“Tapi….” Dhisa sebenarnya ragu untuk melakukan hal ini. Itu karena Dia takut jika kalah maka dirinya harus makan 25 cabai.Namun, dia lebih takut lagi jika sampai Whiny yang harus melakukannya. Dia sungguh tidak tega. Dhisa terpaksa menyanggupi. Karena pada saat ini sebuah undangan pertarungan dari Whiny telah tampil di layar ponsel Dhisa. “Ayo kakak semua… tolong bantu aku…!!” Ucap Whiny dengan manja.Kini poin Whiny sudah 2.000.E.H mengirimkan sebuah gift hadiah kepada Dhisa, sehingga kini pon Dhisa menjadi 2500. Whiny kaget. “Wah… ternyata ada perlawanan dari sebelah! Ayo kita lebih semangat untuk membantu Whiny.” Tulis salah seorang penonton Whiny di komentar siaran langsung Whiny.“Terimakasih kakak…” ucap Whiny, menutupi kegugupan nya.“Aku yakin dia tidak akan mampu melawan para penonton ku.” Whiny berbicara kepada dirinya sendiri dalam hatinya.Dia sebenarnya mulai khawatir.Dia takut jika kali ini dia akan kalah, dan juga peraturannya adalah yang kalah harus memakan 25
Dikamar, Dhisa mulai bingungnsikap apa yang harus diambil oleh dirinya.Dia tahu jika dirinya membuka pintu maka Whiny akan melakukan sesuatu kepada dirinya. Tapi jika tidak dibuka, maka tidak tahu sampai kapan Whiny akan menggedor pintunya.“Hey anak pungut!”“Cepat buka pintunya!” Whiny berteriak dari luar.“Apa?!” “Itu Whiny?”“Dia sungguh kejam! Akuctidak menyangka!” Semua orang berkomentar di siaran langsung milik Dhisa.Mereka sebenarnya tidak tahu jika Dhisa adalah seorang anak angkat dikeluara Pearl. Namun, meskipun begitu mereka menganggap bahwa perkataan dari Whiny sangatlah tidak pantas.“Whiny… maaf… aku tidak bisa membuka nya…”“Cepat buka! Berikan akun mu padaku!” Teriak Whiny dari luar. “Ada apa ini?” Diluar terdengar suara laki-laki tua sedang bertanya kepada Whiny.Itu adalah Wall Pearl, ayah mereka, ayah angkat angkat.“Anak pungut itu, menyebalkan!” Teriak Whiny.“Dia mendapatkan uang 50 juta dolar lebih.” Ucap Whiny.“Apa?!” Teriak Wall yang terkejut.“Dhisa!
“Kenapa begini…?” Dhisa merenungi nasibnya.Merenungi nasib, bukan karena uang 50 juta yang hilang tapi nasib dimana dirinya yang selalu di abaikan sama keluarga angkatnya, dan juga dianggap orang luar.Sebuah notifikasi dari ponselnya berbunyi.“Uangmu, aman.”Itu adalah isi dari pesan yang ada di ponselnya.“Ini… siapa ini?” Tanya Dhisa yang penasaran.Dia sama sekali tidak mengerti apa maksud dan tujuan dari orang yang telah mengirimkan pesan kepadanya itu.Yang dia tahu kini hanyalah uangnya di akun sudah ditarik, namun ternyata ada orang yang telah mengirimkan pesan kepadanya terkait masalah uang tersebut.Seolah-olah orang itu telah menolongnya, atau lebih tepatnya orang itu sengaja agar uang tersebut tidak diambil oleh orang-orang yang tidak memiliki hak untuk memilikinya.“Ini siapa?” Tanya Dhisa kepada orang yang telah mengirimkan pesan kepada dirinya.“Tenang saja, kamu tidak perlu khawatir, kamu juga tidak perlu tahu siapa aku.” balas orang itu melalui pesannya.“Intinya u
