Share

Bab 29

Author: Benjamin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Dia kira itu dari Daffa. Namun, ternyata itu adalah salah satu penyiar teratas di Groove.

Dia mendengus ketika dia membaca isi pesan itu. Intinya, mereka memintanya untuk melakukan siaran bersama dengannya dengan harapan bisa menarik penggemar kaya rayanya yang baru dia dapatkan supaya dia memberi mereka hadiah lagi.

Tanpa ragu-ragu sedikit pun, dia menolak penawaran mereka. Dia mulai melakukan siaran untuk menghidupi dirinya dan adik laki-lakinya, satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa setelah orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Sekarang, karena dia telah mendapatkan 75 miliar dari siaran itu, tidak ada lagi alasan baginya untuk menuruti permintaan mereka.

------

Keesokan harinya, Daffa bangun lebih siang dari biasanya. Dia melihat ke sekitar kamarnya dan mendapati bahwa kamarnya kosong lagi. Dia tertawa ketika melihatnya. Teman-temannya ternyata memutuskan untuk menghadiri kelas seperti mahasiswa biasa.

Dia meraih ponselnya untuk memeriksa apakah ada lagi pesan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Khairol Kamal
kenapa saya tidak bisa mengakses iklan untuk membuka bab baru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 30

    Daffa mengangguk dan duduk dengan nyaman di kursi belakang taksi tersebut. Dia akhirnya mulai mencari apartemen baru.Daffa mendapati dirinya melewati beberapa gedung mewah di perjalanan. Daffa tidak pernah pergi ke daerah kota itu sebelumnya, jadi dia terkejut oleh kemegahan bangunan-bangunan itu.Akhirnya setelah melakukan perjalanan selama lebih dari 45 menit, taksi itu berhenti di depan gerbang yang sangat mewah. Daffa menunggu beberapa detik sebelum supirnya bergerak maju, tapi tidak ada tanda-tanda pergerakan dari supir tersebut. Kebingungan, Daffa memutuskan untuk bertanya apa permasalahannya.“Permisi, apakah tidak bisa maju lagi? Atau apakah ada alasan mengapa kita berhenti di sini?” tanya Daffa.Ketika dia mendengar pertanyaan Daffa, supir yang merupakan laki-laki paruh baya itu menggeleng kepala pelan. Sepertinya firasatnya memang benar. Penumpangnya jelas-jelas tidak tahu bagaimana peraturan di Dragon Estate.“Mohon maaf, Tuan, tapi saya tidak bisa pergi lebih jauh dar

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 31

    Daffa tidak mendengar percakapan antara kedua penjaga keamanan itu. Dia malah sibuk terpukau dengan kemewahan dan kemegahan tempat itu.Seluruh wilayah tersebut dipenuhi oleh toko-toko megah dan beberapa gedung tinggi. Banyak sedan-sedan mahal dan mobil-mobil sport melewati jalanan. Toko-toko itu terlihat lebih unggul daripada toko-toko di luar wilayah itu. Daffa tidak tahu ada tempat semegah seperti itu di sini. Rasanya seperti mimpi baginya.Dalam keadaan terkagum-kagum, dia lupa bahwa Bram tidak pernah memberikannya tempat spesifik untuk dikunjungi. Dia baru menyadarinya setelah beberapa lama bahwa Bram hanya menyebutkan Dragon Estate dan seorang manajer.Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Bram. Ponsel itu bahkan tidak sampai berdering sekali sebelum Bram mengangkat teleponnya.“Halo, Tuan Muda Halim. Apakah ada masalah?” tanya Bram dengan sangat sopan.“Hm. Aku sudah di Dragon Estate sekarang dan aku baru ingat kamu hanya menyebutkan Estate-nya dan seorang manajer. Ada b

