“Kamu yakin, kunci itu untuk dirimu?” Edward bertanya kepada Mars saat dirinya mulai berjalan mendekat ke arah Mars dan wanita yang membawa kunci tadi.“Jika tidak untuk ku, terus untuk siapa?” tanya Mars dengan sedikit memicingkan matanya.“Untukmu?” tambah Mars bertanya, yang kemudian membuat semua orang yang ada disana tertawa.Hampir semuanya tertawa, terkecuali Dhisa.Mereka semua merasa lucu jika sampai kunci itu milik Edward.Itu karena mereka tahu, Edward adalah orang yang mereka anggap miskin dan sangat tidak mungkin untuk membeli Villa semewa ini.“Ini Tuan.”Wanita yang diutus oleh agen properti tadi memberikan kuncinya kepada Mars.Seolah tanpa ragu wanita itu langsung memberikan kuncinya ke Mars dan juga wanita itu seolah mengabaikan Edward.Dia tertuju dengan apa yang dilihat oleh matanya.Dihadapannya, seseorang yang merasa pantas untuk memiliki Villa ini adalah seseorang yang berpenampilan seperti orang kaya, dan itu adalah Mars.Sedangkan Edward, dimatanya hanyalah se
“Jangan bilang aku tidak memberitahumu.” Ucap Edward dengan tersenyum, saat dia melihat Mars mulai membuka tutup botol di tangannya itu.“Diam. Kamu tidak perlu banyak bicara.”“Lagi pula, ini hanya sebotol anggur.” Tambah Mars dalam hatinya.Edward yang melihatnya hanya tersenyum.Dari pengalamannya kerja paruh waktu yang pernah dia lakukan, Dia tahu betul anggur apa yang sedang berada di tangan Mars.“Mari semua!” Mars mengangkat gelasnya untuk mengajak semua yang ada disana bersulang.Mereka meminum semuanya dengan penuh kemeriahan.Edward hanya diam, menunggu sampai Mars merasa menyesal telah membuka botol anggur itu. “Hei. Pecundang!” Panggil Mars dengan sikapnya yang masih arogan.“Kenapa Kau diam?”“Minumlah.” “Aku tahu. Orang sepertimu, tidak akan pernah meminum, minuman semewah ini.”Mars masih saja terus menghina Edward dengan kalimat-kalimatnya.Semua yang mendengar itu bukan nya membela, justru ikut menghina Edward.“Nona,” panggil Mars kepada wanita yang telah memberi
Mars kembali mengingat kejadian sewaktu di Agen Properti.Dia ingat betul jika pada saat itu, Fay hanyalah seorang sales.Namun, “kenapa pada saat ini Dia dipanggil sebagai Manajer?” pikir Mars.“Kamu, sekarang manajer?” Tanya Mars kepada Fay.Fay tersenyum. “Kenapa?” Fay bertanya dengan ekspresi wajah yang tampak begitu kesal tapi juga ada sedikit raut senang karena telah membuat Mars terkejut. “Bukannya Kamu adalah sales marketing itu?” Mars mulai terbata-bata.“Bagaimana mungkin Kamu menjadi seorang manajer?” Lanjut Mars bertanya.“Kenapa, adakah sesuatu yang salah jika saya menjadi seorang manajer?” Fay menimpali Pertanyaan Mars dengan sebuah pertanyaan.“Manajer… kenapa ini?” Wanita utusan tadi bertanya kepada Fay.Dia merasa bingung.“Kenapa Manajer Fay, tampak tidak suka kepada Tuan Muda…” tanya wanita itu dalam hati.Wanita itu masih menganggap jika Mars adalah seorang Tuan Muda dari keluarga nomor satu, yang dimaksudkan oleh Manajer sewaktu Manajer Fay mengutusnya.“Kena
“Apa kamu tidak melupakan sesuatu?” Tanya Edward. “Apa?!” Bentak Mars yang mengira dirinya akan diminta berlutut oleh Edward.“Ternyata benar, kamu melupakan sesuatu.” Ucap Mars.“Aku tidak akan berlutut!” Bentak Mars dengan cukup keras.“Aku tidak akan meminta Kamu berlutut. Aku tidaklah gila hormat seperti dirimu.” Pungkas Edward.“Cukup ganti saja anggur yang telah disiapkan untuk Tuan Muda, yang telah Kamu minum.” Tambah Edward mengingatkan.Mars tertawa.“Anggur?” “Hanya sebotol anggur saja, apa susahnya?”“Scan atau…?” “Scan saja. Lagi pula berapa.” Ucap Mars menyepelekan.Edward melihat ke arah Fay. Seolah menandakan agar Fay memberikan tagihan anggur kepada Mars.Fay mengangguk, dan kemudian. “Silahkan tuan.” Ucap Fay sambil mengulurkan ponselnya.“Turt” suara ponsel Edward saat dirinya menscan ponsel milik Fay.“Biar aku bayar… lagi pula tidak seberapa–”Mars menghentikan ucapannya serta matanya membelalak saat melihat layar ponselnya.“21 juta?!” Pekiknya.Mars benar-ben
