Share

Bab 8

Author: Benjamin
last update Last Updated: 2024-05-28 11:42:17
”Sudah waktunya bagimu, Daffa Halim, untuk meninggalkan kehidupanmu yang lama dan menerima posisimu sebagai pewaris Konsorsium Halim.”

Daffa kesulitan untuk memahami perkataan kakeknya itu. Dia masih belum selesai mencerna kenyataan tentang identitas kedua orang tuanya, tapi kakeknya malah melemparkan bom lain padanya. Dia bertanya-tanya berapa kali lagi dia harus merasa terkejut sebelum dia bisa istirahat.

“Pewaris Konsorsium Halim?” tanya Daffa.

“Iya, kamu adalah pewaris Konsorsium Halim,” jawab kakek Daffa.

Daffa terkejut sekali lagi. Sebagai mahasiswa Manajemen Bisnis, dia langsung memahami apa itu konsorsium. Dapat dikatakan bahwa siapa pun yang mengaku memiliki konsorsium adalah orang yang sangat kaya!

Apa itu konsorsium? Seseorang baru bisa dikatakan memiliki konsorsium jika dia memiliki lebih dari 50% saham di semua bisnis afiliasi yang terlibat!

Daffa menatap kakeknya dengan tatapan yang berbeda. Itu sudah cukup menjelaskan mengapa semua hal di sini sangat mewah dan kenapa pelayan kakeknya bisa mengendarai mobil semahal Rolls-Royce.

Namun, ada satu hal yang aneh dari perkataan kakeknya. Bahkan jika dia memang benar pewaris dari Konsorsium Halim, kenapa dia tidak pernah mendengar perusahaan apa pun yang menggunakan nama Halim? Walaupun dia miskin, bukan berarti dia tidak menyadari hal itu. Dia mengetahui banyak perusahaan ternama di dunia juga beberapa konsorsium terkemuka. Bahkan, ayah Dilan Handoko merupakan pemilik restoran bintang lima di daerahnya.

“Kakek, kamu bilang aku pewaris Konsorsium Halim?” tanya Daffa.

“Iya, benar,” jawab kakeknya.

“Namun, kenapa aku tidak pernah mendengar satu pun perusahaan yang menggunakan nama Halim? Sebagai mahasiswa Manajemen Bisnis, aku sudah melakukan banyak riset mengenai perusahaan-perusahaan terkemuka dan tidak pernah melihat perusahaan dengan nama Halim.”

Kakek itu menghela nafas ketika mendengar pertanyaan cucunya. Namun, dia tidak menyalahkannya. Itu sudah diduga, karena hanya pewaris dari Konsorsium Halim yang tahu kekuasaan dan kekayaan yang mereka atur.

Kakeknya tidak menjawab pertanyaannya. Dia malah berdiri dan berjalan ke arah meja mahoni tempat beberapa dokumen berserakan. Dia mengambil dua dokumen dan berjalan kembali ke kursi tempat dia duduk sebelumnya. Dia menyerahkan dokumen itu pada Daffa sebelum berbicara.

“Semua perusahaan yang terdaftar di sana merupakan bagian dari Konsorsium Halim. Aku memiliki lebih dari 90% saham di setiap perusahaan tersebut. Sebagai mahasiswa Manajemen Bisnis, kamu seharusnya mengenal kebanyakan, kalau tidak semua perusahaan itu.”

Daffa menatap kakeknya dengan singkat sebelum mengalihkan pandangannya ke dokumen di tangannya. Namun, belum satu detik berlalu, mulut Daffa langsung menganga.

Dia benar-benar terperangah!

Dia kira tidak akan ada lagi hal yang membuatnya terkejut, tapi yang sedang dia lihat sangat mengejutkannya.

Dalam dokumen tersebut, terdapat beberapa perusahaan ternama di seluruh dunia, dengan perusahaan yang paling rendah berada di peringkat ke-70 di seluruh dunia, dan keuntungan tahunan mereka.

PT Groove berada di peringkat ke-17 di seluruh dunia dengan keuntungan tahunan sebesar 4,5 kuadriliun rupiah!

Daffa tidak tahu platform siaran langsung tempat kencan makan malam mantan pacarnya dengan Dilan ditayangkan ternyata merupakan milik keluarganya.

