"Ethan Trovatelli, bersediakah saudara mengasihi dan menghormati istri saudara sepanjang hidup? Selalu setia padanya dalam suka dan duka, dalam kecukupan dan kekurangan, serta dalam sehat atau pun sakit?"
"Ya, saya bersedia,"jawab Ethan. Sebaliknya sang mempelai wanita di balik veil transparan yang menutupi kepalanya, ia memutar bola matanya dengan malas. Ini bukan pernikahan yang diinginkan olehnya, tentu saja. Namun pada akhirnya dia pun terpaksa mengucapkan janji yang sama. "Mulai saat ini kalian resmi menjadi pasangan suami istri. Apa yang dipersatukan oleh Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia". Sekarang tibalah giliran Ethan akan mencium Crystal, di depan para tamu undangan. Ethan menyingkap veil putih yang menutupi wajah istrinya itu, lalu ia pun mendekatkan wajahnya ke arah bibir Crystal. "Jangan berani-berani mencoba melakukannya," ancamnya dengan bisikan lirih pada pria yang baru saja resmi menikahinya itu. Ethan tersenyum. Dia tahu Crystal tidak menginginkannya, tetapi bukan berarti dia juga menginginkan wanita itu. Semua hanya karena keterpaksaan, karena kakaknya Alessandro mewasiatkan padanya untuk mengambil hak asuh putri kandung ia dan Crystal, yaitu Clarissa. Acara pernikahan itu berlanjut ke gedung resepsi hingga malam hari. Banyaknya undangan dari sang Ayah, Benigno Mensina, membuat Ethan dan Crystal tak habis-habisnya menyambut para tamu. Menjelang tengah malam, di pertengahan acara, Ethan tak menemukan istrinya itu ada di mana pun. Padahal beberapa menit yang lalu ia masih melihat Crystal masih ada dan berbincang dengan ayahnya di salah satu meja para undangan. Perlahan Ethan mendekati mertuanya itu, dan menanyakan apakah Benigno melihat Crystal. "Wow, lihat pengantin baru ini! Sepertinya dia sangat tergila-gila pada putrinya Papa Ben. Ngomong-ngomong Ethan, kau punya bisnis apa di kota Palermo?" tanya Juan, salah satu anak dari sahabatnya Benigno. "Saya seorang mekanik mobil." "Hah?" Semua yang di sana sontak melongo. Menantu seorang Benigno hanya seorang mekanik mobil? Mereka tentu saja tidak percaya. "Ah, hahaha! Jangan percaya padanya. Ethan hanya bercanda. Dia memang memiliki bengkel ternama di Palermo. Itu sebabnya dia mengatakan kalau dia adalah mekanik. Benar kan, Ethan?" tatap Benigno dengan pandangan mengancam pada Ethan. Tentu saja itu adalah kode agar Ethan mengiyakan kata-kata Benigno. The Godfather pastinya malu punya seorang menantu seorang mekanik mobil. Usai berbasa-basi beberapa menit dengan para tamu itu, Benigno pun membawa Ethan ke ruang lain yang berada di gedung itu. "Apa maksudmu mengatakan kalau kau hanya mekanik bengkel? Kau ingin membuatku malu?" cecar Benigno. "Maaf, Papa Ben. Saya memang hanya seorang mekanik." "Kau tak hanya seorang mekanik, tetapi kau juga sampah sama halnya dengan kakakmu yang tidak berguna itu!" maki Benigno. Ethan terdiam. "Kalau bukan karena lelaki sialan itu telah mewasiatkan cucuku untuk kau asuh dan surat itu dibuat dan ditandatangani oleh banyak saksi. Aku tak sudi menikahkan kau dengan putriku yang berharga! Dan sekarang kau ingin membuatku lebih malu lagi. Kau sama dengan kakakmu, tidak bisa di bawa ke pertemuaan orang-orang kelas atas. Oleh karena itu kuberi tahu kau! Mulai besok tinggallah di rumah! Jangan lakukan pekerjaan apa pun. Lakukan sesuai tugasmu, jadi pengasuh untuk Clarissa, cucuku! Kau mengerti?!" Ethan