Keluarga Pearl kini sedang berada di sebuah hotel yang cukup ternama.“Hotel Ganllos.”Mungkin tidak se-besar, Hotel Balveer, milik keluarga Hovd, yang dijaga oleh oleh Black Dragon.Namun tetap saja, Hotel Ganllos memiliki nilainya sendiri.Jika Balveer punya kelas kualitasnya sendiri, begitu juga dengan Ganllos.Untuk beberapa orang Ganllos memiliki kualitas yang cukup mengesankan.Seperti sekarang,untuk beberapa pengusaha tingkat menengah, mereka akan memilih Ganllos untuk menjamu klien mereka.Keterbatasan kemampuan adalah alasan bagi mereka untuk memiliki Ganllos,.Balveer adalah sebuah hotel yang cukup ternama, bahkan untuk pasar mereka tidak terbatas pada orang-orang di negara mereka.Untuk para pengusaha dari luar negeri.Mereka akan memilih Balveer untuk menjadi tempat bertemu dengan klien serta kolega kerja mereka.Untuk para pengusaha, mungkin akan mempertimbangkan berinvestasi di Ganllos, karena dividen antara kedua hotel itu hampir sama.Jika Balveer dari kualitas hotel
Dhisa masih sedikit ragu untuk meminum anggur yang diberikan oleh Owl kepada dirinya.Namun walaupun begitu dia tidak bisa menolak, dan akhirnya, mau tidak mau mulai meminumnya meskipun hanya sedikit.“Hahaha…” Tawa Pear dan Owl sama-sama terdengar keras.Mereka tertawa seolah apa yang mereka rencanakan di antara keduanya sudah tercapai.Dhisa tidak paham maksud dari tawa mereka berdua.Dia mengira itu karena mereka telah mencapai kerjasama di antara keduanya.Tanpa Dia ketahui sebenarnya mereka tertawa karena suatu sebab.“Bagaimana kalau kita langsung bahas saja proyeknya?” Pearl tanya kepada Owl dengan penuh senyum.Owl tertawa.“Tidak perlu khawatir….” jawabnya sebelum kembali tertawa.Dia merasa senang karena sepertinya apa yang Direncanakan oleh dirinya dapat terlaksana dengan lancar.Pearl tertawa sebelum akhirnya dia kembali berbicara kepada Owl.“Terimakasih Tuan. Kalau begitu mari kita minum dulu untuk malam ini.” Ucap pearl dengan mengulurkan tangannya yang sedang memeg
Owl mulai mendekat ke Dhisa.Dia semakin dekat bahkan sudah mulai merangkak di atas Dhida yang sedang kepanasan.Dengan sisa-sisa kekuatannya Dhisa berusaha untuk memulihkan kesadaran miliknya.Dengan keras Dia berusaha untuk membuka mata.Dia kini mulai merasakan adanya seseorang yang sedang berada di atasnya.Sorot lampu yang menerangi mukanya kini seperti terhalang oleh sesuatu, yang membuat dia kini mulai paham jika ada seseorang yang ada di hadapan wajahnya.“Ja… ngan…” Dhisa mulai untuk berontak dan ingin pergi.Namun pada saat ini badannya teramat lemas dan seperti tidak mau menuruti keinginannya.Dhisa hanya bisa berulang kali berkata, “Ja… ngan…”“Tolong….”Suaranya begitu lirih tidak bisa berkata dengan jelas.Hal itu dikarenakan kini dirinya sedang dalam pengaruh obat yang diberikan oleh Owl di minuman yang sebelumnya diminum oleh dirinya.“Kau tidak akan bisa pergi.” Ucap Owl saat dirinya kini mulai menyergap dan memaksa untuk mencium leher Dhisa.Gadis muda nan polos itu
