“Apa kamu tidak melupakan sesuatu?” Tanya Edward. “Apa?!” Bentak Mars yang mengira dirinya akan diminta berlutut oleh Edward.“Ternyata benar, kamu melupakan sesuatu.” Ucap Mars.“Aku tidak akan berlutut!” Bentak Mars dengan cukup keras.“Aku tidak akan meminta Kamu berlutut. Aku tidaklah gila hormat seperti dirimu.” Pungkas Edward.“Cukup ganti saja anggur yang telah disiapkan untuk Tuan Muda, yang telah Kamu minum.” Tambah Edward mengingatkan.Mars tertawa.“Anggur?” “Hanya sebotol anggur saja, apa susahnya?”“Scan atau…?” “Scan saja. Lagi pula berapa.” Ucap Mars menyepelekan.Edward melihat ke arah Fay. Seolah menandakan agar Fay memberikan tagihan anggur kepada Mars.Fay mengangguk, dan kemudian. “Silahkan tuan.” Ucap Fay sambil mengulurkan ponselnya.“Turt” suara ponsel Edward saat dirinya menscan ponsel milik Fay.“Biar aku bayar… lagi pula tidak seberapa–”Mars menghentikan ucapannya serta matanya membelalak saat melihat layar ponselnya.“21 juta?!” Pekiknya.Mars benar-ben
“Bahkan, tanpa Tuan Muda, Saya mungkin masih ditindas oleh atasan saya, dan juga sampai sekarang mungkin masih menjadi seorang sales magang.” Ucapan Fay itu terlontar dengan melihat ke arah Edward. Sebuah tatapan penuh akan kekaguman.Benar kata Fay.“Tidak semua orang kaya bersifat buruk.” Namun untuk kali ini, dia baru menemukan, Edward. Seseorang dengan kualitas terlampau tinggi namun tetap rendah hati.“Sepertinya, kalian memang benar.” Dhisa mengangguk perlahan, setelah itu Dia menoleh untuk melihat ke arah luar jendela mobil.***Sementara itu di tempat yang lain, Mars sedang menggerutu, dengan tangan yang memegang kemudi mobil nya.Dia juga tahu jika setelah ini Dirinya akan mendapatkan masalah yaitu, Dia harus menghadapi amukan dari Ayahnya. Karena Dia telah membuat Orang tua nya kehilangan uang yang cukup besar. “Bajing*n. Lihat saja! Aku akan membalas mu saat aku ada kesempatan!” Mars berteriak dengan memukul-mukul setir mobilnya, saat dirinya kini sedang berhenti di lam
“Tapi….” Dhisa sebenarnya ragu untuk melakukan hal ini. Itu karena Dia takut jika kalah maka dirinya harus makan 25 cabai.Namun, dia lebih takut lagi jika sampai Whiny yang harus melakukannya. Dia sungguh tidak tega. Dhisa terpaksa menyanggupi. Karena pada saat ini sebuah undangan pertarungan dari Whiny telah tampil di layar ponsel Dhisa. “Ayo kakak semua… tolong bantu aku…!!” Ucap Whiny dengan manja.Kini poin Whiny sudah 2.000.E.H mengirimkan sebuah gift hadiah kepada Dhisa, sehingga kini pon Dhisa menjadi 2500. Whiny kaget. “Wah… ternyata ada perlawanan dari sebelah! Ayo kita lebih semangat untuk membantu Whiny.” Tulis salah seorang penonton Whiny di komentar siaran langsung Whiny.“Terimakasih kakak…” ucap Whiny, menutupi kegugupan nya.“Aku yakin dia tidak akan mampu melawan para penonton ku.” Whiny berbicara kepada dirinya sendiri dalam hatinya.Dia sebenarnya mulai khawatir.Dia takut jika kali ini dia akan kalah, dan juga peraturannya adalah yang kalah harus memakan 25
Dikamar, Dhisa mulai bingungnsikap apa yang harus diambil oleh dirinya.Dia tahu jika dirinya membuka pintu maka Whiny akan melakukan sesuatu kepada dirinya. Tapi jika tidak dibuka, maka tidak tahu sampai kapan Whiny akan menggedor pintunya.“Hey anak pungut!”“Cepat buka pintunya!” Whiny berteriak dari luar.“Apa?!” “Itu Whiny?”“Dia sungguh kejam! Akuctidak menyangka!” Semua orang berkomentar di siaran langsung milik Dhisa.Mereka sebenarnya tidak tahu jika Dhisa adalah seorang anak angkat dikeluara Pearl. Namun, meskipun begitu mereka menganggap bahwa perkataan dari Whiny sangatlah tidak pantas.“Whiny… maaf… aku tidak bisa membuka nya…”“Cepat buka! Berikan akun mu padaku!” Teriak Whiny dari luar. “Ada apa ini?” Diluar terdengar suara laki-laki tua sedang bertanya kepada Whiny.Itu adalah Wall Pearl, ayah mereka, ayah angkat angkat.“Anak pungut itu, menyebalkan!” Teriak Whiny.“Dia mendapatkan uang 50 juta dolar lebih.” Ucap Whiny.“Apa?!” Teriak Wall yang terkejut.“Dhisa!
“Kenapa begini…?” Dhisa merenungi nasibnya.Merenungi nasib, bukan karena uang 50 juta yang hilang tapi nasib dimana dirinya yang selalu di abaikan sama keluarga angkatnya, dan juga dianggap orang luar.Sebuah notifikasi dari ponselnya berbunyi.“Uangmu, aman.”Itu adalah isi dari pesan yang ada di ponselnya.“Ini… siapa ini?” Tanya Dhisa yang penasaran.Dia sama sekali tidak mengerti apa maksud dan tujuan dari orang yang telah mengirimkan pesan kepadanya itu.Yang dia tahu kini hanyalah uangnya di akun sudah ditarik, namun ternyata ada orang yang telah mengirimkan pesan kepadanya terkait masalah uang tersebut.Seolah-olah orang itu telah menolongnya, atau lebih tepatnya orang itu sengaja agar uang tersebut tidak diambil oleh orang-orang yang tidak memiliki hak untuk memilikinya.“Ini siapa?” Tanya Dhisa kepada orang yang telah mengirimkan pesan kepada dirinya.“Tenang saja, kamu tidak perlu khawatir, kamu juga tidak perlu tahu siapa aku.” balas orang itu melalui pesannya.“Intinya u
Varra dengan begitu sopan berusaha menutupi perasaan canggungnya dihadapan Edward.Edward menanggapinya dengan santai dan menjawab, “pagi.”Varra hanya bisa menunduk Malu. Dia sama sekali tidak berani menatap Edward, secara langsung.Namun meskipun begitu dia tetap saja sedikit melirik mantan pacarnya itu.Setelah Edward berlalu, Varra melihat punggung mantannya itu dengan penyesalan yang mendalam.Dia teringat dulu dirinya pernah menyia-nyiakan laki-laki miskin yang ternyata adalah seekor anak singa.Kini laki-laki itu telah tumbuh menjadi seseorang yang berada di luar jangkauan nya.“Lihat saja nanti… kamu akan kembali menjadi milikku.” Ucap Farra bergumam.Kini Edward berada di ruangannya dengan melihat beberapa laporan terkait perusahaan nya.Cukup hening suasana saat itu sampai saat suara seorang wanita yang datang mengucapkan “permisi.” “Masuk.” Jawab Edward dengan mata yang tetap membaca isi laporan di tangannya.“Silahkan tuan mu–”“Ahh!! Maaf!” Wanita itu adalah Varra. Dia
Dhisa mengangguk.Setelah itu Edward berjalan mendekat ke arah Varra yang sedang menunggunya di pintu.“Jangan pernah menyebutkan identitasku, kecuali kita sedang berada di kantor.”Bisik Edward saat berada di hadapan Varra. Edward benar-benar tidak ingin identitasnya terbongkar di hadapan banyak orang. “Aku mengerti,” Varra menjawab dengan menunduk.Varra mungkin menunduk karena menghormati Edward. Tapi untuk beberapa orang sikap yang ditunjukkan oleh Varra, dianggap sebagai sebuah sikap dari seorang perempuan yang sedang malu di depan orang yang dia sukai.“Aahhhh!!”“Drama apa ini?”“Benar sekali?!” “Kenapa harus laki-laki seperti Dia?”Semua laki-laki yang ada di sana merasa jika ini adalah suatu hal yang tidak adil buat mereka. Mereka merasa bahwa diri mereka berada di atas Edward, tapi kenapa justru Edward lah yang menjadi bintang utama di hadapan para wanita setiap kalinya.“Aku kesini untuk mengantarkan ini.” Ucap Varra.“Tadi ketinggalan di meja.” Tambahnya, yang tentu saj
Beberapa menit berlalu.Varra merasa bosan dan hendak pergi ke tempat lain universitas.“Mau kemana cantik?” Tanya laki-laki yang tadi mencoba untuk berkenalan dengannya itu.Alih-alih menjawab, Varra hanya melemparkan sebuah senyuman dan melenggang pergi.Laki-laki itu seolah tidak mau menyerah dan hendak mengejar Varra.Varra mungkin risih, akan tetapi dia tetap membiarkan laki-laki itu untuk kini mengikuti dirinya.Rupanya Varra memilih untuk kembali ke kelas dimana Edward berada. Dengan penuh kekaguman, Varra melihat Edward dari luar.Matanya juga menyotokan sedikit kesedihan.Perasaan sedih, karena dia baru sadar jika selama ini laki-laki yang dia sukai adalah Edward.Bahkan setelah sebelumnya dia berselingkuh dengan Emix, Dia masih merasa sedih saat Dia sadar tidak lagi menjadi pacar dari Edward.Apalagi saat ini Edward menjadi orang besar yang selama ini selalu Dia idam-idamkan.Rasa sakit di hatinya semakin terasa di saat dia menyadari ada sepasang mata yang selalu mencuri wa