Daffa Halim, mahasiswa yang biasa-biasa saja selalu dipandang rendah oleh masyarakat. Tepat ketika dia mengira hidupnya menjadi terpuruk, sebuah telepon dan warisan dadakan mengubah kehidupannya. Mulai sekarang, dia sudah bukan lagi mahasiswa biasa. Dia adalah Daffa Halim, satu-satunya pewaris Konsorsium Halim!
Lihat lebih banyak“Namun, kurasa itu bukan ide yang bagus.” Daffa mengetukkan jarinya di meja dengan runtutan yang cepat. “Karena itu, aku harus minta maaf karena menolak permintaanmu.” Dia memandang William tanpa bergerak, seakan-akan dia tiba-tiba berubah menjadi patung.Namun, William tahu Daffa hanya menunggu dia merespons. Merasa gugup, William menelan ludah dan membuka mulutnya untuk dengan gemetar berkata, “Saya mengerti, Tuan Halim. Ini salah saya karena tidak memikirkan hal ini dengan baik-baik dan saya akan memperbaikinya.” Setelah mengatakan itu, William bergegas keluar dari ruangan secepat mungkin.Ketika keheningan menjatuhi ruangan itu lagi, Daffa mencondongkan badannya. Dia menyangga kepalanya dengan lengannya sambil membaca laporan yang baru saja William serahkan padanya.Dia terkejut melihat betapa ringkas dan mudah dipahaminya laporan itu. Untuk waktu yang lama, Daffa kira William tidak berguna. Namun, tampaknya dia keliru. Malah, laporan itu dibuat dengan sangat baik dan itu membua
“Kamu jelas-jelas tidak termasuk dalam kategori mana pun, jadi kurasa kamu harus memanggilku sebagai ‘Tuan Halim’ dan bukan yang lain.” Mata Daffa dingin.Benak Ansel menjadi kosong selama sesaat. Dia tidak tahu apa yang Daffa siratkan … atau mungkin dia tahu tapi menolak untuk berpikir lebih lanjut. Ansel tersenyum dengan getir, tahu kalau kata-kata Daffa masuk akal.Kalaupun Keluarga Bakti kacau balau, Ansel tetaplah ahli waris mereka satu-satunya—keberadaannya penting untuk keberlanjutan keluarganya, yang berarti dia tidak bisa mengikuti Daffa ke mana pun dia pergi, tidak seperti Alicia ataupun Erin. “Aku mengerti, Tuan Halim. Apakah ada lagi yang harus kulakukan atau konsekuensi yang harus kutanggung untuk terus bekerja bersamamu?”Daffa menyandarkan punggungnya dan meletakkan tangannya di sandaran tangan kursi. “Kita berasal dari almamater yang sama, jadi aku tidak meragukan kemampuanmu. Aku yakin kamu bisa membangun stasiun televisi terbesar di negara ini!”Kepala Ansel mendo
Ansel memejamkan matanya dengan putus asa. “Aku tahu aku telah melakukan kesalahan besar, tapi aku tidak mampu berpikir ketika aku membaca pesan yang mereka kirimkan padaku. Mereka memberi tahuku mereka ingin menjelajahi kemungkinan aku menikahi Puspa!”Dia berjongkok dan melingkarkan lengannya di sekitar kepalanya, dengan gemetar berkata, “Aku tahu aku seharusnya tidak pergi ke sana, tapi aku tidak dapat mengendalikan diriku sendiri.” Dia mendongak ke arah Daffa sambil menangis. “Itulah sebabnya aku mengkhianatimu—Keluarga Sanjaya setuju untuk menikahkan Puspa dengan aku.”Daffa duduk di belakang mejanya, terlihat dingin. “Kamu mengkhianatiku? Apa yang kamu katakan pada mereka? Apakah itu tentangku atau West Atlantics Int’l?”Ansel terlihat kebingungan selama sepersekian detik sebelum menggelengkan kepalanya dengan heboh. “Tidak, tidak! Aku tidak mengatakan apa-apa!” Suaranya menjadi kian kecil di penghujung kalimatnya dan dia tidak berani bertatapan dengan mata Daffa. Daffa menget
