“Jangan bilang aku tidak memberitahumu.” Ucap Edward dengan tersenyum, saat dia melihat Mars mulai membuka tutup botol di tangannya itu.“Diam. Kamu tidak perlu banyak bicara.”“Lagi pula, ini hanya sebotol anggur.” Tambah Mars dalam hatinya.Edward yang melihatnya hanya tersenyum.Dari pengalamannya kerja paruh waktu yang pernah dia lakukan, Dia tahu betul anggur apa yang sedang berada di tangan Mars.“Mari semua!” Mars mengangkat gelasnya untuk mengajak semua yang ada disana bersulang.Mereka meminum semuanya dengan penuh kemeriahan.Edward hanya diam, menunggu sampai Mars merasa menyesal telah membuka botol anggur itu. “Hei. Pecundang!” Panggil Mars dengan sikapnya yang masih arogan.“Kenapa Kau diam?”“Minumlah.” “Aku tahu. Orang sepertimu, tidak akan pernah meminum, minuman semewah ini.”Mars masih saja terus menghina Edward dengan kalimat-kalimatnya.Semua yang mendengar itu bukan nya membela, justru ikut menghina Edward.“Nona,” panggil Mars kepada wanita yang telah memberi
Mars kembali mengingat kejadian sewaktu di Agen Properti.Dia ingat betul jika pada saat itu, Fay hanyalah seorang sales.Namun, “kenapa pada saat ini Dia dipanggil sebagai Manajer?” pikir Mars.“Kamu, sekarang manajer?” Tanya Mars kepada Fay.Fay tersenyum. “Kenapa?” Fay bertanya dengan ekspresi wajah yang tampak begitu kesal tapi juga ada sedikit raut senang karena telah membuat Mars terkejut. “Bukannya Kamu adalah sales marketing itu?” Mars mulai terbata-bata.“Bagaimana mungkin Kamu menjadi seorang manajer?” Lanjut Mars bertanya.“Kenapa, adakah sesuatu yang salah jika saya menjadi seorang manajer?” Fay menimpali Pertanyaan Mars dengan sebuah pertanyaan.“Manajer… kenapa ini?” Wanita utusan tadi bertanya kepada Fay.Dia merasa bingung.“Kenapa Manajer Fay, tampak tidak suka kepada Tuan Muda…” tanya wanita itu dalam hati.Wanita itu masih menganggap jika Mars adalah seorang Tuan Muda dari keluarga nomor satu, yang dimaksudkan oleh Manajer sewaktu Manajer Fay mengutusnya.“Kena
“Apa kamu tidak melupakan sesuatu?” Tanya Edward. “Apa?!” Bentak Mars yang mengira dirinya akan diminta berlutut oleh Edward.“Ternyata benar, kamu melupakan sesuatu.” Ucap Mars.“Aku tidak akan berlutut!” Bentak Mars dengan cukup keras.“Aku tidak akan meminta Kamu berlutut. Aku tidaklah gila hormat seperti dirimu.” Pungkas Edward.“Cukup ganti saja anggur yang telah disiapkan untuk Tuan Muda, yang telah Kamu minum.” Tambah Edward mengingatkan.Mars tertawa.“Anggur?” “Hanya sebotol anggur saja, apa susahnya?”“Scan atau…?” “Scan saja. Lagi pula berapa.” Ucap Mars menyepelekan.Edward melihat ke arah Fay. Seolah menandakan agar Fay memberikan tagihan anggur kepada Mars.Fay mengangguk, dan kemudian. “Silahkan tuan.” Ucap Fay sambil mengulurkan ponselnya.“Turt” suara ponsel Edward saat dirinya menscan ponsel milik Fay.“Biar aku bayar… lagi pula tidak seberapa–”Mars menghentikan ucapannya serta matanya membelalak saat melihat layar ponselnya.“21 juta?!” Pekiknya.Mars benar-ben
“Bahkan, tanpa Tuan Muda, Saya mungkin masih ditindas oleh atasan saya, dan juga sampai sekarang mungkin masih menjadi seorang sales magang.” Ucapan Fay itu terlontar dengan melihat ke arah Edward. Sebuah tatapan penuh akan kekaguman.Benar kata Fay.“Tidak semua orang kaya bersifat buruk.” Namun untuk kali ini, dia baru menemukan, Edward. Seseorang dengan kualitas terlampau tinggi namun tetap rendah hati.“Sepertinya, kalian memang benar.” Dhisa mengangguk perlahan, setelah itu Dia menoleh untuk melihat ke arah luar jendela mobil.***Sementara itu di tempat yang lain, Mars sedang menggerutu, dengan tangan yang memegang kemudi mobil nya.Dia juga tahu jika setelah ini Dirinya akan mendapatkan masalah yaitu, Dia harus menghadapi amukan dari Ayahnya. Karena Dia telah membuat Orang tua nya kehilangan uang yang cukup besar. “Bajing*n. Lihat saja! Aku akan membalas mu saat aku ada kesempatan!” Mars berteriak dengan memukul-mukul setir mobilnya, saat dirinya kini sedang berhenti di lam
