Ethan menyetop sebuah mobil bak terbuka yang lewat di depan bengkelnya dan meminta tolong kepada supir mobil untuk membawa ke empat orang luka-luka yang datang merusuh ke bengkelnya agar diantar kembali ke bengkel mereka yang tidak jauh tempatnya dari bengkel milik Ethan. Hal itu dikarenakan karena kondisi mereka yang bonyok dan luka-luka karena perkelahian dengan Ethan.
Selain memberikan sejumlah uang kepada sopir mobil pick-up yang dia minta tolongi, Ethan juga menyelipkan beberapa lembar uang pecahan €500 (lima ratus euro) ke dalam kantong kemeja bos pemilik bengkel.Perlu diketahui, pecahan mata uang terbesar euro, €500 adalah pecahan terbesar mata uang kertas yang kalau dikonversi ke rupiah nominalnya mencapai kurang lebih Rp. 8,5 juta rupiah."Ini untuk membawa kau dan anak buahmu berobat. Di lain waktu, tolong jangan membuat masalah di sini. Kalau kau takut bersaing secara sehat dengan pebengkel lain, perbaiki kualitas bengkelmu dan pelayanannya sBeberapa waktu berlalu sejak kejadian itu, Ethan menjalani kehidupannya seperti biasa. Lebih tepatnya membiasakan diri. Rutinitas hariannya pagi ia pergi ke bengkelnya hingga sore dan di sore hari hingga dini hari ia bekerja di casino sebagai pelayan.Hubungannya dengan Crystal?Tak ada peningkatan. Mereka jarang bertemu karena kesibukan Ethan di bengkel dan di casino milik Benigno. Selain itu Crystal juga terlihat seperti menghindari Ethan. Takut kalau hatinya akan goyah jika sering-sering berdekatan secara intens dengan pria itu.Namun Ethan pada Clarissa masih tetap sama. Sebelum ia berangkat bekerja, biasanya ia selalu menyempatkan diri membagi waktunya untuk Clarissa, anak yang sampai saat ini masih ia kira adalah keponakannya. Meski begitu dia menyayangi bocah kecil itu, seperti perasaan seorang ayah terhadap anak perempuannya. Entahlah apa dia terlalu berlebih. Tapi yang pasti dia tidak pernah berpikir untuk melepaskan hak asuh atas Clarissa meskipu
"Ayaaaah!!!" jerit Miriam sesaat setelah pria mafia itu menembakkan timah panas ke dada ayahnya.Miriam berusaha memberontak, tetapi tangan kedua bodyguard itu erat mencekal kedua pergelangan tangannya."Lepaskan!! Lepaskan aku!! Ayaaaah! Ayaaaaah ..." jerit Miriam dengan histeris.Namun tak ada diantara kedua orang bodyguard itu pun yang kasihan padanya. Merasa Miriam mempersulit tugas mereka dengan sengaja memperberat badannya dan berontak sekuat-kuatnya, kedua orang bodyguard mafia itu kini mengangkat gadis itu."Ayaaahku! Tolong ayahku .... Biarkan aku melihat ayahku dulu!!!" teriaknya sejadi-jadinya.Mereka yang kini sudah berada di luar private room nomor 7, menjadi pusat perhatian para pengunjung lain.Sementara itu sang mafia itu seperti tak merasa bersalah sama sekali. Ia berniat ingin meninggalkan tempat itu setelah ia menyelipkan kembali pistol itu di pinggangnya."Aku sudah memperingatkanmu, jangan macam-maca
