Kevan Hanindra, 25 tahun, pria miskin yang beruntung bisa menyelesaikan kuliah di universitas bergengsi kota Baubau. Dia memiliki 2 pekerjaan paruh waktu. Yaitu sebagai bodyguard anak tunggal keluarga Darwin yang memiliki sakit lemah jantung dan sebagai anak buah rentenir. Dihina dan diremehkan adalah hal biasa baginya. Namun mendadak, takdir membawanya menjadi kaya raya. *** IG: @zoyaalicia_dmitrovka
Lihat lebih banyakBeberapa hari terakhir, Kevan memikirkan salah satu rekaman video yang beredar di Internet. Ya, video tentang insiden kebakaran di rumah keluarga Darwin. Kevan merasakan resah yang luar biasa.Saat Kevan masih terbengong-bengong, suara Mahendra mengagetkannya."Tuan Kevan, siapapun bisa menjadi terduga. Kita boleh aja bersikap waspada terhadap mereka yang memang patut dicurigai."Tidak ada yang membantah ucapan Mahendra. Karena memang tidak ada seorangpun diantara mereka yang paham ilmu hukum. "Biasanya, para pelaku akan bersikap seolah-olah menjadi korban. Ya, istilahnya mereka playing victim gitulah," kata Mahendra selanjutnya. "Mereka akan ngelakuin apa aja demi nutupin aksinya.""Dokter Erisa emang nggak terluka parah sih," ujar Kevan. "Dia cuma lecet-lecet aja kan, Van?" tanya Angga. "Dari insiden kebakaran itu, Cia udah nggak mau lagi ada Dokter ataupun Suster pribadi."Akhirnya, Kevan menemukan titik terang. Ciara memang menolak keras saat Kevan hendak mencarikan dokter dan s
Sore hari di Hanindra Exclusive View kota Baubau.Kevan merasa sedikit lelah. Sejak pagi sampai sekarang, dia berada di kantor cabang K.C Tobacco. Dia dan beberapa orang menerima kedatangan tamu yang diutus oleh Derren dan Martinus Warlord untuk membahas kasus kebakaran rumah keluarga Darwin. "Makasih udah dateng dan bantu aku, Pak Robert."Kevan berdiri dan berjabat tangan dengan Robert OmbuーKapolda kota Baubau. Walaupun wajah Kevan terlihat lelah, tetapi jauh di dalam hati dia merasa puas. "Jangan sungkan begitu, Tuan Kevan! Saya dateng ke sini atas permintaan Pak Derren dan Pak Martinus," kata Robert. "Saya dan Pak Martinus sama-sama Kapolda. Kami tentu tau keresahan masyarakat."Kevan mengangguk. Dia menghela napas lega."Gimana pun juga, aku ucapin makasih atas kerja sama Anda, Pak Robert. Memang bener kata Pak Darren, Anda kompeten dan pantes menduduki jabatan Kapolda."Wajah Robert berubah masam. Orang lain yang tidak mengerti, pasti akan salah paham dengan kalimat pujian Kev
Suasana pagi di kota Baubau yang redup. Musim hujan di bulan Desember membuat suhu terasa lembab. Udara dingin menyapa kulit Ciara begitu dia membuka kaca mobil. Ciara sedikit mengeluarkan wajahnya dari kaca mobil sambil tersenyum.'Sebahagia itu kah Nona Cia ketika di luar rumah?' Bima membatin.Ciara memandangi orang-orang yang lalu lalang di sekitar area parkir. Mereka berjalan dengan cepat karena tidak ingin tertinggal kereta."Aku mau kayak mereka. Sibuk pagi-pagi ngejar waktu. Kayaknya sih seru!"Ciara berkata tanpa sadar. Dia juga terkagum-kagum dengan fasilitas stasiun yang belum pernah dijumpainya."Bim, ayo ke luar!"Tanpa terduga, Ciara membuka pintu mobil. Sopir yang menyadari langsung berteriak, "Non, mau ke mana? Jangan pergi sendirian!"Bima tersentak. Dia segera menarik tangan Ciara."Ah! Sakit, Bim!" Ciara protes. "Lepasin! Aku cuma mau ke luar doang."Bima menggeleng. "Nggak boleh, Non. Yang udah-udah kalo Nona di luar cepet hilangnya. Kamu jalan-jalan sendirian ngg