PT Nix berada di peringkat tujuh di seluruh dunia dengan keuntungan tahunan sebesar sembilan kuadriliun rupiah! Itu dua kali lipat keuntungan yang PT Groove hasilkan!

Daffa mengetahui banyak hal mengenai PT Nix. Dia bahkan telah melakukan riset mengenainya di tahun kedua kuliahnya. Sebagai perusahaan terkemuka di bidang teknologi dan gawai elektrik, mereka merupakan perusahan global ternama. Peringkat mereka sudah menunjukkan kekayaan yang mereka hasilkan. Mereka juga merupakan perusahaan terkaya ke-10 di dunia, tapi dokumen ini mengatakan bahwa PT Nix juga merupakan bagian dari Konsorsium Halim!

Ada banyak bisnis ternama yang terdaftar di dokumen itu juga. Konsorsium Halim tidak hanya terdiri dari beberapa perusahaan.

Distrik-distrik kaya, toko-toko mewah yang diakui dunia, hotel-hotel bintang 10 bersertifikasi, serta beberapa tambang mineral dan sumur minyak, semuanya merupakan bagian dari Konsorsium Halim, dan Konsorsium Halim memiliki lebih dari 90% saham di masing-masing semua hal tersebut!

Daffa merasa kepalanya berputar ketika dia melihat keuntungan tahunan setiap bisnis yang terdaftar di dokumen tersebut. Yang benar saja, beberapa tambang minyak bahkan hampir menghasilkan 15 kuadriliun rupiah!

Daffa tiba-tiba berhenti melihat daftar tersebut. Dia berbalik pada kakeknya dan menanyakan pertanyaan yang sangat penting.

“Kakek, berapa kekayaan bersih dari Konsorsium Halim?”

Kakeknya tersenyum sebelum menjawab.

“Sudah lama sejak terakhir aku memeriksanya. Lagi pula, kekayaan bersihnya terus meningkat 10 kali lipat setiap harinya.”

Daffa mengangguk. Intinya, kakeknya mengatakan bahwa tidak ada gunanya menanyakan itu. Kekayaan mereka bisa dibilang tidak terbatas.

Kakek Daffa menyadari bahwa Daffa sudah selesai memeriksa dokumen yang dia berikan padanya. Dia berdeham dengan keras, menarik perhatian Daffa padanya. Ketika perhatian Daffa tertuju padanya, dia angkat bicara.

“Daffa, semua perusahaan itu sudah tidak lagi terdaftar dengan namaku.”

Mata Daffa terbelalak.

“Apa maksudnya itu, Kakek?” tanya Daffa gelisah.

“Tenanglah, Daffa. Semua perusahaan dan bisnis ini sebelumnya terdaftar dengan namaku, karena ayahmu yang seharusnya mewariskannya meninggal terlalu cepat. Sekarang, aku hanyalah seorang pria tua yang ingin beristirahat dan memerhatikan kesehatannya.”

Daffa terkejut sekali lagi.

“Apa maksudnya memerhatikan kesehatan? Kakek terlihat sangat sehat!”

Kakeknya menghela nafas lagi.

“Aku kelelahan, Daffa. Aku sudah menjadi kepala Konsorsium Halim selama lebih dari 40 tahun. Sekarang sudah waktunya bagimu untuk mengambil posisimu. Tidak ada alasan bagimu untuk mencoba mengubah pikiranku. Aku sudah memindahkan semua saham yang aku miliki di perusahaan-perusahaan itu dan mendaftarkannya di bawah namamu. Kamu sekarang memiliki 90% saham dari setiap perusahaan tersebut.”

Lidah Daffa seolah terikat. Semua hal ini terjadi begitu cepat. Namun, kakeknya terus berbicara.

“Aku tahu semua ini sangat tiba-tiba dan aku berharap aku bisa terus menjadi kepala sampai kamu siap menjadi kepala Konsorsium Halim, tapi kesehatanku melarangnya.”

Kakeknya bangkit dari kursi tempat dia duduk dan lanjut berbicara.

“Jangan khawatir. Aku sudah memberi tahu semua manajer dari bisnis-bisnis itu bahwa kamu adalah kepala baru dari Konsorsium Halim. Ketika kamu menyebutkan namamu pada mereka, mereka akan memperlakukanmu dengan hormat tertinggi.”