Edward kini sedang menunggu Dhisa yang sedang dibiarkan berendam di bathtub dengan ditemani oleh Varra.Dhisa dibiarkan berendam guna untuk meredakan panas yang dirasakan oleh badannya.Mungkin tidak sehat untuk berendam air dingin disaat malam hari, namun mereka terpaksa melakukan itu kepada Dhisa untuk meredakan efek obat yang kini sedang dirasakan oleh Dhisa.Di tempat lain, lebih tepatnya di tempat orang tua angkat Dhisa yang masih di tempat yang sama seperti sebelumnya.“Kalian!” Teruak Owl kepada Pearl dan anggota keluarganya yang lain.“Tuan Owl, kenapa Tuan cepat sekali kembali?” tanya Pearl dengan senyum menjilatnya.“Kenapa kau bilang?” tanya Owl kembali kepada pearl dengan nada berteriak.Pearl yang dibentak oleh Owl menjadi merasa bingung.“Apa yang sudah terjadi?apa sudah terjadi sesuatu di kamar lain yang sudah mereka pesan sebelumnya untuk memuaskan hasrat Owl dengan menggunakan Dhisa.” Tanya pearl dalam hatinya.Dia merupakan seorang pria yang tidak berguna, yang mampu
“Ohhh… baiklah…” ucap Owl.“Sepertinya Pemuda ini cukup berani juga…” tambah Pearl. “Kamu benar…” sahut Owl.“Kalau begitu cepat!” ucap Owl memerintahkan kepada Pearl.“Bilang pada orang-orangmu, suruh agar supaya mereka lebih cepat karena ini adalah perintah dariku.” tambah Owl.Pearl kembali mengeluarkan ponselnya dan berkata menambahkan. “Tuan Owl memerintahkan agar kalian lebih cepat!”Setelah itu Pearl kembali menutup teleponnya.“Anak muda… sepertinya kamu belum tahu siapa diriku…” ucap Owl dengan begitu sombong.Owl mendekat ke arah Edward.Dia memegang satu ndak Edward.Dengan penuh dengan kesombongan Owl kembali mengoceh.“Kamu seharusnya tahu dengan siapa kamu berhadapan…” “Aku adalah orang yang tidak seharusnya kamu sentuh.” Tambah Owl dengan menepuk-nepukkan tangannya di pundak Edward.Tidak lama kalimat-kalimat sombongnya berganti menjadi sebuah teriakan yang sangat keras, “Argghh!” “Le–lepaskan!” Teriak Owl saat tangannya diputar oleh Edward, ke belakang punggungnya s
Kini mereka mulai mengelilingi Edward.“Hajar Dia!” teriak Pearl.Seketika beberapa orang itu langsung menyerang Edward. Satu persatu pukulan di lancarkan ke Edward.Bukan hanya tidak mengenai Edward. Namun pria muda itu justru memberikan serangan balik yang cepat.Satu tangan mengarah ke wajahnya, ditangkis oleh Edward, dan dibalas dengan satu tendangan ke atas tepat di muka orang yang berusaha untuk memukul dirinya.Satu serangan lagi berupa tendangan kini berusaha untuk menendang perut Edward. Dengan cepat Edward memutar badan, sedikit miring dan menghindari. Ditangkapnya kaki yang menendang tadi, kemudian dengan siku, dipatahkannya lutut orang itu.Teriakan-teriakan dan juga erangan keluar dari mulut mereka. Rasa sakit yang diberikan oleh Edward membuat mereka mengerang.Tersisah dua orang. “Bangs*t!” Teriak salah satu orang. “Terima ini!” Tambahnya saat dia menjulurkan tangan ke depan dengan keras, dengan tangan mengepal.Tepat sebelum kepalan tangan itu menyentuh muka Edwar
Pearl dan Owl seketika menyeringai saat mendengar kata-kata barusan.Mereka mengira kini Edward akan takut kepada mereka. Sekaligus mendapatkan pelajaran.“Hey Anak Muda!” “Tamat sudah riwayatmu kini…” Owl yang berdiri dengan di pegang oleh Pearl kini mulai berceletuk.Whiny juga mulai tertawa.Dia tidak menyangka akan ada kesempatan dimana dia melihat dua orang yang dibenci oleh dirinya akan mendapatkan pelajaran yang tidak akan dapat dibayangkan, menurutnya.Edward yang akan di hajar habis-habisan oleh Boss besar dunia bawah, serta Dhisa yang akan di tiduri oleh Owl, laki-laki yang bahkan baru saja mereka temui malam ini.Itulah isi pikiran Whiny, dan terang saja itu membuat dia teramat senang. Kebenciannya kepada Dhisa sangatlah tidak berdasar.Dimana dia sebenarnya marah dan membenci Dhisa dikarenakan semua perhatian tertuju pada Dhisa. Bahkan laki-laki yang kini menjadi pacar Whiny pun, sebenarnya masih belum bisa membuang perasaannya kepada Dhisa. Whiny tidaklah lebih dari s