“Tapi….” Dhisa sebenarnya ragu untuk melakukan hal ini. Itu karena Dia takut jika kalah maka dirinya harus makan 25 cabai.Namun, dia lebih takut lagi jika sampai Whiny yang harus melakukannya. Dia sungguh tidak tega. Dhisa terpaksa menyanggupi. Karena pada saat ini sebuah undangan pertarungan dari Whiny telah tampil di layar ponsel Dhisa. “Ayo kakak semua… tolong bantu aku…!!” Ucap Whiny dengan manja.Kini poin Whiny sudah 2.000.E.H mengirimkan sebuah gift hadiah kepada Dhisa, sehingga kini pon Dhisa menjadi 2500. Whiny kaget. “Wah… ternyata ada perlawanan dari sebelah! Ayo kita lebih semangat untuk membantu Whiny.” Tulis salah seorang penonton Whiny di komentar siaran langsung Whiny.“Terimakasih kakak…” ucap Whiny, menutupi kegugupan nya.“Aku yakin dia tidak akan mampu melawan para penonton ku.” Whiny berbicara kepada dirinya sendiri dalam hatinya.Dia sebenarnya mulai khawatir.Dia takut jika kali ini dia akan kalah, dan juga peraturannya adalah yang kalah harus memakan 25
Dikamar, Dhisa mulai bingungnsikap apa yang harus diambil oleh dirinya.Dia tahu jika dirinya membuka pintu maka Whiny akan melakukan sesuatu kepada dirinya. Tapi jika tidak dibuka, maka tidak tahu sampai kapan Whiny akan menggedor pintunya.“Hey anak pungut!”“Cepat buka pintunya!” Whiny berteriak dari luar.“Apa?!” “Itu Whiny?”“Dia sungguh kejam! Akuctidak menyangka!” Semua orang berkomentar di siaran langsung milik Dhisa.Mereka sebenarnya tidak tahu jika Dhisa adalah seorang anak angkat dikeluara Pearl. Namun, meskipun begitu mereka menganggap bahwa perkataan dari Whiny sangatlah tidak pantas.“Whiny… maaf… aku tidak bisa membuka nya…”“Cepat buka! Berikan akun mu padaku!” Teriak Whiny dari luar. “Ada apa ini?” Diluar terdengar suara laki-laki tua sedang bertanya kepada Whiny.Itu adalah Wall Pearl, ayah mereka, ayah angkat angkat.“Anak pungut itu, menyebalkan!” Teriak Whiny.“Dia mendapatkan uang 50 juta dolar lebih.” Ucap Whiny.“Apa?!” Teriak Wall yang terkejut.“Dhisa!
“Kenapa begini…?” Dhisa merenungi nasibnya.Merenungi nasib, bukan karena uang 50 juta yang hilang tapi nasib dimana dirinya yang selalu di abaikan sama keluarga angkatnya, dan juga dianggap orang luar.Sebuah notifikasi dari ponselnya berbunyi.“Uangmu, aman.”Itu adalah isi dari pesan yang ada di ponselnya.“Ini… siapa ini?” Tanya Dhisa yang penasaran.Dia sama sekali tidak mengerti apa maksud dan tujuan dari orang yang telah mengirimkan pesan kepadanya itu.Yang dia tahu kini hanyalah uangnya di akun sudah ditarik, namun ternyata ada orang yang telah mengirimkan pesan kepadanya terkait masalah uang tersebut.Seolah-olah orang itu telah menolongnya, atau lebih tepatnya orang itu sengaja agar uang tersebut tidak diambil oleh orang-orang yang tidak memiliki hak untuk memilikinya.“Ini siapa?” Tanya Dhisa kepada orang yang telah mengirimkan pesan kepada dirinya.“Tenang saja, kamu tidak perlu khawatir, kamu juga tidak perlu tahu siapa aku.” balas orang itu melalui pesannya.“Intinya u
Varra dengan begitu sopan berusaha menutupi perasaan canggungnya dihadapan Edward.Edward menanggapinya dengan santai dan menjawab, “pagi.”Varra hanya bisa menunduk Malu. Dia sama sekali tidak berani menatap Edward, secara langsung.Namun meskipun begitu dia tetap saja sedikit melirik mantan pacarnya itu.Setelah Edward berlalu, Varra melihat punggung mantannya itu dengan penyesalan yang mendalam.Dia teringat dulu dirinya pernah menyia-nyiakan laki-laki miskin yang ternyata adalah seekor anak singa.Kini laki-laki itu telah tumbuh menjadi seseorang yang berada di luar jangkauan nya.“Lihat saja nanti… kamu akan kembali menjadi milikku.” Ucap Farra bergumam.Kini Edward berada di ruangannya dengan melihat beberapa laporan terkait perusahaan nya.Cukup hening suasana saat itu sampai saat suara seorang wanita yang datang mengucapkan “permisi.” “Masuk.” Jawab Edward dengan mata yang tetap membaca isi laporan di tangannya.“Silahkan tuan mu–”“Ahh!! Maaf!” Wanita itu adalah Varra. Dia