Daffa baru saja ingin angkat bicara, tapi kakeknya berbicara lebih dulu.

‘Daffa...’
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Jumadi Nurdin
susah bayarx, ini pspua
goodnovel comment avatar
Suherman Syah
saya gk bsa bayar critanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 9

    Daffa terbangun setelah tidur yang lama dan menyegarkan. Dia menghabiskan waktu yang banyak ketika mandi, mengagumi dekorasi kamar mandi yang mewah dan sangat indah, juga bak berendam yang cantik dan cermin yang tinggi. Setelah selesai mandi, dia mengenakan jubah mandi putih di sekujur tubuhnya dan berbaring di tempat tidur berukuran besar. Dia tidak dapat menikmati kelembutan tempat tidur karena dia sangat lelah. Dia tertidur beberapa detik kemudian, benar-benar kelelahan. Daffa bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Dia menarik tirai hitam yang mahal dan melihat ke luar jendela kamarnya. Untungnya hari ini adalah hari Sabtu, jadi tidak ada kuliah atau kelas yang diadakan di kampus. Daffa melihat keseluruhan rumah besar Halim dari jendelanya. Dia belum melihatnya dengan jelas di malam hari, tapi melihatnya sekarang mengingatkannya pada kekayaan yang dimiliki keluarganya. Daffa mengingat semua yang telah terjadi kemarin malam. Seluruh dunianya benar-benar berubah

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 10

    Daffa masih mengingat-ingat hubungannya dengan Sarah ketika kakeknya angkat bicara lagi.“Daffa, kamu belum punya mobil, ‘kan?” tanya kakeknya.Daffa tidak menjawab, tapi ujung mata-matanya berkedut marah. Tentu saja dia tidak memiliki mobil! Bagaimana bisa dia membeli sebuah mobil ketika dia semiskin tikus gereja?!Jauhar Halim tersenyum hangat ketika dia melihat alis cucunya berkedut. Itu mengingatkannya pada anaknya. Anaknya Tristan Halim juga selalu mengedutkan alisnya ketika dia merasa kesal.“Yah, itu sebuah masalah. Kamu harus hidup seperti seorang Halim sekarang. Bram, bawa dia ke garasi dan biarkan dia memilih dua mobil yang dia inginkan. Modifikasi mobilnya sesuai seleranya dan kirimkan padanya sesegera mungkin,” perintah Jauhar dengan berwibawa.“Baik, Tuan Jauhar,” jawab Bram, membungkukkan badannya. Dia berbalik ke Daffa yang mulutnya menganga seperti ikan yang kehabisan nafas sebelum berbicara.“Tuan Muda Halim, lewat sini.”Daffa menghela nafas. Dari menerima kart

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 11

    Ketika dia kembali ke kamarnya, dia berbaring di ranjang dan terus memikirkan perkataan Bram.Ketika dia membuka matanya, sudah hari Minggu malam. Daffa memeriksa jadwalnya dan memastikan bahwa walaupun dia tidak ada kelas di hari Senin, dia perlu kembali masuk kelas di hari Selasa. Artinya, dia tidak bisa tinggal lebih lama di rumah besar Halim dan waktunya di sini sudah habis.Selama akhir pekan, tidak hanya menerima kartu hitam dan dua mobil super baru, kakek Daffa, Jauhar Halim juga memberikannya ponsel baru. Itu adalah ponsel keluaran terbaru yang diproduksi oleh perusahaan teknologi terkemuka PT Nix. Ponsel itu berwarna hitam dan bertuliskan ‘H’ indah di belakangnya yang berwarna emas, bukti bahwa ponsel itu juga telah dikustomisasi.Kemudian, tidak hanya 150 triliun rupiah di kartu hitam itu, kakeknya juga telah mentransfer 75 triliun rupiah tambahan di rekening biasanya, yang berarti dia memiliki total saldo sebanyak 225 triliun rupiah.Akhir pekan yang penuh kejadian itu a

