Resepsionis itu menatap Daffa dengan penuh hina. Dia tidak mengerti apa yang sedang orang itu coba lakukan. Apakah dia berniat menggunakan ponselnya dan menelepon seseorang untuk menunjukkan kekuasaannya?Daffa menyadari tatapan penuh hinanya tanpa mengindahkannya. Ponselnya hanya berdering sekali sebelum Bram mengangkat teleponnya.“Tuan Muda Halim! Apakah semuanya baik-baik saja, Tuan Muda?!” tanya Bram penuh kecemasan.“Iya. Semuanya baik-baik saja,” jawab Daffa dengan nada yang menenangkan.Bram menghela nafas di ujung telepon. Tuan Mudanya baik-baik saja.“Jika semuanya baik-baik saja, kenapa Anda menelepon, Tuan Muda Halim?” tanya Bram, terdengar kebingungan.“Hm. Aku sudah tiba di Dragon Lord’s Imperial Residence, tapi resepsionisnya menolak untuk mempertemukanku dengan manajernya. Bisakah kamu beri tahu manajernya kalau aku sudah menunggu di lobi?” tanya Daffa dengan riang, tatapannya terpaku pada resepsionis seraya dia berbicara.“Beraninya dia?! Manajernya akan segera
Ketika manajer Dragon Lord’s Imperial Residence mendengar ancaman Tuan Bram, dia terkesiap. Dia sudah berkali-kali memberitahunya bahwa akan ada tamu sangat penting yang akan datang dan dia harus memperlakukannya dengan sangat hormat, tapi dia tidak mengira tamu itu sudah tiba. Jika dia tahu, dia langsung akan mengenyampingkan apa pun yang dia sedang lakukan dan melayani tamu itu sesegera mungkin!Walaupun dia adalah manajer dari Dragon Lord’s Imperial Residence, dia telah menyaksikan bagaimana Tuan Bram memperlakukan orang-orang yang lebih penting darinya. Jika Bram bisa memperlakukan orang-orang itu seperti seekor semut, sepenting apa orang itu sampai Tuan Bram sendiri menyebutnya sebagai tamu sangat penting?Tanpa menunda-nunda, manajer itu bangkit, meraih ponselnya dan berlari keluar ruangannya. Dia harus menebus kesalahannya bagaimanapun caranya jika tidak ingin menghadapi kemarahan Tuan Bram!Sementara itu, di lobi Dragon Lord’s Imperial Residence, sang resepsionis memelototi
Resepsionis itu yang bernama Maura menatap Daffa lagi dengan tatapan memohon. Dia sudah sadar bahwa posisi Daffa berada jauh di atas manajernya sendiri di kedudukan sosial, maka jika Daffa memaafkan perilaku tidak sopannya, manajernya akan melupakannya juga.Sayangnya, Daffa tidak mau membantunya.“Aku tanya apakah yang Tuan Halim katakan itu benar, Maura?” tanya Manajer dengan lantang, menyipitkan matanya pada Maura.“Itu adalah kesalahpahaman, Manajer Ella. Saya tidak tahu Anda memiliki tamu. Mohon maaf atas kelancangan saya!” pinta Maura. Dia menyadari bahwa Daffa tidak akan memaafkannya dan membantunya. Satu-satunya pilihan yang tersisa baginya adalah dengan memohon ampun sendiri.“Jadi itu benar,” ujar Manajer Ella dengan sedih. Tidak heran jika Tuan Bram sangat marah padanya. Sikap yang Maura tunjukkan pada Daffa bukan hanya tidak sopan, tetapi sangat tidak profesional.Dia menghela nafas. Kelihatannya dia terlalu disibukkan oleh aspek-aspek lain kediaman itu sampai dia melu