Daffa tahu panggilan telepon ini mungkin tidak akan memberikannya berita yang dia ingin dengar, tapi dia tetap menjawabnya. Di ujung telepon lainnya berisik. Beberapa detik kemudian, suara seorang pria yang mabuk terdengar.“Daffa, aku benar-benar tidak memahamimu. Kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini? Aku pernah menjadi seniormu, bukan? Bukankah kita bekerja bersama dengan baik? Bagaimana bisa kamu menghancurkan segalanya seperti itu? Aku tidak mau menerima ini!”Pria itu jelas-jelas kesulitan mengatakan kata-kata itu, tapi Daffa tetap tahu siapa dia. Daffa dengan dingin berkata, “Ansel, kamu minum-minum terlalu banyak.” Dia perlahan menyandarkan punggungnya dan memejamkan matanya untuk menyembunyikan kekecewaannya.Daffa sempat memiliki harapan yang tinggi untuk Ansel dan mengira Ansel adalah orang yang bisa berdiri di sisinya sebagai orang yang setara dalam waktu yang dekat, tapi Ansel telah mengkhianatinya. Malah, tampaknya Ansel belum menanggung konsekuensi yang besar atas
“Dia benar, Tuan. Anda sungguh ahli bela diri terbangkit paling luar biasa yang pernah saya temui. Saya tidak percaya Anda terpikirkan untuk menggunakan kekuatan jiwa Anda untuk membantu Anda bekerja! Saya yakin dunia akan bersukacita jika Anda menulis buku tentang cara-cara memanfaatkan kekuatan jiwa,” ujar Briana dengan antusias.Daffa tersenyum, tapi senyuman itu memudar. Dia tidak begitu senang ditatap oleh kedua wanita itu dengan penuh rasa kagum. Itu berarti mereka akan mulai berpikir yang tidak-tidak. Daffa mengangkat sebelah alisnya dan berkata, “Cukup. Kenapa kalian datang kemari?”Mereka berdua menegakkan tubuhnya dalam diam mendengar perkataan Daffa, membuat Daffa tersenyum. Ruangan itu terlalu gelap bagi Erin untuk melihat raut wajah Daffa, tapi itu bukan sebuah masalah bagi Briana. Alih-alih mengatakan sesuatu, Briana hanya memandang Daffa sambil tersenyum.Erin berkata, “Kami berpikir kita bisa meninggalkan Kota Almiron malam ini, tapi kami lupa untuk mempertimbangkan
Puspa tidak dapat memahami ini. Matanya memerah memikirkan keberadaan Universitas Praharsa dihapus bersih. Daffa sudah kembali tenang. Dia terlihat berpikir seraya dia mengetukkan jarinya di meja. Benaknya terlihat jelas sedang merencanakan sesuatu, jadi tidak ada yang mengatakan apa-apa untuk mengganggu jalan pikirnya.Mereka mengamati Daffa dalam diam, menunggu dia mencapai sebuah kesimpulan. Mengejutkan bagi mereka, Daffa memandang mereka sambil tersenyum alih-alih mengungkapkan sesuatu dan berkata, “Kalian tidak perlu berdiri di sana dan memandangku. Pergi dan uruslah urusan kalian.” Erin bergegas pergi mendengarnya.Daffa menoleh ke arah Puspa. “Terutama kamu. Jangan tergesa-gesa melakukan sesuatu. Kamu tidak akan bisa mengubah apa-apa.” Setelah itu, Daffa terdiam dan kembali fokus pada pekerjaannya lagi.Bibir Puspa berkedut. Pada akhirnya, dia berbalik dan perlahan berjalan ke luar kamar Daffa. Dalam perjalanannya ke luar, Puspa terus menoleh ke belakang, berharap akan menden
Puspa berdiri tepat di depan meja Daffa, tapi Daffa memperlakukan Puspa seakan-akan dia kasatmata. Puspa mengernyit dan mengepalkan tangannya, membuka mulutnya sebelum mengerutkannya lagi. Puspa tidak pernah merasa secanggung ini dan Daffa tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berbicara dengannya.Saat Puspa perlahan berjalan mundur untuk menyelinap ke luar ruangan, Daffa melihat ke arahnya. “Maaf, aku terlalu tenggelam dalam kontrak ini dan melupakan keberadaanmu. Kamu bisa duduk di sana. Erin akan segera kembali dengan sesuatu.”Daffa menatap Puspa dengan penuh perhatian, membuat Puspa merona dan benaknya berhenti bekerja. Mata Puspa tanpa dia sadari mengikuti tangan Daffa dan dia melayang ke arah yang Daffa tunjuk, duduk di sana dengan linglung. Daffa mengabaikan ini, hanya kembali memperhatikan komputernya.Pada saat ini, ponsel Daffa berbunyi. Tangannya masih berada di atas papan ketik saat dia melirik ke ponselnya. Matanya berbinar satu detik kemudian seraya dia tersenyum dan me