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 32

    Resepsionis itu menatap Daffa dengan penuh hina. Dia tidak mengerti apa yang sedang orang itu coba lakukan. Apakah dia berniat menggunakan ponselnya dan menelepon seseorang untuk menunjukkan kekuasaannya?Daffa menyadari tatapan penuh hinanya tanpa mengindahkannya. Ponselnya hanya berdering sekali sebelum Bram mengangkat teleponnya.“Tuan Muda Halim! Apakah semuanya baik-baik saja, Tuan Muda?!” tanya Bram penuh kecemasan.“Iya. Semuanya baik-baik saja,” jawab Daffa dengan nada yang menenangkan.Bram menghela nafas di ujung telepon. Tuan Mudanya baik-baik saja.“Jika semuanya baik-baik saja, kenapa Anda menelepon, Tuan Muda Halim?” tanya Bram, terdengar kebingungan.“Hm. Aku sudah tiba di Dragon Lord’s Imperial Residence, tapi resepsionisnya menolak untuk mempertemukanku dengan manajernya. Bisakah kamu beri tahu manajernya kalau aku sudah menunggu di lobi?” tanya Daffa dengan riang, tatapannya terpaku pada resepsionis seraya dia berbicara.“Beraninya dia?! Manajernya akan segera

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 33

    Ketika manajer Dragon Lord’s Imperial Residence mendengar ancaman Tuan Bram, dia terkesiap. Dia sudah berkali-kali memberitahunya bahwa akan ada tamu sangat penting yang akan datang dan dia harus memperlakukannya dengan sangat hormat, tapi dia tidak mengira tamu itu sudah tiba. Jika dia tahu, dia langsung akan mengenyampingkan apa pun yang dia sedang lakukan dan melayani tamu itu sesegera mungkin!Walaupun dia adalah manajer dari Dragon Lord’s Imperial Residence, dia telah menyaksikan bagaimana Tuan Bram memperlakukan orang-orang yang lebih penting darinya. Jika Bram bisa memperlakukan orang-orang itu seperti seekor semut, sepenting apa orang itu sampai Tuan Bram sendiri menyebutnya sebagai tamu sangat penting?Tanpa menunda-nunda, manajer itu bangkit, meraih ponselnya dan berlari keluar ruangannya. Dia harus menebus kesalahannya bagaimanapun caranya jika tidak ingin menghadapi kemarahan Tuan Bram!Sementara itu, di lobi Dragon Lord’s Imperial Residence, sang resepsionis memelototi

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 34

    Resepsionis itu yang bernama Maura menatap Daffa lagi dengan tatapan memohon. Dia sudah sadar bahwa posisi Daffa berada jauh di atas manajernya sendiri di kedudukan sosial, maka jika Daffa memaafkan perilaku tidak sopannya, manajernya akan melupakannya juga.Sayangnya, Daffa tidak mau membantunya.“Aku tanya apakah yang Tuan Halim katakan itu benar, Maura?” tanya Manajer dengan lantang, menyipitkan matanya pada Maura.“Itu adalah kesalahpahaman, Manajer Ella. Saya tidak tahu Anda memiliki tamu. Mohon maaf atas kelancangan saya!” pinta Maura. Dia menyadari bahwa Daffa tidak akan memaafkannya dan membantunya. Satu-satunya pilihan yang tersisa baginya adalah dengan memohon ampun sendiri.“Jadi itu benar,” ujar Manajer Ella dengan sedih. Tidak heran jika Tuan Bram sangat marah padanya. Sikap yang Maura tunjukkan pada Daffa bukan hanya tidak sopan, tetapi sangat tidak profesional.Dia menghela nafas. Kelihatannya dia terlalu disibukkan oleh aspek-aspek lain kediaman itu sampai dia melu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 35

