Disaat mendengar apa yang dikatakan oleh Gabin, Varra secara seketika menoleh ke arah Edward.Dalam hatinya seolah berbicara, disaat mata melihat ke arah Edward, “apa ada, yang lebih bestatus besar dibandingkan cucu orang terkaya ini?”Varra melihat ke arah Edward dengan mata yang penuh kekaguman.Tentunya hal itu disadari oleh Gabin, dan membuat Dia, merasa jika dirinya diabaikan hanya demi seorang laki-laki yang menurutnya adalah seorang laki-laki miskin.“Untuk kali ini aku berikan kalian kesempatan untuk makan bersamaku.” Gabin masih menyombongkan dirinya. Terlebih sikapnya yang begitu arogan, serta gestur tubuhnya yang menyentuh lengan bajunya dan menyentuh jam tangannya, seolah ingin memamerkan kepada mereka jika apa yang dikenakan olehnya bukanlah barang murahan.Edward dan kedua gadis itu saling menatap satu sama lain, mereka seolah berbicara dengan tatapan masing-masing. “Yah baiklah kalau begitu. Aku tidak akan membuang kesempatan untuk duduk bersama dengan orang sepertimu
Setelah Gabin pergi dari sana, kini Edward justru berada di posisi lebih bahaya dari sebelumnya.Bagaimana tidak, kini dia berada di antara dua wanita yang sepertinya sama-sama memiliki perasaan kepada dirinya.Satu Varra mantannya yang dulu pernah sangat dia sayangi, meskipun pernah mengkhianati dirinya, tapi sepertinya kini mulai kembali berusaha untuk mendekati dirinya.Sementara itu yang satunya adalah Dhisa yang sebelumnya tanpa sengaja, Edward mengetahui jika wanita itu memiliki perasaan kepada dirinya.“Aku, ke toilet dulu.” Edward berdiri dari duduknya dan segera pergi ke toilet.Kini tinggal ada Varra dan Dhisa di meja mereka.Beberapa saat suasana hening, sampai Varra yang bertanya dan kemudian memecahkan keheningan itu.“Sepertinya kalian cukup dekat, ya?”“Biasa saja,” ucap Dhisa dengan mengambil cangkir minuman nya.“Bahkan sepertinya aku tidak lebih dekat dari dari kamu,” tambah Dhisa.Varra yang mendengar itu, sesaat terdiam.Varra menoleh ke arah, kemana Edward pergi
Dua hari kemudian. Hari dimana diadakannya pesta makan malam di villa.“Villa ini sangat besar…”“Benar… memang menunjukkan sebuah kedudukan yang berbeda.” “Tentu saja… ini adalah Villa milik CEO baru perusahaan Grade.” “Benar…” “Aku ingin mempunyai Villa seperti ini.” “Seandainya saja aku bisa punya Villa sebesar ini…”Setiap orang perwakilan perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam ikatan kerja dengan perusahaan Grade kini sudah berkumpul di ruang terbesar Villa milik Edward.Mereka sudah datang terlebih dahulu sebelum waktu yang tertera di undangan. Bahkan ada yang datang satu jam lebih awal, dari waktu yang ditentukan.“Gabin… mereka adalah orang-orang yang cukup terkenal. Kamu harus mencoba untuk mengenal mereka.” Seorang laki-laki berbicara kepada Gabin. Itu adalah ayah Gabin.“Tentu Ayah…”“Saya pasti akan–”Belum selesai Gabin berbicara, dia menghentikan ucapannya disaat dia melihat sosok seorang gadis yang sepertinya dia kenal.“Kamu?” Tanya Gabin yang kaget saat me
