Share

Bab 25

Author: Benjamin
last update Last Updated: 2024-05-28 11:42:17
”Apakah benar kamu pernah berpacaran dengan Daffa Halim?”

Wajah Sarah langsung mengkerut ketika dia membaca komentar itu, tapi hanya untuk sesaat. Dia sedang siaran langsung jadi dia harus mempertahankan wajah cantik untuk menyenangkan para penggemarnya yang sedang menonton.

Kolom komentar langsung membludak ketika mereka melihat pertanyaan itu.

“Apa-apaan pertanyaan itu? Tentu saja itu salah!”

“Itu tidak benar! Bagaimana bisa dewi kita berpacaran dengan rakyat jelata itu?”

“Maksudku, untuk apa menanyakan hal itu?”

“Lihatlah dirinya sekarang. Pacarnya Dilan telah membelikannya tas edisi terbatas seharga 90 juta rupiah. Untuk apa dia berpacaran dengan Daffa jika dia bisa dengan mudah berpacaran dengan Dilan?”

Sarah tersenyum seraya melihat kolom komentar berdebat dengan satu sama lain. Dia memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Karena mereka telah sibuk sendiri di kolom komentar, yang perlu dia lakukan hanyalah diam saja dan tersenyum.

Akan tetapi, ketika Daffa melihat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abdul Latif
bab tolol ngga nyambung
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 26

    Dia menimbang-nimbang apakah dia harus menggunakan nama aslinya di akunnya, tapi memutuskan untuk tidak melakukannya. Dia tidak ingin menarik perhatian yang tidak penting padanya, setidaknya belum.Namun, dia tidak akan membiarkan mereka. Dia akan benar-benar menghancurkan kesempatan mereka untuk bisa berkencan dengan mereka. Bukankah ini masalah uang? Dia punya uang yang melimpah.Berpikir seperti itu, Daffa mengisi ulang akunnya sebanyak 75 miliar rupiah sekaligus. Akunnya langsung naik level menjadi level 99, kurang satu level dari level 100. Namanya terdapat centang verifikasi biru, tanda bahwa pemilik akun sudah mengisi ulang lebih dari 15 miliar rupiah.Daffa tidak peduli jika dia terlalu menghambur-hamburkan uangnya. Platform siaran langsung Groove merupakan bagian dari Konsorsium Halim, sehingga itu berarti dia hanya memperkaya dirinya sendiri.Akhirnya, lima menit yang diberikan untuk mengisi ulang akun mereka telah selesai, sehingga Alya angkat bicara.“Akhirnya lima men

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 27

    Ada keheningan sesaat lagi ketika notifikasi itu muncul di siaran tersebut.Para penonton tidak bisa memercayai apa yang mereka lihat. Si Tuan.sederhana10 yang misterius baru saja mengirimkan dua semesta berturut-turut untuk Alya. Itu adalah jumlah yang sangat besar, senilai 750 juta rupiah. Itu terlalu mewah!Alya sendiri tidak bisa memercayai apa yang sedang terjadi. Ketika dia memulai kompetisi itu, dia tidak berharap mendapatkan hadiah lebih dari 150 juta rupiah. Dia sudah cukup puas dengan semua hadiah yang dia terima, tapi penggemar misterius ini malah mengirimkannya dua hadiah super berturut-turut.Bukan hanya Alya yang merasa terkejut. Ketiga wanita di siaran itu termasuk Sarah benar-benar terkejut melihatnya. Mereka tidak menyangka Alya memiliki penggemar sekaya itu!Pemberitahuan yang mengikuti hadiah super itu menarik lebih banyak penonton ke siaran Alya. Banyak orang yang merapat ke siaran Alya hanya untuk satu alasan. Kehadiran akun yang terverifikasi sudah cukup untuk

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 28

    “Alya. Aku mau kencan dengan Alya.”Semua orang terkejut ketika mereka mendengar pilihannya, tapi hanya untuk beberapa saat. Ketika mereka memikirkannya, hal itu wajar saja. Lagi pula, Sarah sudah berpacaran dengan salah satu pria terkaya di kampus dan walaupun dia sangat cantik, Alya juga tidak terlalu buruk.Wajah Sarah mengkerut ketika dia melihat pilihan Tuan.sederhana10. Fakta bahwa orang itu lebih memilih Alya daripada dia membuatnya sangat kesal, tapi sedetik setelahnya wajahnya kembali semula, tersenyum dengan cantik.Alya menari kecil di dalam hatinya. Dia dipilih untuk diajak kencan oleh penggemar yang kaya itu! Rasanya masih seperti mimpi baginya bahwa dia telah dihadiahi 75 miliar rupiah oleh satu orang, dan sekarang orang itu memutuskan untuk berkencan dengannya.Alya merupakan seseorang yang menolak untuk berpacaran sebelumnya, tapi dia tidak masalah berkencan dengan orang yang jelas-jelas amat sangat kaya raya itu. Dia tidak sabar untuk bertemu dengannya secara langs