mengangguk. "Baik, Papa," jawabnya tanpa membantah. "Papa? Cuihh!" decih Benigno. Usai berbicara dengan menantu tak diharapkan itu, Benigno pun meninggalkan tempat itu dan bergegas kembali ke aula tempat dimana pesta masih berlangsung. Sebelum Ethan kembali ke aula pesta, pria itu pun menyempatkan diri ke toilet pria untuk buang air kecil. Mumpung dia ada di luar aula, begitu pikirnya. Saat dia keluar dan melewati toilet wanita, suara desahan terdengar dari dalam toilet. "Larry, kendalikan dirimu! Kalau ada yang mencariku bagaimana?" rengek suara wanita dari dalam kamar mandi. Ethan mengenali suara itu. Hatinya terasa berdenyut mengetahui pemilik suara itu adalah Crystal. Meski bukan menikah karena cinta bukankah sekarang Crystal adalah istrinya? "Biarkan saja jika ada yang mencarimu. Bagaimana ini, Crys? Aku sudah lama menunggu kau berpisah dari Alessandro, menunggu kalian kapan bercerai. Tetapi kukira Tuhan Maha Adil sehingga ia bahkan mencabut nyawa pria miskin itu, agar aku bisa menikahimu. Tetapi kenapa malah kau menikah dengan adiknya? Ketidakadilan macam apa ini, Crys?" sahut lelaki yang sepertinya bernama Larry itu. Setelah itu terdengar suara kecupan bagai mencumbu. "Larry .... ah, tolong mengerti, ini bukan mauku. Siapa juga yang mau menikah dengan orang yang bahkan lebih sampah dari Alessandro. Aku benar-benar terpaksa, sungguh!" kata Crystal di antara cumbuan-cumbuan Larry padanya. "Kalau kau terpaksa bagaimana kau akan melewati malam pengantinmu dengannya nanti?" kekeh Larry. "Malam pengantin apa? Tidak akan ada malam pertama untuk sampah itu!" umpat Crystal. "Kalau denganku saja bagaimana?" goda Larry. "Kau sungguh nakal, Larry!" Sedang mereka berdua masih asyik dengan kegiatannya, dan Ethan masih berada di luar toilet itu ada beberapa tamu hotel yang ingin masuk ke dalam toilet. Ethan berniat menghalangi. "Silahkan pakai toilet yang lain, Nyonya!" Ethan menunjuk toilet lain di sebelah toilet itu, mencegah pengunjung lain masuk ke toilet yang di dalamnya ada Crystal. Setelah itu ia pun mengetuk pintu toilet itu. "Sayang, apakah urusanmu di dalam sudah selesai? Mari kita kembali ke aula. Banyak yang menunggumu di sana!" seru Ethan dari luar sambil mengetuk pintu. Di dalam Crystal dan Larry menghentikan kegiatan panas mereka dan membelalakkan mata. Mereka tak menyangka ada Ethan di luar. "Ya Tuhan, bagaimana ini?" Tak urung wanita itu gelisah juga. Apakah Ethan mendengar apa yang dibicarakannya dengan Larry? Atau apakah Ethan tahu saat ini dia sedang berduaan dengan pria lain di kamar toilet? "Sayang!!" panggil Ethan lagi. Larry memberi kode dengan menggerakkan dagunya, menyuruh Crystal keluar. Ya, kalau dipikir-pikir buat apa Crystal takut? Dia bukanlah suami sungguhan, tak ada beda dengan kakaknya yang tak berguna itu. Maka berpikir seperti itu, Crystal pun keluar dari toilet. Dengan wajah tak suka, Crystal bertanya pada Ethan. "Apa yang kau lakukan di sini?" Di luar toilet itu masih ada pengunjung lain. "Aku ke sini untuk menjemputmu, istriku," jawab Ethan "Tidak perlu bersikap imut seperti itu! Aku tetap tidak akan tertarik padamu!" balas Crystal. "Kau tidak harus tertarik padaku, jika aku bukan type-mu. Tapi tetap saja aku ini adalah suamimu, kan?" jawab Ethan dengan sabar. "Suami? Dalam mimpimu! Kau tahu aku menikah denganmu terpaksa karena kau berniat ingin mengambil putriku dariku padahal kau