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 12

    Daffa terbangun keesokan harinya dengan perasaan bahagia. Dia tertidur lelap semalam. Fakta bahwa dia juga merupakan pria kaya raya juga ikut meningkatkan kebahagiaannya. Dia tidak perlu berusaha keras mendapatkan uang supaya dia bisa makan lagi. Dia melihat sekitar kamarnya dan mendapati bahwa teman-temannya sudah pergi ke kelas. Mereka berada di departemen yang berbeda dengannya, departemen Penyiaran dan Media, jadi mereka memiliki kelas hari ini.Daffa pun mandi dan menyegarkan dirinya sebelum memakai pakaian jeleknya. Perutnya yang berbunyi mengingatkannya bahwa dia lapar. Dia hampir pergi ke kantin kampus karena kebiasaannya, tapi memutuskan untuk tidak pergi ke sana. Dia sudah tidak miskin lagi sekarang. Setelah membeli baju baru, dia akan makan di Hotel Sky Golden.Daffa menaiki taksi ke mal terbesar di daerah sana, daerah tempat ayah Dilan Handoko memiliki sebuah restoran. Daerah tersebut merupakan daerah yang terkenal karena terdapat beberapa bisnis dan perusahaan terkemuka

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 13

    Sarah dan Dilan di sisi lain juga sama terkejutnya seperti Daffa. Mereka tidak menyangka akan bertemu seseorang seperti Daffa di tempat seperti ini.Dilan Handoko sedang membawa Sarah jalan-jalan untuk memanjakannya dengan hadiah-hadiah mewah. Dia sudah membelikannya untuknya dan ingin membelikan beberapa baju lagi sebelum mengakhiri harinya. Namun, tidak disangka mereka malah bertemu dengan Daffa di sini. Perlahan, ekspresi terkejut pada wajah Sarah mulai berubah menjadi amarah. Dia langsung merasa jengkel ketika melihat Daffa.Dilan juga langsung dipenuhi amarah ketika melihat Daffa. Dia tidak akan pernah melupakan penghinaan yang Daffa sebabkan di malam ketika dia menembak Sarah. Dia telah benar-benar menghancurkan kesan populernya yang telah dia bangun. Sejak malam itu, dia selalu membenci Daffa. Dia telah berjanji akan menangani Daffa, tapi Daffa tidak bisa ditemukan sejak malam itu. Siapa sangka dia akhirnya malah bertemu dengannya di sini?“Apa yang kamu lakukan di sini?” tan

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 14

    Semua orang menunggu-nunggu mesin pemindai tersebut berubah menjadi hijau, yang berarti Daffa telah benar membayar pakaiannya. Namun, bukan itu yang terjadi. Warnanya malah berubah menjadi merah, yang hanya berarti satu hal.‘Transaksi Anda gagal.’Sarah dan Dilan tertawa terbahak-bahak ketika mereka mendengar suara tersebut setelah mesinnya berubah menjadi merah. Ternyata mereka benar. Daffa hanya berpura-pura menjadi orang kaya. Dia hanya datang ke sini untuk membuang-buang waktu mereka. Mereka benar. Daffa tidak mungkin bisa membayar pakaian seharga 9,15 miliar rupiah. Mereka benar-benar berkhayal ketika sesaat memercayai bahwa dia bisa membayarnya.Dana, pramuniaga yang membantu Daffa memilih pakaian-pakaiannya sangat sedih dan kecewa. Dia pikir kepercayaan diri yang Daffa tunjukkan ketika dia menawarkan untuk membayar pakaiannya berarti dia benar-benar bisa membayarnya. Ternyata itu semua hanya kebohongan.Beberapa orang yang berkumpul untuk menonton drama itu mulai bergosip d

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 15

    ”Ini! Dari mana kamu mendapatkannya?” tanya Gary dengan nada yang rendah dan kebingungan. Dia benar-benar terkejut.“Apakah ada masalah?” tanya Daffa, sedikit mengernyit.Sarah dan Dilan, juga Dana dan pengamat lainnya kebingungan melihat perubahan sikap Gary yang tiba-tiba. Mereka sudah yakin sekali dia akan mengusir Daffa keluar setelah mengungkap bahwa dia adalah pembohong dan hanya berpura-pura, tapi bukan itu yang terjadi.Gary tidak bisa menahan diri untuk memperhatikan Daffa dari kepala hingga ujung kakinya, tapi tetap menggelengkan kepalanya. Dia sudah menjadi manajer dari toko ini selama beberapa tahun, jadi tentu saja mudah baginya untuk mengenali bahwa kartu tersebut bukanlah kartu biasa.Sekilas, dia bisa tahu kalau kartu itu adalah kartu yang dikustomisasi dan dibuat secara eksklusif untuk kepala dari perusahaan atau bisnis terkemuka. Namun, penampilan pria di depannya ini tidak sesuai dengan bayangannya. Dia benar-benar tidak terlihat seperti seseorang yang memiliki k