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 29

    Dia kira itu dari Daffa. Namun, ternyata itu adalah salah satu penyiar teratas di Groove.Dia mendengus ketika dia membaca isi pesan itu. Intinya, mereka memintanya untuk melakukan siaran bersama dengannya dengan harapan bisa menarik penggemar kaya rayanya yang baru dia dapatkan supaya dia memberi mereka hadiah lagi.Tanpa ragu-ragu sedikit pun, dia menolak penawaran mereka. Dia mulai melakukan siaran untuk menghidupi dirinya dan adik laki-lakinya, satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa setelah orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Sekarang, karena dia telah mendapatkan 75 miliar dari siaran itu, tidak ada lagi alasan baginya untuk menuruti permintaan mereka.------Keesokan harinya, Daffa bangun lebih siang dari biasanya. Dia melihat ke sekitar kamarnya dan mendapati bahwa kamarnya kosong lagi. Dia tertawa ketika melihatnya. Teman-temannya ternyata memutuskan untuk menghadiri kelas seperti mahasiswa biasa.Dia meraih ponselnya untuk memeriksa apakah ada lagi pesan

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 30

    Daffa mengangguk dan duduk dengan nyaman di kursi belakang taksi tersebut. Dia akhirnya mulai mencari apartemen baru.Daffa mendapati dirinya melewati beberapa gedung mewah di perjalanan. Daffa tidak pernah pergi ke daerah kota itu sebelumnya, jadi dia terkejut oleh kemegahan bangunan-bangunan itu.Akhirnya setelah melakukan perjalanan selama lebih dari 45 menit, taksi itu berhenti di depan gerbang yang sangat mewah. Daffa menunggu beberapa detik sebelum supirnya bergerak maju, tapi tidak ada tanda-tanda pergerakan dari supir tersebut. Kebingungan, Daffa memutuskan untuk bertanya apa permasalahannya.“Permisi, apakah tidak bisa maju lagi? Atau apakah ada alasan mengapa kita berhenti di sini?” tanya Daffa.Ketika dia mendengar pertanyaan Daffa, supir yang merupakan laki-laki paruh baya itu menggeleng kepala pelan. Sepertinya firasatnya memang benar. Penumpangnya jelas-jelas tidak tahu bagaimana peraturan di Dragon Estate.“Mohon maaf, Tuan, tapi saya tidak bisa pergi lebih jauh dar

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 31

    Daffa tidak mendengar percakapan antara kedua penjaga keamanan itu. Dia malah sibuk terpukau dengan kemewahan dan kemegahan tempat itu.Seluruh wilayah tersebut dipenuhi oleh toko-toko megah dan beberapa gedung tinggi. Banyak sedan-sedan mahal dan mobil-mobil sport melewati jalanan. Toko-toko itu terlihat lebih unggul daripada toko-toko di luar wilayah itu. Daffa tidak tahu ada tempat semegah seperti itu di sini. Rasanya seperti mimpi baginya.Dalam keadaan terkagum-kagum, dia lupa bahwa Bram tidak pernah memberikannya tempat spesifik untuk dikunjungi. Dia baru menyadarinya setelah beberapa lama bahwa Bram hanya menyebutkan Dragon Estate dan seorang manajer.Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Bram. Ponsel itu bahkan tidak sampai berdering sekali sebelum Bram mengangkat teleponnya.“Halo, Tuan Muda Halim. Apakah ada masalah?” tanya Bram dengan sangat sopan.“Hm. Aku sudah di Dragon Estate sekarang dan aku baru ingat kamu hanya menyebutkan Estate-nya dan seorang manajer. Ada b