Daffa tersenyum melihat raut wajah cemas mereka dan mengetukkan buku jarinya ke meja. “Baiklah, aku hanya bercanda. Akulah yang masih perlu melakukan sesuatu. Aku belum sempat memiliki waktu untuk mengurus perusahaan akhir-akhir ini. Lihatlah semua dokumen yang menumpuk di sini.”Para bawahannya bersorak mendengar kata-kata Daffa dan Daffa menggelengkan kepalanya keheranan. Dia memperhatikan Erin berjalan sambil melompat ke luar ruangan, lalu melihat Puspa berdiri di pintu. Daffa bertanya, “Apakah ada yang telah terjadi?”Mata Puspa merah dan berkaca-kaca sebelum dia berbicara, membuat Daffa mengerutkan kening. Meskipun enggan mengesampingkan pekerjaannya, Daffa berdiri. Namun, Puspa menggelengkan kepalanya untuk menghentikannya dan dengan serak berkata, “Bukan apa-apa. K … kita hanya telah dikeluarkan dari kampus ….” Puspa tidak dapat melanjutkan kata-katanya.Alis Daffa berkerut. “Apa yang terjadi yang membuat kita pantas dikeluarkan?” Daffa mengepalkan tangannya erat-erat. Sekara
“Dia sangat mengkhawatirkan kalian berdua.” Daffa berjalan ke luar ruang rahasia itu dan menuju ke dalam lorong. Ketika dia tiba di lubang tempat dia memasuki lorong itu, dia melihat Liam perlahan merayap turun ke tanah—satu kakinya sudah mencapai tanah, sementara kakinya yang lain masih di udara.Daffa mengangkat sebelah alisnya melihatnya dan berkata, “Selamat sudah sampai di bawah, tapi maaf sekali kamu mungkin harus segera naik ke atas lagi.” Setelah itu, Daffa menyalurkan kekuatan jiwanya ke kakinya dan melayang ke atas.Liam melongo ke arahnya, tidak pernah melihat seseorang melayang tanpa dibantu sebelumnya. Beberapa saat kemudian, suara yang gembira dan terkejut terdengar di belakangnya, berseru, “Ayah!”Tidak ada lagi yang penting bagi Liam pada saat itu. Dia berbalik badan untuk melihat putri dan ayahnya berjalan ke arahnya.Ketika Daffa mendarat di tanah, dia menjulurkan kepalanya ke lubang itu untuk melihat apa yang sedang terjadi di sana. Dia berdeham untuk menarik per
Saat itu pukul 10 malam di gedung asrama putra kampus. Empat laki-laki sedang berbaring di kasur mereka, saling berbincang dan bersenang-senang. Tiba-tiba, pintu kamar mereka dibuka dan seseorang bergegas masuk.“Hei kalian! Coba lihat ini! Dilan Handoko sedang menembak Sarah Kusuma! Sedang ditayangkan di akun sekolah di Groove!” katanya, melambaikan ponsel di tangannya.Dengan segera, ketiga dari empat laki-laki yang sedang bersenang-senang itu menyerbu si pendatang dan duduk di sekitarnya, ingin tahu hasil dari ajakan tersebut.Alasan mereka penasaran itu sangat sederhana. Sarah Kusuma merupakan seseorang yang diakui sebagai salah satu wanita tercantik di kampus. Walaupun dia tidak masuk ke dalam lima besar dari daftar wanita cantik di kampus, dia masih termasuk dalam 10 besar.Dilan Handoko yang sedang menembak Sarah Kusuma cukup terkenal di seluruh kalangan Universitas Praharsa. Dia tinggi, tampan, dan yang paling penting sangat kaya. Dia lahir dari latar belakang yang kaya dan...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen