Dua hari kemudian. Hari dimana diadakannya pesta makan malam di villa.“Villa ini sangat besar…”“Benar… memang menunjukkan sebuah kedudukan yang berbeda.” “Tentu saja… ini adalah Villa milik CEO baru perusahaan Grade.” “Benar…” “Aku ingin mempunyai Villa seperti ini.” “Seandainya saja aku bisa punya Villa sebesar ini…”Setiap orang perwakilan perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam ikatan kerja dengan perusahaan Grade kini sudah berkumpul di ruang terbesar Villa milik Edward.Mereka sudah datang terlebih dahulu sebelum waktu yang tertera di undangan. Bahkan ada yang datang satu jam lebih awal, dari waktu yang ditentukan.“Gabin… mereka adalah orang-orang yang cukup terkenal. Kamu harus mencoba untuk mengenal mereka.” Seorang laki-laki berbicara kepada Gabin. Itu adalah ayah Gabin.“Tentu Ayah…”“Saya pasti akan–”Belum selesai Gabin berbicara, dia menghentikan ucapannya disaat dia melihat sosok seorang gadis yang sepertinya dia kenal.“Kamu?” Tanya Gabin yang kaget saat me
Itu adalah suara sekretaris Warden. Seketika semua orang langsung mendekat dan menghampiri.Bagaimana tidak sekretaris Warden adalah seorang sekretaris yang sangat terkenal. Semua orang tahu siapa dia. Dimana dia adalah orang kepercayaan Richard Hovd.“Tuan Warden.”“Tolong ijinkan saya untuk bersulang dengan Tuan.”“Iya, Tuan…” “Benar Tuan…”Banyak orang di sana yang berusaha untuk mendekat ke arah Warden. Dengan santai Warden hanya mengangkat satu tangannya, sebagai tanda bahwa dia sedang tidak ingin diganggu oleh beberapa orang tadi.Tidak ada emosi tidak ada rasa dendam tidak ada amarah di antara mereka semua. Justru mereka seolah meminta maaf terhadap Warden, seolah mereka sadar jika mereka telah mengganggu atau mengusik sekretaris Warden.“Maaf tuan…”“Silakan, silakan.”“Iya Tuan, silakan.”Mereka seketika minggir, dan memberikan jalan kepada sekretaris Warden.Gabin beserta Ayahnya masih belum paham. Bahkan di saat sekretaris Warden mendekat ke arah mereka, mereka masih bis
“Panggil Dhruv kesini.” perintah Edward kepada sekretaris Warden.“Baik Tuan.” Jawab sekretaris Warden dengan begitu sopan.Tidak berselang lama.Warden datang dengan Dhruv.“Maaf tuan muda saya tadi sedang berbicara dengan beberapa kolega kita.” Ucap Dhruv dengan sedikit membungkuk ke arah Edward.“Manajer Dhruv.” “Saya, tuan muda.” jawab Dhruv.“Batalkan semua kerjasama dengan perusahaan red star.” tegas Edward.“Tu–tuan muda…” “Tolong, maafkan kami.”Gabin dan Ayahnya memohon belas kasih dari Edward. “Kalian tidak memiliki salah kepadaku… jadi kalian tidak perlu meminta maaf kepadaku.” Edward berbicara dengan tenang. Jiwa kepemimpinan dirinya menurun dari sang kakek. Sangat tenang dan berwibawa, meskipun dia masih berusia yang relatif muda. “Terimakasih Tuan Muda!” Ucap Ayah Gabin yang mengira dirinya akan dilepaskan oleh Edward. Namun, semua itu hanya angan dirinya.Setelah terdiam sesaat, Edward menambahkan perkataan yang membuat Gabin serta ayahnya menjadi kembali ketakut
Sebagai seorang putra, Edward hanya berbakti kepada ibunya.Meskipun berat, mengingat hubungannya dengan Varra sebelumnya, dengan terpaksa Edward berkata.“Iya Bu, aku akan membantunya.”“Benarkah?” Tanya sang ibu dengan ekspresi wajah yang mulai ceria dan senyum tersungging di bibirnya.“Iya Bu.” Jawab Edward dengan tersenyum.Dia tersenyum dikarenakan saat melihat sang ibu bahagia, dia juga merasa sangat bahagia.Mengingat apa yang mereka lalui selama ini berdua.“Baguslah kalau begitu.”Kata sang ibu yang menghentikan ucapannya sejenak, saat dia meraih tangan Varra, kemudian menepuknya beberapa kali dengan tangan yang satunya.“Kalau begitu, kamu ajak Varra untuk berkeliling di taman.”“Bagaimana dengan makan?” Edward mencoba untuk mencari alasan kepada sang ibu, agar dirinya tidak berdua dengan Varra.“Sudah-sudah. Makan malam biar nanti aku yang berbicara dengan kakekmu.”“Kalian anak muda pergilah cari angin di luar sana.” Sang ibu tetap memaksa agar Edward mau keluar bersama V
“Ibu tidak mau tahu, Edward. Kamu harus menjaga Varra.”Ucap si ibu kepada Edward dengan nada yang terdengar sedikit panik.“Iya ibu aku mengerti, bagaimanapun juga Varra mengalami kejadian ini karena telah melindungiku.”Ucap Edward dengan sedikit meloloskan pandangannya ke arah Varra yang sedang menjalani perawatan di lengan kanannya.“Kakek sudah menghubungi beberapa dokter ternama.”“Kakek yakin mereka akan bisa membuat gadis ini tidak memiliki bekas luka.” ucap Richard Hovd kepada Edward.“Kamu tenang saja.” tambah sang kakek yang kini meletakkan tangannya di punggung sang Putri, atau ibu Edward.