Itu adalah suara sekretaris Warden. Seketika semua orang langsung mendekat dan menghampiri.Bagaimana tidak sekretaris Warden adalah seorang sekretaris yang sangat terkenal. Semua orang tahu siapa dia. Dimana dia adalah orang kepercayaan Richard Hovd.“Tuan Warden.”“Tolong ijinkan saya untuk bersulang dengan Tuan.”“Iya, Tuan…” “Benar Tuan…”Banyak orang di sana yang berusaha untuk mendekat ke arah Warden. Dengan santai Warden hanya mengangkat satu tangannya, sebagai tanda bahwa dia sedang tidak ingin diganggu oleh beberapa orang tadi.Tidak ada emosi tidak ada rasa dendam tidak ada amarah di antara mereka semua. Justru mereka seolah meminta maaf terhadap Warden, seolah mereka sadar jika mereka telah mengganggu atau mengusik sekretaris Warden.“Maaf tuan…”“Silakan, silakan.”“Iya Tuan, silakan.”Mereka seketika minggir, dan memberikan jalan kepada sekretaris Warden.Gabin beserta Ayahnya masih belum paham. Bahkan di saat sekretaris Warden mendekat ke arah mereka, mereka masih bisa
“Panggil Dhruv kesini.” perintah Edward kepada sekretaris Warden.“Baik Tuan.” Jawab sekretaris Warden dengan begitu sopan.Tidak berselang lama.Warden datang dengan Dhruv.“Maaf tuan muda, saya tadi sedang berbicara dengan beberapa kolega kita.” Ucap Dhruv dengan sedikit membungkuk ke arah Edward.“Manajer Dhruv.” “Saya, tuan muda.” jawab Dhruv.“Batalkan semua kerjasama dengan perusahaan Red Star.” tegas Edward.“Tu–tuan muda…” “Tolong, maafkan kami.”Gabin dan Ayahnya memohon belas kasih dari Edward. “Kalian tidak memiliki salah kepadaku… jadi kalian tidak perlu meminta maaf kepadaku.” Edward berbicara dengan tenang. Jiwa kepemimpinan dirinya menurun dari sang kakek. Sangat tenang dan berwibawa, meskipun dia masih berusia yang relatif muda. “Terimakasih Tuan Muda!” Ucap Ayah Gabin yang mengira dirinya akan dilepaskan oleh Edward. Namun, semua itu hanya angan dirinya.Setelah terdiam sesaat, Edward menambahkan perkataan yang membuat Gabin serta ayahnya menjadi kembali ketakut
Sebagai seorang putra, Edward hanya mencoba untuk tetap berbakti kepada ibunya.Meskipun berat, mengingat hubungannya dengan Varra sebelumnya, dengan terpaksa Edward berkata.“Iya Bu, aku akan membantunya.”“Benarkah?” Tanya sang ibu dengan ekspresi wajah yang mulai ceria dan senyum tersungging di bibirnya.“Iya Bu.” Jawab Edward dengan tersenyum.Dia tersenyum dikarenakan saat melihat sang ibu bahagia, dia juga merasa sangat bahagia.Mengingat apa yang mereka lalui selama ini berdua.“Baguslah kalau begitu.”Kata sang ibu yang menghentikan ucapannya sejenak, saat dia meraih tangan Varra, kemudian menepuknya beberapa kali dengan tangan yang satunya.“Kalau begitu, kamu ajak Varra untuk berkeliling di taman.”“Bagaimana dengan makan malamnya?” Edward mencoba untuk mencari alasan kepada sang ibu, agar dirinya tidak berdua dengan Varra.“Sudah-sudah. Makan malam biar nanti aku yang berbicara dengan kakekmu.”“Kalian anak muda pergilah cari angin di luar sana.” Sang ibu tetap memaksa agar
“Ibu tidak mau tahu, Edward. Kamu harus menjaga Varra.”Ucap si ibu kepada Edward dengan nada yang terdengar sedikit panik.“Iya Ibu aku mengerti, bagaimanapun juga Varra mengalami kejadian ini karena telah melindungiku.”Ucap Edward dengan sedikit meloloskan pandangannya ke arah Varra yang sedang menjalani perawatan di lengan kanannya.“Kakek sudah menghubungi beberapa dokter ternama.”“Kakek yakin mereka akan bisa membuat gadis ini tidak memiliki bekas luka.” ucap Richard Hovd kepada Edward.“Kamu tenang saja.” tambah sang kakek yang kini meletakkan tangannya di punggung sang Putri, atau ibu Edward.“Kalau begitu kami pergi dulu kamu harus menjaganya.” Ucap ibu Edward.“Ingat! Kamu harus benar-benar menjaganya.” Tambah ibu Edward lagi, menekankan.“Iya Ibu, aku mengerti.” jawab Edward.Di saat kedua orang tua itu, ibu dan kakeknya pergi, Edward ini masuk ke ruangan di mana Varra sedang duduk karena baru saja selesai menjalani perawatan lukanya.“lukanya cukup panjang, serta juga dala
