Lelaki itu menatap Daffa dengan ekspresi murka. Dia tidak percaya keberuntungannya saat itu.Pertama, wanita jalang tak bernama telah menginjak sepatunya dan ketika dia sedang memberinya pelajaran, orang bodoh lainnya datang untuk bersikap bak pahlawan. Apakah dia cari mati?Dia ingin menepis genggaman tangan orang asing itu, tapi genggamannya terlalu kuat.“Aku tidak tahu kamu siapa, tapi aku sarankan kamu melepaskan tanganku sekarang juga. Kalau tidak, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu,” kata lelaki itu dengan marah.Orang-orang di kerumunan itu menyaksikan kejadian itu dengan nafas yang tertahan. Mereka mengira perempuan itu akan dihabisi oleh lelaki itu karena telah menyinggungnya, tapi mereka tidak menyangka akan ada orang lain yang maju untuk menolong wanita itu.Perempuan itu pun merasa terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka seseorang akan membelanya. Dia mengira dia sudah tamat, tapi sepertinya sekarang tidak akan begitu.“Aku tidak akan melepaskannya kecuali kamu
Lelaki itu menatap Daffa selama beberapa saat sebelum tertawa terbahak-bahak. Daffa terdiam saja menatap lelaki itu tertawa selama beberapa detik. Ketika lelaki itu selesai tertawa, dia mengusap air mata bohongan dari ujung matanya sebelum berbicara.“Apa? Kamu ingin membayarkan sepatunya?” tanya lelaki itu.Daffa diam saja dan hanya menatap lelaki itu, menunjukkan seberapa seriusnya dia.“Kamu pasti bercanda. Bagaimana bisa kamu membayarkan sepatunya sementara kamu saja tidak bisa membeli sepatu yang bagus?” tanya lelaki itu dengan nada yang menghina.Semua orang langsung mengalihkan pandangan mereka pada sepatu Daffa. Ketika mereka melihat sepatunya yang lusuh, bisikan dan gosip meledak lagi.“Dia menanyakan harga sepatu koleksi edisi terbatas sementara dia sendiri tidak bisa membeli sepatu bagus?”“Aku tidak bisa percaya. Keangkuhan macam apa itu?”“Dia pasti ingin membuat perempuan itu terpesona. Lagi pula, lihatlah bajunya, sederhana sekali.”Perempuan yang menginjak sepat
Dia berbalik dan mendapati perempuan yang telah dia selamatkan.Dia memperhatikan perempuan itu lebih seksama dan merasa bahwa dia sangat cantik. Badannya tinggi, walaupun tidak setinggi dia, mungkin sekitar 180cm, dengan kulit cerah dan rambut hitam legam. Dia juga memiliki perawakan bak jam pasir yang sedikit tertutupi pakaiannya yang jelek.Perempuan itu menatap Daffa balik, lalu kembali menatap kakinya. Dia terlalu takut untuk angkat bicara, tapi dia tidak ingin membiarkan Daffa pergi begitu saja. Dia telah membayarkan uang sebanyak 9,15 miliar rupiah demi dirinya. Walaupun baginya itu tampaknya seperti bukan apa-apa karena seberapa kayanya dia, baginya itu adalah sesuatu yang sangat mengharukan.Setelah gelisah selama beberapa saat, dia akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.“Halo,” gumamnya, suaranya sangat lembut.Daffa tidak menjawab dan terus memandanginya, menunggunya untuk lanjut berbicara. Ketika dia melihat Daffa tidak menjawabnya, dia akhirnya kembali memberanik