Varra sadar betul akan sikapnya sebelumnya. Kini Dia hanya bisa berdiri menatap ke arah luar jendela. Merenungi apa yang telah dilakukan.“Apa yang sedang kamu lakukan?”Sebuah suara menyadarkan Varra.Secepat kilat gadis itu menoleh, ke arah sumber suara.Tak dapat dibohongi matanya gini sedang berkaca-kaca.Kesedihan, kebahagiaan, bercampur menjadi satu.“Ka–kamu?” Sapanya terbata-bata.“Aku?” Tanya seorang laki-laki yang ternyata itu adalah Edward.“Aku, kenapa?” Tambah Edward bertanya.“kenapa kamu kembali, bukankah kamu sudah pergi?”“Tentu saja aku kembali.”ucap Edward dengan meletakkan beberapa bungkusan di meja, yang berada di ruang perawatan Varra.“Kita, tadi belum sempat makan malam. Jadi aku mau beli beberapa makanan untuk kita makan.”Edward berbicara, meskipun ekspresinya dingin, bicaranya begitu lembut.Merasa diperhatikan oleh Edward. Varra merasa senang dan bahagia.Dia tidak memikirkan dirinya dianggap teman atau pacar. Yang dia tahu sekarang adalah perhatian dari Ed
Varra dan Edward memalingkan pandangannya ke arah dokter tersebut.Itu bukanlah dokter yang menangani luka, Varra sebelumnya.“Kenapa mereka ada di sini?” Edward bertanya kepada si dokter dengan tatapan mata yang begitu dingin.“Kamu siapa?” Tanya si dokter kepada Edward.“Apa hakmu untuk bertanya?” Tambah si dokter dengan sikap yang sedikit arogan.“Ini adalah ruangan milik temanku, kenapa bisa ada orang lain yang menggunakannya?”Edward telah merasa dicurangi oleh orang-orang itu.Sedari awal ruangan ini sudah ditempati oleh Varra. Lantas kenapa bisa di saat mereka meninggalkan ruangan
Dokter sombong itu, menjadi bingung.Dia merasa tidak melakukan kesalahan, tapi kenapa kepala rumah sakit memarahi dirinya.Dokter sombong itu menoleh ke arah pasangan pemuda, anak pengusaha tadi, yang sedang dirawat oleh dirinya.“Apa mungkin kepala rumah sakit marah karena aku membuat mereka tidak nyaman.”Dokter itu mulai berspekulasi sendiri, dan berbicara dalam hati.“Tuan Muda?” tanya dokter itu lagi dalam hatinya.Matanya mulai melihat ke sekeliling, melihat ke arah pemuda dan pemudi anak pengusaha tadi.Setelah itu melihat ke arah Edward dan Varra.Dalam hatinya kini mulai bingung.Dia kembali mengambil spekulasi sendiri, berpikiran bahwa tidak mungkin jika laki-laki berpenampilan seperti Edward akan dipanggil sebagai tuan muda.Itu berarti satu kemungkinan yang jelas adalah, di saat kepala rumah sakit datang dan meneriakkan nama “Tuan Muda” sebelumnya, karena kepala rumah sakit memanggil pasien yang sedang dirawat oleh dirinya.Itulah yang ada di pikirannya untuk saat ini.“I