    ”Tidak apa-apa, Manajer Ella. Aku harap mulai sekarang kamu lebih memperhatikan pegawaimu supaya kejadian seperti ini tidak terjadi lagi ke depannya,” kata Daffa dengan santai.Manajer Ella merasa sangat lega ketika dia mendengar pernyataan Daffa.“Tentu, Tuan Halim. Saya jamin hal seperti ini tidak akan terjadi lagi ke depannya!” seru Manajer Ella penuh kesungguhan. Dia bersumpah dalam hatinya untuk mengawasi sikap para pegawainya baik-baik untuk ke depannya. DIa tidak akan membiarkan satu orang pun menodai reputasi Dragon Lord’s Imperial Residence!“Senang mendengarnya, Manajer Ella,” jawab Daffa. “Sekarang karena masalah itu sudah selesai, sepertinya ini waktunya bagimu untuk menuntunku berkeliling, bukan?”“Tentu, Tuan Halim,” jawab manajer itu dengan riang. “Lewat sini, Tuan Halim.”Interior lift itu sama seperti bagian lainnya dari Dragon Lord’s Imperial Residence, mewah sekali. Seluruh bagian dari lift terlihat dibuat dengan bahan yang paling mahal.Setelah beberapa menit,

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 36

    ”Jangan mengkhawatirkan harganya, Tuan Halim. Kami tidak mungkin menarik biaya dari Anda,” jawab Ella dengan sopan dengan senyuman di wajahnya.Daffa menatapnya kebingungan.“Apa maksudnya itu, Manajer Ella?” tanyanya kebingungan.Ella menatap Daffa balik ketika dia mendengar pertanyaannya. Apakah dia benar-benar ingin membayar apartemennya?Tuan Bram memberi tahunya dengan tegas untuk memenuhi semua keinginan tamunya. Tentunya itu juga termasuk biaya apartemennya. Lalu, kenapa Daffa menanyakan harga apartemennya?Tanpa sepengetahuan Ella, Tuan Bram tidak memberi tahu Daffa bahwa Konsorsium Halim memiliki 95% saham dari Dragon Estate, sehingga wajar saja Daffa bersikap begitu. Lagi pula, tidak ada orang waras yang akan memeriksa apartemen yang dia sukai dan tidak menanyakan harganya.“Aku menyukai apartemen ini dan ingin tahu harga apartemennya supaya aku bisa membayarnya. Kenapa kamu memberikan apartemen semahal ini secara cuma-cuma?” tanya Daffa.Daffa berpikir bahwa responsny

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 37

    ”Ini pesanan Anda, Tuan,” kata pelayan itu. Namun, ketika dia menatap Daffa, wajahnya memanas dan pipinya memerah.“Terima kasih,” kata Daffa, membawa meja dengan makanannya ke dalam kamarnya sebelum menutup pintunya.Pelayan itu diam terpaku di depan pintu bahkan setelah Daffa menutupnya. Pipinya mulai memanas ketika dia mengingat wajah Daffa yang sangat tampan, dadanya yang lapang, dan otot perutnya yang terbentuk dengan luar biasa seolah-olah sehabis dipahat oleh pemahat handal.Dia menjerit pelan ketika pikiran-pikiran tidak senonoh terbesit dalam benaknya. Dia menampar dirinya sendiri di pipinya yang sudah memerah sebelum kembali ke dapur hotel. Dia masih harus mengantarkan makanan-makan ke kamar lainnya.----Dua hari telah berlalu sejak Daffa mengunjungi Dragon Estate untuk mencari apartemen baru. Ella memenuhi janjinya, jadi hanya membutuhkan sehari untuk menyelesaikan pemeliharaan apartemennya.Ketika Daffa pindah ke apartemen itu, terlihat berbeda sekali dengan ketika t

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 421

    Itulah kenapa dia ada di sini. Ini adalah satu-satunya kesempatan dia. Dia awalnya merupakan pria terkaya di Kota Almiron, tapi Daffa dengan mudah merenggut semua itu darinya. Ini berarti tidak ada keluarga kaya lain di Kota Almiron yang bisa membantunya karena mereka tidak akan mampu melawan Daffa.Rafael telah mencoba memilih antara mengulang dari awal di tempat baru sebelum kembali untuk balas dendam dan melepaskannya. Meskipun dia baru saja mendengar tentang Keluarga Halim dan tidak tahu banyak mengenai mereka, dia sangat paham bahwa mereka cukup kaya dan berpengaruh untuk memiliki mata dan telinga di banyak kota yang berbeda. Ini berarti Keluarga Halim jauh lebih mengerikan dari yang dia bayangkan.Pada saat ini, Daffa terduduk di ruang kerjanya seraya dia memikirkan mengenai perusahaan ayah kepala penjaga keamanan itu. Kepala penjaga keamanan itu telah meninggalkan ruangan, tapi dia tiba-tiba kembali. Dia bergegas memasuki ruangan dan dengan cepat menutup pintu. Tindakannya yan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 420

