“Tolong kirim orang untuk mengambil mobilku di kampus.” Edward mengirimkan pesan kepada Vale Warden.Mengingat apa yang dikatakan oleh Dhisa.Edward ingin tetap bisa dekat dengan Dhisa. Karena itu, dia harus menyembunyikan statusnya yang sebenarnya, dan Dia mengawalinya dengan menyembunyikan mobilnya.“Kamu berbicara dengan siapa?” tanya Dhisa yang tiba-tiba berada di belakangnya.“Oh… tidak. Itu… tadi…”Edward tampak kebingungan untuk mencari alasan.Dengan cepat akhirnya dia menjawab, “telepon dari tempat kerja paruh waktu ku.”“Oh… iya…” jawab Dhisa dengan lembut.Kini mereka terdiam berdiri di ruang perawatan Dhisa.Untuk beberapa saat, mereka sama-sama terdiam dan tidak tahu ingin berbicara.Dhisa malu-malu karena, Dia sebenarnya menyimpan rasa untuk Edward.Sedangkan di sisi Edward, yang sebelumnya biasa saja, kini tiba-tiba jadi ikut canggung, karena dia sudah tahu jika Dhisa menyukai dirinya.“Bagaimana keadaan Dhisa?” tanya Richie saat kini Edward duduk kelas, tepat di samp
“Kamu serius mau aku mengantarkanmu pulang?” Edward berbicara kepada Dhisa dengan melihat ke arah motor listrik yang dibawakan oleh suruhan Warden. Dan dari kini dia akan menggunakan motor listrik itu dan menganggap, motor listrik itu miliknya. Semua ini dia lakukan agar dirinya tetap bisa dekat dengan Dhisa.Memang ini adalah suatu hal yang salah.Tapi Edward terpaksa seperti ini, mengingat Dhisa sangat membenci orang kaya. Dhisa mengangguk, tanda setuju. ***“Te–terimakasih.” Dhisa dengan malu-malu mengucapkan terimakasih kepada Edward, saat kini mereka sampai di depan kediaman keluarga Pearl. Saat ini Edward hanya terdiam, terpaku. Dia benar-benar sedang terpesona dengan keimutan Dhisa, sampai-sampai dia lupa untuk menjawab ucapan terimakasih, dari Dhisa. “Maukah kamu masuk dul–” Dhisa sebenarnya hendak menawari Edward masuk kedalam rumah. Belum selesai dia berbicara, tiba-tiba ada suara yang memotong ucapannya. “Siapa ini?” Mars yang sudah sampai lebih dulu kini keluar
***“Ibu… ayo kita masuk.” Saat ini Edward sudah berada di depan kantor Real Estate, atau biasa yang disebut dengan agen properti.Bersama dengan ibunya, dia berada di tempat yang direkomendasikan oleh Warden sebelumnya.Warden merekomendasikan tempat ini, karena itu adalah salah satu perusahaan yang memiliki kerja sama dengan Perusahaan Grade.Rantai modal yang dimiliki oleh Agen Properti yang didatangi oleh Edward ini, sebagian besar modalnya berasal dari Perusahaan Grade.“Ada yang bisa kami bantu?” Tanya petugas yang berjaga di depan.“Kami ingin membeli sebuah Villa.” Jawab Ibu Edward.Ibunya adalah orang yang begitu lembut.“Kalau begitu mar–”“Tunggu!”Suara yang sedikit keras terdengar dari dalam kantor.“Siapa kalian?” Tanya Pria yang keluar dari dalam kantor itu.Pria itu dapat diperkirakan berusia sekitar 35 tahunan.Badannya sedikit lebih tinggi dari Edward, beberapa centimeter. Dengan rambut rapi tertata oleh minyak rambut.“Kami?” Edward bertanya dengan nada yang sedik
Setelah menghina Edward.Mars kembali mendekat ke arah manajer dan meminta untuk melakukan pembelian sebuah Villa dengannya.“Mari kita melakukan pembayaran untuk Villa yang itu.” Mars berkata dengan menunjuk ke satu Maket Villa.“Mari silahkan, Tuan.” manajer itu bersikap begitu hormat kepada Mars.“Hm.” Edward tersenyum, serta mengeluarkan suara yang seolah meremehkan Mars.Beberapa waktu berselang.Mars sudah selesai melakukan pembayaran Villa miliknya.“Hey pecundang… belumkah kamu menemukan rumah yang cocok untukmu?”“Jika kamu memang tidak menemukan yang cocok, di villaku ada kandang anjir yang tidak digunakan.” Mars melangkah pergi, dengan mulut yang menghina Edward dengan sangat keterlaluan dalam setiap perkataannya.Edward hanya diam.Membiarkan Mars menghina dirinya.“Kenapa kamu masih disini?” teriak Manajer yang tampak kesal.Entah apa lagi kini yang membuatnya kesal.“Kenapa kami harus pergi? Kami belum membeli Villa yang kami mau.” Jawab Edward.“Membeli katamu? Orang k