Varra dengan begitu sopan berusaha menutupi perasaan canggungnya dihadapan Edward.Edward menanggapinya dengan santai dan menjawab, “pagi.”Varra hanya bisa menunduk Malu. Dia sama sekali tidak berani menatap Edward, secara langsung.Namun meskipun begitu dia tetap saja sedikit melirik mantan pacarnya itu.Setelah Edward berlalu, Varra melihat punggung mantannya itu dengan penyesalan yang mendalam.Dia teringat dulu dirinya pernah menyia-nyiakan laki-laki miskin yang ternyata adalah seekor anak singa.Kini laki-laki itu telah tumbuh menjadi seseorang yang berada di luar jangkauan nya.“Lihat saja nanti… kamu akan kembali menjadi milikku.” Ucap Farra bergumam.Kini Edward berada di ruangannya dengan melihat beberapa laporan terkait perusahaan nya.Cukup hening suasana saat itu sampai saat suara seorang wanita yang datang mengucapkan “permisi.” “Masuk.” Jawab Edward dengan mata yang tetap membaca isi laporan di tangannya.“Silahkan tuan mu–”“Ahh!! Maaf!” Wanita itu adalah Varra. Dia
Dhisa mengangguk.Setelah itu Edward berjalan mendekat ke arah Varra yang sedang menunggunya di pintu.“Jangan pernah menyebutkan identitasku, kecuali kita sedang berada di kantor.”Bisik Edward saat berada di hadapan Varra. Edward benar-benar tidak ingin identitasnya terbongkar di hadapan banyak orang. “Aku mengerti,” Varra menjawab dengan menunduk.Varra mungkin menunduk karena menghormati Edward. Tapi untuk beberapa orang sikap yang ditunjukkan oleh Varra, dianggap sebagai sebuah sikap dari seorang perempuan yang sedang malu di depan orang yang dia sukai.“Aahhhh!!”“Drama apa ini?”“Benar sekali?!” “Kenapa harus laki-laki seperti Dia?”Semua laki-laki yang ada di sana merasa jika ini adalah suatu hal yang tidak adil buat mereka. Mereka merasa bahwa diri mereka berada di atas Edward, tapi kenapa justru Edward lah yang menjadi bintang utama di hadapan para wanita setiap kalinya.“Aku kesini untuk mengantarkan ini.” Ucap Varra.“Tadi ketinggalan di meja.” Tambahnya, yang tentu saj
Beberapa menit berlalu.Varra merasa bosan dan hendak pergi ke tempat lain universitas.“Mau kemana cantik?” Tanya laki-laki yang tadi mencoba untuk berkenalan dengannya itu.Alih-alih menjawab, Varra hanya melemparkan sebuah senyuman dan melenggang pergi.Laki-laki itu seolah tidak mau menyerah dan hendak mengejar Varra.Varra mungkin risih, akan tetapi dia tetap membiarkan laki-laki itu untuk kini mengikuti dirinya.Rupanya Varra memilih untuk kembali ke kelas dimana Edward berada. Dengan penuh kekaguman, Varra melihat Edward dari luar.Matanya juga menyotokan sedikit kesedihan.Perasaan sedih, karena dia baru sadar jika selama ini laki-laki yang dia sukai adalah Edward.Bahkan setelah sebelumnya dia berselingkuh dengan Emix, Dia masih merasa sedih saat Dia sadar tidak lagi menjadi pacar dari Edward.Apalagi saat ini Edward menjadi orang besar yang selama ini selalu Dia idam-idamkan.Rasa sakit di hatinya semakin terasa di saat dia menyadari ada sepasang mata yang selalu mencuri wa
Disaat mendengar apa yang dikatakan oleh Gabin, Varra secara seketika menoleh ke arah Edward.Dalam hatinya seolah berbicara, disaat mata melihat ke arah Edward, “apa ada, yang lebih bestatus besar dibandingkan cucu orang terkaya ini?”Varra melihat ke arah Edward dengan mata yang penuh kekaguman.Tentunya hal itu disadari oleh Gabin, dan membuat Dia, merasa jika dirinya diabaikan hanya demi seorang laki-laki yang menurutnya adalah seorang laki-laki miskin.“Untuk kali ini aku berikan kalian kesempatan untuk makan bersamaku.” Gabin masih menyombongkan dirinya. Terlebih sikapnya yang begitu arogan, serta gestur tubuhnya yang menyentuh lengan bajunya dan menyentuh jam tangannya, seolah ingin memamerkan kepada mereka jika apa yang dikenakan olehnya bukanlah barang murahan.Edward dan kedua gadis itu saling menatap satu sama lain, mereka seolah berbicara dengan tatapan masing-masing. “Yah baiklah kalau begitu. Aku tidak akan membuang kesempatan untuk duduk bersama dengan orang sepertimu
