“Ibu tidak mau tahu, Edward. Kamu harus menjaga Varra.”Ucap si ibu kepada Edward dengan nada yang terdengar sedikit panik.“Iya Ibu aku mengerti, bagaimanapun juga Varra mengalami kejadian ini karena telah melindungiku.”Ucap Edward dengan sedikit meloloskan pandangannya ke arah Varra yang sedang menjalani perawatan di lengan kanannya.“Kakek sudah menghubungi beberapa dokter ternama.”“Kakek yakin mereka akan bisa membuat gadis ini tidak memiliki bekas luka.” ucap Richard Hovd kepada Edward.“Kamu tenang saja.” tambah sang kakek yang kini meletakkan tangannya di punggung sang Putri, atau ibu Edward.“Kalau begitu kami pergi dulu kamu harus menjaganya.” Ucap ibu Edward.“Ingat! Kamu harus benar-benar menjaganya.” Tambah ibu Edward lagi, menekankan.“Iya Ibu, aku mengerti.” jawab Edward.Di saat kedua orang tua itu, ibu dan kakeknya pergi, Edward ini masuk ke ruangan di mana Varra sedang duduk karena baru saja selesai menjalani perawatan lukanya.“lukanya cukup panjang, serta juga dala
Varra sadar betul akan sikapnya sebelumnya. Kini Dia hanya bisa berdiri menatap ke arah luar jendela. Merenungi apa yang telah dilakukan.“Apa yang sedang kamu lakukan?”Sebuah suara menyadarkan Varra.Secepat kilat gadis itu menoleh, ke arah sumber suara.Tak dapat dibohongi matanya gini sedang berkaca-kaca.Kesedihan, kebahagiaan, bercampur menjadi satu.“Ka–kamu?” Sapanya terbata-bata.“Aku?” Tanya seorang laki-laki yang ternyata itu adalah Edward.“Aku, kenapa?” Tambah Edward bertanya.“kenapa kamu kembali, bukankah kamu sudah pergi?”“Tentu saja aku kembali.”ucap Edward dengan meletakkan beberapa bungkusan di meja, yang berada di ruang perawatan Varra.“Kita, tadi belum sempat makan malam. Jadi aku membeli beberapa makanan untuk kita makan.”Edward berbicara, meskipun ekspresinya dingin, bicaranya begitu lembut.Merasa diperhatikan oleh Edward, Varra merasa senang dan bahagia.Dia tidak memikirkan dirinya dianggap teman atau pacar. Yang dia tahu sekarang adalah perhatian dari Edwa
Varra dan Edward memalingkan pandangannya ke arah dokter tersebut.Itu bukanlah dokter yang menangani luka, Varra sebelumnya.“Kenapa mereka ada di sini?” Edward bertanya kepada si dokter dengan tatapan mata yang begitu dingin.“Kamu siapa?” Tanya si dokter kepada Edward.“Apa hakmu untuk bertanya?” Tambah si dokter dengan sikap yang sedikit arogan.“Ini adalah ruangan milik temanku, kenapa bisa ada orang lain yang menggunakannya?”Edward telah merasa dicurangi oleh orang-orang itu.Sedari awal ruangan ini sudah ditempati oleh Varra. Lantas kenapa bisa di saat mereka meninggalkan ruangan ini, dan mereka kembali, sudah ada orang lain yang menempati.Sebuah diskriminasi, dilakukan oleh si dokter.Dengan menatap Edward dari ujung kaki sampai ke ujung rambut, dokter itu kemudian berkata, “kamu hanya orang miskin, tidak perlu berlagak berkuasa.”Si dokter berkata seperti itu dikarenakan saat ini yang dia lihat adalah seorang Edward yang sedang memakai pakaian santai.Tadi di saat dia membel
Dokter sombong itu, menjadi bingung.Dia merasa tidak melakukan kesalahan, tapi kenapa kepala rumah sakit memarahi dirinya.Dokter sombong itu menoleh ke arah pasangan pemuda, anak pengusaha tadi, yang sedang dirawat oleh dirinya.“Apa mungkin kepala rumah sakit marah karena aku membuat mereka tidak nyaman.”Dokter itu mulai berspekulasi sendiri, dan berbicara dalam hati.“Tuan Muda?” tanya dokter itu lagi dalam hatinya.Matanya mulai melihat ke sekeliling, melihat ke arah pemuda dan pemudi anak pengusaha tadi.Setelah itu melihat ke arah Edward dan Varra.Dalam hatinya kini mulai bingung.Dia kembali mengambil spekulasi sendiri, berpikiran bahwa tidak mungkin jika laki-laki berpenampilan seperti Edward akan dipanggil sebagai tuan muda.Itu berarti satu kemungkinan yang jelas adalah, di saat kepala rumah sakit datang dan meneriakkan nama “Tuan Muda” sebelumnya, karena kepala rumah sakit memanggil pasien yang sedang dirawat oleh dirinya.Itulah yang ada di pikirannya untuk saat ini.“In