“Bahkan, tanpa Tuan Muda, Saya mungkin masih ditindas oleh atasan saya, dan juga sampai sekarang mungkin masih menjadi seorang sales magang.” Ucapan Fay itu terlontar dengan melihat ke arah Edward. Sebuah tatapan penuh akan kekaguman.Benar kata Fay.“Tidak semua orang kaya bersifat buruk.” Namun untuk kali ini, dia baru menemukan, Edward. Seseorang dengan kualitas terlampau tinggi namun tetap rendah hati.“Sepertinya, kalian memang benar.” Dhisa mengangguk perlahan, setelah itu Dia menoleh untuk melihat ke arah luar jendela mobil.***Sementara itu di tempat yang lain, Mars sedang menggerutu, dengan tangan yang memegang kemudi mobil nya.Dia juga tahu jika setelah ini Dirinya akan mendapatkan masalah yaitu, Dia harus menghadapi amukan dari Ayahnya. Karena Dia telah membuat Orang tua nya kehilangan uang yang cukup besar. “Bajing*n. Lihat saja! Aku akan membalas mu saat aku ada kesempatan!” Mars berteriak dengan memukul-mukul setir mobilnya, saat dirinya kini sedang berhenti di lam
“Tapi….” Dhisa sebenarnya ragu untuk melakukan hal ini. Itu karena Dia takut jika kalah maka dirinya harus makan 25 cabai.Namun, dia lebih takut lagi jika sampai Whiny yang harus melakukannya. Dia sungguh tidak tega. Dhisa terpaksa menyanggupi. Karena pada saat ini sebuah undangan pertarungan dari Whiny telah tampil di layar ponsel Dhisa. “Ayo kakak semua… tolong bantu aku…!!” Ucap Whiny dengan manja.Kini poin Whiny sudah 2.000.E.H mengirimkan sebuah gift hadiah kepada Dhisa, sehingga kini pon Dhisa menjadi 2500. Whiny kaget. “Wah… ternyata ada perlawanan dari sebelah! Ayo kita lebih semangat untuk membantu Whiny.” Tulis salah seorang penonton Whiny di komentar siaran langsung Whiny.“Terimakasih kakak…” ucap Whiny, menutupi kegugupan nya.“Aku yakin dia tidak akan mampu melawan para penonton ku.” Whiny berbicara kepada dirinya sendiri dalam hatinya.Dia sebenarnya mulai khawatir.Dia takut jika kali ini dia akan kalah, dan juga peraturannya adalah yang kalah harus memakan 25
Dikamar, Dhisa mulai bingungnsikap apa yang harus diambil oleh dirinya.Dia tahu jika dirinya membuka pintu maka Whiny akan melakukan sesuatu kepada dirinya. Tapi jika tidak dibuka, maka tidak tahu sampai kapan Whiny akan menggedor pintunya.“Hey anak pungut!”“Cepat buka pintunya!” Whiny berteriak dari luar.“Apa?!” “Itu Whiny?”“Dia sungguh kejam! Akuctidak menyangka!” Semua orang berkomentar di siaran langsung milik Dhisa.Mereka sebenarnya tidak tahu jika Dhisa adalah seorang anak angkat dikeluara Pearl. Namun, meskipun begitu mereka menganggap bahwa perkataan dari Whiny sangatlah tidak pantas.“Whiny… maaf… aku tidak bisa membuka nya…”“Cepat buka! Berikan akun mu padaku!” Teriak Whiny dari luar. “Ada apa ini?” Diluar terdengar suara laki-laki tua sedang bertanya kepada Whiny.Itu adalah Wall Pearl, ayah mereka, ayah angkat angkat.“Anak pungut itu, menyebalkan!” Teriak Whiny.“Dia mendapatkan uang 50 juta dolar lebih.” Ucap Whiny.“Apa?!” Teriak Wall yang terkejut.“Dhisa!