”Tidak apa-apa, Manajer Ella. Aku harap mulai sekarang kamu lebih memperhatikan pegawaimu supaya kejadian seperti ini tidak terjadi lagi ke depannya,” kata Daffa dengan santai.Manajer Ella merasa sangat lega ketika dia mendengar pernyataan Daffa.“Tentu, Tuan Halim. Saya jamin hal seperti ini tidak akan terjadi lagi ke depannya!” seru Manajer Ella penuh kesungguhan. Dia bersumpah dalam hatinya untuk mengawasi sikap para pegawainya baik-baik untuk ke depannya. DIa tidak akan membiarkan satu orang pun menodai reputasi Dragon Lord’s Imperial Residence!“Senang mendengarnya, Manajer Ella,” jawab Daffa. “Sekarang karena masalah itu sudah selesai, sepertinya ini waktunya bagimu untuk menuntunku berkeliling, bukan?”“Tentu, Tuan Halim,” jawab manajer itu dengan riang. “Lewat sini, Tuan Halim.”Interior lift itu sama seperti bagian lainnya dari Dragon Lord’s Imperial Residence, mewah sekali. Seluruh bagian dari lift terlihat dibuat dengan bahan yang paling mahal.Setelah beberapa menit,
”Jangan mengkhawatirkan harganya, Tuan Halim. Kami tidak mungkin menarik biaya dari Anda,” jawab Ella dengan sopan dengan senyuman di wajahnya.Daffa menatapnya kebingungan.“Apa maksudnya itu, Manajer Ella?” tanyanya kebingungan.Ella menatap Daffa balik ketika dia mendengar pertanyaannya. Apakah dia benar-benar ingin membayar apartemennya?Tuan Bram memberi tahunya dengan tegas untuk memenuhi semua keinginan tamunya. Tentunya itu juga termasuk biaya apartemennya. Lalu, kenapa Daffa menanyakan harga apartemennya?Tanpa sepengetahuan Ella, Tuan Bram tidak memberi tahu Daffa bahwa Konsorsium Halim memiliki 95% saham dari Dragon Estate, sehingga wajar saja Daffa bersikap begitu. Lagi pula, tidak ada orang waras yang akan memeriksa apartemen yang dia sukai dan tidak menanyakan harganya.“Aku menyukai apartemen ini dan ingin tahu harga apartemennya supaya aku bisa membayarnya. Kenapa kamu memberikan apartemen semahal ini secara cuma-cuma?” tanya Daffa.Daffa berpikir bahwa responsny
”Ini pesanan Anda, Tuan,” kata pelayan itu. Namun, ketika dia menatap Daffa, wajahnya memanas dan pipinya memerah.“Terima kasih,” kata Daffa, membawa meja dengan makanannya ke dalam kamarnya sebelum menutup pintunya.Pelayan itu diam terpaku di depan pintu bahkan setelah Daffa menutupnya. Pipinya mulai memanas ketika dia mengingat wajah Daffa yang sangat tampan, dadanya yang lapang, dan otot perutnya yang terbentuk dengan luar biasa seolah-olah sehabis dipahat oleh pemahat handal.Dia menjerit pelan ketika pikiran-pikiran tidak senonoh terbesit dalam benaknya. Dia menampar dirinya sendiri di pipinya yang sudah memerah sebelum kembali ke dapur hotel. Dia masih harus mengantarkan makanan-makan ke kamar lainnya.----Dua hari telah berlalu sejak Daffa mengunjungi Dragon Estate untuk mencari apartemen baru. Ella memenuhi janjinya, jadi hanya membutuhkan sehari untuk menyelesaikan pemeliharaan apartemennya.Ketika Daffa pindah ke apartemen itu, terlihat berbeda sekali dengan ketika t
”Tuan Muda Halim! Saya sudah sampai bersama dengan mobil-mobil Anda!”Semua orang langsung berhenti berbicara dan melihat ke arah Daffa berdiri.Alis Daffa berkedut ketika dia mendengar namanya. Teriakan Bram benar-benar merusak rencananya untuk tidak membuat kegaduhan dan menghindari perhatian.Dia menghela nafas. Tidak memiliki pilihan lain, dia berbalik ke arah Bram dengan Rolls-Royce-nya dan mulai berjalan ke arahnya.“Tuan Muda Halim, mobil Anda telah tiba,” kata Bram dengan sangat bangga. Malah, dia memang sangat bangga akhirnya telah mengirimkan mobil-mobilnya kepada tuan mudanya. Dia telah berusaha keras untuk memastikan agar hanya bahan-bahan yang terbaik yang digunakan untuk memodifikasi mobil-mobilnya. Dia yakin Daffa akan menyukainya.Daffa, di sisi lain, tidak menyukai situasi itu. Dia bisa merasakan berbagai macam tatapan dari para pengamat ketika dia berjalan ke arah Bram. Akan tetapi, dia mengabaikannya. Walaupun dia tidak menyukai perhatian yang dipicu oleh konvoi
Daffa mengeluarkan ponselnya dari saku dan melihat peneleponnya seraya dia beranjak ke lift. Dia melihat bahwa itu adalah nomor tidak dikenal dan memutuskan untuk mengabaikannya. Dia memutus teleponnya dan naik ke apartemennya.Dia pergi ke ruang santai di apartemennya dan duduk untuk bersantai dengan segelas anggur sangat mahal yang dia ambil dari gudang anggur di apartemennya.Dia menuangkan anggur itu ke gelas kaca dan meminumnya. Dia menghela nafas puas seraya rasa anggur yang luar biasa itu terasa oleh indra pengecapnya.Diam saja selama beberapa saat, dia mengeluarkan ponselnya dan memutuskan untuk melihat pesan-pesan yang belum terbaca. Dia sibuk sekali beberapa hari belakangan, jadi dia tidak memiliki banyak waktu untuk memeriksa pesan-pesan yang dia dapatkan. Ketika dia memeriksanya, ternyata ada banyak pesan yang dia terima.Dia dengan cepat memeriksa pesan-pesannya, tapi malah kecewa ketika membaca isi pesannya.Sebagian besar dari pesan-pesan itu berasal dari teman-tem
Antisipasi dan semangat terpancar dari mata Daffa pada saat itu. Dia tidak sabar bertemu musuh utamanya.Itu tidak luput dari perhatian Briana yang langsung memandang Daffa dengan tatapan ingin tahu. Selagi Briana bertanya-tanya alasan di balik ekspresi semangat Daffa, Alicia, yang berdiri di sampingnya, tiba-tiba berbicara dan memperjelas hal-hal untuknya.“Dia akhirnya menunjukkan dirinya!” seru Alicia, tangannya terkepal erat. “Meskipun saya baru sebentar bekerja untuk Anda, Tuan, saya telah mendengar tentangnya berkali-kali. Pria itu benar-benar mengganggu saya! Dia seperti pria menyeramkan, memanipulasi orang-orang seakan-akan mereka adalah boneka dan bidak catur. Dia membuat mereka melakukan perintahnya, sementara dia bersembunyi dengan nyaman di dalam bentengnya! Meskipun dia penakut, dia terus mengirimkan bawahan-bawahannya untuk menyebabkan masalah dalam kehidupan orang lain!”Briana menatap Alicia terkejut karena Alicia telah memahami pikiran Daffa tanpa perlu berusaha ker
“Aku tahu pria itu mengangkat kakinya tinggi-tinggi saat berjalan karena jarak antara jejak kakinya lebar tapi masih dalam jarak berjalan rata-rata orang. Maka dari itu, aku berhenti merasa takut. Aku tidak lagi melihatnya sebagai manusia super dan berpikir dia kemungkinan besar hanya terampil dalam seni bela diri.” Wahyu bertatapan dengan Daffa sebelum melanjutkan, “Itu adalah semua yang kuketahui. Untuk kali ketiga pria itu menyerangku, aku tidak tahu bagaimana dia menculikku atau bagaimana aku bertahan hidup. Yang kuketahui hanyalah bahwa tubuhku tidak bekerja dengan baik sejak kejadian itu.”Setelahnya, pandangannya berpindah pada area di sekitarnya, memberikannya ekspresi yang suram dan sedih.Tidak sepertinya, Daffa mengernyit, merasa tidak senang dengan informasi itu. Beberapa saat berlalu sebelum Daffa dengan singkat melambaikan tangannya mengusir, berkata, “Pergi dari sini. Kamu adalah pria yang bebas mulai hari ini.”Ujung mata Wahyu memerah setelah mendengarnya. Dia lalu
