Share

Bab 14

Author: Benjamin
Semua orang menunggu-nunggu mesin pemindai tersebut berubah menjadi hijau, yang berarti Daffa telah benar membayar pakaiannya. Namun, bukan itu yang terjadi. Warnanya malah berubah menjadi merah, yang hanya berarti satu hal.

‘Transaksi Anda gagal.’

Sarah dan Dilan tertawa terbahak-bahak ketika mereka mendengar suara tersebut setelah mesinnya berubah menjadi merah. Ternyata mereka benar. Daffa hanya berpura-pura menjadi orang kaya. Dia hanya datang ke sini untuk membuang-buang waktu mereka. Mereka benar. Daffa tidak mungkin bisa membayar pakaian seharga 9,15 miliar rupiah. Mereka benar-benar berkhayal ketika sesaat memercayai bahwa dia bisa membayarnya.

Dana, pramuniaga yang membantu Daffa memilih pakaian-pakaiannya sangat sedih dan kecewa. Dia pikir kepercayaan diri yang Daffa tunjukkan ketika dia menawarkan untuk membayar pakaiannya berarti dia benar-benar bisa membayarnya. Ternyata itu semua hanya kebohongan.

Beberapa orang yang berkumpul untuk menonton drama itu mulai bergosip dengan lantang.

“Wah, bisakah kamu memercayainya? Dia benar-benar memilih beberapa pakaian seharga 9,15 miliar rupiah padahal dia tidak bisa membayarnya.”

“Iya, ‘kan? Aku tidak pernah melihat seseorang setidak tahu malu itu sebelumnya.”

“Apakah dia tidak merasa bersalah? Ternyata dia ke sini hanya bermain-main dengan para staf di sini.”

“Dari awal kenapa dia diperbolehkan masuk ke sini? Memangnya satpamnya tidak melihat pakaiannya? Mereka seharusnya lebih memerhatikan hal-hal seperti ini.”

Sarah dan Dilan bersungut-sungut ketika mereka mendengar komentar-komentar menghina yang ditujukan kepada Daffa. Sarah merasa sangat girang dengan drama di hadapannya. Dia sangat senang melihat Daffa terus-terusan dihina oleh banyak orang.

Sementara itu, Daffa sangat terkejut. Dia tahu betul ada 150 triliun rupiah di dalam kartu itu, karena kakeknya tidak mungkin berbohong padanya, tapi kenapa dia tidak bisa membayar pakaiannya?

Daffa melihat ke sekitar dan menyadari orang-orang sedang membuat komentar menghina kepadanya. Dia menghela nafas. Dia berpikir untuk membayar pakaiannya dengan mentransfer uangnya dengan ponselnya, tapi membatalkannya. Dari yang bisa dia lihat, orang-orang di sini sudah mantap ingin menghinanya. Mereka tidak akan percaya dia mampu membayar pakaiannya.

Sarah, sudah puas menertawakan situasi Daffa, angkat bicara lagi. Kali ini, ada senyum lebar di wajahnya.

“Lihat? Sudah kubilang dia itu miskin. Dia hanya berpura-pura kaya. Membayar pakaian seharga 9,15 miliar rupiah? Yang benar saja! Dia hanya ingin bermain-main denganmu. Sebaiknya kamu mengusirnya keluar sekarang, kalau tidak beberapa pakaian ini mungkin saja benar-benar akan hilang.”

Pramuniaga itu telah memandang Daffa dengan berbeda. Dia kira Daffa merupakan pelanggan sungguhan, tapi ternyata dia hanya datang untuk menghabiskan waktu mereka. Sebagai seseorang yang telah melayaninya, tentu dia yang merasa paling marah pada Daffa.

“Tuan, sebaiknya Anda pergi. Anda tidak bisa membayar pakaian-pakaian ini, jadi saya akan mengembalikannya,” kata Dana.

Daffa tidak rela. Dia mengerti sikap yang Dana tunjukkan padanya sekarang. Siapa yang tidak marah jika seseorang datang ke tokonya dan memilih-milih banyak barang tapi malah tidak bisa membayarnya? Setidaknya Daffa tahu dia juga akan marah jika dia di posisi Dana.

“Tunggu dulu. Pindai kartunya lagi. Sudah kubilang aku bisa membayarnya,” pinta Daffa. Dia tidak ingin niatannya disalahpahami oleh Dana.