tidak berhak sama sekali! Kita bahkan tidak saling mengenal sebelumnya!" "Kita bisa berkenalan pelan-pelan, Crys," balas Ethan dengan suara yang lembut. "Aku tidak tertarik berkenalan dengan sampah. Bahkan kau dan kakakmu hanya pembawa kesialan dalam hidupku!" maki Crystal. Di dalam toilet Larry tersenyum senang akan jawaban Crystal pada Ethan. Sudah seharusnya Crystal bersikap seperti itu. Lelaki itu memang tidak pantas untuk Crystal, begitu pikir Larry.n Usai mengatakan hal itu, Crystal pun akan segera beranjak kembali ke aula, namun Ethan menahannya. "Apa lagi?" bentak Crystal dengan kasar Ethan mengambil sapu tangan dari kantong jasnya, dan menyeka lipstik di bibir wanita itu yang sedikit belepotan karena percintaannya dengan Larry. Ia juga sedikit merapikan gaun Crystal yang sempat kusut dan talinya sudah melorot melewati bahu. Sungguh sangat ironis sekali atau harusnya malah menjijikkan? Di saat ia baru saja menikahi wanita ini, wanita ini malah sibuk dengan pacarnya. Ah, ataukah pria itu selingkuhannya saat Alessandro bahkan masih hidup? Sungguh kakaknya yang sangat bernasib malang. "Harusnya kau bisa menjaga sikapmu. Aku tahu kau tidak menginginkan pernikahan ini, tapi bukan berarti kau harus bersikap seperti ini, Crys," kata pria itu dengan lembut. "Tutup mulutmu itu! Kalau kau sudah tahu aku tidak menginginkan pernikahan ini, kenapa kau tidak melepaskan hak asuh Clarissa saja? Dia putriku! Dia bahkan tidak mengenalmu. Sama seperti aku yang tidak mengenalmu! Kenapa harus berepot-repot melakukan pernikahan ini! Cih!" Crystal berdecih seolah ia sangat jijik pada Ethan. "Ini wasiat dari kakakku. Kalau kau memang keberatan menikah denganku, kenapa bukan kau saja yang melepaskan hak asuh atas Clarissa?" tantang Ethan. "Dia putriku, Bodoh! Mana mungkin aku melepaskan hak asuh atas putriku sendiri. Pikiranmu di mana, hum?" balas Crystal dengan nada marah. "Sepertinya kita sudah pernah membahas ini, Crys," kata Ethan. Crystal sampai mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Ia ingin membalas Ethan tapi ia kehilangan kata-kata. Apa yang dikatakan oleh Ethan adalah benar adanya. Mereka telah pernah membahas ini sebelumnya. Keluarganya adalah keluarga beresiko, berbahaya. Itu yang menjadi alasan Alessandro menyerahkan wasiat untuk Ethan agar mengambil hak asuh atas Clarissa. Tetapi dia dan ayahnya tentu tidak sebodoh itu sehingga tidak bisa melindungi putri dan cucu mereka sendiri. Namun jika mereka berebut hak asuh atas Clarissa hingga ke pengadilan, kemungkinan besar Ethan akan menang. Mereka mungkin bisa saja menyogok hakim tapi keluarga mereka akan disorot kembali oleh media, dan polisi akan punya alasan dan motif untuk menangkap ayahnya apalagi disaat ayahnya diserang isu sensitif yang membuat reputasinya jelek. Kesal tak dapat membalas kata-kata Ethan, Crystal mengepalkan tangannya dan berbalik meninggalkan pria itu lebih dulu untuk kembali ke aula. Ethan mengikutinya. Mereka tak mempedulikan lagi Larry yang masih ada di kamar mandi. Baru saja Crystal kembali ke dalam aula, tiba-tiba terdengar suara keributan di luar. Sepertinya terjadi perkelahian. Perhatian semua orang langsung tertuju ke arah pintu masuk aula. Tidak lama masuklah beberapa orang yang sepertinya datang ingin mengacau di pesta ini. Tak lama terdengar suara sepatu pantofel yang berpadu dengan lantai semakin mendekat. Seorang pria