Owl mulai mendekat ke Dhisa.Dia semakin dekat bahkan sudah mulai merangkak di atas Dhida yang sedang kepanasan.Dengan sisa-sisa kekuatannya Dhisa berusaha untuk memulihkan kesadaran miliknya.Dengan keras Dia berusaha untuk membuka mata.Dia kini mulai merasakan adanya seseorang yang sedang berada di atasnya.Sorot lampu yang menerangi mukanya kini seperti terhalang oleh sesuatu, yang membuat dia kini mulai paham jika ada seseorang yang ada di hadapan wajahnya.“Ja… ngan…” Dhisa mulai untuk berontak dan ingin pergi.Namun pada saat ini badannya teramat lemas dan seperti tidak mau menuruti keinginannya.Dhisa hanya bisa berulang kali berkata, “Ja… ngan…”“Tolong….”Suaranya begitu lirih tidak bisa berkata dengan jelas.Hal itu dikarenakan kini dirinya sedang dalam pengaruh obat yang diberikan oleh Owl di minuman yang sebelumnya diminum oleh dirinya.“Kau tidak akan bisa pergi.” Ucap Owl saat dirinya kini mulai menyergap dan memaksa untuk mencium leher Dhisa.Gadis muda nan polos itu
Edward kini sedang menunggu Dhisa yang sedang dibiarkan berendam di bathtub dengan ditemani oleh Varra.Dhisa dibiarkan berendam guna untuk meredakan panas yang dirasakan oleh badannya.Mungkin tidak sehat untuk berendam air dingin disaat malam hari, namun mereka terpaksa melakukan itu kepada Dhisa untuk meredakan efek obat yang kini sedang dirasakan oleh Dhisa.Di tempat lain, lebih tepatnya di tempat orang tua angkat Dhisa yang masih di tempat yang sama seperti sebelumnya.“Kalian!” Teruak Owl kepada Pearl dan anggota keluarganya yang lain.“Tuan Owl, kenapa Tuan cepat sekali kembali?” tanya Pearl dengan senyum menjilatnya.“Kenapa kau bilang?” tanya Owl kembali kepada pearl dengan nada berteriak.Pearl yang dibentak oleh Owl menjadi merasa bingung.“Apa yang sudah terjadi?apa sudah terjadi sesuatu di kamar lain yang sudah mereka pesan sebelumnya untuk memuaskan hasrat Owl dengan menggunakan Dhisa.” Tanya pearl dalam hatinya.Dia merupakan seorang pria yang tidak berguna, yang mampu
“Ohhh… baiklah…” ucap Owl.“Sepertinya Pemuda ini cukup berani juga…” tambah Pearl. “Kamu benar…” sahut Owl.“Kalau begitu cepat!” ucap Owl memerintahkan kepada Pearl.“Bilang pada orang-orangmu, suruh agar supaya mereka lebih cepat karena ini adalah perintah dariku.” tambah Owl.Pearl kembali mengeluarkan ponselnya dan berkata menambahkan. “Tuan Owl memerintahkan agar kalian lebih cepat!”Setelah itu Pearl kembali menutup teleponnya.“Anak muda… sepertinya kamu belum tahu siapa diriku…” ucap Owl dengan begitu sombong.Owl mendekat ke arah Edward.Dia memegang satu ndak Edward.Dengan penuh dengan kesombongan Owl kembali mengoceh.“Kamu seharusnya tahu dengan siapa kamu berhadapan…” “Aku adalah orang yang tidak seharusnya kamu sentuh.” Tambah Owl dengan menepuk-nepukkan tangannya di pundak Edward.Tidak lama kalimat-kalimat sombongnya berganti menjadi sebuah teriakan yang sangat keras, “Argghh!” “Le–lepaskan!” Teriak Owl saat tangannya diputar oleh Edward, ke belakang punggungnya s
Kini mereka mulai mengelilingi Edward.“Hajar Dia!” teriak Pearl.Seketika beberapa orang itu langsung menyerang Edward. Satu persatu pukulan di lancarkan ke Edward.Bukan hanya tidak mengenai Edward. Namun pria muda itu justru memberikan serangan balik yang cepat.Satu tangan mengarah ke wajahnya, ditangkis oleh Edward, dan dibalas dengan satu tendangan ke atas tepat di muka orang yang berusaha untuk memukul dirinya.Satu serangan lagi berupa tendangan kini berusaha untuk menendang perut Edward. Dengan cepat Edward memutar badan, sedikit miring dan menghindari. Ditangkapnya kaki yang menendang tadi, kemudian dengan siku, dipatahkannya lutut orang itu.Teriakan-teriakan dan juga erangan keluar dari mulut mereka. Rasa sakit yang diberikan oleh Edward membuat mereka mengerang.Tersisah dua orang. “Bangs*t!” Teriak salah satu orang. “Terima ini!” Tambahnya saat dia menjulurkan tangan ke depan dengan keras, dengan tangan mengepal.Tepat sebelum kepalan tangan itu menyentuh muka Edwar