“Oh, tolonglah. Sudah jelas itu adalah kartu palsu yang isinya kosong. Jangan biarkan dia membuang-buang waktumu lagi,” timpal Sarah, sangat menikmati momen ini.

Daffa mengabaikan Sarah dan berbicara pada Dana untuk memindai kartunya lagi. Namun, Dana tidak mau melakukannya.

“Tuan, mohon keluar dari toko ini sekarang. Jika Anda terus mengganggu jam kerja kami, saya tidak memiliki pilihan lain selain memanggil satpam,” ujar Dana dengan tegas. Dia mulai merasa jijik dengan ketidakmaluan Daffa.

Daffa baru saja ingin menjawab ketika suara yang lantang menggema di toko itu dan seorang pria tinggi muncul.

“Apa yang terjadi di sini?” tanya pria tersebut dengan nada yang berwibawa.

Semua orang langsung menghadap pria itu. Pria itu berpakaian dengan rapi, mengenakan setelan Louis Vuitton langka seharga lebih dari 1,05 miliar rupiah, yang berarti orang tersebut bukanlah orang biasa. Dia terlihat berumur akhir 30-an dan terlihat cukup tampan. Dia berjalan perlahan sampai dia tiba di tempat orang-orang berkumpul sebelum bertanya lagi.

“Aku bertanya. Apa yang terjadi di sini?” Pria itu mengulang pertanyaannya, menatap staf yang ada di sana.

“Manajer Gary!” Dana dan staf yang lainnya berseru seraya membungkuk dengan dalam.

Pria yang hadir itu tidak lain adalah manajer dari toko Louis Vuitton. Dia jarang memunculkan kehadirannya kecuali ada orang penting yang hadir, jadi kehadirannya di sini mengejutkan semua orang yang ada di sini. Namun, dia telah mendengar keributan dari ruang kerjanya dan memutuskan untuk turun untuk melihat permasalahannya.

“Selamat siang, Tuan Gary. Saya Dilan Handoko, anak dari Jordan Handoko,” ujar Dilan, mengenalkan dirinya pada manajer itu. Dia tahu manajer dari toko ini juga merupakan orang hebat, karena ini bukanlah satu-satunya toko yang dia atur, jadi dia ingin berada di sisi baiknya.

Manajer menjawab sapaan Dilan dengan singkat, lalu kembali berbicara.

“Kalian semua tidak punya mulut? Aku bertanya apa yang sedang terjadi di sini!” seru manajer itu.

“Bukan apa-apa, Tuan Gary,” jawab Dilan. “Orang miskin ini datang ke sini mengaku bisa membayar pakaian seharga 9,15 miliar rupiah. Padahal, dia sendiri tidak bisa membeli makanan seharga 1,5 juta rupiah.”

Gary mengerutkan alis ketika dia mendengar penjelasan Dilan. Ada seseorang yang cukup berani berpura-pura seperti itu ketika dia ada di sekitar sana?

Dia mengalihkan pandangannya pada Daffa dan menatapnya dengan tatapan yang mengintimidasi.

“Apakah itu benar?” tanyanya dengan tegas. Jika pria itu benar-benar datang ke sini hanya untuk berpura-pura, dia akan memastikan pria itu tidak bisa keluar dari toko ini dengan baik-baik.

Namun, Daffa tidak terpengaruh ketika dia melihat tatapan manajer yang mengintimidasi itu. Dia hanya menyerahkan kartu hitam yang diberikan oleh kakeknya dan berkata.

“Sepertinya ada yang salah dengan mesinnya,” ucap Daffa dengan berani. Walaupun dia memohon-mohon pada Dana, dia tidak akan membiarkan orang luar meremehkannya, tidak peduli siapa pun itu.