    “Dia juga memiliki banyak pemikiran yang tidak dapat diterima secara sosial. Awalnya, situasinya tidak berjalan dengan baik baginya karena tindakannya membuat orang-orang takut padanya. Seraya waktu berlalu, orang-orang mulai lupa dan di bawah pengawasan ayahku, dia makin menjadi seperti manusia normal—manusia yang pintar membuat orang lain bahagia.” Penjaga keamanan itu menatap Daffa dengan serius.“Kamu harus memercayai aku. Aku sudah memberi tahu banyak sekali orang mengenai hal ini, tapi tidak ada yang memercayaiku. Aku mengatakan kebenarannya!” Suaranya gemetar karena gelisah.Daffa mengangguk dan menepuk bahunya. “Tenanglah. Aku mengenal Felix. Dia meninggal setelah melompat dari jendela ruanganku. Hal itu sudah tersebar di internet dan pihak berwajib telah menginterogasiku mengenai hal itu. Dia sudah mati, jadi tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.”Penjaga keamanan itu menundukkan kepalanya, tidak ingin Daffa melihat betapa emosinya tidak terkendali. Daffa menatapnya dan me

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 419

    Dia menjadi tenang dan otaknya mulai bekerja lagi. Dia tidak tahu apakah Daffa sedang mengatakan yang sebenarnya karena ekspresi wajahnya yang sangat datar. Itu berbeda sekali dengan deskripsi yang ada di buku psikologi mengenai ekspresi seseorang yang bersemangat.Sebagai seorang aktor, kepala penjaga keamanan itu pernah mengambil kelas psikologi untuk memerankan karakternya dengan lebih realistis. Dengan begitu, dia percaya buku itu benar. Dia memandang Daffa dan mencoba membacanya.Daffa tahu apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tapi dia tidak merespons. Setelah keheningan selama beberapa detik, dia berkata, “Aku ingin tahu alasan ketidakhadiranmu. Firasatku memberitahuku alasannya sama dengan kenapa kamu menjadi penjaga keamanan di sini. Pada akhirnya, aku akan berurusan dengan orang-orang ini, jadi tidak ada gunanya kamu menyembunyikan kenyataannya. Jika kamu ingin terus menjadi orang sukses dengan karier yang sukses, orang-orang ini hanya akan menjadi penghambat bagimu—sepe

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 418

    Daffa tahu kepala penjaga keamanan itu murka karena prasangka mahasiswa lainnya dan dia dapat meledak kapan pun. Senyuman geli melengkung di wajah Daffa seraya dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Itu karena aku saat itu belum mengetahui bahwa aku adalah pewaris keluarga kaya. Kemiskinan yang pernah kualami itu sangat nyata—begitu parah hingga aku tidak berani makan sampai aku merasa kenyang setiap kali aku makan, takut aku akan kehabisan uang.”Dia berbicara dengan sangat tenang, tapi perkataannya menyentuh penjaga keamanan itu yang matanya memerah. Maka dari itu, Daffa tersenyum tidak berdaya, meluruskan punggungnya, dan berjalan menghampiri kepala penjaga keamanan itu. Dia lalu meremas bahu pria itu untuk menenangkannya.“Kamu tidak perlu merasa emosional untukku karena aku tidak merasa hal-hal yang telah kulakukan di masa lalu patut untuk ditangisi,” katanya sambil tersenyum cerah.Hal itu hanya membuat penjaga keamanan itu makin merasa kasihan pada Daffa. Namun, dia tidak

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 417

    “Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 416

    Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 415

    Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 414

    “Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 413

    “Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk

DMCA.com Protection Status