Benigno sedang mengadakan transaksi penting dengan salah seorang relasinya dalam salah satu bisnis ilegalnya. Pertemuan rahasia itu diadakan di sebuah rumah di daerah terpencil di pinggir kota C. Kali ini ia bertemu dengan pihak pembeli senjata api ilegal dari kota S, kota yang cukup jauh dari kota C. Mereka adalah pimpinan gangster yang jauh-jauh datang ke kota C hanya untuk membeli senjata api dalam jumlah besar pada Benigno."Silahkan kalian lihat dan pilih sesuai kebutuhan," kata Benigno sambil membuka sebuah peti kayu seukuran meja di hadapan mereka.Awal peti itu dibuka yang terlihat hanyalah tumpukan jerami. Lalu Benigno pun menyingkirkan jerami itu, hingga terlihat lagi lapisan berisi guntingan kertas yang banyak. Lagi, Benigno menyingkirkannya hingga terlihat penutup triplek yang melindungi barang yang ingin mereka perjual belikan. Benigno mengangkat penutup terakhir itu sehingga terlihatlah di sana beberapa senjata api berbagai macam jenis, mulai dari re
"Serahkan gadis itu padaku!" kata Ethan pada anak buah Romano tanpa ia melepaskan arah pistolnya dari seseorang yang baru saja mengaku-ngaku kalau dia adalah adik dari Benigno Mensina itu."Kau akan menyesali ini!" ancam Romano sambil mendongakkan kepalanya ke arah Ethan yang sedang berdiri dan masih menodongkan senjatanya pada dirinya yang kini terduduk di lantai lift."Tak perlu banyak bicara. Suruh anak buahmu untuk melepaskan gadis itu, atau aku akan menjamin peluru ini akan bersarang di kepalamu itu," ancam Ethan balik.Dengan gelisah Romano pun merasa kebingungan. Antara ia akan kehilangan harga dirinya atau ia kehilangan nyawanya. Karena yang ia lihat sekarang ini adalah seorang pelayan dengan gangguan jiwa yang sangat akut. Ia bahkan mengaku sebagai menantunya Benigno. Cih! Dasar pelayan tidak tahu diri dengan impian yang sangat besar. Mana mungkin seorang Crystal mau dengan be debah yang hanya seorang pelayan itu? begitulah yang ada
"Kenapa kau menghindariku, Crys?"Ethan menahan pergelangan tangan Crystal agar wanita itu tidak pergi sebelum menjawab pertanyaannya."Siapa? Siapa yang menghindarimu, hmm?" elak Crystal sambil menarik tangannya dari cengkraman tangan Ethan."Kau menghindariku, jangan kira aku tidak tahu itu. Selama dua minggu ini, di pagi hari kau sengaja keluar dari kamar setelah aku pergi. Dan sore hari kau juga sengaja pergi ketika aku pulang dari bengkel. Itu adalah ciri-ciri seorang wanita yang tidak mau menerima kenyataan kalau dia sebenarnya sudah mulai jatuh cinta pada seseorang yang disebut suami. Jadi Crys, katakan padaku, kau sudah mulai menyukai sampah ini?" goda Ethan sambil menggerak-gerakkan alis matanya."Lelaki s ialan!" umpat Crystal sambil menggigit sedikit bibirnya dengan geram. "Analisamu itu sangat bagus, Tuan Trovatelli. Tetapi untuk kesekian kalinya aku akan katakan padamu, kalau kau sama sekali ....""Bukan tipemu," sela Ethan
Di pagi hari Benigno seperti biasa sudah terbangun. Semalaman dia tidur larut gara-gara menunggu menantu tengilnya itu pulang. Tetapi sayang hingga pukul 1.30 dini hari, Ethan tak juga menunjukkan tanda-tanda kalau dia kan pulang sehingga Benigno memutuskan untuk tidur saja dulu dan membicarakan masalah Romano dan gadis taruhan itu esok hari saja. Pada asisten rumah tangganya dan para bodyguard yang berjaga di depan, Benigno sudah berpesan pada mereka untuk membiarkan Ethan masuk.Dan sekarang hal pertama yang ia ingin lakukan pagi ini adalah mengecek apakah Ethan sudah pulang atau tidak."Sayang, ini masih terlalu pagi. Tidur sajalah dulu," bujuk Arabella yang merasakan gerakan di ranjang pertanda Benigno sudah bangun."Kau tidurlah dulu. Jangan menghalangiku, Arabel!!" hardik Benigno dengan nada marah."Ya Tuhan, pagi-pagi sekali kau sudah marah-marah, Sayang. Jangan begitu. Kau akan cepat tua nanti," bujuk Arabel.