“Oh?” gumam manajer itu, alisnya mengernyit. Namun, matanya terbelalak terkejut setelah dia memegang kartu hitam dari Daffa dan memeriksanya dengan saksama.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Mbah Surep
gimana buka kunci ny
goodnovel comment avatar
Mohamad Sauji
pakai iklan aja min
goodnovel comment avatar
Kopi Secangkir
gimana cara nya buka kuncinya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 15

    ”Ini! Dari mana kamu mendapatkannya?” tanya Gary dengan nada yang rendah dan kebingungan. Dia benar-benar terkejut.“Apakah ada masalah?” tanya Daffa, sedikit mengernyit.Sarah dan Dilan, juga Dana dan pengamat lainnya kebingungan melihat perubahan sikap Gary yang tiba-tiba. Mereka sudah yakin sekali dia akan mengusir Daffa keluar setelah mengungkap bahwa dia adalah pembohong dan hanya berpura-pura, tapi bukan itu yang terjadi.Gary tidak bisa menahan diri untuk memperhatikan Daffa dari kepala hingga ujung kakinya, tapi tetap menggelengkan kepalanya. Dia sudah menjadi manajer dari toko ini selama beberapa tahun, jadi tentu saja mudah baginya untuk mengenali bahwa kartu tersebut bukanlah kartu biasa.Sekilas, dia bisa tahu kalau kartu itu adalah kartu yang dikustomisasi dan dibuat secara eksklusif untuk kepala dari perusahaan atau bisnis terkemuka. Namun, penampilan pria di depannya ini tidak sesuai dengan bayangannya. Dia benar-benar tidak terlihat seperti seseorang yang memiliki k

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 16

    Daffa melangkah keluar toko dengan bahagia. Dia merasa puas sekali setelah kejadian kecil yang terjadi di toko itu. Dia berjalan beberapa menit dengan tas-tas belanja di tangannya sebelum berhenti.Perut Daffa keroncongan, mengingatkan dia bahwa dia belum makan apa pun. Dia ingin makan di Hotel Sky Golden, tapi dia membawa banyak tas belanja. Membawa-bawa semua tas belanja itu ke hotel akan merepotkan. Lagi pula, dia harus mengganti pakaiannya atau bisa-bisa dia tidak diperbolehkan masuk.Daffa memanggil taksi dan menaikinya. Dia memutuskan untuk menaruh pakaian-pakaian barunya dulu di asrama sebelum pergi ke hotel untuk makan.Tidak ada kejadian menarik selama perjalanan pulangnya. Selain beberapa lirikan dan gosip dari mahasiswa lainnya, tidak ada yang berbeda dari biasanya. Dia memasuki kamar asramanya dan mendapati ruangan itu masih kosong. Walaupun sudah dua jam berlalu sejak dia pergi ke mal, teman-temannya belum pulang dari kampus.Daffa meletakkan tas-tas belanja dengan rap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 17

    Tiga wanita cantik yang memasuki tempat itu terlihat sangat familier bagi Daffa, terutama wanita yang di tengah, yang membuatnya bertanya-tanya di mana dia pernah bertemu dengannya sebelumnya. Dia masih menatap wanita itu lekat-lekat ketika wanita itu menyadari seseorang sedang menatapnya.Dia menyadari seseorang sedang menatapnya, tapi dia mengabaikannya karena dia memang sangat menawan, tapi ketika dia melihat Daffa, dia mengenali wajahnya, tapi tidak ingat di mana pernah bertemu dengannya.Melihat mejanya yang dipenuhi makanan mewah sekilas saja menunjukkan bahwa orang itu mungkin sangat kaya, karena untuk bisa makan disini memerlukan kartu keanggotaan. Yang paling murah saja harganya 1,5 miliar rupiah yang berarti dia setidaknya memiliki 1,5 miliar untuk dihambur-hamburkan pada makanan.“Jihan, sedang melihat apa? Ayo.” Hera, salah satu wanita yang menemaninya angkat bicara.Jihan mengangguk pelan dan berusaha merekam wajah Daffa di benaknya sebelum pergi. Karena dia lahir di k

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 18

    Lelaki itu menatap Daffa dengan ekspresi murka. Dia tidak percaya keberuntungannya saat itu.Pertama, wanita jalang tak bernama telah menginjak sepatunya dan ketika dia sedang memberinya pelajaran, orang bodoh lainnya datang untuk bersikap bak pahlawan. Apakah dia cari mati?Dia ingin menepis genggaman tangan orang asing itu, tapi genggamannya terlalu kuat.“Aku tidak tahu kamu siapa, tapi aku sarankan kamu melepaskan tanganku sekarang juga. Kalau tidak, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu,” kata lelaki itu dengan marah.Orang-orang di kerumunan itu menyaksikan kejadian itu dengan nafas yang tertahan. Mereka mengira perempuan itu akan dihabisi oleh lelaki itu karena telah menyinggungnya, tapi mereka tidak menyangka akan ada orang lain yang maju untuk menolong wanita itu.Perempuan itu pun merasa terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka seseorang akan membelanya. Dia mengira dia sudah tamat, tapi sepertinya sekarang tidak akan begitu.“Aku tidak akan melepaskannya kecuali kamu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 19