“Kenapa begini…?” Dhisa merenungi nasibnya.Merenungi nasib, bukan karena uang 50 juta yang hilang tapi nasib dimana dirinya yang selalu di abaikan sama keluarga angkatnya, dan juga dianggap orang luar.Sebuah notifikasi dari ponselnya berbunyi.“Uangmu, aman.”Itu adalah isi dari pesan yang ada di ponselnya.“Ini… siapa ini?” Tanya Dhisa yang penasaran.Dia sama sekali tidak mengerti apa maksud dan tujuan dari orang yang telah mengirimkan pesan kepadanya itu.Yang dia tahu kini hanyalah uangnya di akun sudah ditarik, namun ternyata ada orang yang telah mengirimkan pesan kepadanya terkait masalah uang tersebut.Seolah-olah orang itu telah menolongnya, atau lebih tepatnya orang itu sengaja agar uang tersebut tidak diambil oleh orang-orang yang tidak memiliki hak untuk memilikinya.“Ini siapa?” Tanya Dhisa kepada orang yang telah mengirimkan pesan kepada dirinya.“Tenang saja, kamu tidak perlu khawatir, kamu juga tidak perlu tahu siapa aku.” balas orang itu melalui pesannya.“Intinya u
Varra terdiam, Dia mulai berpikir bagaimana meluruskan keadaan ini kedepannya. Dia kini mulai ingat jika Edward pernah berkata kepada dirinya untuk menyembunyikan identitasnya dari siapapun“Apa Kamu akan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Varra?”Edward yang mengetahui dilema Varra kini mencoba untuk meluruskan hal itu sendiri.“Huehehe” Varra tersenyum kepada Dhisa untuk sekedar membantu Edward menyembunyikan statusnya.Sejujurnya Varra benar-benar tidak tahu bagaimana caranya untuk memulai, meyakinkan Dhisa jika dirinya berbohong. Mengingat semua yang Dia ucapkan sebenarnya adalah sebuah kebenaran.“Tapi, Benarkah itu?” Tanya Dhisa dengan menunjukkan sedikit keraguan.Sejujurnya, memang Dhisa tidak suka dengan para orang-orang kaya dan orang kelas atas karena dirinya merasa mereka semua sering merendahkan orang lain yang mereka anggap lemah.Namun, yang tidak diketahui oleh Edward dan Varra adalah, Dhisa mulai berpikir akan sesuatu,“Mungkin jika Mereka adalah Edwar
“Varra. Ayo kita pergi.”Ucap Dhisa yang disambut dengan senyum manis oleh oleh Varra.Tidak lupa Varra masih mendengus ke arah Whiny, seolah menghina Whiny sebelum akhirnya dia berpaling muka.“Aku pergi Ayah, Ibu.”“Whiny juga, jaga kesehatanmu, kita masih akan bertemu di universitas.”Dhisa berpamitan kepada anggota keluarganya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Aku berharap kalian tidak akan mengganggu Dhisa lagi.”Edward berbicara untuk terakhir kali, sebelum akhirnya mereka pergi.Setelah kepergian mereka, kini Pearl beserta anak istrinya mulai mengeluarkan sumpah serapah.Cacian dan makian keluar dari mulut mereka.Setelah mereka tenang, mereka kini memilih untuk di duduk bersama dan berunding.Pearl memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi Owl, sementara sebelumnya dirinya sudah menjanjikan Dhisa untuk Owl, sebagai bentuk “pelancar” urusan bisnis diantara keduanya.“Apa yang harus Kita lakukan sekarang suamiku?” Nessy bertanya kepada sang suami.“Aku juga tidak tahu.”