Daffa bangun keesokan harinya lebih pagi daripada teman-temannya. Seperti yang dia kira, mereka sehabis pergi dari klub malam dan pulang ketika hari sudah sangat larut. Itu bukan bagian yang terburuk. Bukan hanya pulang sangat larut, tapi mereka juga pulang dengan keadaan mabuk berat. Sepertinya mereka tidak ada kelas hari ini, karena itu mereka bisa tidur seperti itu dengan santai.Daffa bergegas mandi dan memakai baju dan sepatu barunya. Dia sekarang terlihat benar-benar berbeda dengan dirinya yang dulu ketika dia menghadiri kelas-kelas. Dia melirik teman-temannya sebelum menggelengkan kepalanya dan meninggalkan kamarnya.Daffa belum punya mobil, dia memutuskan untuk jalan ke tempat perkuliahannya. Selama dia berjalan, beberapa mobil mahal melewati dia termasuk Ferrari, Audi, Mercedes, dan beberapa sedan ramping. Dia tidak menggubrisnya. Sekarang dia sudah punya dua mobil super. Yang dia perlu lakukan hanyalah menunggu Bram mengirimkannya, lalu dia akan mengendarai mobil mahalnya u
Karena semua orang tahu bahwa pesta amal selalu dilakukan dengan cara yang sama, mereka semua tertarik untuk mempelajari ada perubahan baru apa pada metode yang lama.“Aku tidak akan menghabiskan waktu kalian untuk ini karena aku yakin kalian semua penasaran,” kata profesor itu ketika dia menyadari tatapan penasaran para mahasiswanya.“Pesta amal tahun ini akan menjadi acara gabungan Universitas Praharsa, Universitas Andhira, dan Universitas Abinawa.”Pesta amal akan menjadi acara gabungan Universitas Praharsa, Universitas Andhira, dan Universitas Abinawa?Semua orang terkesiap ketika mereka mendengar pemberitahuan dari profesor itu.Tiga universitas yang bekerja sama untuk acara itu semuanya merupakan universitas ternama di daerah itu. Mereka semua memiliki mahasiswa terbaik di universitas mereka dan tentu saja sebagian besar dari mahasiswa mereka dari keluarga orang kaya.Daffa merengut ketika dia mendengar berita ini. Dia masih belum bisa melupakan kejadian yang terjadi di pes
”Dasar mesum!”Daffa memegangi pipinya dengan tangan kanannya. Dia menatap wanita itu yang telah menamparnya dan akhirnya baru bisa melihat wanita itu dengan benar.Cantik bukan merupakan kata yang tepat untuk mendeskripsikannya.Dia memiliki surai hitam yang panjang dan mengkilap dengan kilauan yang menawan. Matanya berwarna cokelat indah dan bibirnya berwarna merah muda cantik. Tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan betapa menawannya wanita itu. Wajahnya sempurna tanpa cela.Dia tidak setinggi Daffa, tapi dia tetap tinggi. Untuk ukuran perempuan, tubuhnya yang mencapai 185cm sangatlah tinggi.Daffa mengalihkan pandangannya pada bajunya yang tembus pandang, memandangi dadanya yang besar dan bulatan merah muda yang terlihat olehnya.Daffa hanya perlu melihatnya sekali untuk menyadari bahwa dia lebih menawan dibandingkan mantan pacarnya. Dia jauh lebih cantik dibandingkan Sarah dengan tubuh jam pasirnya dan kulit yang cerah.Daffa akhirnya memandangi wajah wanita itu, tapi y
Akan tetapi, Daffa sudah terlambat. Dia hanya bisa melihat surai hitamnya menghilang ke dalam Chevrolet Corvette V8 yang mahal. Kendaraan yang ramping itu meninggalkan parkiran dan pergi dari sana.Daffa menghela nafas. Dia memutuskan untuk menyimpan gelang itu sampai dia bisa mengembalikannya padanya.Dia memeriksa waktu di ponselnya dan mendapati bahwa dia hanya memiliki beberapa menit lagi sebelum kelasnya dimulai. Dia lalu berbalik dan berjalan dengan cepat menuju kelasnya.--- Daffa akhirnya tiba di kelas setelah beberapa menit berjalan dengan cepat. Untungnya, dosennya belum tiba di kelas yang berarti dia belum terlambat. Daffa duduk di kursinya dan menunggu dosennya tiba. Hanya satu menit kemudian, dosennya tiba dan kuliahnya dimulai.Tidak ada yang berbeda di kuliahnya itu. Setelah satu jam berlalu, kuliahnya berakhir dan semua orang mulai meninggalkan ruangan.Seraya Daffa bangkit untuk pergi, dia mendengar beberapa gosip tersebar tentangnya dan pertemuannya dengan Pusp
”Apakah benar kamu pernah berpacaran dengan Daffa Halim?”Wajah Sarah langsung mengkerut ketika dia membaca komentar itu, tapi hanya untuk sesaat. Dia sedang siaran langsung jadi dia harus mempertahankan wajah cantik untuk menyenangkan para penggemarnya yang sedang menonton.Kolom komentar langsung membludak ketika mereka melihat pertanyaan itu.“Apa-apaan pertanyaan itu? Tentu saja itu salah!”“Itu tidak benar! Bagaimana bisa dewi kita berpacaran dengan rakyat jelata itu?”“Maksudku, untuk apa menanyakan hal itu?”“Lihatlah dirinya sekarang. Pacarnya Dilan telah membelikannya tas edisi terbatas seharga 90 juta rupiah. Untuk apa dia berpacaran dengan Daffa jika dia bisa dengan mudah berpacaran dengan Dilan?”Sarah tersenyum seraya melihat kolom komentar berdebat dengan satu sama lain. Dia memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Karena mereka telah sibuk sendiri di kolom komentar, yang perlu dia lakukan hanyalah diam saja dan tersenyum.Akan tetapi, ketika Daffa melihat
Daffa menatap ponselnya dengan datar. Tidak ada yang bisa mengetahui apa yang sedang dia pikirkan, bahkan Alicia yang telah menguping panggilan telepon itu dari awal sekalipun.Keheningan selama beberapa saat berlalu sebelum Alicia mengumpulkan keberanian untuk menghampiri sisi Daffa. Dia menjaga jarak sejauh dua langkah dari Daffa sambil berbicara, “Tuan, bukankah sebaiknya kita pergi dan selamatkan Kate? Lagi pula, dia belum melakukan kesalahan apa pun selama ini.”Meskipun Daffa menoleh untuk bertatapan dengan Alicia, butuh beberapa saat sebelum Daffa menghela napas dan menjawab, “Benar, dia tidak bersalah. Namun, orang yang terbaik untuk menangani hal ini bukan kita.”Daffa berbicara tanpa perasaan, seperti bagaimana dia menatap Alicia.Suara itu tidak hangat sama sekali hingga tubuh Alicia secara naluriah gemetar. Alicia tidak lagi berani bertatapan dengan Daffa pada saat itu.Menghela napas, Daffa bertanya, “Apakah kamu sadar yang kamu lakukan sekarang sama seperti apa yang
Barulah saat itu Daffa menyadari bahwa Teivel membohonginya. Buku itu belum sedikit pun puas dengan pasokan energi Daffa. Namun, dia sudah melakukannya sejauh ini. Maka dari itu, Daffa tidak memiliki alasan untuk menyerah.Dia menggertakkan giginya dan terus memaksakannya sampai tetes terakhir kekuatan jiwanya keluar dari tubuhnya. Tidak lama, keringat membasuhinya dari kepala sampai kaki. Ketika dia kehabisan tenaga dan ingin menyerah, dia merasakan kekuatan jiwa yang kuat mengalir keluar dari sisinya—itu adalah kekuatan jiwanya.Kekuatan jiwa itu meledak dari dalam dirinya, tertuang ke dalam buku yang kemudian bergetar hebat. Kemudian, semuanya mereda.Kerutan terukir di wajah Daffa saat dia akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi. Rasa syukur memenuhi dadanya pada saat itu selagi dia berpikir, “Jika bukan karena Teivel, aku tidak akan menyadari bahwa aku punya potensi sebesar itu.”Teivel berdiri di samping sambil menyeringai bangga, suaranya terdengar lebih ringan dibandingk