“Sayangnya, itulah kenyataannya. Kalian semua adalah orang yang kejam, jadi aku tahu aku akan berakhir mengenaskan jika aku berbohong. Itu adalah hasil akhir yang tidak dapat kuterima. Aku juga tidak harus mengalaminya karena aku sudah mengungkapkan segala hal yang kuketahui padamu.Dengan begitu, Wahyu memejamkan matanya dan dengan damai menunggu ajalnya. Yang membuatnya lebih terkejut adalah bahwa Daffa terus menginterogasinya, yang berarti dia 100 persen akan pergi dari sini hidup-hidup.Matanya membelalak terbuka dan dia menatap Daffa dengan tatapan emosional dan berterima kasih. “K … kamu memercayaiku?”“Iya.” Daffa mengangguk. “Aku memercayaimu. Jadi, mulai sekarang, kamu hanya perlu memilih apakah kamu ingin terus menjawab pertanyaanku atau tidak.”Kali ini, Wahyu tidak ragu-ragu ataupun berhenti. Dia langsung mengangguk dengan penuh tekad. “Aku akan melakukannya. Kamu telah memilih untuk memercayaiku meskipun kata-kataku benar-benar gila. Itu hanya berarti kamu memercayaiku
“Karena kenyataannya adalah kamu membuatku kesal dan itu menghapus harapan yang mereka miliki untuk bertahan hidup.” Daffa berjalan dengan pelan dan terkendali ke arah pria itu. Keberadaannya memancarkan aura menyesakkan yang mempercepat napas semua orang.Pada akhirnya, salah satu dari banyak pria di tim musuh itu tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi. Matanya memerah seraya dia memelototi orang yang berbohong pada Briana sebelumnya, menggeram, “Itu sudah cukup, Wahyu! Si Daffa ini telah banyak berbicara, tapi kata-katanya tidak sepenuhnya salah. Kamulah satu-satunya alasan kita semua akan menderita sekarang! Si b*jingan yang meninggalkan kita sebelumnya tidak berpikir dua kali sebelum memberikan informasi orang dalam pada wanita itu. Dia bahkan tidak peduli jika kita semua akan hidup atau tidak! Kami tidak mendapatkan akses pada banyak rahasia perusahaan, tapi kamu dan si b*jingan itu tahu segalanya. Jelas-jelas itu tidak adil bagi kami! Sekarang, untuk alasan yang tidak diket
“Aku bersedia memberitahumu tentang itu. Sejujurnya, aku hanya tahu sedikit, tapi rekannya yang membelakangi mendiang bosku adalah sosok berjubah hitam. Dia sering muncul di tengah malam—atau setidaknya saat itulah aku selalu melihatnya. Hanya saja, dia belum muncul lagi akhir-akhir ini,” ungkap pria itu dalam satu tarikan napas sebelum menatap Briana dengan mata yang berkaca-kaca.Pada saat yang sama, karena alasan yang tidak diketahui, dia menyenggol bahu orang di sampingnya.Sebuah senyuman merekah di wajah Briana seketika. “Baiklah, kamu boleh pergi. Begitu kamu keluar dari sini, kusarankan kamu cari pekerjaan yang benar alih-alih bekerja untuk organisasi terlarang seperti sekarang. Pekerjaan ini tidak memiliki masa depan yang cerah dan membuatmu berada dalam bahaya. Jika aku menemukanmu di tim lawanku di masa depan dan melakukan hal-hal terlarang lagi, aku akan membuatmu membayar dua kali lipat—satu untuk dosa-dosamu saat ini dan satu lagi untuk pelanggaran masa depanmu. Paham?”