Varra sadar betul akan sikapnya sebelumnya. Kini Dia hanya bisa berdiri menatap ke arah luar jendela. Merenungi apa yang telah dilakukan.“Apa yang sedang kamu lakukan?”Sebuah suara menyadarkan Varra.Secepat kilat gadis itu menoleh, ke arah sumber suara.Tak dapat dibohongi matanya gini sedang berkaca-kaca.Kesedihan, kebahagiaan, bercampur menjadi satu.“Ka–kamu?” Sapanya terbata-bata.“Aku?” Tanya seorang laki-laki yang ternyata itu adalah Edward.“Aku, kenapa?” Tambah Edward bertanya.“kenapa kamu kembali, bukankah kamu sudah pergi?”“Tentu saja aku kembali.”ucap Edward dengan meletakkan beberapa bungkusan di meja, yang berada di ruang perawatan Varra.“Kita, tadi belum sempat makan malam. Jadi aku membeli beberapa makanan untuk kita makan.”Edward berbicara, meskipun ekspresinya dingin, bicaranya begitu lembut.Merasa diperhatikan oleh Edward, Varra merasa senang dan bahagia.Dia tidak memikirkan dirinya dianggap teman atau pacar. Yang dia tahu sekarang adalah perhatian dari Edwa
Varra terdiam, Dia mulai berpikir bagaimana meluruskan keadaan ini kedepannya. Dia kini mulai ingat jika Edward pernah berkata kepada dirinya untuk menyembunyikan identitasnya dari siapapun“Apa Kamu akan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Varra?”Edward yang mengetahui dilema Varra kini mencoba untuk meluruskan hal itu sendiri.“Huehehe” Varra tersenyum kepada Dhisa untuk sekedar membantu Edward menyembunyikan statusnya.Sejujurnya Varra benar-benar tidak tahu bagaimana caranya untuk memulai, meyakinkan Dhisa jika dirinya berbohong. Mengingat semua yang Dia ucapkan sebenarnya adalah sebuah kebenaran.“Tapi, Benarkah itu?” Tanya Dhisa dengan menunjukkan sedikit keraguan.Sejujurnya, memang Dhisa tidak suka dengan para orang-orang kaya dan orang kelas atas karena dirinya merasa mereka semua sering merendahkan orang lain yang mereka anggap lemah.Namun, yang tidak diketahui oleh Edward dan Varra adalah, Dhisa mulai berpikir akan sesuatu,“Mungkin jika Mereka adalah Edwar
“Varra. Ayo kita pergi.”Ucap Dhisa yang disambut dengan senyum manis oleh oleh Varra.Tidak lupa Varra masih mendengus ke arah Whiny, seolah menghina Whiny sebelum akhirnya dia berpaling muka.“Aku pergi Ayah, Ibu.”“Whiny juga, jaga kesehatanmu, kita masih akan bertemu di universitas.”Dhisa berpamitan kepada anggota keluarganya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Aku berharap kalian tidak akan mengganggu Dhisa lagi.”Edward berbicara untuk terakhir kali, sebelum akhirnya mereka pergi.Setelah kepergian mereka, kini Pearl beserta anak istrinya mulai mengeluarkan sumpah serapah.Cacian dan makian keluar dari mulut mereka.Setelah mereka tenang, mereka kini memilih untuk di duduk bersama dan berunding.Pearl memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi Owl, sementara sebelumnya dirinya sudah menjanjikan Dhisa untuk Owl, sebagai bentuk “pelancar” urusan bisnis diantara keduanya.“Apa yang harus Kita lakukan sekarang suamiku?” Nessy bertanya kepada sang suami.“Aku juga tidak tahu.”