Keheningan terus berlanjut hingga pria itu terkekeh. “Kamu tidak perlu sepanik itu. Bukuku dan aku telah lama ada di tubuhmu selama beberapa waktu. Aku hanya menampilkan diriku sekarang karena luka-lukaku telah sepenuhnya pulih. Daffa Halim, kurasa kamu sebaiknya memanggilku dengan hormat sebagai mentormu.”Daffa masih terkejut membeku saat ditatap oleh pria itu. Rasanya hampir seperti ayahnya sedang memandangnya pada saat itu, jadi dia membutuhkan waktu untuk kembali tersadar. Setelah mengangguk dengan ragu-ragu, dia hendak melakukan sesuai yang diperintahkan ketika suara tenang pria itu berbicara lagi.“Panggil aku ‘Pak,’ seperti kamu menyebut sosok ayah,” kata pria itu.Mulut Daffa menganga lebar lagi.Namun, pria itu tampaknya tidak kesal oleh sambutan Daffa yang tertunda. Alih-alih, dia tersenyum lebih lebar dan menambahkan, “Aku adalah orang Timur. Keterampilan bela diri yang sekarang sedang kamu pelajari juga berasal dari Timur. Itulah sebabnya aku ingin kamu menyebutku seba
“Itu tidak bagus. Aku harus menyelesaikan ini sekarang juga. Sebagai orang miskin yang kemudian mewarisi kekayaan yang tidak terbatas, aku tahu hasil yang mengerikan bagi mereka yang mengembangkan aura dendam dan amarah,” pikir Daffa. Maka, dia menghela napas dalam-dalam dan beranjak duduk di kasurnya, lengannya tersilang.Dia mencoba berkomunikasi dengan tato buku di lengannya, tapi dia tidak pernah membayangkan buku itu akan mewujudkan dirinya di depannya. Sambil mengerutkan alisnya, Daffa mengangkat telapak tangannya, membuat buku itu menurunke tangannya. Matanya menyipit karena dia merasa sedikit terkejut oleh sikap dan perilaku yang tidak biasa dari buku itu. Ketika dia masih terbengong, buku itu tiba-tiba terbuka sendiri.Itu menyulutkan sisi praktis Daffa, jadi dia dengan cepat masuk ke dalam mode fokus dan mengamati apa yang ingin ditunjukkan oleh buku itu. Seperti yang diduga, lembarannya juga berwarna hitam.Melihat itu membuat mata Daffa melengkung senang, tapi dia tidak
“Entah kenapa, Tuan Halim terlihat sangat menakutkan! Rasanya seakan-akan dia adalah pencabut nyawa yang sedang mengincar seseorang!” pikir Edward.Daffa membuka matanya, perhatiannya berpindah ke arah pintu langsung. “Masuklah.”Barulah saat itu Edward mencoba melangkah masuk dan mengintip keluar dari balik pintu sambil tersenyum. “T … Tuan, saya hanya ingin mengetahui keputusan Anda karena kedua undangan itu menyebutkan bahwa acaranya diadakan besok malam.”“Benar, aku telah memutuskan untuk tidak pergi ke keduanya.” Daffa mengangguk sambil berbicara seakan-akan dia tidak peduli sama sekali. Dia kemudian melempar undangannya ke meja di depannya. Bersandar dengan nyaman di kursinya, dia menyilangkan satu kaki di atas kakinya yang lain dan terlihat santai.Edward berdiri di hadapan meja, mulutnya menganga begitu lebar sehingga dia bisa menangkap lalat dengan mulutnya. Dia tidak memahami apa pun yang Daffa pikirkan, jadi dia terus melongo, tapi tidak ada kata-kata yang keluar.Kesa
“Kedua keluarga itu lumayan, tapi mereka membagi hasil jerih payah mereka dengan kerabat mereka. Sayangnya, tidak ada orang yang baik dari kerabat mereka,” pikir Daffa sambil menghela napas dan bersandar di kursi.Dia baru saja memejamkan matanya ketika beberapa langkah kaki mendekat. Edward membawa seorang pria mengenakan tuksedo dan topi tinggi ke dalam ruangan.Pria itu berhenti di hadapan meja Daffa, melepaskan topinya untuk memberi hormat kepada Daffa sebelum dia dapat berbicara. “Tuan Halim, atasan saya, Kate, menyuruh saya untuk menyampaikan undangan ini. Dia ingin Anda bertemu dengannya. Permasalahan mengenai kepala Keluarga Aruna juga akan didiskusikan dalam pertemuan itu.”Sambil mengatakannya, dia menegakkan tubuhnya dan menatap mata Daffa dengan ekspresi yang rumit.Meskipun Daffa terus memejamkan matanya, dia bisa merasakan perasaan bawahan Kate yang berlawanan. Daffa tidak repot-repot membuka matanya ketika dia menjawab, “Tidak ada yang boleh menguping atau menyebarka
