Dari studio Ethan melajukan mobil Lam borghini Aventador orange milik mertuanya itu melaju di jalan raya kota C menuju wilayah utara. Ada Crystal yang duduk di kursi sebelah kemudi. sekali ia melirik setan yang terlihat fokus menyetir mobil dengan tatapan mata lurus ke depan.
"Ehem ...." dehem Crystal mencoba untuk mencairkan ketegangan di antara mereka. Ethan tidak bergeming sama sekali. Ia masih saja fokus membawa mobil itu membelah jalan raya di antara kendaraan lain yang berlalu-lalang di sisi kanan-kiri mobilnya. "Kita mau ke mana?" tanya Crystal. Ia menurunkan gengsinya setelah Ethan mengabaikan dehemannya tadi. Masih, lelaki itu masih bungkam malas menjawab pertanyaan tentang yang terkesan berbasa-basi itu. "Hey Ethan!! Apa kau tuli? Aku ini berbicara padamu!" seru Crystal nyaris berteriak. Dia kesal karena Ethan tidak menghiraukan pertanyaannya. "Bisakah kau sebentar saja tidak berisik,Setelah melewati hutan pinus, mobil Lam borghini Aventador orange milik Benigno itupun sampai di depan sebuah bangunan dengan halaman depan yang cukup luas. Tempat itu berada di pinggir kota jalan poros lintas kota lintas provinsi yang menghubungkan kota C dengan kota-kota sekitarnya.Crystal menatap sekitarnya. Meski daerah ini belum ramai, namun sudah ada beberapa toko dan SPBU mini di sekitar daerah itu."Apa ini? Kita mau apa ke sini?" tanya Crystal pada Ethan.Ethan seperti biasa tak langsung menjawab, melainkan turun dari mobil. Crystal pun ikut turun mengekor di belakang Ethan.Pria itu langsung membuka pintu rolling door bangunan itu dan mendorongnya, sehingga terpampanglah pemandangan di dalam ruangan yang cukup mencengangkan bagi Crystal."Ini ...?""Bengkelku," jawab Ethan, sebelum wanita berisik itu mulai menanyainya dengan banyak pertanyaan.Crystal cukup takjub melihat banyaknya barang-barang otomotif yang
"Lalu? Lalu katamu?!" tanya orang itu dengan berang.Ethan mengangguk."Saya tidak mengganggu bengkel lama yang sudah ada di sini sebelumnya. Dan lagi pula jarak 100 meter itu tidak terlalu dekat sehingga tuan-tuan harus marah ketika saya membuka bengkel baru di sini. Lagi pula bukankah tiap-tiap tempat usaha sudah punya rezeki dan keberuntungannya sendiri?" jawab Ethan tanpa merasa bersalah sama sekali."Ba jingan!! Sial an!! Sepertinya kau memang ingin cari mati. Urungkan niatmu untuk membuka bengkel baru di sini, maka aku akan mengampunimu!" kata pria bertatto di lengannya itu dengan geram.Ethan tersenyum tipis."Maaf, saya tidak bisa," jawabnya dengan nada sesopan mungkin.Terlihat senyum menyeringai di sudut bibir pria itu bercampur dengan geram atas jawaban dari Ethan. Lalu ia pun menggerakkan dagunya ke arah Ethan memberi kode kepada tiga orang temannya yang lain untuk menyerang Ethan.Ketiga orang itu mendapat
Ethan menyetop sebuah mobil bak terbuka yang lewat di depan bengkelnya dan meminta tolong kepada supir mobil untuk membawa ke empat orang luka-luka yang datang merusuh ke bengkelnya agar diantar kembali ke bengkel mereka yang tidak jauh tempatnya dari bengkel milik Ethan. Hal itu dikarenakan karena kondisi mereka yang bonyok dan luka-luka karena perkelahian dengan Ethan.Selain memberikan sejumlah uang kepada sopir mobil pick-up yang dia minta tolongi, Ethan juga menyelipkan beberapa lembar uang pecahan €500 (lima ratus euro) ke dalam kantong kemeja bos pemilik bengkel.Perlu diketahui, pecahan mata uang terbesar euro, €500 adalah pecahan terbesar mata uang kertas yang kalau dikonversi ke rupiah nominalnya mencapai kurang lebih Rp. 8,5 juta rupiah."Ini untuk membawa kau dan anak buahmu berobat. Di lain waktu, tolong jangan membuat masalah di sini. Kalau kau takut bersaing secara sehat dengan pebengkel lain, perbaiki kualitas bengkelmu dan pelayanannya s
Beberapa waktu berlalu sejak kejadian itu, Ethan menjalani kehidupannya seperti biasa. Lebih tepatnya membiasakan diri. Rutinitas hariannya pagi ia pergi ke bengkelnya hingga sore dan di sore hari hingga dini hari ia bekerja di casino sebagai pelayan.Hubungannya dengan Crystal?Tak ada peningkatan. Mereka jarang bertemu karena kesibukan Ethan di bengkel dan di casino milik Benigno. Selain itu Crystal juga terlihat seperti menghindari Ethan. Takut kalau hatinya akan goyah jika sering-sering berdekatan secara intens dengan pria itu.Namun Ethan pada Clarissa masih tetap sama. Sebelum ia berangkat bekerja, biasanya ia selalu menyempatkan diri membagi waktunya untuk Clarissa, anak yang sampai saat ini masih ia kira adalah keponakannya. Meski begitu dia menyayangi bocah kecil itu, seperti perasaan seorang ayah terhadap anak perempuannya. Entahlah apa dia terlalu berlebih. Tapi yang pasti dia tidak pernah berpikir untuk melepaskan hak asuh atas Clarissa meskipu
"Ayaaaah!!!" jerit Miriam sesaat setelah pria mafia itu menembakkan timah panas ke dada ayahnya.Miriam berusaha memberontak, tetapi tangan kedua bodyguard itu erat mencekal kedua pergelangan tangannya."Lepaskan!! Lepaskan aku!! Ayaaaah! Ayaaaaah ..." jerit Miriam dengan histeris.Namun tak ada diantara kedua orang bodyguard itu pun yang kasihan padanya. Merasa Miriam mempersulit tugas mereka dengan sengaja memperberat badannya dan berontak sekuat-kuatnya, kedua orang bodyguard mafia itu kini mengangkat gadis itu."Ayaaahku! Tolong ayahku .... Biarkan aku melihat ayahku dulu!!!" teriaknya sejadi-jadinya.Mereka yang kini sudah berada di luar private room nomor 7, menjadi pusat perhatian para pengunjung lain.Sementara itu sang mafia itu seperti tak merasa bersalah sama sekali. Ia berniat ingin meninggalkan tempat itu setelah ia menyelipkan kembali pistol itu di pinggangnya."Aku sudah memperingatkanmu, jangan macam-maca
Benigno sedang mengadakan transaksi penting dengan salah seorang relasinya dalam salah satu bisnis ilegalnya. Pertemuan rahasia itu diadakan di sebuah rumah di daerah terpencil di pinggir kota C. Kali ini ia bertemu dengan pihak pembeli senjata api ilegal dari kota S, kota yang cukup jauh dari kota C. Mereka adalah pimpinan gangster yang jauh-jauh datang ke kota C hanya untuk membeli senjata api dalam jumlah besar pada Benigno."Silahkan kalian lihat dan pilih sesuai kebutuhan," kata Benigno sambil membuka sebuah peti kayu seukuran meja di hadapan mereka.Awal peti itu dibuka yang terlihat hanyalah tumpukan jerami. Lalu Benigno pun menyingkirkan jerami itu, hingga terlihat lagi lapisan berisi guntingan kertas yang banyak. Lagi, Benigno menyingkirkannya hingga terlihat penutup triplek yang melindungi barang yang ingin mereka perjual belikan. Benigno mengangkat penutup terakhir itu sehingga terlihatlah di sana beberapa senjata api berbagai macam jenis, mulai dari re