Diego Bosseli sedang sibuk membersihkan koleksi senjata api kesayangannya siang itu. Ia sedang berada di halaman belakang rumahnya, tempat paling tepat untuk membersihkan barang koleksi yang berharga untuknya itu.Beberapa alat untuk membersihkan berada di atas meja. Larutan pembersih, pelumas, sikat bore, sebuah patch dan pemegangnya, tongkat pembersih, sikat nilon, senter kecil, kapas penyeka, serta kain fiber untuk menggosok semua ada di atas meja.Diego pun mengosongkan salah satu senjata laras panjang miliknya menjadi beberapa bagian yaitu laras, slide, guide rod, frame, dan tempat peluru. Ia selalu menyempatkan waktu untuk membongkar senjatanya dan mengecek ulang untuk memastikan kalau semua putaran dalam pistol itu sudah dilepaskan. Setelah Diego membuka pistol itu, ia melihat ke dalam laras dari belakang ke depan sambil memicingkan matanya. Ia memastikan tidak ada peluru yang tersisa di dalam ruangan itu maupun yang tersangkut di laras. Ia tentu
Sore itu Ethan baru saja pulang dari bengkelnya ketika ia melihat seseorang sedang menunggunya di depan teras rumah Benigno Mensina. Romano Conte sudah menunggunya dengan ekspresi dan raut wajah menantang tentunya. Ia sepertinya baru saja keluar dari rumah sakit setelah dua hari yang lalu Ethan menembaknya. Ethan bisa melihat kalau kaki pria yang ditembaknya tempo hari itu masih diperban. Jangan lupakan sebelah tongkat kruk yang terjepit di bawah ketiaknya.Tak gentar Ethan pun segera keluar dari mobil. Ia pun perlahan mendekati teras hingga kini jarak pun mereka semakin dekat."Ba jingan, ternyata kau memang benar-benar menantu dari Benigno Mensina!" gumam Romano dengan wajah menahan geram.Ethan tidak menanggapi. Sebab ia tahu itu percuma. Tipe laki-laki seperti Romano selalu ada di manapun. Pria tak beradab yang suka bermain perempuan dan marah karena mangsanya lepas. Jadi sangat wajar kalau dia merasa kesal pada Ethan."K
"Apa? Bercerai?!"Crystal membelalakkan matanya mendengar Benigno mengucapkan kalimat itu. Andai di awal-awal pernikahannya Benigno mengucapkan kata-kata itu, mungkin Crystal dengan senang hati akan mengiyakannya. Tapi setelah hatinya berlabuh pada Ethan selama beberapa bulan terakhir ini, baru mendengarnya saja hatinya sudah diiris sembilu."Ya, bercerai. Kalau kau masih belum jelas dengan kata-kata itu akan Papa perjelas. Berpisah, mengakhiri hubungan pernikahan dengannya. Apa kata-kata itu belum cukup membuatmu mengerti?" kata Benigno dengan tegas pada Crystal.Crystal cukup syok mendengar kata-kata dari ayahnya. Ia sampai geleng-geleng tak percaya terhadap apa yang dia dengar"Papa sepertinya sedang tidak sehat. Sudahlah, sebaiknya aku dan Clarissa pulang saja. Terus terang saja aku menyesal datang ke pesta pernikahan Papa ini. Kalau aku tahu akan ada kejadian seperti ini, aku tidak akan datang!" kata Crystal sambil meraih tas tangannya yang sedari tadi tergeletak di atas meja.Be
"Papa Ben?" Ethan spontan menggumam saat melihat mertuanya itu ada di belakangnya."Jelaskan padaku!" geram Benigno."Apa yang harus kujelaskan?" tanya Ethan malas."Katakan padaku, kenapa pria ini ... Diego mengatakan kalau kau dan Alessandro adalah putranya? Apa itu benar?" desak Benigno.Ethan mendengus. Alangkah berat baginya untuk mengakui hal tersebut. Namun, ia pun sangat malas untuk mengakui di hadapan semua orang kalau Diego adalah ayah biologisnya."Dia memang adalah putraku sama halnya dengan Alessandro. Ah, Bagaimana caraku untuk mengatakannya? Tidak baik mengungkapkan semua ini di depan umum. Kita bisa membicarakan ini di tempat yang lebih privat kalau kau berkenan," usup Diego.Benigno tersenyum dengan seringai. "Tidak perlu! Sekarang sebaiknya kalian katakan saja, apa sebenarnya yang tidakku tahu di sini? Ethan? Apa bener kau adalah putra dari Diego?" tanya Benigno sekali lagi kepada menantunya itu.Lalu pria itu pun menatap Ethan dan Diego secara bergantian. Sebenarny
"Owhh ... kau anak yang manis sekali, Sayang. Kau mau digendong oleh kakek?" Clarissa tersenyum dan mengangguk. Benar kata pepatah kalau darah memang lebih kental daripada air. Meskipun ia belum pernah melihat Diego, tapi adanya hubungan darah di antara mereka tidak bisa menepis kalau mereka memiliki ikatan batin antara satu dengan yang lain.Diego tanpa persetujuan dari Ethan, kini meraih cucunya itu dan menggendongnya. Benigno yang berada di meja yang sebelumnya dikunjungi oleh Diego itu bahkan sampai berdiri. Ia merasa berang melihat musuh bebuyutannya sedang menggendong cucunya. Dan menyebalkannya Ethan bahkan ada di sana dan ia tidak melakukan apapun. Bukankah itu menyebalkan? Kini timbul prasangka di dalam hatinya. Apakah jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh Diego itu kalau Ethan adalah putranya? Mungkinkah itu."Bajingan!" umpat Benigno.Benigno sebenarnya ingin langsung menuju meja Ethan dan menghajar pria yang pernah menjadi sahabatnya itu karena telah berani menyent
Ethan sebenarnya gelisah melihat Crystal yang disuruhnya mengambil makanan namun malah tetap tak dapat mengendalikan diri untuk tidak mencegat Diego masuk ke dalam aula pesta pernikahan. Entah apa yang istrinya dan Diego bicarakan. Namun melihat Diego menepuk-nepuk kepala Crystal, Crstal adalah putrinya, tak urung membuat Ethan khawatir juga. Untuk apa Diego datang ke sini? Dan bersikap seolah ia akrab dengan Crystal yang sedang kebingungan? Apa dia bersikap seperti itu untuk membuktikan pada Ethan, kalau dia mampu menebus kesalahannya di masa lalu dengan menjadi ayah dan mertua yang baik bagi Ethan dan Crystal? Sungguh dia berpikir bisa semudah itu? Really?Ethan sebenarnya sudah berniat ingin menghampiri mereka, namun melihat percakapan Diego dan Crystal tidak berlangsung lama dan berakhir dengan Diego yang meninggalkan Crystal dengan kebingungannya cukup bagi Ethan untuk tidak meneruskan niatnya. Ia kemudian hanya menatap dari jauh Crystal yang berjalan kembali menuju stand makan
Usai dari gereja, resepsi pernikahan Benigno Mensina dan Arabella pun berlanjut ke gedung resepsi. Banyak relasi bisnis yang diundang oleh Benigno ke acara pernikahannya itu. Namun yang menarik perhatian manakala melihat sosok Diego Bosseli ada di sana. "Mau apa dia di sini?" gumam Crystal saat melihat Diego dan asistennya Simone Colazi memasuki ruangan pesta.Ethan yang sedari tadi sibuk bercengkrama sambil menyuapi Clarissa makan, menatap ke arah pintu gedung aula. Ia sedikit mengernyitkan kening, melihat ayah biologisnya itu ada di pesta pernikahan sang mertua.Sementara itu Benigno dan Arabella masih sibuk menyapa dan menyambut para tamu. "Ya Tuhan, apakah dia datang ke sini untuk membuat masalah? Ah, tunggu sebentar, Ethan. Aku akan mendatangi dia. Aku ingin menanyakan ada urusan apa dia ke sini?" Crystal sudah akan bangkit dari duduknya, namun Ethan menyuruhnya untuk duduk kembali."Duduklah, Crys. Abaikan saja dia!" perintah Ethan sambil menyuapi Clarissa kembali."Tetapi ba
Ketegangan seketika terjadi di antara mereka. Kali ini Ethan benar-benar sampai mengubah raut wajahnya. Yang tadinya dia terlihat santai, tetapi mendengar percakapan antara Marlon mertuanya itu, seketika membuat ia merasa tidak senang."Marlon, apa kau sudah gila? Jangan bercanda seperti itu. Tidak enak kalau sampai Ethan salah paham padamu nanti," tegur Sharon setengah berbisik.Mendengar teguran dari sang adik, Marlon hanya menanggapinya dengan santai."Hahaha .... Sharon! Menurutku kaulah yang terlalu serius menanggapi percakapan antara aku dan Paman Ben. Padahal kami hanya bercanda, dan aku rasa Ethan pun tidak akan seburuk itu selera humornya. Aku benat kan Paman Ben? Ethan?" kata Marlon seakan ia meminta pendapat terhadap keduanya.Benigno hanya mengiyakan dengan kesan malas. Ekspresinya mengatakan kalau dia tidak sedang bercanda. Sementara Ethan sendiri menatap tajam pada Marlon."Sayangnya, bercanda tidak lucu seperti itu hanya dilakukan oleh pria-pria tidak berkelas yang han
"Crys, apa kau sudah siap?" tanya Ethan pada Crystal yang sedang sibuk berdandan."Tunggu sebentar, Ethan. Aku tinggal pakai lipstik ini biar hasilnya lebih seksi," kata Crystal.Ethan menghela napas menahan sabar.Telah lebih satu jam Ethan menunggu istrinya itu untuk selesai mendandani diri. Hari ini adalah hari pernikahan Benigno Mensina dan Arabella. Tepat dua minggu Crystal dan Ethan memutuskan untuk pindah rumah, Benigno pun memutuskan untuk secepatnya mempersiapkan pernikahannya dan hari ini adalah hari H-nya."Astaga, kau ini aneh, Crys.Sebenarnya kau berdandan semaksimal ini untuk apa? Bukannya kau yang bilang tidak suka dengan pernikahan Papa Ben dan Arabella? Lalu apa ini? Astaga, aku dan Clarissa bahkan sudah selesai lebih dari sejam yang lalu. Dan kau selalu mengatakan sebentar. Apanya yang sebentar?" cibir Ethan."Ethan, kau sabarlah sedikit. Kalau aku cantik bukannya kau juga yang bangga. Tenang saja, aku tidak akan membuatmu malu," kata Crystal cuek.Ibu dengan satu or
"Kamu yakin dia orang yang kamu maksud?" Di Golden Time Residence, di balkon sebuah rumah seorang wanita dan seorang pria yang rumahnya tepat berada di hadapan rumah Ethan dan Crystal, sedang berbincang santai. Mereka adalah Sharon dan Marlon. "Ya, tentu saja dia. Aku tidak mungkin salah, kalau dia adalah orang yang telah membunuh Papa. Di restoran Jepang itu memang tak ada rekaman CCTV, tapi dari gedung yang berada di belakang restoran itu ada rekaman CCTV yang menunjukkan kalau dia adalah orang asing yang keluar dari pintu belakang khusus karyawan," kata Marlon. Mata pria itu menatap tajam ke arah rumah dengan dua lantai yang terlihat homey dan menyenangkan yang memang dibangun khusus keluarga itu. Marlon tidak akan pernah lupa pada sosok pria yang telah membunuh ayahnya 5 tahun silam. Ayahnya, Gino Castello adalah salah seorang ketua mafia di wilayah Brooklyn, New York. Gino terkenal sebagai ketua mafia yang kejam di kalangan para gangster yang sebagian besarnya adalah imigran
"Tolong perjelas apa maksud kata-kata anda itu?" tanya Ethan sambil memicingkan matanya.Ethan merasa bahwa ada maksud tersirat dari kata-kata yang diucapkan oleh Marlon Huston itu. Tetapi sepertinya Marlon sangat pandai berdalih. "Oh, hahaha ... aku hanya bercanda saja, Ethan. Jangan mengambil hati serius akan kata-kataku itu," kata Marlon. "Oh, bercanda ya?" Ethan tak percaya pada apa yang dikatakan oleh Marlon tersebut."Ya, biasanya orang-orang sepertimu yang memiliki masa lalu seperti itu, maaf ... pasti memiliki sebutan atau olokan dari teman-temanmu di waktu kecil dan akhirnya terbawa hingga dewasa. Ehmm ... maaf, dalam hal ini jangan salah paham padaku. Aku tidak bermaksud menghinamu. Aku mengatakan itu karena sekarang aku yakin kau pasti adalah seseorang yang sukses sehingga mampu membeli rumah di sini. Aku benar, kan?" Ethan masih belum paham kemana sebenarnya arah pembicaraan Marlon ini. Ethan tak sepenuhnya yakin kalau alasan yang diucapkan oleh pria ini adalah apa yan