    Lelaki itu menatap Daffa selama beberapa saat sebelum tertawa terbahak-bahak. Daffa terdiam saja menatap lelaki itu tertawa selama beberapa detik. Ketika lelaki itu selesai tertawa, dia mengusap air mata bohongan dari ujung matanya sebelum berbicara.“Apa? Kamu ingin membayarkan sepatunya?” tanya lelaki itu.Daffa diam saja dan hanya menatap lelaki itu, menunjukkan seberapa seriusnya dia.“Kamu pasti bercanda. Bagaimana bisa kamu membayarkan sepatunya sementara kamu saja tidak bisa membeli sepatu yang bagus?” tanya lelaki itu dengan nada yang menghina.Semua orang langsung mengalihkan pandangan mereka pada sepatu Daffa. Ketika mereka melihat sepatunya yang lusuh, bisikan dan gosip meledak lagi.“Dia menanyakan harga sepatu koleksi edisi terbatas sementara dia sendiri tidak bisa membeli sepatu bagus?”“Aku tidak bisa percaya. Keangkuhan macam apa itu?”“Dia pasti ingin membuat perempuan itu terpesona. Lagi pula, lihatlah bajunya, sederhana sekali.”Perempuan yang menginjak sepat

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 20

    Dia berbalik dan mendapati perempuan yang telah dia selamatkan.Dia memperhatikan perempuan itu lebih seksama dan merasa bahwa dia sangat cantik. Badannya tinggi, walaupun tidak setinggi dia, mungkin sekitar 180cm, dengan kulit cerah dan rambut hitam legam. Dia juga memiliki perawakan bak jam pasir yang sedikit tertutupi pakaiannya yang jelek.Perempuan itu menatap Daffa balik, lalu kembali menatap kakinya. Dia terlalu takut untuk angkat bicara, tapi dia tidak ingin membiarkan Daffa pergi begitu saja. Dia telah membayarkan uang sebanyak 9,15 miliar rupiah demi dirinya. Walaupun baginya itu tampaknya seperti bukan apa-apa karena seberapa kayanya dia, baginya itu adalah sesuatu yang sangat mengharukan.Setelah gelisah selama beberapa saat, dia akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.“Halo,” gumamnya, suaranya sangat lembut.Daffa tidak menjawab dan terus memandanginya, menunggunya untuk lanjut berbicara. Ketika dia melihat Daffa tidak menjawabnya, dia akhirnya kembali memberanik

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 21

    Daffa bangun keesokan harinya lebih pagi daripada teman-temannya. Seperti yang dia kira, mereka sehabis pergi dari klub malam dan pulang ketika hari sudah sangat larut. Itu bukan bagian yang terburuk. Bukan hanya pulang sangat larut, tapi mereka juga pulang dengan keadaan mabuk berat. Sepertinya mereka tidak ada kelas hari ini, karena itu mereka bisa tidur seperti itu dengan santai.Daffa bergegas mandi dan memakai baju dan sepatu barunya. Dia sekarang terlihat benar-benar berbeda dengan dirinya yang dulu ketika dia menghadiri kelas-kelas. Dia melirik teman-temannya sebelum menggelengkan kepalanya dan meninggalkan kamarnya.Daffa belum punya mobil, dia memutuskan untuk jalan ke tempat perkuliahannya. Selama dia berjalan, beberapa mobil mahal melewati dia termasuk Ferrari, Audi, Mercedes, dan beberapa sedan ramping. Dia tidak menggubrisnya. Sekarang dia sudah punya dua mobil super. Yang dia perlu lakukan hanyalah menunggu Bram mengirimkannya, lalu dia akan mengendarai mobil mahalnya u