"Serahkan gadis itu padaku!" kata Ethan pada anak buah Romano tanpa ia melepaskan arah pistolnya dari seseorang yang baru saja mengaku-ngaku kalau dia adalah adik dari Benigno Mensina itu."Kau akan menyesali ini!" ancam Romano sambil mendongakkan kepalanya ke arah Ethan yang sedang berdiri dan masih menodongkan senjatanya pada dirinya yang kini terduduk di lantai lift."Tak perlu banyak bicara. Suruh anak buahmu untuk melepaskan gadis itu, atau aku akan menjamin peluru ini akan bersarang di kepalamu itu," ancam Ethan balik.Dengan gelisah Romano pun merasa kebingungan. Antara ia akan kehilangan harga dirinya atau ia kehilangan nyawanya. Karena yang ia lihat sekarang ini adalah seorang pelayan dengan gangguan jiwa yang sangat akut. Ia bahkan mengaku sebagai menantunya Benigno. Cih! Dasar pelayan tidak tahu diri dengan impian yang sangat besar. Mana mungkin seorang Crystal mau dengan be debah yang hanya seorang pelayan itu? begitulah yang ada
"Kenapa kau menghindariku, Crys?"Ethan menahan pergelangan tangan Crystal agar wanita itu tidak pergi sebelum menjawab pertanyaannya."Siapa? Siapa yang menghindarimu, hmm?" elak Crystal sambil menarik tangannya dari cengkraman tangan Ethan."Kau menghindariku, jangan kira aku tidak tahu itu. Selama dua minggu ini, di pagi hari kau sengaja keluar dari kamar setelah aku pergi. Dan sore hari kau juga sengaja pergi ketika aku pulang dari bengkel. Itu adalah ciri-ciri seorang wanita yang tidak mau menerima kenyataan kalau dia sebenarnya sudah mulai jatuh cinta pada seseorang yang disebut suami. Jadi Crys, katakan padaku, kau sudah mulai menyukai sampah ini?" goda Ethan sambil menggerak-gerakkan alis matanya."Lelaki s ialan!" umpat Crystal sambil menggigit sedikit bibirnya dengan geram. "Analisamu itu sangat bagus, Tuan Trovatelli. Tetapi untuk kesekian kalinya aku akan katakan padamu, kalau kau sama sekali ....""Bukan tipemu," sela Ethan
Mendengar Crystal yang marah-marah padanya, Ethan pun hanya terkekeh dan berpaling pada Clarissa."Sayang, kau lihat? Mama sedang merajuk. Dia cemburu padamu. Bisa kau tinggalkan kami dulu?" tanya Ethan."Hey!! Apa maksudmu mengatakan kalau aku cemburu padanya?" gerutu Crystal tak terima.Ethan tak menghiraukan ocehan Crystal dan berbisik di telinga Clarice namun masih bisa terdengar oleh Crystal. "Papa akan membujuknya dahulu."Clarissa pun tersenyum dikulum, lalu ia pun mengangguk."Hei, aku tidak merajuk ya!" protes Crystal, tak terima ia dituduh merajuk oleh Ethan."Ya sudah, Papa antar sampai depan kamar, lalu kau carilah Anna, Okay?" Ethan memberikan telapak tangannya pada Clarissa agar mereka ber-high five ria. Clarissa pun menyambut telapak tangan sang ayah.Setelah Ethan mengantar Clarissa hingga ke depan pintu kamar, kini pria itu pun mendekati istrinya yang memasang wajah cemberut itu.