paruh baya dengan memakai jas masuk ke dalam aula. Di belakangnya mengikuti dua orang lainnya membawa senjata api. "Wah, wah, wah!! Ada pesta pernikahan tapi aku tidak diundang di sini. Ini tidak adil, Ben!" serunya pada Benigno. Benigno tampak tidak senang. "Andrew Bosseli, pergilah! Jangan mencari gara-gara di sini!" "Ben, aku pikir kalian masih berkabung atas meninggalnya menantu kesayanganmu itu. Sekarang Crystal sudah akan menikah lagi? Big WOW!! Cepat sekali!" "Itu bukan urusanmu!" "Ah, ya! Itu pasti karena sebenarnya kalian menganggap pria itu adalah sampah yang tidak berguna, benar bukan?" kekeh pria itu. Benigno tersenyum tipis sambil mengangkat sebelah sudut bibirnya. Melihat senyum Benigno, pria itu tertawa keras. "Sepertinya waktu itu kami salah sasaran. Harusnya kami langsung membunuh putrimu saja!" Andrew menggerakkan dagu ke arah Crystal untuk memberi kode pada anak buah di belakangnya yang sedang membawa senapan panjang. Ethan yang baru datang menyusul Crystal dari toilet terkejut saat melihat keributan yang sedang terjadi di aula. Sementara itu orang yang memegang senjata itu langsung mengokang senapannya dan mengarahkannya langsung ke arah Crystal. Ia siap membidik .... Sebelum pelatuknya benar-benar tertarik, Ethan dengan sigap meraih piring dari meja tamu dan melemparnya ke arah sniper itu. PRAANK!! Piring itu jatuh ke lantai tepat setelah menghantam kepala sang sniper. "Oh ..." pekik tertahan keluar dari mulut orang-orang yang berada di sana. Begitu pun dengan Benigno dan Crystal. Mereka sampai terperangah melihat aksi heroik Ethan itu. "Andrew Bosseli!! Berani sekali kau ingin menyerang istriku!" *****Pria yang diteriaki itu tersentak dari keterkejutannya mendengar teriakan Ethan. Spontan ia menoleh pada Ethan yang kini hanya berjarak beberapa meter darinya. Tak ingin merasa malu karena salah satu anak buahnya tumbang oleh lemparan piring pria itu, Andrew Bosseli tertawa terkekeh dengan nada meremehkan."Wah, pengantin pria sepertinya sangat marah sekali. Ingin menjadi hero di depan Crystal, heh?" kekehnya. "Baiklah, akan kukabulkan. Jadilah hero untuk istri tersayangmu itu!"Usai mengatakan itu, Andrew lagi-lagi memberi isyarat dengan dagunya agar sniper yang satunya menyerang Crystal. Sniper itu pun mengangkat senjatanya.Ethan yang melihat hal itu langsung berlari secepat angin ke arah sniper itu. Dan ....BUUGGHH!!!!Belum sempat pelatuk itu ditarik, sebuah tendangan dari Ethan mendarat di rahang sniper itu. Sniper itu tumbang dan masih sempat mencoba untuk bangkit, namun satu tendangan lagi dari Ethan di kepalanya cukup membuat pria itu kehilangan tenaga untuk bangkit."Arggg
"Kau sangat berisik, apa perlu aku membungkammu dengan cara yang berbeda? Hum?" kata Ethan sambil menatap tajam wanita yang kini menginjaknya seakan ia adalah orang yang sangat tak ada harganya."Oh, ya? Kau berani?" tantang Crystal tak gentar.Ethan kini menatap liar Crystal dari telapak kaki hingg ke satu titik di tubuh Crystal tanpa berkedip. Jangan lupakan tangannya yang kini telah berhasil menggenggam betis indah wanita itu.Crystal terkesiap dan berusaha melepas kakinya dari genggaman Ethan."Lepaskan!!" perintah Crystal dengan marah."Kau sudah menggodaku sampai seperti ini, bagaimana mungkin aku bisa melepaskanmu dengan mudah, Nyonya Trovatelli?" "Aku tidak menggodamu, Bodoh! Lepaskan kakiku!" Ethan kini dengan usilnya malah mengusap-usap kaki Crystal hingga lutut hingga membuat Crystal berusaha untuk menarik-narik kakinya dari genggaman tangan Ethan.Bukan salah Ethan jika Crystal yang memancingnya. Ethan kini malah memiringkan tubuhnya. Dengan setengah duduk ia malah memel