Dengan wajah garang, BB bertanya kepada mereka. “Siapa yang memberikan keberanian kepada kalian?” “Tuan BB, Apa kami melakukan kesalahan?” Tanya Owl.“Apakah Tuan BB salah paham?” Tanya Pearl.Mereka semua menjadi bingung, sebenarnya apa yang sudah membuat BB marah kepada mereka.Kebodohan mereka membuat mereka masih berpikir jika semua ini adalah gara-gara Edward yang sudah menghasut BB.Karena itu mereka seolah masih mencoba untuk meminta keadilan dari BB.“Tuan BB, sepertinya Tuan salah paham. Pecundang itulah yang telah bersikap kasar kepada anak buah Tuan.” Whiny mencoba untuk membantu menjelaskan kepada BB.“Benar Tuan…” Nessy mulai ikut berbicara.“Diam!” Teriak BB.Mereka kini mulai berbicara kepada BB karena mereka takut jika BB akan bertindak lebih jauh kepada mereka.“Maafkan kami Tuan.”“Tapi memang sepertinya Tuan salah paham terhadap kami.”“Bener Tuan, ini semua karena pecundang itu Tuan!” Mereka masih mencoba untuk terus menyalakan Edward.Hal itu dikarenakan tatapan
Varra terdiam, Dia mulai berpikir bagaimana meluruskan keadaan ini kedepannya. Dia kini mulai ingat jika Edward pernah berkata kepada dirinya untuk menyembunyikan identitasnya dari siapapun“Apa Kamu akan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Varra?”Edward yang mengetahui dilema Varra kini mencoba untuk meluruskan hal itu sendiri.“Huehehe” Varra tersenyum kepada Dhisa untuk sekedar membantu Edward menyembunyikan statusnya.Sejujurnya Varra benar-benar tidak tahu bagaimana caranya untuk memulai, meyakinkan Dhisa jika dirinya berbohong. Mengingat semua yang Dia ucapkan sebenarnya adalah sebuah kebenaran.“Tapi, Benarkah itu?” Tanya Dhisa dengan menunjukkan sedikit keraguan.Sejujurnya, memang Dhisa tidak suka dengan para orang-orang kaya dan orang kelas atas karena dirinya merasa mereka semua sering merendahkan orang lain yang mereka anggap lemah.Namun, yang tidak diketahui oleh Edward dan Varra adalah, Dhisa mulai berpikir akan sesuatu,“Mungkin jika Mereka adalah Edwar
“Varra. Ayo kita pergi.”Ucap Dhisa yang disambut dengan senyum manis oleh oleh Varra.Tidak lupa Varra masih mendengus ke arah Whiny, seolah menghina Whiny sebelum akhirnya dia berpaling muka.“Aku pergi Ayah, Ibu.”“Whiny juga, jaga kesehatanmu, kita masih akan bertemu di universitas.”Dhisa berpamitan kepada anggota keluarganya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Aku berharap kalian tidak akan mengganggu Dhisa lagi.”Edward berbicara untuk terakhir kali, sebelum akhirnya mereka pergi.Setelah kepergian mereka, kini Pearl beserta anak istrinya mulai mengeluarkan sumpah serapah.Cacian dan makian keluar dari mulut mereka.Setelah mereka tenang, mereka kini memilih untuk di duduk bersama dan berunding.Pearl memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi Owl, sementara sebelumnya dirinya sudah menjanjikan Dhisa untuk Owl, sebagai bentuk “pelancar” urusan bisnis diantara keduanya.“Apa yang harus Kita lakukan sekarang suamiku?” Nessy bertanya kepada sang suami.“Aku juga tidak tahu.”