Persis seperti yang diminta oleh Ethan, dari sore hari Crystal sudah sibuk mendandani dirinya secantik mungkin. Ia akan menjadikan malam ini berkesan. Meski tak ada siapa pun yang tahu kalau suaminya itu adalah Capo dei Capi, tetapi Crystal telah berniat seniat-niatnya untuk membuktikan pada diri sendiri dan dunia kalau dia adalah wanita yang pantas untuk Ethan. Karena Ethan adalah bos dari semua bos, sudah sewajarnya istri capo dei capi adalah yang terbaik bukan? Crystal percaya diri kalau dia pun bisa menjadi 'bella tra le più belle' yaitu 'yang paling cantik di antara yang tercantik'."Mama, mau kemana?" Crystal melirik Clarissa, si kecilnya yang baru saja mendorong pintu kamar. Gadis itu terheran-heran melihat sang Mama yang terlihat sangat serius berdandan."Clarice, coba kau lihat? Mama cantik, tidak?" tanya Crystal memasang senyum terbaiknya. Lalu wanita berusia 27 tahun itu pun berdiri sambil memutar-mutar tubuhnya di depan p
"Tapi ... bagaimana? Kalau Papa tidak diperingatkan dia tidak akan tahu ..."Lagi-lagi Ethan harus menghela napas berat dan menghembuskannya secara perlahan namun dalam satu helaan panjang."Papa Ben, bukan mafioso baru, Crystal. Beliau sudah cukup banyak memakan asam garam kehidupan. Tanpa diberitahu pun dia tahu akan ada banyak pihak yang berusaha menjatuhkannya, dia telah mengantisipasi hal semacam ini. Percayalah!" bujuk Ethan. "Tapi bagaimana? Andai kau tidak melihatnya, apa mungkin Papa akan tahu ada alat penyadap di bawah kursi? Itu tidak mungkin kan, Ethan? Kau saja bahkan menemukan ini secara kebetulan, bagaimana mungkin Papa tau?" tanya Crystal masih saja khawatir."Mungkin tidak. Tapi aku yakin andai ada masalah pun, ia pasti memiliki solusi untuk mengatasinya. Kalau begini kau hanya akan menambah beban pikirannya saja, Crys!" kata Ethan.Crystal masih saja belum bisa merasa tenang dengan penjelasan Ethan itu. Hingga akhirnya
"Kau sudah mengantar mereka?" tanya Crystal begitu suaminya itu kembali ke ruang tamu setelah mengantar kedua orang polisi itu sampai ke depan rumah."Ya," jawab Ethan sambil meraih kunci mobilnya yang tergeletak di kursi tamu saat dia duduk tadi."Sayang, Clarissa. Kau ke Anna dulu, hmm?" bujuk Crystal pada putrinya itu."Hmm ...." sahut Clarissa sambil mengangguk.Lalu gadis kecil itu pun turun dari kursi dan segera berlari ke belakang untuk mencari Anna, baby sitternya.Ketika Ethan ingin berbalik, kakinya tersandung kaki meja hingga hampir terjatuh. Di saat itulah ia melihat sesuatu di bagian bawah kursi. Itu seperti selotip yang direkatkan ke bagian bawah kursi tepat di bagian kayunya.Ethan mengernyitkan keningnya. Dan tanpa banyak berpikir dia pun segera menjulurkan tangannya ke arah objek yang membuat dia curiga itu. Ethan merasakan ada sesuatu yang mengganjal yang sepertinya sengaja direkatkan dengan selotip itu. Ethan
Andai Ethan belum menjelaskan padanya kalau dia adalah seorang mafia, sudah pasti saat ini Crystal akan terkejut dengan keterangan yang diberikan oleh polisi itu. Sebab kemarin pun dia sempat merasa heran kenapa Ethan kembali masuk ke dalam gereja di saat mereka bahkan telah keluar dari sana."Ya, ya, ya! Akhirnya aku paham maksud kedatangan dari tuan-tuan ini. Jadi kalian mencoba menuduh suamiku terlibat dengan kasus penembakan itu karena kalian merasa dia berbohong tentang sepatu anak yang ditemukan itu? Hanya karena itu?" tanya Crystal dengan berang.Sangat terlihat kalau Crystal sama sekali tidak bisa santai menghadapi situasi ini."Tidak ... tidak .... Bukan begitu maksud kami, Nyonya." Para polisi itu mencoba untuk berdalih agar tidak memancing kemarahan keluarga Mensina."Hei, Tuan. Putriku Clarissa memiliki ada banyak out fit di antaranya adalah sepatu. Jika sepatunya yang satu hilang, dia bahkan masih punya banyak gantinya, termasuk saat