“Kau. Berhenti di tempatmu sekarang!” Hardik Pearl.Edward terus berjalan tanpa menghiraukan peringatan dari Pearl, sampai akhirnya kini dirinya sudah sangat dekat dengan Pearl, tanpa sadar hal itu membuat Pearl mengambil beberapa langkah ke belakang dan mengakibatkan dirinya terjatuh karena kehilangan keseimbangan.“Kenapa Kau begitu lemah?”Edward mulai menghina Pearl dengan tatapan yang sangat meremehkan.“Biarkan Dhisa pergi,” Ucap Edward yang kemudian membungkukan bada mendekatkan wajahnya ke wajah Pearl.“Atau Kau ingin bernasib sama dengan Owl?” Ancam Edward, tanpa diketahui oleh yang lain Edward berbicara dengan sorot matanya menjadi begitu tajam menantang.“Dhisa, lebih baik kamu bereskan barangmu, Kami akan menunggumu.” Dengan menoleh serta tersenyum manis Edward berkata kepada Dhisa yang sedari tadi masih terpaku melihat dirinya.“Iya.” Jawab Dhisa singkat dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat hangat. Untuk sekilas, terlihat senyum Dhisa yang penuh akan kebahagiaan
Pearl bermaksud mendekat ke arah Dhisa yang sepertinya memiliki tujuan untuk memukul atau sekedar mengasari Dhisa yang menurut Dirinya sudah membuat masalah.Namun, hal itu ia urungkan saat Dia melihat ada seseornag yang masuk ke dalam rumah, mengekor Dhisa.Itu adalah Edward.“Ka–kau! Kenapa Kau disini?”Pearl seketika menjadi gagap saat dirinya melihat hadirnya Edward disana.Masih tergambar jelas di benak Pearl apa yang sudah Dia lihat tadi malam.Pemuda di hadapan-nya sekilas seperti pemuda pada umumnya, akan tetapi Pemuda itu juga yang seketika menjadi ganas tak bisa dikendalikan saat dalam kondisi marah.“Kenapa?” tanya Edward dengan sorot matanya yang begitu mengintimidasi Pearl.“Tidak apa-ap–”“Tunggu” Pikir Pearl menghentikan ucapanya sebelumnya dengan berbicara kepada dirinya sendiri.“Bukankah ini di rumahku?” Ucap Pearl masih dalam hatinya.“Seharusnya Dia tidak berani macam-macam di rumahku,” Pikir Pearl dengan satu tangan memegang dagu miliknya.“Apa yang kau lakukan di
Edward dan kedua wanita itu kini sedang berjalan hendak pergi dari hotel,tempat mereka beristirahat. Kini sedang di dalam lift menuju basement parkir.Tidak lupa Edward memberikan kabar kepada Warden, perihal beberapa perintah.Pertama Edward minta kepada Warden untuk dicarikan satu kondominium untuk tempat tinggal Varra dan juga Dhisa, Edward meminta yang tidak terlalu jauh dari kampus mereka belajar. Yang kedua Eddward memberikan perintah kepada Warden untuk mengambil mobil miliknya di basement parkir hotel, karena dia akan ikut bersama dengan Dhisa di mobil Varra.Tidak menunggu waktu lama, sebelum mereka sampai di mobil milik Varra, satu notifikasi masuk di ponsel Varra.Itu adalah titik alamat kondominium apartemen untuk nya, beserta dengan aksesnya.Setelah membaca pesan di ponselnya Varra segera menghadap ke Edward dan mengangguk, sebagai tanda sudah diketahuinya letak kondominium untuk tempat tinggal baru Dia dan juga Dhisa.“Sebaiknya Aku kembali kerumah dulu untuk mengambil