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 16

    Daffa melangkah keluar toko dengan bahagia. Dia merasa puas sekali setelah kejadian kecil yang terjadi di toko itu. Dia berjalan beberapa menit dengan tas-tas belanja di tangannya sebelum berhenti.Perut Daffa keroncongan, mengingatkan dia bahwa dia belum makan apa pun. Dia ingin makan di Hotel Sky Golden, tapi dia membawa banyak tas belanja. Membawa-bawa semua tas belanja itu ke hotel akan merepotkan. Lagi pula, dia harus mengganti pakaiannya atau bisa-bisa dia tidak diperbolehkan masuk.Daffa memanggil taksi dan menaikinya. Dia memutuskan untuk menaruh pakaian-pakaian barunya dulu di asrama sebelum pergi ke hotel untuk makan.Tidak ada kejadian menarik selama perjalanan pulangnya. Selain beberapa lirikan dan gosip dari mahasiswa lainnya, tidak ada yang berbeda dari biasanya. Dia memasuki kamar asramanya dan mendapati ruangan itu masih kosong. Walaupun sudah dua jam berlalu sejak dia pergi ke mal, teman-temannya belum pulang dari kampus.Daffa meletakkan tas-tas belanja dengan rap

    Last Updated : 2024-05-28

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 458

    Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa bisa dengan mudah mendeteksi bahwa dia adalah alasan di balik kemarahan petugas tersebut. Tampaknya, situasinya berjalan seperti yang Daffa duga.Tangan petugas tersebut terkepal seraya dia memelototi Daffa dengan tatapan membunuh. “Dasar menjijikkan, bertingkah sok suci padahal kamulah pembunuh sebenarnya dalam situasi ini! Kematian pria miskin yang kekayaannya kamu curi itu adalah salahmu! Namun, itu tetap belum membuatmu puas. Kamu bahkan menyuruh bawahanmu untuk mengusik pelayan malang yang bekerja untuk mendiang Rafael! Lantas kenapa jika ada konflik di antara kamu dan Rafael dan Rafael tidak sepenuhnya tidak bersalah? Dalam hal ini, pelayan itu, bawahannya, tidak bersalah!”Daffa mengernyit, menghela napas dalam-dalam setelah mengetahui bahwa itulah kenapa petugas tersebut mencoba memukulnya tadi. Daffa mengumpulkan seluruh kesabarannya yang tersisa untuk bertanya, “Apakah kamu tidak mendengar apa kata petugas yang memimpin kasus ini? Ba

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 457

    Daffa menatap Umar dengan terkejut. “Aku tidak menduga kamu akan membuka pintunya. Namun, jika aku adalah kamu, aku akan pergi ke tempat kejadian perkara untuk mengumpulkan bukti sebelum seseorang bisa menghancurkannya.”Dengan bibir yang berkedut, Umar merasa Daffa aneh dan bertanya-tanya apa yang sedang dia rencanakan. Umar selalu berpikir dia adalah orang yang pintar dan bisa membaca isi pikiran banyak kriminal. Namun, pada saat itu, dia menyadari bahwa dia telah menilai dirinya terlalu tinggi selama bertahun-tahun. Dia tidak bisa membaca isi pikiran Daffa.Namun, mungkin itu karena para kriminal yang telah Umar tangani sebelumnya memiliki pola pikir yang sederhana, sementara Daffa adalah orang pertama yang kompeten dan cerdas yang pernah Umar temui. Beberapa menit berlalu seraya dia larut dalam kebingungannya.Pada akhirnya, Daffa tidak tahan dengan keheningan itu lebih lama. Dia mengulurkan kakinya ke luar mobil, tapi dia tidak menggerakkan tubuh bagian atasnya. Kemudian, Daffa