"Lalu, kalau begitu apa yang harus kukerjakan?" tanya Ethan."Jordy!" panggil Beniqno pada anak buahnya. "Ya, Bos!" Jordy segera mendekat."Aku menyuruhmu untuk menjelaskan pada Ethan tentang seluk beluk kasino kita yang berada di dekat pelabuhan! Mulai sekarang kau harus membimbing dia agar bisa menjadi penggantiku memimpin The Black Roses, pimpinan mafia terhebat sepanjang masa!" kata Benigno dengan penuh kebanggaan.Ethan terlihat menganga. Bukannya apa-apa, mertuanya bilang dia akan dibimbing untuk menjadi mafia terhebat sepanjang masa. Yang benar ..."Maaf, Papa Ben! Bolehkah aku menolak? Aku rasa aku lebih cocok menjadi seorang mekanik," tolak Ethan dengan hati-hati."Kau tidak boleh menolak! Aku menikahkanmu dengan putriku Crystal bukan agar kau bebas melakukan pekerjaan tak berguna itu! Cukup sekali aku memiliki menantu tak berguna. Jangan menjadi Alessandro kedua! Selain itu kalau bukan kau yang akan meneruskan kepemimpinan The Black Roses, lalu siapa lagi?"Ethan sampai men
"Papa?" pekik Crystal tertahan."Sebaiknya kalian berdua menikah saja," usul Benigno."Tidak! Aku tidak mau! Apa-apaan Papa mengusulkan hal seperti itu. Aku tidak mau menikah dengannya!" tolak wanita itu tegas."Crys ....""Apa Papa masih sehat? Papa ingin aku menikah dengannya? Hah! Buat apa! Itu ide paling konyol dan paling gila yang pernah ku dengar!" umpat wanita itu lagi."Crys, ikut Papa sebentar!"Setelah meminta ijin pada pengacara itu, Benigno pun menarik Crystal ke luar sebentar. "Crys, tolong mengerti! Kau setujui saja permintaan Papa untuk kau menikah dengannya. Ini hanya untuk sementara, Crys!"Crystal geleng-geleng kepala."Tidak, tidak, tidak ... ini gila! Aku tidak mau menuruti inginnya Papa. Itu tidak lucu sama sekali.""Hanya sementara, Crys. Sampai Papa menemukan satu alasan kuat untuk menendang dia dari kehidupanmu dan Clarissa. Kau tahu kan kalau Papa tidak bisa berurusan dengan hukum dulu akhir-akhir ini?""Tapi aku mana mungkin menikah dengan orang itu. Dia adi
"Ethan, antar ini ke meja nomor delapan!" seru kepala pelayan pada Ethan yang baru saja datang dari mengantar minuman di meja dua belas. "Okay! Aku datang!" seru Ethan seraya menghampiri kepala pelayan yang segera menyambutnya dengan nampan yang di atasnya telah disusun beberapa kaleng minuman bersoda siap minum. Segera keduanya bertukar nampan kosong dengan nampan yang harus diantar oleh Ethan pada pengunjung tamu yang berada di meja nomor delapan. Mensina Grand Casino adalah kasino terbesar di wilayah kota C dan sekitarnya. Sebanyak 500 mesin judi dan 100 meja judi poker dan meja judi lainnya ada disitu. Bukan hanya itu, Mensina Grand Casino juga memiliki hotel dengan jumlah kamar 590 kamar serta memiliki 8 restoran di dalamnya. Untuk para wanita yang senang bermain judi, di sini juga mereka bisa menggunakan jasa salon pribadi. Dan untuk kaum pria para petualang cinta satu malam, Mensina Grand Casino juga menyediakan ada banyak wanita