“Kau. Berhenti di tempatmu sekarang!” Hardik Pearl.Edward terus berjalan tanpa menghiraukan peringatan dari Pearl, sampai akhirnya kini dirinya sudah sangat dekat dengan Pearl, tanpa sadar hal itu membuat Pearl mengambil beberapa langkah ke belakang dan mengakibatkan dirinya terjatuh karena kehilangan keseimbangan.“Kenapa Kau begitu lemah?”Edward mulai menghina Pearl dengan tatapan yang sangat meremehkan.“Biarkan Dhisa pergi,” Ucap Edward yang kemudian membungkukan bada mendekatkan wajahnya ke wajah Pearl.“Atau Kau ingin bernasib sama dengan Owl?” Ancam Edward, tanpa diketahui oleh yang lain Edward berbicara dengan sorot matanya menjadi begitu tajam menantang.“Dhisa, lebih baik kamu bereskan barangmu, Kami akan menunggumu.” Dengan menoleh serta tersenyum manis Edward berkata kepada Dhisa yang sedari tadi masih terpaku melihat dirinya.“Iya.” Jawab Dhisa singkat dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat hangat. Untuk sekilas, terlihat senyum Dhisa yang penuh akan kebahagiaan
Pearl bermaksud mendekat ke arah Dhisa yang sepertinya memiliki tujuan untuk memukul atau sekedar mengasari Dhisa yang menurut Dirinya sudah membuat masalah.Namun, hal itu ia urungkan saat Dia melihat ada seseornag yang masuk ke dalam rumah, mengekor Dhisa.Itu adalah Edward.“Ka–kau! Kenapa Kau disini?”Pearl seketika menjadi gagap saat dirinya melihat hadirnya Edward disana.Masih tergambar jelas di benak Pearl apa yang sudah Dia lihat tadi malam.Pemuda di hadapan-nya sekilas seperti pemuda pada umumnya, akan tetapi Pemuda itu juga yang seketika menjadi ganas tak bisa dikendalikan saat dalam kondisi marah.“Kenapa?” tanya Edward dengan sorot matanya yang begitu mengintimidasi Pearl.“Tidak apa-ap–”“Tunggu” Pikir Pearl menghentikan ucapanya sebelumnya dengan berbicara kepada dirinya sendiri.“Bukankah ini di rumahku?” Ucap Pearl masih dalam hatinya.“Seharusnya Dia tidak berani macam-macam di rumahku,” Pikir Pearl dengan satu tangan memegang dagu miliknya.“Apa yang kau lakukan di
Edward dan kedua wanita itu kini sedang berjalan hendak pergi dari hotel,tempat mereka beristirahat. Kini sedang di dalam lift menuju basement parkir.Tidak lupa Edward memberikan kabar kepada Warden, perihal beberapa perintah.Pertama Edward minta kepada Warden untuk dicarikan satu kondominium untuk tempat tinggal Varra dan juga Dhisa, Edward meminta yang tidak terlalu jauh dari kampus mereka belajar. Yang kedua Eddward memberikan perintah kepada Warden untuk mengambil mobil miliknya di basement parkir hotel, karena dia akan ikut bersama dengan Dhisa di mobil Varra.Tidak menunggu waktu lama, sebelum mereka sampai di mobil milik Varra, satu notifikasi masuk di ponsel Varra.Itu adalah titik alamat kondominium apartemen untuk nya, beserta dengan aksesnya.Setelah membaca pesan di ponselnya Varra segera menghadap ke Edward dan mengangguk, sebagai tanda sudah diketahuinya letak kondominium untuk tempat tinggal baru Dia dan juga Dhisa.“Sebaiknya Aku kembali kerumah dulu untuk mengambil