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 456

    Rafael mencondongkan badannya ke arah Daffa, matanya berbinar dengan antisipasi.Sayangnya, paruh kedua perkataan Daffa langsung mengecewakannya. “Aku telah memberimu banyak kesempatan, tapi kamu tidak memanfaatkannya. Bukan hanya itu, kamu membuang-buang pemakluman dan pengampunanku dengan menghubungi orang-orang yang dapat membunuhku ketika aku memberimu waktu untuk menyelidiki pasar.”Dia dengan pelan mengetuk meja dan menambahkan, “Satu-satunya alasan kamu memohon ampun padaku sekarang adalah karena tidak ada orang yang bersedia membantumu. Orang-orang itu sudah mati sekarang.”Rafael menatap Daffa dengan mata yang bergetar saat itu juga. Dia kira dia sudah menyembunyikan rencananya dengan baik, tapi sayangnya, Daffa sudah menyadari hal itu selama ini. Membuka bibirnya, dia ingin mengatakan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya, tapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.Kedua orang itu duduk dalam keheningan selama cukup lama. Hal itu terus berlanjut hingga Daffa

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 455

    Sambil mengatakannya, Tegar menatap Ansel dengan sengaja. Dia tidak menyangka Daffa akan mengangkat sebelah alisnya dan terkekeh mendengar perkataannya. Itu adalah pertama kalinya Daffa tertawa sejak Tegar mulai bekerja untuknya.Namun, melihat Daffa yang sungguh terhibur membuat Tegar lebih cemas. Dia bertanya-tanya apakah dia tidak sengaja mengatakan sesuatu yang salah. Menelan ludah, dia menjelaskan dengan suara kecil, “Saya rasa saya mungkin lebih kuat dari Ansel dalam hal kekuatan bertarung.”Tidak ada yang berubah dari wajah Daffa. Malah, senyumnya makin lebar seraya dia mengangguk mendengar perbandingan Tegar. “Itu mungkin benar. Mungkin kamu bisa bicara dari hati ke hati dengan Ansel saat kita turun dari mobil ini.”Saat itulah kepala Ansel menoleh ke samping seraya dia mengamati setiap bagian dari Tegar, menelitinya. Sebenarnya, Ansel memiliki keahlian bela diri, tapi dia selalu merasa kemampuan bela dirinya biasa-biasa saja.Namun, setelah melihat reaksi Daffa saat ini, A

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 454

    “Kamu terlihat lemah. Kurasa sebaiknya kamu berbalik dan kabur sekarang. Kalau tidak, aku tidak bisa menjamin apakah kamu akan terluka atau tidak,” kata salah satu pria bertato dengan tangan yang diletakkan di pinggangnya. Dia dan rekan-rekannya menjulurkan dagu mereka dengan arogan pada Briana, mencibirnya seolah-olah Briana hanyalah sebuah hiburan.Namun, di lubuk hati mereka, mereka tidak sabar melihat apa yang dapat dilakukan seorang gadis lemah dalam sebuah pertarungan dan mengira Briana adalah lawan yang mudah untuk dikalahkan. Meskipun tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Briana, citra para pria itu terhadapnya lenyap dan wajah mereka berubah ketakutan.Itu karena Briana telah melakukan tindakan pertamanya, menyegarkan ingatan mereka tentang apa yang terjadi sebelumnya ketika Briana menghilang begitu saja dan muncul kembali untuk membunuh seseorang. Seperti sebelumnya, dia bergerak hampir 35 meter melintasi lobi sebelum para pria itu bisa berkedip.Selain itu, ta

