“Ap–apa maksudmu?”Edward tidak menjawab, dan justru menunjuk ke arah saku si laki-laki.Dimana ternyata, di saku itulah si laki-laki tadi menyimpan ponselnya yang saat ini mulai berdering.“Halo ayah?”Suara speaker ponselnya yang lumayan besar, membuat beberapa orang bisa mendengar apa yang dikatakan oleh ayah dari laki-laki itu.“Apa yang sudah kamu lakukan?!”Teriak sih ayah.“Kamu telah membunuh keluarga kita.”“Siapa yang kamu singgung?!”Si ayah tanpa menunggu jawaban dari putranya, mengeluarkan kata-kata kotor untuk memarahi sang putra.“Anak bajing*n!”“Gara-gara kamu. Kini perusahaan Grade memutuskan kontrak kerjasama dengan kita!”Si laki-laki yang ada yang ada di hadapan Edward itu kini mulai khawatir, matanya menatap ketakutan ke arah Edward.“Ke–kenapa begitu ayah?” Tanya si anak laki-laki itu.“Aku juga tidak tahu!”jawab ayahnya dengan suara membentak.“Bahkan perusahaan Grade, mengeluarkan pengumuman, pemblokiran perusahaan milik kita di industri ini!” jelas sang ayah d
Varra yang mendengar apa yang telah diucapkan oleh si wanita seketika mencoba untuk menjelaskan.“Tidak!”“Ka–kami…”Belum selesai Varra berbicara, teman sekolahnya itu langsung memotong perkataan Varra.“Kalian masih sama saja ternyata…” Ucap wanita itu. “Masih terlihat miskin!” Lanjutnya yang kemudian tertawa. Sering kali Edward mendapatkan hinaan. Bahkan untuk saat ini. Itu karena penampilan nya yang selalu sederhana. Dia memang suka berpenampilan sederhana, hanya menggunakan pakaian santai seperti pemuda lainnya.Tidak menunjukkan jika dirinya sebenarnya saat ini adalah seorang CEO muda yang kaya raya.“Untuk apa kalian datang kesini?”Tanya wanita itu. Sebenarnya, Varra merasa geram dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu. Tapi, meskipun begitu, Varra tidak mau terlalu ambil pusing dan lebih memilih untuk diam.“Edward…” panggil Varra untuk mengisyaratkan kepada Edward.“Oh… kami datang untuk membeli sebuah mobil.” Ucap Edward. “Mobil?” Tanya wanita yang dulu teman sekel
“Apa yang kamu bicarakan?”“Kenapa kamu seolah tidak percaya?”Dikala Edward hanya terdiam, justru Varra yang membela dirinya.Edward memilih terdiam bukan karena dia takut dia cuman merasa malas untuk membuang-buang tenaganya membalas ucapan dari orang yang tidak berguna seperti wanita itu.Varra tampak hendak melangkahkan kakinya lebih mendekat ke arah wanita yang dulunya adalah teman sekolahnya itu.Edward dengan sigap menahan Varra.Dengan satu tangannya yang memegang bahu Varra.Selain itu, Edward kemudian menggelengkan kepalanya, perlahan, lembut, dan tampak bijaksana di hadapan Varra.Hal itu dia lakukan karena dia merasa jika percuma saja berbicara kepada orang seperti Wanita itu, tidak akan dimengerti, karena dia adalah wanita dengan hati tercemar.“Sudah, gesek saja.”“Lakukan pembayaran sekarang juga.”Edward meminta kepada Wanita itu dengan mata yang mulai memancarkan sebuah keseriusan.Wanita itu sendiri sedikit merasakan bulu kuduknya berdiri, saat melihat ekspresi Edward
Iya, itu adalah suara Varra, yang memintakan maaf atas nama wanita itu.“Bukan kata dia sudah menghina kita?” “Kamu yakin akan memaafkannya?” Edward bertanya kepada Varra.“Setiap orang pernah berbuat kesalahan Edward,” jelas Varra dengan menunduk.“Apa kamu tidak ingin, Dia merasakan juga apa yang kamu rasakan kemarin?”Varra mendengarkan apa yang dikatakan oleh Edward.Membuat dirinya hanya bisa terdiam dan menunduk.Dia mengingat bahwa dirinya telah melakukan hal yang hampir sama dengan yang dilakukan oleh wanita.Melihat Varra yang menunduk, dan tidak menjawab. Edward kemudian mengambil kesimpulan dan berbicara kepada manajer showroom.“Aku tidak akan memecat dia, tapi aku ingin dia menjadi seorang cleaning service di sini.”“Tukang bersih-bersih.” Ucap si Edward menekankan.Wanita itu sebenarnya kaget dengan apa yang dikatakan oleh Edward.Namun meskipun begitu wanita itu seolah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena yang berbicara kini adalah seorang yang berada di luar jangk
***Beberapa hari berlalu.“Dhisa! Cepat! Kita hampir terlambat!”Nessy memanggil putri angkatnya dengan nada membentak.Nessy Pearl.Ibu angkat dari Dhisa yang selama ini belum sempat tersebut namanya.Seorang wanita yang berusia sekitar 40-an tahun. Parasnya memang cukup cantik. Di balik semua itu satu hal yang jelas di dirinya adalah kontur wajah yang sangat menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang wanita yang cukup judes atau kejam.Malam ini mereka berencana untuk melangsungkan makan malam keluarga.Keluarga Pearl ingin mengadakan makan malam bersama dengan beberapa kolega mereka.“Iya Bu, sebentar.” Jawab Dhisa dengan tergesa-gesah, turun menuju ke lantai satu, tempat anggota keluarganya yang lain berkumpul untuk menunggu dirinya.“Ibu. Kenapa kita tidak meninggalkan dirinya saja?” tanya Whiny yang seperti biasa selalu memasang wajah tidak mengenakan saat dirinya membahas tentang saudarinya.“Apa yang kamu bicarakan?” Bisik Nessy dengan sedikit menyengut kepada putrinya yang dia
Keluarga Pearl kini sedang berada di sebuah hotel yang cukup ternama.“Hotel Ganllos.”Mungkin tidak se-besar, Hotel Balveer, milik keluarga Hovd, yang dijaga oleh oleh Black Dragon.Namun tetap saja, Hotel Ganllos memiliki nilainya sendiri.Jika Balveer punya kelas kualitasnya sendiri, begitu juga dengan Ganllos.Untuk beberapa orang Ganllos memiliki kualitas yang cukup mengesankan.Seperti sekarang,untuk beberapa pengusaha tingkat menengah, mereka akan memilih Ganllos untuk menjamu klien mereka.Keterbatasan kemampuan adalah alasan bagi mereka untuk memiliki Ganllos,.Balveer adalah sebuah hotel yang cukup ternama, bahkan untuk pasar mereka tidak terbatas pada orang-orang di negara mereka.Untuk para pengusaha dari luar negeri.Mereka akan memilih Balveer untuk menjadi tempat bertemu dengan klien serta kolega kerja mereka.Untuk para pengusaha, mungkin akan mempertimbangkan berinvestasi di Ganllos, karena dividen antara kedua hotel itu hampir sama.Jika Balveer dari kualitas hotel
Dhisa masih sedikit ragu untuk meminum anggur yang diberikan oleh Owl kepada dirinya.Namun walaupun begitu dia tidak bisa menolak, dan akhirnya, mau tidak mau mulai meminumnya meskipun hanya sedikit.“Hahaha…” Tawa Pear dan Owl sama-sama terdengar keras.Mereka tertawa seolah apa yang mereka rencanakan di antara keduanya sudah tercapai.Dhisa tidak paham maksud dari tawa mereka berdua.Dia mengira itu karena mereka telah mencapai kerjasama di antara keduanya.Tanpa Dia ketahui sebenarnya mereka tertawa karena suatu sebab.“Bagaimana kalau kita langsung bahas saja proyeknya?” Pearl tanya kepada Owl dengan penuh senyum.Owl tertawa.“Tidak perlu khawatir….” jawabnya sebelum kembali tertawa.Dia merasa senang karena sepertinya apa yang Direncanakan oleh dirinya dapat terlaksana dengan lancar.Pearl tertawa sebelum akhirnya dia kembali berbicara kepada Owl.“Terimakasih Tuan. Kalau begitu mari kita minum dulu untuk malam ini.” Ucap pearl dengan mengulurkan tangannya yang sedang memeg
Owl mulai mendekat ke Dhisa.Dia semakin dekat bahkan sudah mulai merangkak di atas Dhida yang sedang kepanasan.Dengan sisa-sisa kekuatannya Dhisa berusaha untuk memulihkan kesadaran miliknya.Dengan keras Dia berusaha untuk membuka mata.Dia kini mulai merasakan adanya seseorang yang sedang berada di atasnya.Sorot lampu yang menerangi mukanya kini seperti terhalang oleh sesuatu, yang membuat dia kini mulai paham jika ada seseorang yang ada di hadapan wajahnya.“Ja… ngan…” Dhisa mulai untuk berontak dan ingin pergi.Namun pada saat ini badannya teramat lemas dan seperti tidak mau menuruti keinginannya.Dhisa hanya bisa berulang kali berkata, “Ja… ngan…”“Tolong….”Suaranya begitu lirih tidak bisa berkata dengan jelas.Hal itu dikarenakan kini dirinya sedang dalam pengaruh obat yang diberikan oleh Owl di minuman yang sebelumnya diminum oleh dirinya.“Kau tidak akan bisa pergi.” Ucap Owl saat dirinya kini mulai menyergap dan memaksa untuk mencium leher Dhisa.Gadis muda nan polos itu