Setelah Gabin pergi dari sana, kini Edward justru berada di posisi lebih bahaya dari sebelumnya.Bagaimana tidak, kini dia berada di antara dua wanita yang sepertinya sama-sama memiliki perasaan kepada dirinya.Satu Varra mantannya yang dulu pernah sangat dia sayangi, meskipun pernah mengkhianati dirinya, tapi sepertinya kini mulai kembali berusaha untuk mendekati dirinya.Sementara itu yang satunya adalah Dhisa yang sebelumnya tanpa sengaja, Edward mengetahui jika wanita itu memiliki perasaan kepada dirinya.“Aku, ke toilet dulu.” Edward berdiri dari duduknya dan segera pergi ke toilet.Kini tinggal ada Varra dan Dhisa di meja mereka.Beberapa saat suasana hening, sampai Varra yang bertanya dan kemudian memecahkan keheningan itu.“Sepertinya kalian cukup dekat, ya?”“Biasa saja,” ucap Dhisa dengan mengambil cangkir minuman nya.“Bahkan sepertinya aku tidak lebih dekat dari dari kamu,” tambah Dhisa.Varra yang mendengar itu, sesaat terdiam.Varra menoleh ke arah, kemana Edward pergi
Varra terdiam, Dia mulai berpikir bagaimana meluruskan keadaan ini kedepannya. Dia kini mulai ingat jika Edward pernah berkata kepada dirinya untuk menyembunyikan identitasnya dari siapapun“Apa Kamu akan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Varra?”Edward yang mengetahui dilema Varra kini mencoba untuk meluruskan hal itu sendiri.“Huehehe” Varra tersenyum kepada Dhisa untuk sekedar membantu Edward menyembunyikan statusnya.Sejujurnya Varra benar-benar tidak tahu bagaimana caranya untuk memulai, meyakinkan Dhisa jika dirinya berbohong. Mengingat semua yang Dia ucapkan sebenarnya adalah sebuah kebenaran.“Tapi, Benarkah itu?” Tanya Dhisa dengan menunjukkan sedikit keraguan.Sejujurnya, memang Dhisa tidak suka dengan para orang-orang kaya dan orang kelas atas karena dirinya merasa mereka semua sering merendahkan orang lain yang mereka anggap lemah.Namun, yang tidak diketahui oleh Edward dan Varra adalah, Dhisa mulai berpikir akan sesuatu,“Mungkin jika Mereka adalah Edwar
“Varra. Ayo kita pergi.”Ucap Dhisa yang disambut dengan senyum manis oleh oleh Varra.Tidak lupa Varra masih mendengus ke arah Whiny, seolah menghina Whiny sebelum akhirnya dia berpaling muka.“Aku pergi Ayah, Ibu.”“Whiny juga, jaga kesehatanmu, kita masih akan bertemu di universitas.”Dhisa berpamitan kepada anggota keluarganya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Aku berharap kalian tidak akan mengganggu Dhisa lagi.”Edward berbicara untuk terakhir kali, sebelum akhirnya mereka pergi.Setelah kepergian mereka, kini Pearl beserta anak istrinya mulai mengeluarkan sumpah serapah.Cacian dan makian keluar dari mulut mereka.Setelah mereka tenang, mereka kini memilih untuk di duduk bersama dan berunding.Pearl memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi Owl, sementara sebelumnya dirinya sudah menjanjikan Dhisa untuk Owl, sebagai bentuk “pelancar” urusan bisnis diantara keduanya.“Apa yang harus Kita lakukan sekarang suamiku?” Nessy bertanya kepada sang suami.“Aku juga tidak tahu.”