***Keesokan harinya.“Kamu sudah datang…” sapa Richie, sahabatnya dengan murung.Edward baru saja sampai di kampus, dengan mengendarai motor listriknya.Sebelumnya dia sudah mampir ke Grade untuk melihat beberapa pekerjaan disana.Warden juga memberitahu dirinya, terkait perusahaan serta apa-apa saja yang berada di bawah naungan perusahaan Grade.Dia juga diberikan satu keping kartu bank, lagi.Warde berkata jika itu adalah Kartu Bank untuk menerima pendapatan dari Grade.Kartu berwarna hitam pekat dengan sedikit corak emas itu, berisi ratusan miliar.Warden memberikan kartu itu kepada Edward atas perintah dari Richard.Edward sudah mulai bisa menguasai dirinya, jadi dirinya tidak terlihat merasa kaget.Bagaimanapun juga Grade adalah sebuah perusahaan besar dengan banyak perusahaan yang bergabung dibawah naungannya.Kini Edward sudah menjadi miliarder, belum lagi ditambah dengan uang saku dari sang kakek.Dari sekarang, seharusnya dia tidak lagi perlu untuk mengkhawatirkan keuanganny
“Silahkan Tuan.”Mars diberikan sebuah menu oleh pelayan yang ada disana.“Tidak perlu. keluarkan saja semua yang paling mahal.”Mars berusaha untuk menunjukkan kekuatannya di depan orang-orang yang ada disana.Sesekali, Mars melirik tajam ke arah Edward.Bukan hanya Edward, melainkan juga ke arah Dhisa.Mars masih belum bisa melepaskan Dhisa.Dia masih menyimpan keinginannya untuk memiliki Dhisa.Terlebih jika sampai Dhisa dimiliki oleh Edward.Mars adalah orang yang pertama menyatakan ketidaksetujuan dirinya.“Maaf aku terlambat.” Sebuah suara terdengar dari arah pintu. Membuat semua yang ada disana menatap ke arah pintu.Terutama Richie.Itu adalah suara dari orang yang sedari tadi dicari oleh dirinya.Benar, orang yang baru saja datang adalah miss Hecty.Saat di kampus mungkin dia sudah terlihat tampan dan sexy.Namun, saat ini yang dihadiri adalah sebuah acara makan malam, meskipun dengan para mahasiswanya. Alhasil dia kini berdandan dengan begitu cantik dan modis.Seperti kebi
Dibentak oleh laki-laki itu.Mars seketika langsung terdiam dan mundur satu langkah.Dia benar-benar gemetar.Ketakutan mulai menggeliati perasaannya.Namun, saat dia berpikir kondisi disana pada saat ini dia mulai mencoba untuk melawan ketakutannya dan melawan.“Banyak teman-temanku, dan aku tidak boleh terlihat lemah,” itulah yang dia pikirkan saat ini.“Be–berani kamu!?”Mars masih mencoba untuk tetap terlihat berani di hadapan teman-teman nya.Meskipun dalam hatinya dia merasa ketakutan.Belum lagi, saat laki-laki itu menggulung lengan bajunya.Membuat tato di lengannya terlihat.“Hahaha!” Dia berjalan mendekat ke arah Mars. Membuat Mars mengambil beberapa langkah kebelakang karena dia merasa ketakutan dengan laki-laki itu. “Tolong berhenti!” Miss Hecty berdiri.Dia merasa bertanggung jawab atas apa yang sedang terjadi pada saat ini.“Aku akan mengikutimu.”Miss Hecty mencoba mengalah, karena dia tidak ingin jika semakin ricuh dan merugikan para mahasiswanya. Meskipun dirinya s
“Kalian!” Laki-laki yang sedang ditahan oleh Edward itu seolah berontak dan mencoba untuk menghentikan kepergian mereka, para teman-teman Edward.“Edward… lepaskan Dia, ayo kita pergi!”Dhisa mencoba untuk mengajak Edward pergi dari sana, dengan mendekat dan berusaha untuk meraih lengan Edward serta berusaha untuk menariknya.“Pergi saja dengan mereka.” Dengan senyum, Edward menjawab serta tangannya masih mencoba untuk tetap menahan laki-laki, tadi.“Sudah, ayo!” Teriak beberapa teman yang lain.“Ingat! Jangan sekali-kali mencoba untuk menyeret kami dalam hal ini!” Mars berbicara dengan melangkahkan kakinya yang lebih cepat dari siapapun karena dia sebenarnya benar-benar merasa takut kepada laki-laki itu.“Edw–”“Sudah ayo!” Whiny mungkin tidak begitu suka pada Dhisa.Tapai pada saat ini Whiny justru menarik Dhisa untuk pergi, disaat Dhisa mencoba untuk kembali mendekat ke Edward. Seolah dirinya tidak ingin jika Dhisa ikut terlibat masalah ini.Alih-alih menyelamatkan Dhisa, Whiny