Pearl dan Owl seketika menyeringai saat mendengar kata-kata barusan.Mereka mengira kini Edward akan takut kepada mereka. Sekaligus mendapatkan pelajaran.“Hey Anak Muda!” “Tamat sudah riwayatmu kini…” Owl yang berdiri dengan di pegang oleh Pearl kini mulai berceletuk.Whiny juga mulai tertawa.Dia tidak menyangka akan ada kesempatan dimana dia melihat dua orang yang dibenci oleh dirinya akan mendapatkan pelajaran yang tidak akan dapat dibayangkan, menurutnya.Edward yang akan di hajar habis-habisan oleh Boss besar dunia bawah, serta Dhisa yang akan di tiduri oleh Owl, laki-laki yang bahkan baru saja mereka temui malam ini.Itulah isi pikiran Whiny, dan terang saja itu membuat dia teramat senang. Kebenciannya kepada Dhisa sangatlah tidak berdasar.Dimana dia sebenarnya marah dan membenci Dhisa dikarenakan semua perhatian tertuju pada Dhisa. Bahkan laki-laki yang kini menjadi pacar Whiny pun, sebenarnya masih belum bisa membuang perasaannya kepada Dhisa. Whiny tidaklah lebih dari s
Dengan wajah garang, BB bertanya kepada mereka. “Siapa yang memberikan keberanian kepada kalian?” “Tuan BB, Apa kami melakukan kesalahan?” Tanya Owl.“Apakah Tuan BB salah paham?” Tanya Pearl.Mereka semua menjadi bingung, sebenarnya apa yang sudah membuat BB marah kepada mereka.Kebodohan mereka membuat mereka masih berpikir jika semua ini adalah gara-gara Edward yang sudah menghasut BB.Karena itu mereka seolah masih mencoba untuk meminta keadilan dari BB.“Tuan BB, sepertinya Tuan salah paham. Pecundang itulah yang telah bersikap kasar kepada anak buah Tuan.” Whiny mencoba untuk membantu menjelaskan kepada BB.“Benar Tuan…” Nessy mulai ikut berbicara.“Diam!” Teriak BB.Mereka kini mulai berbicara kepada BB karena mereka takut jika BB akan bertindak lebih jauh kepada mereka.“Maafkan kami Tuan.”“Tapi memang sepertinya Tuan salah paham terhadap kami.”“Bener Tuan, ini semua karena pecundang itu Tuan!” Mereka masih mencoba untuk terus menyalakan Edward.Hal itu dikarenakan tatapan
Dhisa masih dalam kondisi setengah sadar dengan kondisi setengah badan terendam air, serta ditemani oleh Varra.Mereka mungkin adalah saingan cinta.Akan tetapi, Varra ingin bersaing secara sehat.Cukup sudah Varra menjadi seseorang yang tidak tahu diri, sebelumnya. “Dhisa… Kenapa kamu begitu polos?” Varra bertanya dalam hatinya.Dia sama sekali tidak mengerti hati maca apa yang dimiliki oleh wanita yang kini sedang berada di depannya itu. “Wajar saja jika Edward sangat menyukaimu.” Tambah Varra berbicara sendiri tanpa perlu didengar oleh orang lain. “Sepertinya di luar sudah mulai sepi.” Varra mulai mencoba mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi.Sedari awal dia bukan tidak mendengar keributan yang terjadi di luar.Akan tetapi, semakin Dia mendengar, semakin Dia paham jika dirinya tidak akan bisa membantu, atau justru akan menjadi beban untuk Edward.Oleh karena itu, Dia lebih memilih untuk diam di kamar mandi menjaga Dhisa sekaligus mendengarkan apa yang mereka ri
*** Mereka bertiga kini sudah bersiap untuk pergi dari hotel.Dhisa masih bingung. Dia merasa ragu untuk pulang, mengingat apa yang sudah dilakukan oleh orang tua angkatnya.Bukan bermaksud untuk menjadi seseorang yang tidak tahu balas budi, akan tetapi dia memikirkan kelangsungan hidupnya, jika terus bersama dengan mereka maka dia ragu akan dapat menjalani kehidupan dengan tenang. “Apa yang akan kamu lakukan sekarang?” varra bertanya kepada Dhisa untuk sekedar memastikan, akankah saingan cintanya itu kembali kepada keluarga yang sudah memiliki niat jahat kepada dirinya. “Aku…” tampak sekali keraguan dan kebingungan di wajah Dhisa.Dia benar-benar bingung dan tidak tahu harus apa. Tidak mungkin baginya untuk pergi ke panti asuhan kembali. “Kenapa kamu tidak tinggal dengan Varra?” tanya Edward yang membuat Varra memutar kepala untuk menoleh kepadanya yang saat ini ada dibelakang Varra. Tidak lupa juga, wanita mengernyitkan dahinya, seolah tidak habis pikir dengan pertanyaan Ed