“Kau. Berhenti di tempatmu sekarang!” Hardik Pearl.Edward terus berjalan tanpa menghiraukan peringatan dari Pearl, sampai akhirnya kini dirinya sudah sangat dekat dengan Pearl, tanpa sadar hal itu membuat Pearl mengambil beberapa langkah ke belakang dan mengakibatkan dirinya terjatuh karena kehilangan keseimbangan.“Kenapa Kau begitu lemah?”Edward mulai menghina Pearl dengan tatapan yang sangat meremehkan.“Biarkan Dhisa pergi,” Ucap Edward yang kemudian membungkukan bada mendekatkan wajahnya ke wajah Pearl.“Atau Kau ingin bernasib sama dengan Owl?” Ancam Edward, tanpa diketahui oleh yang lain Edward berbicara dengan sorot matanya menjadi begitu tajam menantang.“Dhisa, lebih baik kamu bereskan barangmu, Kami akan menunggumu.” Dengan menoleh serta tersenyum manis Edward berkata kepada Dhisa yang sedari tadi masih terpaku melihat dirinya.“Iya.” Jawab Dhisa singkat dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat hangat. Untuk sekilas, terlihat senyum Dhisa yang penuh akan kebahagiaan
Pearl bermaksud mendekat ke arah Dhisa yang sepertinya memiliki tujuan untuk memukul atau sekedar mengasari Dhisa yang menurut Dirinya sudah membuat masalah.Namun, hal itu ia urungkan saat Dia melihat ada seseornag yang masuk ke dalam rumah, mengekor Dhisa.Itu adalah Edward.“Ka–kau! Kenapa Kau disini?”Pearl seketika menjadi gagap saat dirinya melihat hadirnya Edward disana.Masih tergambar jelas di benak Pearl apa yang sudah Dia lihat tadi malam.Pemuda di hadapan-nya sekilas seperti pemuda pada umumnya, akan tetapi Pemuda itu juga yang seketika menjadi ganas tak bisa dikendalikan saat dalam kondisi marah.“Kenapa?” tanya Edward dengan sorot matanya yang begitu mengintimidasi Pearl.“Tidak apa-ap–”“Tunggu” Pikir Pearl menghentikan ucapanya sebelumnya dengan berbicara kepada dirinya sendiri.“Bukankah ini di rumahku?” Ucap Pearl masih dalam hatinya.“Seharusnya Dia tidak berani macam-macam di rumahku,” Pikir Pearl dengan satu tangan memegang dagu miliknya.“Apa yang kau lakukan di
Edward dan kedua wanita itu kini sedang berjalan hendak pergi dari hotel,tempat mereka beristirahat. Kini sedang di dalam lift menuju basement parkir.Tidak lupa Edward memberikan kabar kepada Warden, perihal beberapa perintah.Pertama Edward minta kepada Warden untuk dicarikan satu kondominium untuk tempat tinggal Varra dan juga Dhisa, Edward meminta yang tidak terlalu jauh dari kampus mereka belajar. Yang kedua Eddward memberikan perintah kepada Warden untuk mengambil mobil miliknya di basement parkir hotel, karena dia akan ikut bersama dengan Dhisa di mobil Varra.Tidak menunggu waktu lama, sebelum mereka sampai di mobil milik Varra, satu notifikasi masuk di ponsel Varra.Itu adalah titik alamat kondominium apartemen untuk nya, beserta dengan aksesnya.Setelah membaca pesan di ponselnya Varra segera menghadap ke Edward dan mengangguk, sebagai tanda sudah diketahuinya letak kondominium untuk tempat tinggal baru Dia dan juga Dhisa.“Sebaiknya Aku kembali kerumah dulu untuk mengambil