“Kau. Berhenti di tempatmu sekarang!” Hardik Pearl.Edward terus berjalan tanpa menghiraukan peringatan dari Pearl, sampai akhirnya kini dirinya sudah sangat dekat dengan Pearl, tanpa sadar hal itu membuat Pearl mengambil beberapa langkah ke belakang dan mengakibatkan dirinya terjatuh karena kehilangan keseimbangan.“Kenapa Kau begitu lemah?”Edward mulai menghina Pearl dengan tatapan yang sangat meremehkan.“Biarkan Dhisa pergi,” Ucap Edward yang kemudian membungkukan bada mendekatkan wajahnya ke wajah Pearl.“Atau Kau ingin bernasib sama dengan Owl?” Ancam Edward, tanpa diketahui oleh yang lain Edward berbicara dengan sorot matanya menjadi begitu tajam menantang.“Dhisa, lebih baik kamu bereskan barangmu, Kami akan menunggumu.” Dengan menoleh serta tersenyum manis Edward berkata kepada Dhisa yang sedari tadi masih terpaku melihat dirinya.“Iya.” Jawab Dhisa singkat dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat hangat. Untuk sekilas, terlihat senyum Dhisa yang penuh akan kebahagiaan
Pearl bermaksud mendekat ke arah Dhisa yang sepertinya memiliki tujuan untuk memukul atau sekedar mengasari Dhisa yang menurut Dirinya sudah membuat masalah.Namun, hal itu ia urungkan saat Dia melihat ada seseornag yang masuk ke dalam rumah, mengekor Dhisa.Itu adalah Edward.“Ka–kau! Kenapa Kau disini?”Pearl seketika menjadi gagap saat dirinya melihat hadirnya Edward disana.Masih tergambar jelas di benak Pearl apa yang sudah Dia lihat tadi malam.Pemuda di hadapan-nya sekilas seperti pemuda pada umumnya, akan tetapi Pemuda itu juga yang seketika menjadi ganas tak bisa dikendalikan saat dalam kondisi marah.“Kenapa?” tanya Edward dengan sorot matanya yang begitu mengintimidasi Pearl.“Tidak apa-ap–”“Tunggu” Pikir Pearl menghentikan ucapanya sebelumnya dengan berbicara kepada dirinya sendiri.“Bukankah ini di rumahku?” Ucap Pearl masih dalam hatinya.“Seharusnya Dia tidak berani macam-macam di rumahku,” Pikir Pearl dengan satu tangan memegang dagu miliknya.“Apa yang kau lakukan di
Edward dan kedua wanita itu kini sedang berjalan hendak pergi dari hotel,tempat mereka beristirahat. Kini sedang di dalam lift menuju basement parkir.Tidak lupa Edward memberikan kabar kepada Warden, perihal beberapa perintah.Pertama Edward minta kepada Warden untuk dicarikan satu kondominium untuk tempat tinggal Varra dan juga Dhisa, Edward meminta yang tidak terlalu jauh dari kampus mereka belajar. Yang kedua Eddward memberikan perintah kepada Warden untuk mengambil mobil miliknya di basement parkir hotel, karena dia akan ikut bersama dengan Dhisa di mobil Varra.Tidak menunggu waktu lama, sebelum mereka sampai di mobil milik Varra, satu notifikasi masuk di ponsel Varra.Itu adalah titik alamat kondominium apartemen untuk nya, beserta dengan aksesnya.Setelah membaca pesan di ponselnya Varra segera menghadap ke Edward dan mengangguk, sebagai tanda sudah diketahuinya letak kondominium untuk tempat tinggal baru Dia dan juga Dhisa.“Sebaiknya Aku kembali kerumah dulu untuk mengambil