Daffa tahu itu adalah langkah kaki Alicia. Daffa berbalik ke arah pintu. Seperti yang diduga, ketukan terdengar sebelum dua menit berlalu. Daffa dengan tenang berkata, “Masuklah. Pintunya tidak dikunci.”Alicia datang untuk mengatakan hal yang sama seperti Erin sebelumnya. Dia membuka pintu dan berseru, “Tuan, apakah Anda sudah melihat situasi di internet?”“Aku melihatnya,” jawab Daffa sambil tersenyum. Dia bersandar ke pagar balkon dan berkata, “Namun, kamu tidak perlu khawatir. Dalang di balik ini sangat terburu-buru sehingga dia tidak menunggu kita untuk melakukan pergerakan. Dia mungkin akan segera tiba.”Saat itulah salah satu penjaga keamanan hotel datang untuk berbicara dengan Alicia. Wajahnya berkerut dengan kecemasan saat dia berkata, “Nona Alicia, seseorang mengirimkan undangan untuk Tuan Halim. Mereka menyuruh saya untuk mengirimkannya padanya sesegera mungkin. Kalau tidak, saya akan menyesal tidak melakukannya dan harus membayar bayaran yang besar.”Penjaga itu tetap m
“Kalau begitu, aku akan percayakan kesehatan Briana padamu.” Daffa tersenyum. Dia kemudian langsung berjalan ke lantai bawah tanpa memberikan Shelvin kesempatan untuk menjawab. “Sekarang, ada banyak hal lain yang perlu kuurus.”Shelvin berdiri di tangga dan menunggu hingga Daffa menghilang dari pandangannya sebelum kembali ke kamar Briana.…Ketika Daffa tiba di lantai kedua, dia telah meletakkan tangannya di dalam saku dan langkah kakinya sedikit semangat. Itu belum lama sebelum dia mendengar suara seseorang bernapas di lorong.Mengangkat kepalanya, dia dengan penasaran mengerutkan alisnya kepada Alicia yang berdiri di hadapannya. “Aku ingin tahu kenapa kamu muncul di hadapanku lagi.”Merasakan tidak ada kemarahan di suara maupun wajah Daffa, Alicia melemaskan rahangnya sebelum berkata, “Maaf, Tuan. Saya lupa memberi tahu satu hal ….”Alicia terlalu takut untuk menatap mata Daffa, jadi kepalanya tertunduk dengan malu.Daffa terus meletakkan tangannya di dalam saku dengan cara y
Penjaga keamanan tersebut menjawab, “Kita tidak perlu melakukan semua itu. Banyak orang bersedia untuk membantu kita melindungi reputasi kita.”Alis Alicia berkerut tidak senang seraya dia membentak, “Apa maksudmu dengan itu? Jelaskan sekarang!”Tatapan dinginnya menusuk penjaga keamanan itu, menyebabkan napas pria itu menjadi cepat.Meskipun penjaga keamanan itu merasa sangat gugup, dia mengumpulkan keberaniannya untuk menunjukkan Alicia ponselnya sambil menatap matanya. “Iya, Nona Alicia. Silakan lihat unggahan-unggahan di internet ini. Mereka semua memuji kita.”Di ponselnya, ada beberapa unggahan yang bertuliskan, “Wah! Si Daffa Halim itu membuatku terkejut. Dia terlihat sangat muda, tapi dia menaklukkan Keluarga Ganendra yang busuk itu seakan itu bukanlah apa-apa!”“Kota Almiron terasa lebih aman untuk ditinggali dari hari ke hari. Tempat ini memang jelek, tapi dari dulu memang selalu begini.”“Aku tidak setuju. Kehidupan kita di kota jauh lebih baik karena sekarang orang-or