"Tu-tuan Benigno?" Danilo tergagap saat orang yang ingin ia temui tiba-tiba saja telah berada di depannya.Benigno Mensina ikut bergabung di ruang tamu itu dan memilih duduk di di kursi tunggal yang terletak di sebelah ujung meja berbentuk oval itu. Duduk di sana seperti menegaskan kalau dia adalah seorang pemimpin. Auranya terpancar saat bertemu orang lain, sangat berbeda ketika ia berada di tengah-tengah keluarganya.Benigno duduk berpangku tangan."Sekarang katakan, apa yang membuat kalian para polisi datang ke sini, di saat hari bahkan masih sangat pagi?" Teman Danilo yang bernama Patrick itu sampai menelan salivanya mendapat pertanyaan demikian dari tokoh masyarakat yang sangat populer di Sisilia itu. Bagaimana tidak ia tidak gugup, Benigno Mensina di kepolisian adalah salah satu Target Operasi (OT) yang menjadi incaran mereka, namun yang juga terkenal paling licin dan paling sulit ditangkap karena kepiawaiannya menyembunyikan segala tindak
"Aku Ethan. Ada apa?" Mendengar orang yang dicarinya menyahut, kedua polisi itu sontak menoleh ke arah suara itu. Ethan yang kini berada tepat di belakang anak buah Benigno yang tadi membukakan sedikit gerbang untuk polisi itu."Tuan Ethan?""Dia mencarimu!" kata anak buah yang berjaga itu pada Ethan."Ah, iya. Terima kasih, Paulo!" Anak buah Benigno yang bernama Paulo itu pun mundur dari sana dan kembali ke posnya. Sementara itu Ethan melihat kalau ternyata polisi itu adalah polisi yang ditemuinya kemarin saat ada insiden penembakan pastur di pernikahan Christina."Tuan Ethan, masih ingat padaku?" tanya polisi itu sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Ethan."Owhh, ya! Aku ingat!" sahut Ethan. "Tuan, adalah polisi yang datang ketika pastur di pernikahan itu tertembak. Apa benar?"Sambil menanyakan itu Ethan pun menyambut uluran tangan polisi itu dan mereka pun saling berjabat tangan antara sa
Benigno melirik pada Ethan dan cucunya yang sedang menempel manja pada menantunya itu. Kalau dia pikir-pikir, bukankah Ethan dan Clarissa terlihat mirip. Ah, ya ... bukankah Ethan memang pamannya Clarissa? Bukan hal yang aneh jika mereka memiliki kemiripan, kan? "Papa Ethan akan pergi bekerja. Kau tidak mau mengantarnya sampai depan?" bujuk Crystal yang kali ini mulai melunakkan suaranya pada Clarissa. Clarissa mana mau peduli. Dia malah semakin bersandar manja sambil mengayun-ayunkan kakinya di pangkuan Ethan. Crystal berdecak sebal saat Clarissa malah mengabaikannya. Sungguh putrinya itu sangat lengket pada Ethan yang ternyata adalah ayahnya sendiri. Seperti itukah hubungan darah bekerja? Ia menghadirkan ikatan batin yang terjalin di antara keduanya meski pun sebelum Ethan dan Crystal menikah mereka tidak saling bertemu sebelumnya. Itu pulalah yang mungkin terjadi antara Ethan dan Clarissa sehingga menyebabkan mereka menjadi teramat dek
"Clarice! Siapa yang kau maksud sialan? Kau memanggil Mama sialan?" hardik Crystal.Clarissa menganggukkan kepalanya dan menatap Crystal dengan wajah seakan tak merasa berdosa, membuat Crystal semakin membelalakkan matanya. Sebelum Crystal memarahi Clarissa, gadis kecil itu pun bertanya padanya."Mama, Sialan itu apa?" Crystal yang tadinya ingin marah, akhirnya tak lagi dapat berkata-kata mendengar pertanyaan putri semata wayangnya itu."Apa? Sialan itu apa?" tanya Clarissa masih sabar menunggu jawaban dari sang mama."Em .... sayang, Clarice. Sia ... lan .... itu maksudnya ada ....lah ...."Lihatlah! Crystal menjadi bingung menjawabnya."Kau lihat? Kau pun akhirnya kebingungan menjawabnya, kan?" ejek Ethan."Oh, diamlah! Ini semua karenamu. Biasanya Clarissa tak se-kritis itu menanggapi apa yang kukatakan. Ini karena kau menyinggung hal ini tadi!" kesal Crystal.Ethan menggeleng."Kau salah,