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 32

    Resepsionis itu menatap Daffa dengan penuh hina. Dia tidak mengerti apa yang sedang orang itu coba lakukan. Apakah dia berniat menggunakan ponselnya dan menelepon seseorang untuk menunjukkan kekuasaannya?Daffa menyadari tatapan penuh hinanya tanpa mengindahkannya. Ponselnya hanya berdering sekali sebelum Bram mengangkat teleponnya.“Tuan Muda Halim! Apakah semuanya baik-baik saja, Tuan Muda?!” tanya Bram penuh kecemasan.“Iya. Semuanya baik-baik saja,” jawab Daffa dengan nada yang menenangkan.Bram menghela nafas di ujung telepon. Tuan Mudanya baik-baik saja.“Jika semuanya baik-baik saja, kenapa Anda menelepon, Tuan Muda Halim?” tanya Bram, terdengar kebingungan.“Hm. Aku sudah tiba di Dragon Lord’s Imperial Residence, tapi resepsionisnya menolak untuk mempertemukanku dengan manajernya. Bisakah kamu beri tahu manajernya kalau aku sudah menunggu di lobi?” tanya Daffa dengan riang, tatapannya terpaku pada resepsionis seraya dia berbicara.“Beraninya dia?! Manajernya akan segera

    Last Updated : 2024-05-28
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 33

    Ketika manajer Dragon Lord’s Imperial Residence mendengar ancaman Tuan Bram, dia terkesiap. Dia sudah berkali-kali memberitahunya bahwa akan ada tamu sangat penting yang akan datang dan dia harus memperlakukannya dengan sangat hormat, tapi dia tidak mengira tamu itu sudah tiba. Jika dia tahu, dia langsung akan mengenyampingkan apa pun yang dia sedang lakukan dan melayani tamu itu sesegera mungkin!Walaupun dia adalah manajer dari Dragon Lord’s Imperial Residence, dia telah menyaksikan bagaimana Tuan Bram memperlakukan orang-orang yang lebih penting darinya. Jika Bram bisa memperlakukan orang-orang itu seperti seekor semut, sepenting apa orang itu sampai Tuan Bram sendiri menyebutnya sebagai tamu sangat penting?Tanpa menunda-nunda, manajer itu bangkit, meraih ponselnya dan berlari keluar ruangannya. Dia harus menebus kesalahannya bagaimanapun caranya jika tidak ingin menghadapi kemarahan Tuan Bram!Sementara itu, di lobi Dragon Lord’s Imperial Residence, sang resepsionis memelototi

    Last Updated : 2024-05-28

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 486

    Kulitnya putih tapi keriput dan kendur.Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia tidak menduga wanita yang terus mengalahkan Ansel berpenampilan seperti ini. Dia menggigit bibirnya, lalu menoleh ke arah Bart yang tidak seperti dia duga pula. Bart gemuk dan terlihat tidak rapi, matanya tidak terlihat cerdas sedikit pun.Malah, dia terlihat benar-benar tidak waras. Itu mengingatkan Daffa mengenai apa yang terjadi padanya dan Bakrie ketika dia pertama tiba di Kota Almiron.Matanya menggelap, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Di antara keempat orang itu, anak laki-laki yang paling mudalah yang menarik perhatiannya. Dia terlihat familier, tapi tidak mirip dengan para anggota Keluarga Bakti, termasuk Priska dan Bart. Daffa membungkuk dan tersenyum ramah padanya, berkata, “Apakah kamu Richard?”Anak itu mengangguk, mengedipkan matanya dengan polos. Pada saat yang sama, dia dengan gugup bersembunyi di belakang Priska. Daffa menegakkan tubuhnya, menyapu tatapannya pada Priska dan melihat keje

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 485

    Si kepala penjaga keamanan tampak murka. Namun, dia tahu ini bukanlah waktunya untuk mengurusi bawahan-bawahannya. Daffa-lah ancaman mereka di sini. Dia terhuyung berdiri dan berlari ke arah Daffa dengan tatapan mengancam.“Kamu telah menantangku untuk waktu yang terlalu lama. Aku tahu kamu kuat, tapi itu tidak berarti kami bukan tandinganmu!” Matanya menyala dengan liar seakan-akan dia adalah seekor elang yang telah mengincar mangsanya.Daffa mengernyit, terlihat jengkel karena dihentikan lagi. Dia menyipitkan matanya dan berkata, “Kamu adalah penjaga keamanan yang bagus, tapi aku juga telah memberimu kehormatan yang cukup dengan bersabar denganmu. Anggap ini peringatan—jika kamu tidak enyah dari pandanganku, aku jamin aku tidak akan bersikap baik lagi padamu.”Briana angkat bicara, “Dengar, kamu hanyalah penjaga keamanan. Kamu bukan bagian dari Keluarga Bakti, jadi kamu tidak perlu melakukan sejauh itu demi mereka. Tuan Halim itu berbahaya. Jika kamu membuatnya marah, aku yakin Ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 484