*** Mereka bertiga kini sudah bersiap untuk pergi dari hotel.Dhisa masih bingung. Dia merasa ragu untuk pulang, mengingat apa yang sudah dilakukan oleh orang tua angkatnya.Bukan bermaksud untuk menjadi seseorang yang tidak tahu balas budi, akan tetapi dia memikirkan kelangsungan hidupnya, jika terus bersama dengan mereka maka dia ragu akan dapat menjalani kehidupan dengan tenang. “Apa yang akan kamu lakukan sekarang?” varra bertanya kepada Dhisa untuk sekedar memastikan, akankah saingan cintanya itu kembali kepada keluarga yang sudah memiliki niat jahat kepada dirinya. “Aku…” tampak sekali keraguan dan kebingungan di wajah Dhisa.Dia benar-benar bingung dan tidak tahu harus apa. Tidak mungkin baginya untuk pergi ke panti asuhan kembali. “Kenapa kamu tidak tinggal dengan Varra?” tanya Edward yang membuat Varra memutar kepala untuk menoleh kepadanya yang saat ini ada dibelakang Varra. Tidak lupa juga, wanita mengernyitkan dahinya, seolah tidak habis pikir dengan pertanyaan Ed
Dhisa masih dalam kondisi setengah sadar dengan kondisi setengah badan terendam air, serta ditemani oleh Varra.Mereka mungkin adalah saingan cinta.Akan tetapi, Varra ingin bersaing secara sehat.Cukup sudah Varra menjadi seseorang yang tidak tahu diri, sebelumnya. “Dhisa… Kenapa kamu begitu polos?” Varra bertanya dalam hatinya.Dia sama sekali tidak mengerti hati maca apa yang dimiliki oleh wanita yang kini sedang berada di depannya itu. “Wajar saja jika Edward sangat menyukaimu.” Tambah Varra berbicara sendiri tanpa perlu didengar oleh orang lain. “Sepertinya di luar sudah mulai sepi.” Varra mulai mencoba mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi.Sedari awal dia bukan tidak mendengar keributan yang terjadi di luar.Akan tetapi, semakin Dia mendengar, semakin Dia paham jika dirinya tidak akan bisa membantu, atau justru akan menjadi beban untuk Edward.Oleh karena itu, Dia lebih memilih untuk diam di kamar mandi menjaga Dhisa sekaligus mendengarkan apa yang mereka ri
Dengan wajah garang, BB bertanya kepada mereka. “Siapa yang memberikan keberanian kepada kalian?” “Tuan BB, Apa kami melakukan kesalahan?” Tanya Owl.“Apakah Tuan BB salah paham?” Tanya Pearl.Mereka semua menjadi bingung, sebenarnya apa yang sudah membuat BB marah kepada mereka.Kebodohan mereka membuat mereka masih berpikir jika semua ini adalah gara-gara Edward yang sudah menghasut BB.Karena itu mereka seolah masih mencoba untuk meminta keadilan dari BB.“Tuan BB, sepertinya Tuan salah paham. Pecundang itulah yang telah bersikap kasar kepada anak buah Tuan.” Whiny mencoba untuk membantu menjelaskan kepada BB.“Benar Tuan…” Nessy mulai ikut berbicara.“Diam!” Teriak BB.Mereka kini mulai berbicara kepada BB karena mereka takut jika BB akan bertindak lebih jauh kepada mereka.“Maafkan kami Tuan.”“Tapi memang sepertinya Tuan salah paham terhadap kami.”“Bener Tuan, ini semua karena pecundang itu Tuan!” Mereka masih mencoba untuk terus menyalakan Edward.Hal itu dikarenakan tatapan
Pearl dan Owl seketika menyeringai saat mendengar kata-kata barusan.Mereka mengira kini Edward akan takut kepada mereka. Sekaligus mendapatkan pelajaran.“Hey Anak Muda!” “Tamat sudah riwayatmu kini…” Owl yang berdiri dengan di pegang oleh Pearl kini mulai berceletuk.Whiny juga mulai tertawa.Dia tidak menyangka akan ada kesempatan dimana dia melihat dua orang yang dibenci oleh dirinya akan mendapatkan pelajaran yang tidak akan dapat dibayangkan, menurutnya.Edward yang akan di hajar habis-habisan oleh Boss besar dunia bawah, serta Dhisa yang akan di tiduri oleh Owl, laki-laki yang bahkan baru saja mereka temui malam ini.Itulah isi pikiran Whiny, dan terang saja itu membuat dia teramat senang. Kebenciannya kepada Dhisa sangatlah tidak berdasar.Dimana dia sebenarnya marah dan membenci Dhisa dikarenakan semua perhatian tertuju pada Dhisa. Bahkan laki-laki yang kini menjadi pacar Whiny pun, sebenarnya masih belum bisa membuang perasaannya kepada Dhisa. Whiny tidaklah lebih dari s