Sebuah tatapan penuh akan kekaguman.Benar kata Fay.“Tidak semua orang kaya bersifat buruk.” Namun untuk kali ini, dia baru menemukan, Edward. Seseorang dengan kualitas terlampau tinggi namun tetap rendah hati.“Sepertinya, kalian memang benar.” Dhisa mengangguk perlahan, setelah itu Dia menoleh untuk melihat ke arah luar jendela mobil.***Sementara itu di tempat yang lain, Mars sedang menggerutu, dengan tangan yang memegang kemudi mobil nya.Dia juga tahu jika setelah ini Dirinya akan mendapatkan masalah yaitu, Dia harus menghadapi amukan dari Ayahnya. Karena Dia telah membuat Orang tua nya kehilangan uang yang cukup besar. “Bajing*n. Lihat saja! Aku akan membalas mu saat aku ada kesempatan!” Mars berteriak dengan memukul-mukul setir mobilnya, saat dirinya kini sedang berhenti di lam
“Tapi….” Dhisa sebenarnya ragu untuk melakukan hal ini. Itu karena Dia takut jika kalah maka dirinya harus makan 25 cabai.Namun, dia lebih takut lagi jika sampai Whiny yang harus melakukannya. Dia sungguh tidak tega. Dhisa terpaksa menyanggupi. Karena pada saat ini sebuah undangan pertarungan dari Whiny telah tampil di layar ponsel Dhisa. “Ayo kakak semua… tolong bantu aku…!!” Ucap Whiny dengan manja.Kini poin Whiny sudah 2.000.E.H mengirimkan sebuah gift hadiah kepada Dhisa, sehingga kini pon Dhisa menjadi 2500. Whiny kaget. “Wah… ternyata ada perlawanan dari sebelah! Ayo kita lebih semangat untuk membantu Whiny.” Tulis salah seorang penonton Whiny di komentar siaran langsung Whiny.“Terimakasih kakak…” ucap Whiny, menutupi kegugupan nya.“Aku yakin dia tidak akan mampu melawan para penonton ku.” Whiny berbicara kepada dirinya sendiri dalam hatinya.Dia sebenarnya mulai khawatir.Dia takut jika kali ini dia akan kalah, dan juga peraturannya adalah yang kalah harus memakan 25