    Secara umum, orang-orang membawa senjata di sana.Meskipun Daffa tertarik pada penjaga keamanan itu, nada bicaranya berubah menjadi bengis. “Sederhana saja. Aku kemari untuk menemui pemilik vila ini.”Penjaga keamanan itu mengernyit, merasakan bahwa Daffa bukanlah orang yang bisa diremehkan. Pria itu hanya dapat mengumpulkan semua kesabarannya yang tersisa. “Itu tidak masalah, tapi aku perlu mengetahui apakah kamu sudah membuat janji temu. Tidak ada yang memberitahuku bahwa akan ada pengunjung pada jam ini.”Daffa menaikkan sebelah alisnya, terlihat terhibur. “Kamu benar. Akan tetapi, aku belum membuat janji temu. Sayangnya bagimu, aku akan memasuki tempat ini apa pun yang kamu katakan atau lakukan.”Penjaga keamanan itu menghela napas. “Kalau begitu, aku harus meminta maaf terlebih dulu. Keluarga Bakti tidak pernah mengizinkan pengunjung memasuki rumah mereka lewat dari pukul enam malam kecuali ada perjamuan yang penting. Terlebih lagi, karena kamu sudah membuktikan bahwa kamu ada

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 483

    “Itu karena saya pernah melihat Priska keluar dari hotel bersama seorang pria yang belum pernah saya lihat sebelumnya dan mereka menempel dengan satu sama lain di publik. Saya tidak pernah melihat itu sebelumnya. Bahkan, saya tidak yakin apakah memang Priska yang melahirkan Bart. Saya membantunya mengambil laporan medisnya dari rumah sakit sebelumnya dan saya tahu pasti bahwa dia tidak bisa mengandung anak sekarang. Tentu saja, Bart lahir bertahun-tahun yang lalu, jadi mungkin kondisinya berbeda dulu.”Seraya dia mengatakannya, Daffa dan Briana sama-sama menoleh untuk menatapnya. Briana bahkan tidak berani untuk mengedip, takut dia akan melewatkan satu kata pun. Daffa menyandarkan punggungnya dan menghela napas. Dia tidak menduga situasinya akan menjadi seperti ini dan menekan pelipis dengan jarinya. “Tampaknya kita akan terlibat dalam masalah besar begitu kita tiba di vila Keluarga Bakti.”Tidak ada yang berani berbicara karena tampaknya Daffa sedang mempertimbangkan ulang keputusan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 482

    “Itu berarti Zaki telah terekspos ke publik, membuatnya berada dalam bahaya besar.”Edward tahu Briana benar, jadi dia langsung berdiri dan bergegas menuju mobil Briana. Dia bergerak dengan sangat cepat hingga dia terlihat seperti memiliki lebih dari dua kaki. Ini adalah pertama kalinya Daffa melihat Edward sangat tergesa-gesa seperti itu dan itu membuatnya ingin tertawa.Namun, Daffa menahan keinginannya untuk tertawa karena itu tidak sopan. Edward tidak sesensitif Daffa, jadi dia langsung memasuki mobil Briana dan pergi ke hotel.Di sisi lain, Briana duduk di samping Daffa sambil mengernyit. “Tuan, apakah kita akan melaksanakan rencananya sekarang?”Daffa tidak menyalakan mobilnya. Dia mengeluarkan ponselnya dari saku dan berkata, “Tidak, kita harus bertanya pada Ansel tentang ini terlebih dulu.”Briana mengangguk. Kalaupun dia tidak setuju dengan keputusan Daffa, dia tidak mengatakan apa-apa.Daffa melirik Briana sesaat sebelum menatap ponselnya. Ansel menjawab panggilan telep