"Iya, saya inget, Tuan. Saya pikir, semua orang yang berada di sekitar Anda saat itu pasti inget juga."Kevan bersandar. Dia adalah pria keras kepala yang selalu memiliki solusi di setiap permasalahan. Ziyad melihat kening Kevan berkerut yang menandakan bahwa tuannya sedang berpikir keras. Tidak lama, dia justru dibuat tercengang dengan sikap Kevan.Tatapan Kevan suram. Namun detik berikutnya, dia tertawa. "Ha! Ha! Ha!""Kenapa Anda ketawa, Tuan? Ada yang lucu?" tanya Ziyad dengan perasaan tidak karuan. "Pak Derren bilang, dia punya utang budi ke Kakeknya Cia. Tapi di telepon tadi, dia terang-terangan manfaatin aku. Gimana nggak lucu?"Kevan menatap Ziyad yang tidak bersuara."Apa itu yang dia bilang tulus?" tanyanya. Ziyad tampak linglung. "Jaーjadi, yang telepon Anda tadi itu Pak Derren?!"Ziyad tidak percaya pada ucapan Kevan. Namun, selama ini Kevan tidak pernah berbohong."Hu'um," gumam Kevan. "Aku bukan orang yang nggak tau balas budi. Aku juga nggak akan lupa sama seseorang y
"Aku pikir, Pak Derren tulus."Kevan masih berdiri di bawah jendela. Dia sudah selesai bernegosiasi dengan Derren Warlord. Perbincangan di telepon selama 30 menit yang alot membuatnya jengah.Kevan membuka tutup botol air mineral. Lalu, menenggaknya. "Meskipun latar belakang Pak Derren seorang mantan panglima perang di zamannya, tapi harus aku akui ... otak bisnisnya tetep mendominasi."Kevan bukan hanya mengiyakan keinginan Derren, tetapi 90% dia ingin tahu sampai di mana kehebatan sang mantan panglima perang.Kevan menghubungi Ziyad. "Siapin satu kantor di lantai 13 Menara K.C Tobaccobuat Pak Derren! Dia mau buka cabang bisnisnya di ibukota."Tanpa banyak tanya, Ziyad menjawab, "Baik, Tuan."Kevan mengakhiri panggilan telepon. Dia membakar rokok. Langit pun mulai gelap. Malam terasa datang lebih cepat menyelimuti hati Kevan yang rapuh. Kevan beberapa kali mengembuskan asap rokok. Tidak sampai 10 menit, seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya."Tuan?" Ziyad muncul dengan membawa t
Kevan berdiri di bawah jendela yang terbuka. Dia menikmati senja di kota kelahirannya sambil menghisap rokok. Kepulan asap rokok tipis mengelilingi wajah tampan Kevan. Melihat Kevan yang begitu tenang, Ziyad tidak berani mengganggu. Dia hanya bisa berdiri dan menunggu perintahnya. Suasana ruang kantor Kevan mulai redup. Ziyad mengambil inisiatif untuk menyalakan lampu."Kamu ke luar dulu!"Awalnya, Ziyad kebingungan. Karena selama bekerja dengan Kevan, tuannya itu tidak pernah menyuruh dia untuk pergi. Tetapi, Ziyad tidak membantah. Mungkin saja, Kevan memang butuh waktu sendirian untuk mengurusi hal-hal pribadinya.Ziyad membungkuk. "Ya, Tuan."Kevan mendengar langkah kaki Ziyad yang berat. Pintu tertutup rapat. Kevan segera menekan ikon telepon berwarna hijau, lalu menempelkan handphone di daun telinga.Baru saja Kevan membuka mulutnya ingin menyapa si penelepon, tetapi dia kalah cepat."Kevan Hanindra!" panggil suara pria serak di ujung telepon. "Kamu mau nganterin undangan perni