*** Mereka bertiga kini sudah bersiap untuk pergi dari hotel.Dhisa masih bingung. Dia merasa ragu untuk pulang, mengingat apa yang sudah dilakukan oleh orang tua angkatnya.Bukan bermaksud untuk menjadi seseorang yang tidak tahu balas budi, akan tetapi dia memikirkan kelangsungan hidupnya, jika terus bersama dengan mereka maka dia ragu akan dapat menjalani kehidupan dengan tenang. “Apa yang akan kamu lakukan sekarang?” varra bertanya kepada Dhisa untuk sekedar memastikan, akankah saingan cintanya itu kembali kepada keluarga yang sudah memiliki niat jahat kepada dirinya. “Aku…” tampak sekali keraguan dan kebingungan di wajah Dhisa.Dia benar-benar bingung dan tidak tahu harus apa. Tidak mungkin baginya untuk pergi ke panti asuhan kembali. “Kenapa kamu tidak tinggal dengan Varra?” tanya Edward yang membuat Varra memutar kepala untuk menoleh kepadanya yang saat ini ada dibelakang Varra. Tidak lupa juga, wanita mengernyitkan dahinya, seolah tidak habis pikir dengan pertanyaan Ed
Dhisa masih dalam kondisi setengah sadar dengan kondisi setengah badan terendam air, serta ditemani oleh Varra.Mereka mungkin adalah saingan cinta.Akan tetapi, Varra ingin bersaing secara sehat.Cukup sudah Varra menjadi seseorang yang tidak tahu diri, sebelumnya. “Dhisa… Kenapa kamu begitu polos?” Varra bertanya dalam hatinya.Dia sama sekali tidak mengerti hati maca apa yang dimiliki oleh wanita yang kini sedang berada di depannya itu. “Wajar saja jika Edward sangat menyukaimu.” Tambah Varra berbicara sendiri tanpa perlu didengar oleh orang lain. “Sepertinya di luar sudah mulai sepi.” Varra mulai mencoba mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi.Sedari awal dia bukan tidak mendengar keributan yang terjadi di luar.Akan tetapi, semakin Dia mendengar, semakin Dia paham jika dirinya tidak akan bisa membantu, atau justru akan menjadi beban untuk Edward.Oleh karena itu, Dia lebih memilih untuk diam di kamar mandi menjaga Dhisa sekaligus mendengarkan apa yang mereka ri
Dengan wajah garang, BB bertanya kepada mereka. “Siapa yang memberikan keberanian kepada kalian?” “Tuan BB, Apa kami melakukan kesalahan?” Tanya Owl.“Apakah Tuan BB salah paham?” Tanya Pearl.Mereka semua menjadi bingung, sebenarnya apa yang sudah membuat BB marah kepada mereka.Kebodohan mereka membuat mereka masih berpikir jika semua ini adalah gara-gara Edward yang sudah menghasut BB.Karena itu mereka seolah masih mencoba untuk meminta keadilan dari BB.“Tuan BB, sepertinya Tuan salah paham. Pecundang itulah yang telah bersikap kasar kepada anak buah Tuan.” Whiny mencoba untuk membantu menjelaskan kepada BB.“Benar Tuan…” Nessy mulai ikut berbicara.“Diam!” Teriak BB.Mereka kini mulai berbicara kepada BB karena mereka takut jika BB akan bertindak lebih jauh kepada mereka.“Maafkan kami Tuan.”“Tapi memang sepertinya Tuan salah paham terhadap kami.”“Bener Tuan, ini semua karena pecundang itu Tuan!” Mereka masih mencoba untuk terus menyalakan Edward.Hal itu dikarenakan tatapan
Pearl dan Owl seketika menyeringai saat mendengar kata-kata barusan.Mereka mengira kini Edward akan takut kepada mereka. Sekaligus mendapatkan pelajaran.“Hey Anak Muda!” “Tamat sudah riwayatmu kini…” Owl yang berdiri dengan di pegang oleh Pearl kini mulai berceletuk.Whiny juga mulai tertawa.Dia tidak menyangka akan ada kesempatan dimana dia melihat dua orang yang dibenci oleh dirinya akan mendapatkan pelajaran yang tidak akan dapat dibayangkan, menurutnya.Edward yang akan di hajar habis-habisan oleh Boss besar dunia bawah, serta Dhisa yang akan di tiduri oleh Owl, laki-laki yang bahkan baru saja mereka temui malam ini.Itulah isi pikiran Whiny, dan terang saja itu membuat dia teramat senang. Kebenciannya kepada Dhisa sangatlah tidak berdasar.Dimana dia sebenarnya marah dan membenci Dhisa dikarenakan semua perhatian tertuju pada Dhisa. Bahkan laki-laki yang kini menjadi pacar Whiny pun, sebenarnya masih belum bisa membuang perasaannya kepada Dhisa. Whiny tidaklah lebih dari s