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 22

    Karena semua orang tahu bahwa pesta amal selalu dilakukan dengan cara yang sama, mereka semua tertarik untuk mempelajari ada perubahan baru apa pada metode yang lama.“Aku tidak akan menghabiskan waktu kalian untuk ini karena aku yakin kalian semua penasaran,” kata profesor itu ketika dia menyadari tatapan penasaran para mahasiswanya.“Pesta amal tahun ini akan menjadi acara gabungan Universitas Praharsa, Universitas Andhira, dan Universitas Abinawa.”Pesta amal akan menjadi acara gabungan Universitas Praharsa, Universitas Andhira, dan Universitas Abinawa?Semua orang terkesiap ketika mereka mendengar pemberitahuan dari profesor itu.Tiga universitas yang bekerja sama untuk acara itu semuanya merupakan universitas ternama di daerah itu. Mereka semua memiliki mahasiswa terbaik di universitas mereka dan tentu saja sebagian besar dari mahasiswa mereka dari keluarga orang kaya.Daffa merengut ketika dia mendengar berita ini. Dia masih belum bisa melupakan kejadian yang terjadi di pes

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 656

    “Orang yang membawakan petinya bilang mereka adalah hadiah darimu dan menyuruhku membukanya ketika kami dalam bahaya. Aku tidak berniat membukanya, tapi aku tidak sengaja tersandung salah satunya ketika sedang mengambil hal lain. Barulah saat itu aku menyadari bahwa ada orang di dalam peti-peti ini!”Napas Teivel menjadi lebih cepat. Jauhar menyadarinya dan dia terdiam, menatap Teivel dengan gugup. “Kamu tidak terlihat baik-baik saja sekarang dan itu membuatku cemas. Aku juga ada beberapa pertanyaan.”Teivel memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya kembali. Mendengar perkataan Jauhar, Teivel mengangguk dan berkata, “Silakan katakan.”Jauhar menelan ludah dan berkata dengan gemetar, “Sepertinya apa pun yang kamu perintahkan untuk mereka berbeda dari apa yang sebenarnya terjadi.”Teivel tidak menjawabnya. Alih-alih, dia menoleh ke arah Jauhar dan bertanya, “Oh? Apa yang membuatmu berkata seperti itu? Kuperingati bahwa tidak baik bagimu jika kamu meng

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 655

    Jauhar terdiam, tatapannya berpindah-pindah antara ke lengan Daffa dan orang-orang berjubah hitam yang berlutut di lantai. Teivel khawatir Jauhar tidak dapat memahaminya, jadi dia kembali menggunakan bahasa normal. Aksennya kuat, tapi itu lebih baik daripada menggunakan bahasa kuno seperti sebelumnya. Dia berkata pada orang-orang berjubah hitam itu, “Aku sudah bukan lagi tuan kalian. Kalian adalah milik Keluarga Halim, jadi seharusnya kamu tidak berbicara mewakili aku.”Jauhar sudah kembali tenang. Dia berkata, “Itu tidak penting.”Daffa mengangkat sebelah alisnya melihat ketenangan kakeknya. Dia tahu Jauhar akan beradaptasi dengan hal ini, tapi dia tidak menduga itu akan terjadi dengan sangat cepat. Dia mau tidak mau memberikan jempol pada Jauhar di dalam hatinya—seperti yang diharapkan dari kepala Konsorsium Halim!Pada saat ini, Jauhar berkata dengan serius, “Aku tahu kamu kuat—kamu telah memberi kami banyak bantuan di masa lalu. Namun, aku masih khawatir kamu akan melukai cucuku

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 654

    Bram merasa hatinya mulai berpacu ketika dia melihat Daffa dan Jauhar berpelukan. Dia bisa merasakan pembatas tipis di antara Daffa dan seluruh dunia, tapi tidak peduli setipis apa itu, tidak ada yang bisa melewatinya. Namun, sekarang, semuanya berbeda. Bram tersenyum lega. Jauhar adalah pria tua yang telah kehilangan putra dan menantunya, tapi setidaknya mereka telah meninggalkan seorang cucu untuknya.Sayangnya, sebuah kecelakaan menyebabkan Jauhar dan cucunya terpisah selama bertahun-tahun. Daffa dan Jauhar adalah satu-satunya keluarga satu sama lain yang tersisa, tapi mereka telah menjadi orang asing seiring berjalannya waktu. Hingga satu bulan sebelum mereka melacak Daffa, Bram telah kehilangan harapan untuk menemukannya, tapi kenyataannya telah membuktikan bahwa keajaiban bisa terjadi. Dia sangat tersentuh hingga dia bahkan tidak dapat berbicara.Jauhar sudah kembali tenang. Dia sangat gembira bertemu Daffa, tapi ada hal-hal yang lebih penting. Dia melepaskan Daffa. Dia masih t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status