Si Dokter sombong itu seketika berubah menjadi diam seribu bahasa.Dia sedang berpikir, apa benar jika pemuda yang ada di depan ini adalah seorang tuan muda.“Dari keluarga mana?” tanya si Dokter itu dalam hatinya.Dia sama sekali tidak tahu perihal Edward.“Bukankah kamu bilang jika, kamu lulusan luar negeri dan kepala rumah sakit tidak akan rela memecat dirimu?” Edward bertanya kepada Dokter sombong itu dengan mata yang mulai berubah menjadi sebuah mata yang memicing tajam.“Memang kenapa?”Dokter sombong itu sepertinya masih belum mau untuk merendah di hadapan Edward.“Bahkan jika itu dirimu, takkan bisa kamu untuk memecat diriku.” Tambah si dokter sombong.Sungguh percaya diri yang sangat besar.“Apa yang kamu bicarakan? Lebih kamu sekarang mulai menjaga sikap.”Kepala rumah sakit itu mulai untuk menasehati si dokter sombong.Dia tahu betul jika si dokter sombong sangatlah hebat kerjanya. Dia sangat begitu ahli dalam hal kedokteran. Namun sikapnya yang begitu sombong akan membuatny
“Ap–apa maksudmu?”Edward tidak menjawab, dan justru menunjuk ke arah saku si laki-laki.Dimana ternyata, di saku itulah si laki-laki tadi menyimpan ponselnya yang saat ini mulai berdering.“Halo ayah?”Suara speaker ponselnya yang lumayan besar, membuat beberapa orang bisa mendengar apa yang dikatakan oleh ayah dari laki-laki itu.“Apa yang sudah kamu lakukan?!”Teriak sih ayah.“Kamu telah membunuh keluarga kita.”“Siapa yang kamu singgung?!”Si ayah tanpa menunggu jawaban dari putranya, mengeluarkan kata-kata kotor untuk memarahi sang putra.“Anak bajing*n!”“Gara-gara kamu. Kini perusahaan Grade memutuskan kontrak kerjasama dengan kita!”Si laki-laki yang ada yang ada di hadapan Edward itu kini mulai khawatir, matanya menatap ketakutan ke arah Edward.“Ke–kenapa begitu ayah?” Tanya si anak laki-laki itu.“Aku juga tidak tahu!”jawab ayahnya dengan suara membentak.“Bahkan perusahaan Grade, mengeluarkan pengumuman, pemblokiran perusahaan milik kita di industri ini!” jelas sang ayah d
Varra yang mendengar apa yang telah diucapkan oleh si wanita seketika mencoba untuk menjelaskan.“Tidak!”“Ka–kami…”Belum selesai Varra berbicara, teman sekolahnya itu langsung memotong perkataan Varra.“Kalian masih sama saja ternyata…” Ucap wanita itu. “Masih terlihat miskin!” Lanjutnya yang kemudian tertawa. Sering kali Edward mendapatkan hinaan. Bahkan untuk saat ini. Itu karena penampilan nya yang selalu sederhana. Dia memang suka berpenampilan sederhana, hanya menggunakan pakaian santai seperti pemuda lainnya.Tidak menunjukkan jika dirinya sebenarnya saat ini adalah seorang CEO muda yang kaya raya.“Untuk apa kalian datang kesini?”Tanya wanita itu. Sebenarnya, Varra merasa geram dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu. Tapi, meskipun begitu, Varra tidak mau terlalu ambil pusing dan lebih memilih untuk diam.“Edward…” panggil Varra untuk mengisyaratkan kepada Edward.“Oh… kami datang untuk membeli sebuah mobil.” Ucap Edward. “Mobil?” Tanya wanita yang dulu teman sekel
“Apa yang kamu bicarakan?”“Kenapa kamu seolah tidak percaya?”Dikala Edward hanya terdiam, justru Varra yang membela dirinya.Edward memilih terdiam bukan karena dia takut dia cuman merasa malas untuk membuang-buang tenaganya membalas ucapan dari orang yang tidak berguna seperti wanita itu.Varra tampak hendak melangkahkan kakinya lebih mendekat ke arah wanita yang dulunya adalah teman sekolahnya itu.Edward dengan sigap menahan Varra.Dengan satu tangannya yang memegang bahu Varra.Selain itu, Edward kemudian menggelengkan kepalanya, perlahan, lembut, dan tampak bijaksana di hadapan Varra.Hal itu dia lakukan karena dia merasa jika percuma saja berbicara kepada orang seperti Wanita itu, tidak akan dimengerti, karena dia adalah wanita dengan hati tercemar.“Sudah, gesek saja.”“Lakukan pembayaran sekarang juga.”Edward meminta kepada Wanita itu dengan mata yang mulai memancarkan sebuah keseriusan.Wanita itu sendiri sedikit merasakan bulu kuduknya berdiri, saat melihat ekspresi Edward