"Taruhanmu yang sebenarnya adalah €500 bukan €15. Silahkan dibayar, Tuan!" Semua terkejut akan penemuan Ethan. Sungguh mereka tidak menyangka kalau orang yang mereka kira selama ini sebagai raja judi ternyata tak lebih dari seorang pecundang yang suka bermain curang."Breng sek!! Apa-apaan ini? Kau membodohi kami semua di sini?" teriak salah seorang dengan emosi. Bagaimana tidak emosi? Selama beberapa kali bertaruh dalam satu hari ini di meja judi ia selalu saja kalah. Bahkan kekalahannya di putaran terakhir ini adalah satu-satunya uang terakhir yang ia punya. Sekarang ada orang yang dengan seenaknya bermain curang. Siapa yang bisa dengan mudah menerima hal itu?"Aku tidak bermain curang! Pelayan ini bohong! Kalian kalah makanya kalian ini padaku. Itu sebabnya kalian menyuruh pelayan ini untuk berpura-pura menangkap basah aku. Padahal aku tidak berbuat curang sama sekali!" sangkal Mark.Mark masih saja ingin membantah. Ia tidak mau meng
Crystal seperti biasa bangun setelah jarum jam menunjukkan di atas pukul 08.00 pagi. Rutinitas pagi hariannya begitu ia bangun adalah membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumah ini. Lalu seperti hari-hari sebelumnya iapun akan keluar ke balkon dan menikmati udara pagi sekaligus matahari pagi untuk ia sedikit berjemur. Katanya sinar matahari pagi dibawah jam 9 pagi sangat bagus untuk kesehatan kulit dan tulang. Oleh karena itu wanita itu selalu menyempatkan diri untuk berjemur di pagi hari.Mungkin semua akan terasa biasa, andai pagi ini ia tidak melihat dan merasakan sesuatu yang sedikit berbeda seperti saat ini ia melihat si bo-doh Ethan itu sedang berada di depan kap mobil terbuka milik ayahnya. Ethan terlihat serius sedang memperbaiki mobil itu. Dengan kain lap dan kunci-kunci di tangannya serta hitam oli yang sedikit belepotan di wajahnya membuat ia terlihat tampan dan eksotik. Setidaknya demikianlah penilaian pribadi Crystal sekilas pandang kepadanya.
Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka."Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu."Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!" "Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan.Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa.Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu.Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia me
Pagi datang dan matahari terlihat cerah menyinari kawasan bumi Sisilia. Musim panas di Sisilia sama saja dengan musim panas di daerah lainnya. Cerah dan menyenangkan tentu saja, membuat masyarakat daerah setempat bersemangat dalam mengawali rutinitas hariannya. Begitu pun Ethan yang terlihat bersemangat keluar dari kamarnya dan turun menuju ruang makan di rumah Benigno Mensina.Bak rumahnya sendiri, ia pun bergabung dengan para penghuni rumah lainnya untuk sarapan. Selembar roti bakar ia tarik dari pemanggangnya tanpa mempedulikan asisten rumah tangga yang sedikit uring-uringan karena roti itu dipersiapkan untuk Tuan besarnya, Benigno Mensina."Hallo, selamat pagi semuanya!" sapanya dan langsung menyambar segelas cappuccino latte milik Crystal dan meneguknya.Crystal langsung saja melotot melihat betapa tidak tahu dirinya lelaki itu."Apa kau tak bisa sabar menunggu minumanmu disiapkan terlebih dahulu?" omel Crystal.Ah, ya .... Tumben s