Senjata-senjata musuh, semuanya jatuh dalam waktu yang sama, menghasilkan suara kekalahan menyedihkan yang menggema di telinga semua orang. Bahkan hati mereka pun sakit memikirkan bahwa mereka kalah.“Untunglah semuanya sudah berakhir,” kata Briana, menghela napas sambil mengangkat alisnya. Dia lalu berbalik untuk kembali ke kamarnya dan berpikir, “Alicia mampu membereskan semuanya.”Seperti yang diduga, begitu dia membuka pintu belakang untuk kembali memasuki hotel, seseorang membuka pintu dari dalam—itu adalah Alicia yang panik. Alicia bergegas menghampiri dengan sangat terburu-buru hingga Briana harus mundur beberapa langkah.Sambil tersenyum, Briana bertanya, “Ada apa? Kenapa kamu tergesa-gesa? Katakan saja padaku, mungkin aku bisa membantu.”Alicia terengah-engah dengan keras hingga dia hampir tidak bisa berbicara. Badan condong ke depan dan meletakkan kedua tangannya di lutut untuk menopang tubuhnya, dia menarik napas dengan terengah-engah sebelum menjawab, “T … tidak, aku ba
Cara Bara jatuh berlutut membuatnya tampak seolah-olah dia bersedia memohon ampun pada Daffa.Daffa menaikkan sebelah alisnya dan mau tidak mau tertawa terbahak-bahak. Itu menarik perhatian semua orang karena mereka selalu memandangnya sebagai pria yang tampan dan tegas. Itu adalah pertama kalinya mereka melihatnya tertawa tanpa menahan diri, jadi itu membuat mereka terkejut.Menjadi pusat perhatian mulai membuat Daffa tidak nyaman, jadi bibirnya perlahan berkerut. Meskipun demikian, matanya sedikit melengkung terhibur saat dia menatap Bara yang berlutut di tanah dan belum menerima hasil akhir saat ini. Tidak lama, Daffa memejamkan matanya, berbicara dengan nada yang santai.“Hah! Aku selalu mengira kepalamu tidak cerdas, tapi aku tidak menyangka bahkan tindakanmu akan sebodoh ini. Bahkan anak berusia satu tahun yang baru saja belajar berjalan pun tidak akan terjatuh dengan kikuk sambil berjalan. Lucu sekali.”Mata Bara membelalak pada Daffa. Keraguan tampak di matanya seraya dia m
Mata Briana menyipit membentuk garis. Walaupun dia tersenyum, raut wajahnya tampak dingin.Saat itulah Daffa membuka pintu belakang di dalam hotel dan melihat Bara yang gemetar dan hampir tidak bisa berdiri tegak di hadapan Briana. Demikian pula, dia melihat pria yang lebih rapi di antara tim lawan, Ferdi, yang terbaring tidak bernyawa di tanah karena luka-luka parahnya.Kedinginan menyelimuti mata Daffa seraya dia mengamati medan perang yang mana masih ada orang-orang bertarung di latar belakang. Namun, kedua tim tampaknya sedang memikirkan hal lain di benak mereka.Mengernyit jengkel, Daffa berseru, “Dengarlah, setiap anggota staf Hotel Umbrite! Aku ingin kalian melawan musuh kita dengan sangat serius. Kalau tidak, kalian harus menghadapi konsekuensinya! Haruskah aku mengingatkan kalian bahwa aku mudah marah?”Dia lalu menoleh untuk menatap Bara dan dengan tenang berkata, “Aku akan menyerah jika aku adalah kamu. Lagi pula, satu-satunya yang bisa mengalahkan penjaga keamanan kami
“Tanpa dia,” lanjut Briana, “kamu seharusnya sudah mati dari lama. Meskipun begitu, kamu ingin membunuhnya karena dia lebih kuat dibandingkan denganmu. Bagaimana aku bisa tidak tertawa saat ada bocah tidak tahu diuntung sepertimu di dunia ini?”Kerutan terbentuk di wajah Ferdi. Pada saat yang sama, keputusasaan terpancar di matanya, mengetahui pengumuman Briana yang lantang membuatnya mustahil untuk mengembalikan kepercayaan kelompoknya lagi.Dia menghela napas, bertatapan dengan Bara sambil berkata, “Aku memang anggota pihak berwenang, tapi kamu keliru akan satu hal—aku bukan mata-mata yang dikirimkan oleh para pihak berwajib, polisi, atau pemerintah. Kenyataannya berkebalikan dengan apa yang kamu pikirkan. Aku bukan mata-mata, tapi aku memiliki kekesalan pada pihak berwajib!”“Hah! Lucu sekali. Aku yakin tidak ada siapa pun yang akan memercayai apa yang kamu katakan.” Bara memutar bola matanya pada Ferdi. Wajahnya memucat lagi karena dia tidak bersedia menerima kenyataan yang keja