*** Mereka bertiga kini sudah bersiap untuk pergi dari hotel.Dhisa masih bingung. Dia merasa ragu untuk pulang, mengingat apa yang sudah dilakukan oleh orang tua angkatnya.Bukan bermaksud untuk menjadi seseorang yang tidak tahu balas budi, akan tetapi dia memikirkan kelangsungan hidupnya, jika terus bersama dengan mereka maka dia ragu akan dapat menjalani kehidupan dengan tenang. “Apa yang akan kamu lakukan sekarang?” varra bertanya kepada Dhisa untuk sekedar memastikan, akankah saingan cintanya itu kembali kepada keluarga yang sudah memiliki niat jahat kepada dirinya. “Aku…” tampak sekali keraguan dan kebingungan di wajah Dhisa.Dia benar-benar bingung dan tidak tahu harus apa. Tidak mungkin baginya untuk pergi ke panti asuhan kembali. “Kenapa kamu tidak tinggal dengan Varra?” tanya Edward yang membuat Varra memutar kepala untuk menoleh kepadanya yang saat ini ada dibelakang Varra. Tidak lupa juga, wanita mengernyitkan dahinya, seolah tidak habis pikir dengan pertanyaan Ed
Dhisa masih dalam kondisi setengah sadar dengan kondisi setengah badan terendam air, serta ditemani oleh Varra.Mereka mungkin adalah saingan cinta.Akan tetapi, Varra ingin bersaing secara sehat.Cukup sudah Varra menjadi seseorang yang tidak tahu diri, sebelumnya. “Dhisa… Kenapa kamu begitu polos?” Varra bertanya dalam hatinya.Dia sama sekali tidak mengerti hati maca apa yang dimiliki oleh wanita yang kini sedang berada di depannya itu. “Wajar saja jika Edward sangat menyukaimu.” Tambah Varra berbicara sendiri tanpa perlu didengar oleh orang lain. “Sepertinya di luar sudah mulai sepi.” Varra mulai mencoba mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi.Sedari awal dia bukan tidak mendengar keributan yang terjadi di luar.Akan tetapi, semakin Dia mendengar, semakin Dia paham jika dirinya tidak akan bisa membantu, atau justru akan menjadi beban untuk Edward.Oleh karena itu, Dia lebih memilih untuk diam di kamar mandi menjaga Dhisa sekaligus mendengarkan apa yang mereka ri
Dengan wajah garang, BB bertanya kepada mereka. “Siapa yang memberikan keberanian kepada kalian?” “Tuan BB, Apa kami melakukan kesalahan?” Tanya Owl.“Apakah Tuan BB salah paham?” Tanya Pearl.Mereka semua menjadi bingung, sebenarnya apa yang sudah membuat BB marah kepada mereka.Kebodohan mereka membuat mereka masih berpikir jika semua ini adalah gara-gara Edward yang sudah menghasut BB.Karena itu mereka seolah masih mencoba untuk meminta keadilan dari BB.“Tuan BB, sepertinya Tuan salah paham. Pecundang itulah yang telah bersikap kasar kepada anak buah Tuan.” Whiny mencoba untuk membantu menjelaskan kepada BB.“Benar Tuan…” Nessy mulai ikut berbicara.“Diam!” Teriak BB.Mereka kini mulai berbicara kepada BB karena mereka takut jika BB akan bertindak lebih jauh kepada mereka.“Maafkan kami Tuan.”“Tapi memang sepertinya Tuan salah paham terhadap kami.”“Bener Tuan, ini semua karena pecundang itu Tuan!” Mereka masih mencoba untuk terus menyalakan Edward.Hal itu dikarenakan tatapan
Pearl dan Owl seketika menyeringai saat mendengar kata-kata barusan.Mereka mengira kini Edward akan takut kepada mereka. Sekaligus mendapatkan pelajaran.“Hey Anak Muda!” “Tamat sudah riwayatmu kini…” Owl yang berdiri dengan di pegang oleh Pearl kini mulai berceletuk.Whiny juga mulai tertawa.Dia tidak menyangka akan ada kesempatan dimana dia melihat dua orang yang dibenci oleh dirinya akan mendapatkan pelajaran yang tidak akan dapat dibayangkan, menurutnya.Edward yang akan di hajar habis-habisan oleh Boss besar dunia bawah, serta Dhisa yang akan di tiduri oleh Owl, laki-laki yang bahkan baru saja mereka temui malam ini.Itulah isi pikiran Whiny, dan terang saja itu membuat dia teramat senang. Kebenciannya kepada Dhisa sangatlah tidak berdasar.Dimana dia sebenarnya marah dan membenci Dhisa dikarenakan semua perhatian tertuju pada Dhisa. Bahkan laki-laki yang kini menjadi pacar Whiny pun, sebenarnya masih belum bisa membuang perasaannya kepada Dhisa. Whiny tidaklah lebih dari s