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 481

    “Lagi pula, dia belum melakukan apa pun untuk membuktikan kesetiaannya.”Daffa menghela napas dan mengangguk. “Kamu mungkin benar, tapi dia telah memperjelas bahwa dia berada di pihak kita. Kita tidak bisa diam saja dan melihat dia terlibat masalah. Itu terlalu kejam.”Dia terlihat tenang. “Kita harus membantunya, bagaimanapun caranya. Pokoknya, aku percaya dia akan menjadi lebih baik dalam pekerjaannya di masa depan. Setelah mengamatinya selama beberapa waktu, aku telah menyadari bahwa dia tampaknya cepat belajar.”Edward mengangguk. “Kalau begitu, kita perlu membuat rencana yang detail untuk membantunya. Ansel tidak kelihatan seperti orang yang sangat cerdas atau penuh tekad. Hal terburuknya adalah dia tidak memiliki pengalaman dalam menangani hal-hal seperti ini.”Daffa tersenyum. “Itulah persis yang kukhawatirkan.” Dia memejamkan matanya. “Aku sudah memiliki ide kasar mengenai apa yang harus kita lakukan.”Edward bimbang selama sesaat, lalu mengembalikan ketenangannya dan lanj

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 480

    Ansel menjadi terdiam di sini. Dia tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan.Setelah keheningan selama beberapa detik, orang di ujung telepon lainnya tertawa terbahak-bahak. Ansel bisa merasakan penghinaan yang dalam pada tawanya. “Ya ampun! Kamu lucu sekali! Dia membesarkan aku karena ibuku. Sebagai putra dari istrinya, dia berkewajiban membesarkan aku.” Bart terdengar sangat bangga terhadap dirinya sendiri.Ansel memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam beberapa kali sebelum berkata, “Kamulah yang konyol. Dia tidak wajib membesarkanmu. Ayah kandungmulah yang memiliki tanggung jawab itu. Dia hanya menganggapmu seperti anaknya sendiri karena dia mencintai istrimu dan dia akan patah hati jika dia mendengarmu mengatakan hal-hal ini.” Dia gemetar oleh amarah.Belum setengah jam berlalu sejak kematian Elton, tapi Bart sudah meneleponnya tentang hal ini. Bagaimana bisa dia bahkan mengetahui hal ini?“Dengar, aku hanya ingin tahu kenapa kamu meneleponku.” Dia tidak ingin mengat

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 479

    Daffa mengulurkan tangannya. “Selamat datang di timku. Mulai hari ini, kalian adalah anggota tenaga kerjaku. Kita akan menghabiskan banyak waktu bersama mulai sekarang.”Dia tidak menduga akan menemukan bawahan baru di saat-saat yang kritis dan orang-orang yang ahli dalam bidang mereka juga. Ini adalah hasil akhir yang jauh lebih baik dari yang dia duga.Daffa memasukkan tangannya ke dalam saku, menegakkan badannya, dan menatap Ansel. Ansel masih berlutut di samping tubuh Elton, tapi dia sudah tidak menangis lagi. Wajahnya tidak berekspresi dan dia berlutut di sana tidak bergerak. Daffa dengan cepat memalingkan pandangannya, menghela napas, dan menggelengkan kepalanya. Tidak ada yang bisa dia katakan dalam hal itu.Kemudian, dia berbalik ke arah salah satu sofa dan duduk di sana, menyilangkan kakinya di atas lutut. “Danar, aku sudah memberitahumu segala hal yang kuketahui. Apa yang ingin kamu katakan?”Ketika Daffa tidak mendapatkan jawaban, dia menghela napas dan menatap Danar. “K

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 478

    Dia mengangkat kepalanya dan melihat Daffa berdiri di sana dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Dia sedang memandang jendela, tapi langsung menyadari pergerakan Ansel. “Kamu bisa terus terang dan mengatakan apa yang kamu ingin katakan.”Ansel tersenyum, tapi itu hanya membuatnya merasa getir dan sedih. Dia menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku tidak memiliki pemikiran atau pendapat apa pun mengenai kematian ayahku.”Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia telah membayangkan berbagai macam reaksi yang akan ditunjukkan oleh Ansel terhadap kematian Elton, tapi ini bukan apa yang dia bayangkan. Dia menggigit bibirnya. Setelah keheningan sesaat, dia berkata, “Jika kamu membutuhkan waktu untuk memikirkannya dan memproses situasinya, aku bisa pergi. Setelah kamu sudah tenang, kamu bisa datang dan mencariku. Mau itu di Kota Aswar ataupun Kota Almiron, pintuku akan selalu terbuka untukmu.”Ansel menatap Daffa dan berusaha sebaik mungkin untuk tersenyum, tapi senyumannya terlihat buruk se

DMCA.com Protection Status