"Aku nggak pernah bosen sama Cia. Aku nggak punya cewek, selain dia. Karena hatiku udah tertutup buat cewek lain." Kevan mengatakan semua itu sambil emosi. Dia akan emosi setiap kali seseorang mengungkit semua hal tentang Ciara. Kevan menatap Gauche. "Kamu tau kan, Bang? Aku itu setia sama satu cewek aja," ujar Kevan menggebu-gebu. "Gimana kita bisa percaya atuh, Kang Kevan. Kalo sikap kamu ke Neng Cia teh nggak karuan gitu," celetuk Inura. "Jadi, kamu kenapa sebenernya, Van?" tanya Gauche. "Bener nggak, kata Pak Ziyad kalo kamu itu kecewa sama diri sendiri? Bener kayak gitu?" Kevan terdiam. Dia memikirkan kebodohannya karena mengambil keputusan yang salah. "Van, aku bilangin ya ...." Gauche menarik kursi agar lebih dekat dengan Kevan. "Berhenti salahin diri sendiri! Cepetan damai sama keadaan! Cia nunggu kamu." Kedua mata Kevan berkaca-kaca. Dia membayangkan Ciara sedang tersenyum padanya. "Cia butuh kamu, Van. Hibur dia! Kalo perlu ajak dia jalan-jalan." Gauche m
Saat mendengar suara pintu terbuka, Ciara segera mengakhiri panggilan telepon. Dia menoleh dan melihat Felicia masuk."Cia, kamu masih marah sama Kevan?" tanya Felicia penuh perhatian. Dia sama sekali tidak mencurigai aktivitas anaknya. "Nggak tau, Mi," jawab Ciara penuh dengan kekecewaan."Sekarang Kevan udah pergi sama orang tuanya. Kevan mau ngurusin pabriknya di kota Tango."Ciara bertambah kecewa karena Kevan tidak mau menemuinya sebelum pergi. Namun, dia tidak menunjukkan sikapnya di depan Felicia.***"Saya turut berdukacita, Tuan," ujar Omar. "Udah lama banget nggak ketemu Anda, kenapa pas ketemu gini malah bawa kabar duka?"Sebagai seseorang yang dekat dengan Kevan, sudah pasti Omar memberikan perhatiannya. Perasaan duka yang menyelimuti keluarga Darwin, tentu saja dirasakan Kevan juga. Kevan sudah sampai di pabrik K.C Tobacco bersama Ziyad dan Angga. Sekarang, dia sedang duduk di kantornya menghisap rokok sambil minum bir kaleng yang murah. "Namanya juga musibah. Siapa ya
Ciara masih belum pulih. Fisik dan psikisnya terluka. Bagaimana pun juga, kehilangan salah satu orang tua adalah mimpi buruk bagi semua anak. Bima mendorong kursi roda Ciara menuju ke kamar orang tuanya. Sedangkan Felicia dan Jasmine duduk di ruang tengah bersama Ismail dan Ruslan.Erisa dan Lily masih dirawat di rumah sakit karena luka bakar yang diderita mereka cukup serius. Awalnya Kevan berjanji akan mencarikan pengganti Erisa dan Lily. Namun dengan penuh keyakinan, Ciara memberitahu Kevan bahwa dia tidak masalah jika tidak memiliki dokter dan perawat pribadi. Sesampainya di kamar orang tuanya, Ciara berusaha berdiri dengan susah payah dari kursi roda dengan bantuan Bima. "Aku mau duduk di sudut, Bim," kata Ciara dengan suara yang serak."Iya, Non." Bima memapah Ciara ke kursi kayu di sudut ruang tidur. Mereka berjalan perlahan.Setelah duduk, Ciara tidak berkata apa-apa. Dia hanya melihat-lihat pemandangan di luar kamar dengan tatapan kosong.Suasana canggung membuat Bima tida
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.