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 453

    “Aku ingin Daffa mati dan dia mengetahuinya. Maka, tidak peduli apakah aku benar-benar melakukan sesuatu, Daffa akan melakukan segala hal yang dapat dia lakukan untuk membuat masalah denganku. Jika itu terjadi, aku akan mati, jadi lebih baik aku bertemu dengannya sekarang dan mengambil tindakan sendiri.”Berpikir begitu, Rafael mengepalkan tangannya erat-erat, memejamkan matanya, dan menenangkan napasnya yang berpacu.…Di hotel, reaksi Daffa berbeda. Dia benar-benar santai setelah menjawab pesan itu. Dia duduk di sofa, menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain, dan dengan santai menyesap kopinya. Melirik pintu kamar hotelnya, dia tahu ada empat orang yang sedang menunggu untuk menemuinya, jadi dia mengumumkan, “Masuklah.”Keempat orang itu pun berbaris dengan rapi di hadapannya dan Daffa menatap kedua orang yang berdiri di tengah. Yang satu adalah seniornya di kampus, sementara yang satu lagi adalah pengikut barunya dengan lengan yang bertato. Dia menatap orang kedua saat itu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 452

    Daffa terus tersenyum ketika berbicara, tapi entah kenapa, itu membuat semua orang bergidik. Meskipun demikian, Daffa tidak memperbolehkan siapa pun untuk menyuarakan pendapat mereka. Sambil mengangkat bahu, dia menambahkan, “Kalian akan mati dengan cara yang paling mengenaskan jika kalian menjadi musuhku. Ketika itu terjadi, meskipun aku sangat tidak menginginkan hal itu, aku tidak memiliki pilihan lain selain menghabisi kalian.”Para pria itu ragu-ragu selama sesaat. Mereka menatap satu sama lain, menilai apa yang semua orang pikirkan sebelum memfokuskan kembali perhatian mereka kepada Daffa. Menelan ludah, salah satu dari mereka dengan berhati-hati memeriksa reaksi Daffa dengan mengatakan, “Apakah itu berarti kamu akan mengakhiri hidup kami sesuka hatimu, kapan saja di masa depan, selama kamu merasa itu beralasan?”Meskipun Daffa sudah membunuh seseorang dalam sekejap sebelumnya—belum lagi, pria itu mati dengan mengenaskan—kelima puluh orang yang tersisa itu masih mempertanyakan D

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 451

    “Wajar saja berasumsi kalau orang yang lemah mungkin akan menjadi petarung yang sedikit lebih baik hanya karena mereka sekarang bekerja di dekatku sebagai bawahanku. Namun, apakah tidak ada dari kalian yang mempertimbangkan ini—mengingat keterampilan dan kemampuan bela diriku yang superior, mana mungkin bawahanku adalah orang biasa? Tentunya bawahanku hanyalah yang terbaik dari yang terbaik dan selalu unggul dalam beberapa aspek dibandingkan masyarakat umum,” ujar Daffa.Semua orang yang berdiri di hadapan Daffa membelalakkan mata mereka menyadarinya. Potongan-potongan itu saling terhubung di kepala mereka. Di saat yang bersamaan, napas mereka menjadi lebih berat karena mereka tidak bisa menyangkal perkataan Daffa.Terlebih lagi, Daffa benar. Mereka tidak mempertimbangkan kemungkinan bahwa bawahannya adalah sosok yang luar biasa sepertinya.Meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya, Daffa merasa kesabarannya menipis, jadi dia berbicara dengan nada yang lebih dingin. “Aku yakin

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 450

    Pria itu dengan berani mengangkat kepalanya, menatap Daffa dengan penuh harap.Setelahnya, Daffa menundukkan kepalanya untuk menatap pria itu selama beberapa waktu sebelum mengangguk. “Aku bisa mengizinkannya.”Pria itu seketika menjadi tenang, menghela napas lega dalam-dalam sementara seluruh tubuh bagian atasnya terkulai ke depan. Dahinya tidak lama menyentuh lantai dan dia tidak berani berbicara apa-apa lagi setelahnya. Namun, tubuhnya sekarang menghalangi jalan Daffa.Hal itu membuat Daffa menaikkan sebelah alisnya sebelum mengangkat kakinya ke atas pria itu.Semua orang seketika menahan napas mereka. Kekejutan bahkan menyelimuti mata mereka seraya kerumunan itu sama-sama berpikir, “Daffa sudah menyetujui pria itu untuk melayaninya. Apakah dia menarik kembali kata-katanya? Apakah dia akan membunuh pria itu sekarang?”Mengecewakan bagi mereka, hal itu tidak terjadi. Daffa hanya dengan tenang melangkahi pria itu yang baru menyadari apa yang telah terjadi ketika Daffa angkat bica

DMCA.com Protection Status