"Kau lelaki ba jingan!" desis Crystal marah.Ia kini sedang bersandar pada headboard ranjang setelah beberapa saat yang lalu Ethan berhasil menyetu buhinya. Lelaki itu sangat kuat, ia sampai tidak berdaya melawan. Ah, bukan! Crystal tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Lebih tepatnya Ethan sangat lihai sehingga ia bisa bungkam melihat dan merasakan lelaki itu berbuat semaunya padanya. Awalnya ia ingin memberontak, tetapi tetap saja ia adalah perempuan yang lemah. Lemah secara fisik dan juga .... iman. Sia lan!Ethan tidak menanggapi. Ia hanya tersenyum tipis mendengar Crystal yang mengomel dan menatapnya seperti aura orang yang ingin menelannya hidup-hidup."Apa yang kau tertawakan, Breng sek!" Crystal melempar sebuah bantal ke arah Ethan yang segera ditangkap oleh pria itu dengan sigap."Cukup, Crys! Aku tak ada waktu meladenimu. Harusnya kau berpikir ulang sebelum kau menuduhku berbuat macam-macam. Jika memang aku berselingkuh di hotel dengan pa
"Kau baru pulang?" Ethan yang baru saja membuka pintu cukup terkejut melihat siapa yang kini sedang berbaring di ranjangnya."Apa yang kau lakukan disini, Crys?" Crystal yang sedari tadi menunggu di kamar Ethan melihat pria itu hanya berdiri di ambang pintu, kini memiringkan tubuhnya sambil menopang kepalanya dengan pose yang uhhh, cukup menggoda! Bagaimana tidak menggoda? Wanita itu menunggu di kamarnya hanya dengan menggunakan lingerie satin berwarna hitam yang walaupun tidak minim dan terbuka, tetapi gaun malam itu cukup kooperatif membentuk tubuh Crystal hingga terlihat lekuk-lekuk sekali lagi ohhh, sangat menggoda iman. Entah apa maksud wanita itu bersikap seperti itu, tetapi yang jelas Ethan cukup merasa terganggu karenanya. Bagaimana pun dia pria normal, you know? Dan Crystal entah dengan niat apa sengaja menunggunya di kamar dengan pose seperti itu."Wow, garang sekali kau, Ethan? Apa kau tidak tergoda melihatku? Apa bertemu d
Setelah mengantar Crystal dan Clarissa kembali ke kediaman Benigno, Ethan berpamitan ingin buru-buru pergi."Hei, kau masih ingin kemana lagi?" tanya Crystal kepada Ethan.Ethan yang sudah membuka pintu mobil siap berangkat kembali, kini berbalik dan menatap Crystal."Apa kau sedang bersikap seperti istri posesif yang sedang mencurigai suaminya?" selorohnya.Mendengar selorohan Ethan, tak urung membuat Crytal menjadi kesal karenanya."Terserah kau saja, Breng sek!" umpatnya sambil geleng-geleng kepala.Crystal benar-benar tak habis pikir kenapa Ethan memiliki sifat yang luar biasa tidak tahu diri cenderung ke tak tahu malu.Kemudian pria itu pun pergi dengan tawa berderai karena berhasil membuat Crystal menjadi kesal karenanya."Mama, Papa kemana?" tanya Clarissa.Crystal mengernyitkan keningnya kesal. Lihatlah! Bahkan putrinya saat ini benar-benar telah terpengaruh oleh kehadiran Ethan. "Saya
"Kau belum ingin jujur padaku tentang siapa kau sebenarnya?" tanya Crystal kepada Ethan. Ethan yang sedang berbaring begitu saja di rumput tanpa alas itu menatap wajah Crystal dengan pandangan malas. "Ethan!!!" Dengan tak sabar, Crystal pun mengguncang-guncangkan bahu Ethan. "Astaga!! Perempuan ini?! Tidak bisakah kau sedikit tenang? Sehari saja mulutmu itu tidak berisik, apa tidak bisa?!" umpat Ethan dengan sebal. "Makanya kamu jawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kau?" tanya Crystal dengan sedikit memaksa, berharap ia mendapat jawaban lain selain dari identitas yang ia dan ayahnya ketahui. "Kamu sungguh-sungguh ingin tahu siapa aku?" tanya Ethan. "Kau yakin tidak akan menyesalinya nanti jika kau sudah tahu siapa aku?" Crystal memasang wajah ketus. "Untuk apa aku menyesalinya? Aku bahkan tidak mencintaimu. Dan hanya orang yang mencintai kekasihnya dengan sungguh-sungguh lah yang
Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka."Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu."Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!" "Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan.Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa.Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu.Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia me
Crystal seperti biasa bangun setelah jarum jam menunjukkan di atas pukul 08.00 pagi. Rutinitas pagi hariannya begitu ia bangun adalah membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumah ini. Lalu seperti hari-hari sebelumnya iapun akan keluar ke balkon dan menikmati udara pagi sekaligus matahari pagi untuk ia sedikit berjemur. Katanya sinar matahari pagi dibawah jam 9 pagi sangat bagus untuk kesehatan kulit dan tulang. Oleh karena itu wanita itu selalu menyempatkan diri untuk berjemur di pagi hari.Mungkin semua akan terasa biasa, andai pagi ini ia tidak melihat dan merasakan sesuatu yang sedikit berbeda seperti saat ini ia melihat si bo-doh Ethan itu sedang berada di depan kap mobil terbuka milik ayahnya. Ethan terlihat serius sedang memperbaiki mobil itu. Dengan kain lap dan kunci-kunci di tangannya serta hitam oli yang sedikit belepotan di wajahnya membuat ia terlihat tampan dan eksotik. Setidaknya demikianlah penilaian pribadi Crystal sekilas pandang kepadanya.
"Taruhanmu yang sebenarnya adalah €500 bukan €15. Silahkan dibayar, Tuan!" Semua terkejut akan penemuan Ethan. Sungguh mereka tidak menyangka kalau orang yang mereka kira selama ini sebagai raja judi ternyata tak lebih dari seorang pecundang yang suka bermain curang."Breng sek!! Apa-apaan ini? Kau membodohi kami semua di sini?" teriak salah seorang dengan emosi. Bagaimana tidak emosi? Selama beberapa kali bertaruh dalam satu hari ini di meja judi ia selalu saja kalah. Bahkan kekalahannya di putaran terakhir ini adalah satu-satunya uang terakhir yang ia punya. Sekarang ada orang yang dengan seenaknya bermain curang. Siapa yang bisa dengan mudah menerima hal itu?"Aku tidak bermain curang! Pelayan ini bohong! Kalian kalah makanya kalian ini padaku. Itu sebabnya kalian menyuruh pelayan ini untuk berpura-pura menangkap basah aku. Padahal aku tidak berbuat curang sama sekali!" sangkal Mark.Mark masih saja ingin membantah. Ia tidak mau meng
"Ethan, antar ini ke meja nomor delapan!" seru kepala pelayan pada Ethan yang baru saja datang dari mengantar minuman di meja dua belas. "Okay! Aku datang!" seru Ethan seraya menghampiri kepala pelayan yang segera menyambutnya dengan nampan yang di atasnya telah disusun beberapa kaleng minuman bersoda siap minum. Segera keduanya bertukar nampan kosong dengan nampan yang harus diantar oleh Ethan pada pengunjung tamu yang berada di meja nomor delapan. Mensina Grand Casino adalah kasino terbesar di wilayah kota C dan sekitarnya. Sebanyak 500 mesin judi dan 100 meja judi poker dan meja judi lainnya ada disitu. Bukan hanya itu, Mensina Grand Casino juga memiliki hotel dengan jumlah kamar 590 kamar serta memiliki 8 restoran di dalamnya. Untuk para wanita yang senang bermain judi, di sini juga mereka bisa menggunakan jasa salon pribadi. Dan untuk kaum pria para petualang cinta satu malam, Mensina Grand Casino juga menyediakan ada banyak wanita