*** Mereka bertiga kini sudah bersiap untuk pergi dari hotel.Dhisa masih bingung. Dia merasa ragu untuk pulang, mengingat apa yang sudah dilakukan oleh orang tua angkatnya.Bukan bermaksud untuk menjadi seseorang yang tidak tahu balas budi, akan tetapi dia memikirkan kelangsungan hidupnya, jika terus bersama dengan mereka maka dia ragu akan dapat menjalani kehidupan dengan tenang. “Apa yang akan kamu lakukan sekarang?” varra bertanya kepada Dhisa untuk sekedar memastikan, akankah saingan cintanya itu kembali kepada keluarga yang sudah memiliki niat jahat kepada dirinya. “Aku…” tampak sekali keraguan dan kebingungan di wajah Dhisa.Dia benar-benar bingung dan tidak tahu harus apa. Tidak mungkin baginya untuk pergi ke panti asuhan kembali. “Kenapa kamu tidak tinggal dengan Varra?” tanya Edward yang membuat Varra memutar kepala untuk menoleh kepadanya yang saat ini ada dibelakang Varra. Tidak lupa juga, wanita mengernyitkan dahinya, seolah tidak habis pikir dengan pertanyaan Ed
Dhisa masih dalam kondisi setengah sadar dengan kondisi setengah badan terendam air, serta ditemani oleh Varra.Mereka mungkin adalah saingan cinta.Akan tetapi, Varra ingin bersaing secara sehat.Cukup sudah Varra menjadi seseorang yang tidak tahu diri, sebelumnya. “Dhisa… Kenapa kamu begitu polos?” Varra bertanya dalam hatinya.Dia sama sekali tidak mengerti hati maca apa yang dimiliki oleh wanita yang kini sedang berada di depannya itu. “Wajar saja jika Edward sangat menyukaimu.” Tambah Varra berbicara sendiri tanpa perlu didengar oleh orang lain. “Sepertinya di luar sudah mulai sepi.” Varra mulai mencoba mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi.Sedari awal dia bukan tidak mendengar keributan yang terjadi di luar.Akan tetapi, semakin Dia mendengar, semakin Dia paham jika dirinya tidak akan bisa membantu, atau justru akan menjadi beban untuk Edward.Oleh karena itu, Dia lebih memilih untuk diam di kamar mandi menjaga Dhisa sekaligus mendengarkan apa yang mereka ri
Dengan wajah garang, BB bertanya kepada mereka. “Siapa yang memberikan keberanian kepada kalian?” “Tuan BB, Apa kami melakukan kesalahan?” Tanya Owl.“Apakah Tuan BB salah paham?” Tanya Pearl.Mereka semua menjadi bingung, sebenarnya apa yang sudah membuat BB marah kepada mereka.Kebodohan mereka membuat mereka masih berpikir jika semua ini adalah gara-gara Edward yang sudah menghasut BB.Karena itu mereka seolah masih mencoba untuk meminta keadilan dari BB.“Tuan BB, sepertinya Tuan salah paham. Pecundang itulah yang telah bersikap kasar kepada anak buah Tuan.” Whiny mencoba untuk membantu menjelaskan kepada BB.“Benar Tuan…” Nessy mulai ikut berbicara.“Diam!” Teriak BB.Mereka kini mulai berbicara kepada BB karena mereka takut jika BB akan bertindak lebih jauh kepada mereka.“Maafkan kami Tuan.”“Tapi memang sepertinya Tuan salah paham terhadap kami.”“Bener Tuan, ini semua karena pecundang itu Tuan!” Mereka masih mencoba untuk terus menyalakan Edward.Hal itu dikarenakan tatapan
Pearl dan Owl seketika menyeringai saat mendengar kata-kata barusan.Mereka mengira kini Edward akan takut kepada mereka. Sekaligus mendapatkan pelajaran.“Hey Anak Muda!” “Tamat sudah riwayatmu kini…” Owl yang berdiri dengan di pegang oleh Pearl kini mulai berceletuk.Whiny juga mulai tertawa.Dia tidak menyangka akan ada kesempatan dimana dia melihat dua orang yang dibenci oleh dirinya akan mendapatkan pelajaran yang tidak akan dapat dibayangkan, menurutnya.Edward yang akan di hajar habis-habisan oleh Boss besar dunia bawah, serta Dhisa yang akan di tiduri oleh Owl, laki-laki yang bahkan baru saja mereka temui malam ini.Itulah isi pikiran Whiny, dan terang saja itu membuat dia teramat senang. Kebenciannya kepada Dhisa sangatlah tidak berdasar.Dimana dia sebenarnya marah dan membenci Dhisa dikarenakan semua perhatian tertuju pada Dhisa. Bahkan laki-laki yang kini menjadi pacar Whiny pun, sebenarnya masih belum bisa membuang perasaannya kepada Dhisa. Whiny tidaklah lebih dari s